You are on page 1of 22

BAB II

BAHAN SEMEN DAN PERSYARATANNYA

2.1 Bahan Semen


Dalam pembahasan bahan beton dan persyaratannya tidak bisa lepas dari standar-
standar yang sering digunakan di Indonesia, misalnya Standar Industri Indonesia (SII),
American Society for Testing Material (ASTM) dan British Standard (BS) serta Standar SK
SNI S-04-1989-F. Didalam standar-standar tersebut dijelaskan bagaimana mengenai
pengujian dan syarat-syarat bahan yang dapat dipakai untuk beton. Standar Bangunan
Bagian A, SK SNI S-04-1989-F, Bab I Standar-standar dan syarat-syarat yang diterbitkan
oleh Departemen Pekerjaan Umum melalui Yayasan LPMB, Bandung.
Dalam pelaksanaannya menurut Standar SK SNI S-04-1989-F, rekaman lengkap
dari hasil uji bahan semen dan beton harus disimpan dengan baik oleh pengawas ahli dan
selalu tersedia untuk keperluan pemeriksaan selama pekerjaan dan selama 2 tahun sesudah
proyek bangunan tersebut dilaksanakan.

2.2 Semen Portland


2.2.1 Pembuatan Semen dan Komponen Utamanya
Dari definisi Semen Portland (PC) dapat dilihat bahwa semen portland dibuat dari
Cacareous seperti batu kapur (limestone atau chalk) dan bahan silika atau aluminium yang
terdapat pada tanah liat (clay atau shale). Batu kapur mengandung komponen CaO,
lempung mengandung komponen SiO2 dan Al2O3 (oksida alumina) dan FeO3 (oksida besi).
Pada dasarnya proses pembuatan semen portland terdiri dari penggilingan,
pencampuran menurut suatu proses tertentu dan pengawasan harus ketat. Dengan
penggilingan dari klinker bulat yang berputar disertai pemanasan mencapai 1450C
material akan menjadi klinker. Klinker ini dipindahkan dan digiling sampai halus (fine
powder), disertai penambahan 3-5% gips (gypsum) untuk mengendalikan setting time akan
menghasilkan semen portland yang siap untuk digunakan sebagai bahan pengikat dari
campuran beton.
Semen portland ini dapat langsung dimasukkan kantong-kantong atau mobil
container dan silo tempat penyimpanan dari semen.

II - 1
Secara jelas proses pembuatan semen dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan
Gambar 2.2
Bahan semen yang digiling dalam kondisi basah dan kondisi kering masing-masing
disebut proses basah dan proses kering. Diameter kilen berkisar 5-7 meter dan panjang
kilen dapat mencapai 230 meter.

Lime Stone Other row Clay, shale,


Materials Quarrying
Quarrying
crushing
Crushing

Storage Storage
Penyimpanan

Storage &
Granding & Final blending
blending

Preheater

Burning (kilen)

Gypsum

Finishing grinding

Storage

Distribusi ke pasaran

Gambar 2.1
Sket Pembuatan Semen Portland

II - 2
Formation of Initial
Clay dicomposes composed
Free
water Lime stone Initial formation of
dicimposes C2S
zone Formation of melt
dehidration
zone
calculation Formatin of C3S

zone
clinkering
Clinker
cooling
out
450C 800C 1200C 1350C 1550C

50 600 1000 1350 1450


Gambar 2.2 Sketsa kondisi dan reaksi dalam tipical rotary kilen (proses kering)

2.2.2 Komponen karakteristik dari Semen Portland


Secara diagram pembentukan komponen karakteristik dari hidrasi dari portland
semen dapat digambarkan seperti Gambar 2.3.

Elemen O Si Ca Al Fe

Komponen CaO SiO Al2O3 Fe2O3


Oksida

Unsur (senyawa) C3S C2S C3A C4AF


semen

Semen Portland Type I II III IV V

Hasil Hidratasi C-S-H (gel) Ca(OH)2

Gambar 2.3 Pembentukan komponen karakteristik dan


hidratasi dari portland semen

II - 3
Mengenai hasil hidratasi semen yaitu Calsium Silikat Hidrat, Tricalsium Alumina Hidrat.
2 C3S + 6 H C3S2H3 + 3 CH
2 C2S + 4 H C3S2H3 + CH
C3A + CSH2 + 10 H C4ASH12
C3A + CH + 12 H C4AH13
C4AF + 2 CH + 2 CSH2 + 18 H C8AFS2H24
C4AF + 4 CH + 22 H. C8AFH26
dimana,
S = SO3 ; H = H2O ; CH = Ca(OH)2
Pemilihan Pemakaian Bahan Semen
a. Semen untuk membuat campuran beton harus memenuhi salah satu dari ketentuan
berikut :
1. SNI 15 - 2049 1994 Semen Portland ( ASTM C 150 )
2. Spesifikasi Semen Blended Hidrolis ( ASTM C 595 ), kecuali type S dan
type SA yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur
beton.
3. Spesifikasi Semen Hidrolis Ekspansif ( ASTM C 845 )
b. Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan semen yang
digunakan pada perhitungan porporsi campuran beton, yang berkaitan dengan
kekuatan dan karakteristik yang harus diperhatikan.

