Professional Documents
Culture Documents
II - 1
Secara jelas proses pembuatan semen dapat dilihat pada Gambar 2.1 dan
Gambar 2.2
Bahan semen yang digiling dalam kondisi basah dan kondisi kering masing-masing
disebut proses basah dan proses kering. Diameter kilen berkisar 5-7 meter dan panjang
kilen dapat mencapai 230 meter.
Storage Storage
Penyimpanan
Storage &
Granding & Final blending
blending
Preheater
Burning (kilen)
Gypsum
Finishing grinding
Storage
Distribusi ke pasaran
Gambar 2.1
Sket Pembuatan Semen Portland
II - 2
Formation of Initial
Clay dicomposes composed
Free
water Lime stone Initial formation of
dicimposes C2S
zone Formation of melt
dehidration
zone
calculation Formatin of C3S
zone
clinkering
Clinker
cooling
out
450C 800C 1200C 1350C 1550C
Elemen O Si Ca Al Fe
II - 3
Mengenai hasil hidratasi semen yaitu Calsium Silikat Hidrat, Tricalsium Alumina Hidrat.
2 C3S + 6 H C3S2H3 + 3 CH
2 C2S + 4 H C3S2H3 + CH
C3A + CSH2 + 10 H C4ASH12
C3A + CH + 12 