Hal ini berarti bahwa semen yang dipakai untuk satu jenis pekerjaan harus berasal dari
sebuah produsen semen yang telah menetapkan standar pengujian terhadap bahan semen
yang diproduksi

Bila dipakai semen dari produsen yang berbeda maka akan berpengaruh pada :
- perhitungan proporsi campuran beton
- berat jenis dan berat volume beton
- waktu pengikatan dan waktu pengerasan beton
Dengan demikian akan berpengaruh dalam pelaksanaan pekerjaan pembetonan, jadi untuk
satu proyek harus dipakai satu produsen semen.

II - 4
Pada dasarnya semen yang dipergunakan dalam pembuatan beton ialah semen
portland dan semen portland pozolan. Didalam SII 0132-81 dinyatakan semen tersebut
harus memenuhi syarat-syarat :
- Klasifikasi semen portland (ada 5 jenis)
- Syarat mutu yang terdiri dari :
Syarat kimia
Syarat fisika

Untuk semen portland pozolan harus memenuhi syarat-syarat yang ada dalam SII 0132-75
atau ASTM C595 Spesification for Blended Hidraulic Cement, dan ASTM C595.

Dalam spesifikasi SII 0132-75 dinyatakan bahwa semua portland pozolan harus
memenuhi :

- Golongan semen portland pozolan jenis SPP 400 dan SPP 200
- Syarat mutu
- Syarat kimia
- Syarat fisika

2.2.3 Persyaratan Semen

a. Yang disebut semen hidrolik adalah suatu bahan pengikat yang mengeras jika
bereaksi dengan air serta menghasilkan produk yang tahan air. Contoh-contoh
semen hidrolik adalah semen portland, semen alumina, semen putih dll. Gips,
bukan merupakan semen hidrolik, karena setelah mengeras bereaksi dengan air,
produk ini larut dengan air.
Kapur yang telah mengeras adalah tahan air tetapi mengerasnya kapur setelah
bereaksi dengan karbon dioksida, bukan dengan air.

b. Komponen utama dari semen portland adalah :


- Batu kapur yang mengandung komponen CaO (kapur,lime)
- Lempung yang mengandung komponen SiO2 (silika), Al2O3 (oksida
alumina), Fe2O3 (oksida besi)

II - 5
Bahan-bahan ini dengan pengawasan yang ketat, digiling dan dicampur menurut
suatu proses tertentu. Campuran ini dipanaskan dalam oven pada suhu 1450C sampai
menjadi klinker. Klinker ini dipindahkan, digiling sampai halus disertai penambahan 3-5 %
gips untuk mengendalikan waktu pengikatan semen supaya tidak berlangsung terlalu cepat.

Reaksi-reaksi yang terjadi waktu proses pembuatan semen adalah sebagai berikut :

1) Batu kapur : CaO + CO2

Kapur karbon dioksida

Lempung : SiO2 + Al2O3 + Fe2O3 + H2O

Silica alumina oksida besi air

2) 3CaO + SiO2 3 CaOSiO2

Trikalsium silikat (C3S)

2CaO + SiO2 2 CaOSiO2

Dikalsium silikat (C2S)

3CaO + Al2O3 3 CaO.Al2O3

Trikalsium Aluminat (C3A)

4CaO + Al2O3 + Fe2O3 4 CaO.Al2O3.Fe2O3

Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF)

Bahan-bahan tersebut merupakan klinker semen.

Trikalsium silikat (C3S), Trikalsium Aluminat (C3A) dan Tetrakalsium Aluminat


dan Tetrakalsium Aluminoferit (C4AF) merupakan komponen karakteristik dari semen
portland.

II - 6
2.3 Evaluasi Semen Portland
2.3.1 Sifat-sifat teknis semen portland
Sifat-sifat semen portland bergantung kepada :

- Susunan kimia
- Kadar gips
- Kehalusan butirannya

a. Apabila dilakukan analisis kimia mengenai semen portland, maka dapat diketahui
komposisisnya. Sebagai contoh dibawah ini tercantum hasil analisa suatu jenis semen
tertentu.
Komponen Prosentase (%) Lain-lain

CaO 64.0 SR =2.6

SiO2 19.0 AR = 1.6

Al2O3 5.5 LSF = 1.01

Fe2O3 3.5

MgO 1.4

SO3 1.9 C3S = 59.4

K2O + Na2 1.1 C2S = 10.0

Ignitionloss 2.1 C3A = 8.7

Bahan-bahan sisa 0.6 C4AF = 10.3

Balace 0.9

(Mn. Ti dsb.)

Jumlah 100 %

Dari hasil analisa diatas jelas tampak bahwa kapur merupakan komponen yang
jumlahnya terbanyak, disusul oleh silika, alumina dan oksida besi. Oksida-oksida itu

II - 7
merupakan ke-4 oxida utama dalam semen portland. Disamping itu terdapat juga
komponen lainnya, jumlah oksida-oksida tersebut berkisar antara :

Kapur (CaO) 60 66 %

Silica (SiO2) 19 25 %

Alumina (Al2O3) 38%

Oksida besi (Fe2O3) 15%

Oksida magnesium (MgO) dibatasi sampai dengan 4 %.

b. Komposisi mineral dalam prosen berat menurut BOGUE dapat ditentukan dari hasil
analisa kimia sebagai berikut :
Trikalsium Silikat :

C3S = 3CaO. SiO2 = 4O7CaO ( 7.6SiO2 + 6.72Al2O3 + 1.43Fe2O3 + 2.85SO3 )

Dikalsium Silikat :

C2S = 2 CaOSiO2 = 2.87 SiO2 0.754 C3S

Trikalsium Aluminat :

C3A = 3 CaO.Al2O3 = 2.65 Al2O3 1.69 C3S

Tetrakalsium Alumino Ferit

C4AF = 4 CaO.Al2O3.Fe2O3

c. Tipe-tipe semen portland bisa diperoleh dengan mengadakan variasi-variasi dalam


proporsi-proporsi relatif dari komponen-komponen karakteristiknya serta derajat
kehalusan penggilingan bahan klinkernya, misalnya :
untuk bangunan-bangunan beton yang akan mendapat serangan sulfat, harus
digunakan semen dengan kadar C4A dan C4AF yang rendah.
untuk pembetonan sebuah atau pembetonan bangunan luas lainnya harus
digunakan jenis semen yang mengeluarkan panas hidrasi rendah.
d. Komposisi kimia semen portland dapat dinilai dengan menentukan perbandingan Silika
SR (Silika Ratio) dan perbandingan Alumina AR (Alumina Ratio).
SiO2
SR =
Al 2 O3 + Fe2 O3

II - 8
Nilai SR menunjukkan apakah semen itu kaya akan Silika atau tidak.

Pada umumnya 1.6 < SR < 3.5 dengan nilai rata-rata 2.0 2.5

Al 2 O3
AR = = 2.0
Fe2 O3

Nilai-nilai AR yang lebih rendah dijumpai pada jenis semen yang tahan terhadap
sulfat, sedangkan harga-harga AR yang lebih tinggi dijumpai pada semen putih. Akan
tetapi biasanya nilai AR yang dikehendaki adalah nilai AR yang serendah mungkin.
Faktor kejenuhan kapur atau lime saturation factor LSF, adalah perbandingan jumlah
kapur dalam prosen berat semen terhadap ke 3 jumlah komponen-komponen utama
pembuat klinker,

CaO
LSF =
SiO2 + Al 2 O3 + Fe2 O3

Apabila nilai LSF terlalu rendah, maka semen kekurangan komponen C3S. Jika harga
LSF lebih besar dari 1.0, maka semua Silika menjadi Calsium Silikat sehingga dalam
semen terdapat Kapur bebas. Bilamana nilai C3S terlalu rendah, maka mutu semen
jelek. Kapur bebas dalam semen akan menyebabkan semen yang terhidrasi itu tidak
stabil volumenya.

Jadi secara umum 0.66 < LSF < 1.02. LSF lebih besar dari 1.02 (LSF>1.02) mutu
semen jelek karena terdapat kapur bebas dalam semen.

LSF = 1.00 semua Silika yang terdapat dalam bentuk C3S.

LSF < 1.00 Silika yang terdapat dalam bentuk campuran C2S dan C3S.

LSF < 0.66 terdapat terlalu banyak C2S.

e. Disamping komponen-komponen utama, dalam semen terdapat pula bahan-bahan lain


dalam jumlah kecil, akan tetapi mempengaruhi sifat-sifatnya. Adapun baha-bahan
tersebut adalah :

1) Magnesia, MgO

Seperti pada saat mencampur kapur (CaO) dengan air, bilamana Oxida
Magnesium tercampur dengan air, maka hal ini akan diikuti oleh penambahan volume.

II - 9
Dengan sendirinya penambahan volume itu akan dialami oleh beton yang menggunakan
bahan tersebut disertai dengan retak-retak. Kadar MgO dibatasi sampai 5%.

2) Sulphuric Anhydrate (sisa asam sulfit), SO3

SO3 merupakan bahan yang sangat penting dalam semen portland, karena berfungsi
sebagai pengatur waktu pengikatan semen. SO3 terdapat dalam gips Ca SO4. Apabila
kadar gips terlalu tinggi, maka selam berlangsungnya proses pengerasan akan timbul
pengembangan gips. Oleh karena itu kadar SO3 biasanya dibatasi sampai dengan
2.5 3.0 %.

3) Alkali, Na2O dan K2O

Na2O dan K2O selalu dijumpai dalam bahan-bahan baku untuk semen. Apabila
bahan agregat yang akan digunakan untuk campuran beton mengandung Silikat reaktif,
maka akan timbul reaksi kimia yang merugikan beton.

Hidroksida-hidroksida Alkali terjadi dari alkali-alkali yang terdapat pada semen


yang sedang mengeras, akan menyerang butir-butiran agregat yang mengandung silika
reaktif itu. Sebagai hasil reksi kimia itu akan terjadi gel-gel alkali dari jenis yang
dapat mengembang tak terbatas. Gel-gel ini akan menyerap air, kemudian
mengembang sedemikian sehingga dapat menyebabkan tegangan-tegangan intern yang
menjalar dan kemudian menimbulkan pengembangan menyeluruh.

Pengembangan yang meluas ini akan menimbulkan retak-retak serta pecah-pecah


dalam beton, dan akhirnya merusak seluruhnya. Bahan-bahan reaktif seperti opal,
tridymite, opaline silika, chalcodony, bila keadaan memaksa dapat dipergunakan asalkan
memakai jenis semen portland dengan kadar alkali rendah yaitu kurang atau sama
dengan 0.6 % ( < 0.6% ).

4) Kehilangan berat akibat pemanasan (Ignitionloss)

Substansi yang terbuang dari semen akibat pemanasan adalah air dan karbon
dioksida. Kehilangan berat akibat pemanasan menunjukkan bahwa semen yang
bersangkutan mempunyai kadar air tinggi. Kadar air yang tinggi dalam semen dapat
menyebabkan waktu pengerasan yang lama. Berdasarkan pengurangan berat yang
diijinkan adalah 5% pada suhu 1000C . Oleh karena semen merupakan bahan yang

II - 10
higroskopis maka selama penyimpanannya di gudang harus diusahakan agar supaya
tidak dapat menghisap air akibat udara lingkungan yang lembab, harus diusahakan pula
agar supaya semen disimpan di tempat-tempat kering serta bebas dari aliran udara.

5) Kehalusan Butiran

Kehalusan butiran-butiran semen mempengaruhi waktu pengerasan pasta semen.


Lebih luas permukaan yang dapat dihidrasi, lebih banyak gel semen dapat terbentuk
pada umur muda, maka lebih tinggi kekuatan tekan awal yang dapat dicapai oleh semen.
Akan tetapi gel semen yang terbentuk itu memperlambat waktu hidrasi akibat suatu aksi
gel-gel sendiri yang mencegah terbentuknya gel-gel lain lebih cepat, jika telah terbentuk
gel-gel semen dalam jumlah besar.

Oleh karenanya, penggilingan extra halus butiran-butiran semen itu, efisien dalam
penambahan kekuatan tekan hanya sampai pada umur 7 hari.

Sifat-sifat yang berhubungan dengan kehalusan butiran-butiran semen adalah :

Kekuatan awal tinggi


Cepat mundurnya mutu semen jika dipengaruhi cuaca
Reaksi kuat dengan bahan agregat reaktif
Retak-retak
Daya penyusutan tinggi
Pengikatan yang cepat
Kebutuhan air yang banyak
Mengurangi bleeding
Semen portland biasa mempunyai luas permukaan minimum 2250 cm2 per gram,
sedangkan semen yang cepat mengeras 3200 cm2 per gram.

2.4 Semen Portland Khusus (Special)


a. Mineral-mineral dalam semen portland secara individu masing-masing mempunyai sifat-
sifat tersendiri mengenai batas waktu hidrasi, perkembangan kekuatan tekan,
perkembangan panas hidrasi dan sebagainya.
Dengan menentapkan batas-batas tertentu pada kombinasi kimianya, terbuka
kemungkinan untuk mengubah sifat-sifat semen portland sedemikian sehingga menjadi
lebih cocok bagi penggunaannya dalam keadaan-keadaan khusus.

II - 11
b. Kita mengenal 5 tipe semen portland yaitu tipe I, II, III, IV, V sesuai dengan klasifikasi
yang ditentukan oleh ASTM. Apabila semen bereaksi dengan air maka timbulah panas
hidrasi yang cukup banyak. Komponen C3S dan C3A menghidrasi cukup cepat,
sedangkan C2S dan C3AF menghidrasi lebih lambat serta mengeluarkan panas hidrasi
dengan kecepatan yang lebih rendah.
Banyaknya panas untuk 1 gram bahan dalam kalori per gram pada saat terjadi hidrasi
ialah :

136 (C3S) + 62 (C2S) + 200 (C3A) + 30 (C4AF)

Tabel 2.1 Tipe-tipe semen sesuai standar ASTM

Prosentase

Tipe ASTM Penggunaan Karakteristik C3S C2S C3 C3A


A F

Tipe I

Biasa, penggunaan Bangunan- 53 24 8 8


umum bangunan beton
biasa

Tipe II

Modified panas Pembetonan - 47 3 12


hidrasi, ketahanan massal
max 32 max
terhadap sulfat sedang
dan biasa
50 8

Tipe III

Cepat mengeras Pembetonan di - 58 16 8 8

Kekuatan awal tinggi musim dingin

Tipe IV 26 54 2

Panas hidrasi rendah Pembetonan Mempunyai max min max 12


massal kadar
35 40 7

II - 12
C3A dan C3S
yang tinggi

Tipe V

Tanah terhadap sulfat Air mengandung Kadar rendah max max


sulfat atau air di dari 5
50
laut
C3A dan C3S

Semen putih Beton putih Kadar rendah 51 26 11 1


khusus dari

C3A, C4AF, &


MgO

Tipe I :

Dipakai untuk keperluan konstruksi yang tidak memerlukan persyaratan khusus


terhadap panas hidrasi dan kekuatan tekan awal. Cocok dipakai pada tanah dan air yang
mengandung sulfat antara 0,0 - 0,10 % dan dapat digunakan untuk bangunan rumah
pemukiman, gedung-gedung bertingkat dan lain-lain.

Tipe II

Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan
sulfat (pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,10 0,20 %) dan
panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa,
saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan jembatan .

Dengan memperhatikan rumus untuk menghitung panas hidrasi jelaslah bahwa C3A
dan C3S menghidrasi sangat cepat, sedangkan C2S dan C4AF menghidrasi lambat,
dengan menimbulkan panas hidrasi lebih rendah. Dengan menambah prosentase C2S
dari semen portlad tipe I dan mengurangi prosentase C3A dan C3S diperoleh semen yang
mengeluarkan panas hidrasi lebih rendah; disamping itu semen jenis II ini lebih tahan
terhadap serangan sulfat daripada tipe I. Semen tipe II disebut juga modified portland

II - 13
cement dan penggunaannya sama seperti untuk tipe I ditambah dua keuntungan yang
disebut diatas.

Tipe III

Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal tinggi
pada fase pemulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton,
bangunan tingkat tinggi, bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap
serangan sulfat.

Semen tipe III disebut juga semen dengan kekuatan awal tinggi. Jenis ini
digunakan bilamana kekuatan harus dicapai dalam waktu singkat, walaupun harganya
sedikit lebih mahal. Biasanya dipakai pada pembuatan jalan yang harus cepat dibuka
untuk lalu-lintas; juga apabila acuan itu harus bisa dibuka dalam waktu singkat. Panas
hidrasi 50% lebih tinggi dari pada yang ditimbulkan semen tipe I.

Tipe IV

Dipakai untuk kebutuhan pengecoran yang tidak menimbulkan panas, pengecoran


dengan penyemprotan (setting time lama) yang dalam penggunaannya memerlukan
panas hidrasi yang rendah.

Semen portland tipe IV ini menimbulkan panas hidrasi rendah dengan prosentase
maksimum untuk C3S sebesar 35 %, untuk C3A sebesar 7 % dan untuk C2S prosentase
minimum sebesar 40 %. Tipe IV ini tidak lagi diproduksi dalam jumlah besar seperti
pada waktu pembuatan Hoover Dam, akan tetapi telah diganti dengan tipe II yang
disebut modified portland cement.

Tipe V

Dipakai untuk konstruksi bangunan pada tanah/air yang mengandung sulfat


melebihi 0,20 % dan sangat cocok untuk instalasi pengolahan limbah pabrik, konstrksi
dalam air, jembatan, terowongan, pelabuhan dan pembangkit tenaga nuklir.

Semen portland tipe V ini tahan terhadap serangan sulfat serta mengeluarkan panas.
Reaksi antara C3A dan CaSO4 menyebabkan terjadinya Calcium Sulfoaluminate.

II - 14
Dengan cara yang sama, dalam semen yang telah mengeras, hidrat dari C3A dapat
bereaksi dengan garam-garam sulfat dari luar, kemudian membentuk Calcium
Sulfoaluminate di dalam struktur pasta yang telah terhidrasi tersebut.

Penambahan volume pada fase padat, jika terbentuk Calcium Sulfoaluminate dalam
jumlah besar yaitu 227%, sehingga akibat reaksi-reaksi sulfat ini akan terjadi disintegrasi
dari beton.

Reaksi-reaksi lain yang mungkin terjadi antara lain : Ca(OH)2 dengan garam-garam
sulfat dari luar yang hasilnya adalah terbentuknya gips yang diikuti dengan penambahan
volume pada fase padat sebesar 124%.

Reaksi-reaksi tersebut diatas dikenal sebagai serangan-serangan sulfat, yang paling


aktif menyerang ialah garam-garam MgSO4 dan Na2SO4. Serangan-serangan ini akan
dipercepat apabila disertai dengan silih bergantinya keadaan basah dan kering.
Terutama di daerah-daerah yang terkena pengaruh pasang surut pada bangunan-
bangunan beton dilaut menderita serangan-serangan sulfat ini. Gunakanlah semen tipe
V ini untuk menahan serangan-serangan ini.

Semen tipe V ini mengandung kurang dari 5% C3A dan sejumlah terbatas C4AF
dan Mg. Kadar C3S dibatasi sampai dengan 50% oleh karena C3S melepaskan sejumlah
banyak Ca(OH)2 selama berlangsungnya hidrasi, sehingga akan mengurangi ketahanan
semen terhadap serangan kimia.

Oil Well Cement

Semen ini digunakan untuk penyemenan sumuran minyak yang didalamnya dapat
mencapai beberapa ribu feet.

Adukan semen harus tahan terhadap tekanan sampai dengan 1000 atmosfir dan
suhu sampai 247 F tanpa menunjukkan gejala pengikatan sebelum waktunya.

Dalam semen jenis ini komponen C3A yang cepat menghidrasi tidak digunakan,
disamping itu dibubuhkan bahan-bahan serbuk khusus penghambat waktu pengikatan
semen.

Semen-semen dengan kadar Alkali rendah

II - 15
Jenis semen ini digunakan di negara-negara penghasil agregat yang reaktif terhadap
iklim. Jenis semen ini tidak menggunakan Alkali dalam komposisinya.

Semen Putih

Jenis semen ini dibuat dari batu kapur yang bebas besi, quarts, pasir dan kaolin.
Semen putih menunjukkan suatu produk dari teknologi tertinggi yang dapat dicapai oleh
industri semen. Sesuai syarat-syarat untuk semen portland dapat dipenuhinya.

Oleh karena penggilingan serbuknya mahal, demikian juga bahan bakunya, maka
semen putih termasuk jenis semen portland yang mahal.

2.5 Pengikatan serta Pengerasan Semen Portland

a. Hal penting yang harus mendapat perhatian kita pada semen portland adalah pengikatan
dan pengerasannya.
Semen portland dalam keadaan kering mempunyai energi latent yang besar, energi ini
mulai aktif setelah semen itu dibubuhi air. Masa ini kemudian menjadi plastis sehingga
dapat dikerjakan dengan mudah. Semen portland merupakan bahan pengikat hidrolis,
yang berarti bahwa pengerasannya melulu tergantung pada reaksi kimia yang disebabkan
oleh air dan semen, oleh karenanya semen portland dapat mengeras meskipun didalam
air. Patut diketahui apabila pada saat berlangsungnya proses pengerasan pemberian air
itu kita hentikan maka reaksi kimia antara air dan semen berhenti. Nilai dari semen
portland sebagai bahan pengerasan ditentukan oleh kelangsungan terjadinya reaksi
kimia antara semen dengan air secara baik. Pada umumnya dibutuhkan sebanyak
kira-kira 20% air dari berat semen yang dipakai agar semen itu dapat mengeras.

b. Pada reaksi antara semen dan air kita bedakan menjadi 2 (dua) periode yang berlainan :
periode pengikatan dan periode pengerasan. Pengikatan adalah peralihan dari
keadaan plastis kedalam keadaan keras, sedangkan pengerasan adalah penembahan
kekuatan setelah pengikatan itu selesai.

c. Yang harus kita perhatikan adalah awal pengikatan, yaitu pada saat mulainya semen
menjadi kaku, saat ini ditentukan dalam jam dan menit setelah semen itu kita aduk
dengan air.

II - 16
d. Selanjutnya kita perhatikan waktu pengikatan, yaitu periode yang berlangsung antara
permulaan semen menjadi kaku dan saat semen itu beralih kedalam keadaan keras/padat.
Keadaan ini dapat diartikan bahwa pasta semen telah menjadi keras, akan tetapi belum
cukup kuat. Setelah ini pengerasan berlangsung terus mula-mula secara cepat,
kemudian lebih lambat untuk jangka waktu yang lama.

e. Pengikatan harus terus berlangsung dengan lambat, sebab jika tidak demikian adukan
beton akan sukar dikerjakan. Oleh karena itu spesifikasi-spesifikasi untuk semen
mensyaratkan bahwa awal pengikatan dari pasta semen tidak boleh terjadi kurang dari
satu jam (1 jam) setelah kita membubuhkan air pada semen. Pada umumnya waktu ini
adukan beton berlangsung lebih lama kira-kira 3-5 jam. Namun demikian teknologi
beton menghendaki bahwa semen itu cepat mengeras, karena dengan ini dapat dicapai
keuntungan-keuntungan teknis maupun finansial seperti : waktu pembongkaran acuan
yang dapat dilaksanakan tanpa harus menunggu lama.

f. Dengan memperhatikan hal-hal yang telah diuraikan di atas jelaslah bahwa :


1) Terutama pada saat-saat permulaan, waktu beton sedang mencapai kekuatannya,
harus dijaga agar supaya beton tidak menjadi kering. Hal ini dapat dilaksanakan
dengan pembasahan dengan air, sehingga dapat mencegah penguapan air dari
massa beton.
2) Penusukan dan/atau penggetaran adukan beton dapat dilakukan tanpa
membahayakan, selama belum terjadi pengikatan. Apabila penusukan dan/atau
penggetaran adukan beton dilakukan setelah terjadinya pengikatan, maka kesatuan
yang telah terjadi antara bahan-bahan campuran beton akan terganggu sehingga
tidak akan tercapai kekuatan yang dikehendaki karena semen yang telah mulai
mengikat itu tidak akan mampu mempersatukan kembali butir-butir pasir dan
kerikil.
3) Harus diberikan waktu yang cukup pada beton supaya dapat mengeras serta harus
diusahakan agar supaya reaksi kimia antarase dan air dapat berlangsung
memuaskan tanpa kekurangan air.

II - 17
g. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi waktu pengikatan awal dari semen.

1) Umur Semen
Selama semen itu disimpan untuk jangka waktu yang lama, maka semen itu
akan menghisap air dan zat asam arang dari udara, sehingga terjadi pra-hidrasi.
Sebagai akibatnya, semen itu akan menunjukkan proses pengikatan yang
lambat. Disamping itu akan dicapai kekuatan tekan lebih rendah.

2) Suhu
Kecepatan suatu reaksi kimia tergantung pada suhu dari masa yang bereaksi
serta suhu lingkungannya. Reaksi antara semen dan air berlangsung lebih
cepat pada suhu yang tinggi (perawatan dengan uap misalnya), akan tetapi
untuk proses pengikatan suhu yang paling tepat kira-kira 23 C

3) Jumlah air yang Dibutuhkan


Agar reaksi kimia antara semen dan air berlangsung dengan memuaskan,
dibutuhkan air sebanyak kira-kira 20% dari berat semen.

Dalam adukan beton yang memerlukan lebih banyak air, panas hidrasi akan
timbul disebarkan dengan lebih meluas pada bahan-bahan agregat yang lainnya,
sehingga suhu pada saat terjadinya pengikatan akan jauh lebih rendah dari pada
suhu waktu terjadi pengikatan hanya antara air dan semen,sehingga waktu
pengikatan pada adukan beton akan berlangsung lebih lama.

h. Sebagai gambaran tentang pengaruh umur semen terhadap kemunduran mutunya, dapat
dilihat pada hasil penelitian di bawah ini yang berhubungan dengan hal tersebut.

II - 18
Tabel 2.2 Pengaruh umur semen terhadap mutu beton

Waktu Pengurangan Kekuatan Tekan (%)

Setelah 1 bulan 5 10

Setelah 2 bulan 10 20

Setelah 6 bulan 20 30

Setelah 12 bulan 30 - 40

i. Dibawah ini tertera hasil-hasil penelitian mengenai perbedaan-perbedaan kekuatan tekan


beton dengan menggunakan semen-semen tipe lain dibandingkan dengan kekuatan
tekan beton yang menggunakan semen portland biasa tipe I.

Tabel 2.3 Kekuatan tekan beton dengan menggunakan berbagai macam tipe semen
Kekuatan tekan % dari kekuatan tekan

Tipe semen portland semen portland

Umur Umur Umur

3 hari 28 hari 3 bulan

Tipe I 100 100 100

Biasa, penggunaan
umum

Tipe II

Modified panas hidrasi, 80 85 100


ketahanan terhadap
sulfat sedang

II - 19
Tipe III

Cepat mengeras 190 130 115

Kekuatan awal tinggi

Tipe IV

Panas hidrasi rendah 50 65 90

Tipe V

Tahan terhadap sulfat 65 65 85

Harga-harga tersebut diatas berdasarkan pada contoh-contoh benda uji beton


yang mendapat perawatan dengan pembahasan secara kontinyu sampai tiba
saatnya untuk diperiksa kekuatan tekannya.

j. Semen portland sebagai bahan pengikat dalam konstruksi beton bertulang merupakan
unsur yang sangat penting. Oleh karena semen portland adalah suatu produk kimia yang
mutunya tidak dapat ditentukan dengan pengamatan secara visual, maka mutu semen
portland harus diperiksa di sebuah laboratorium pemeriksaan bahan-bahan.

l. Pengujian semen portland hanya akan mempunyai arti bila kita dapat menyajikan data-
data yang dapat kita bandingkan. Jelaskan bahwa data-data tersebut hanya dapat
diperoleh bilamana ada keseragaman tentang :

a) Komposisi mortar semen yang akan diuji


b) Nilai faktor air semen
c) Cara mencampur dan mengaduk semen

d) Cara mengisi cetakan


e) Cara pengujian benda uji

II - 20
m. Biasanya pengujian semen portland meliputi pengujian secara mekanis. Disetiap negara
yang telah maju pada umumnya telah tersedia spesifikasi-spesifikasi untuk pengujian
semen yang telah dinormalisasikan, di Indonesia dapat digunakan NI-8, juga cara-cara
yang diuraikan dalam ASTM (American Standard for Testing and Materials).

2.6 Cara Pengangkutan dan Penimbunan Semen

2.6.1 Pengangkutan Semen

Di dalam pabrik semen, untuk pengangkutan produk-produk semen dapat berbentuk


kantong empat lapis dengan isi 40 kg - 50 kg. Atau dengan bulk yang pengisiannya sudah
dilengkapi dengan skala timbangan berapa yang diisikan. Baik kantong maupun bulk ini
dapat diangkut dengan truk atau KA khusus untuk semen.

Cara mengatur kantong-kantong semen dalam truk dan KA dapat langsung di bawah belt
conveyor, ditumpuk dengan tenaga manusia sampai sejumlah 200 kantong tipa truk dan
750 kantong tiap gerbong KA.

Kalau diangkut dengan bulk langsung dibawah silo tergantung kapasitasnya, pengisiannya
biasanya antar 10-12 ton.

Khusus untuk kapal, pengangkutannya harus diketahui :


a) syarat kapal (certificate, trayek)
b) kelas kapal (jenis, tahun, ukuran)
c) kegiatan pemuatan (jumlah pecah, susut, rusak, hilang)
d) kegiatan pembongkaran (sistem bongkar muat, canvas sling, kecepatan,
hasil pembongkaran)
Setelah diadakan perjanjian terperinci baru dilaksanakan pemuatannya lewat pelabuhan
semen, dikirim antar-pulau, maupun untuk eksport.

2.6.2 Penimbunan Semen


Disimpan dalam gudang, sedapat mungkin yang tidak lembab udara, dan tidak dapat
kemasukan air baik dari hujan maupun air tanah yang merembes atau tembus kedalam
gudang.
Kalau persyaratan ini sudah dipenuhi cara menimbun adalah sbb. :

II - 21
a) maximum tinggi tumpukan = 18 kantong
b) dari dinding gudang berjarak 0,5 m
c) dari lantai diberi udara/angin-angin berjarak 10 cm
d) sebagai alasnya sebaiknya dari kayu kering
e) umur semen dalam gudang maksimum 3 bulan
f) selebihnya 3 bulan berakibat mutu semen akan turun

II - 22

You might also like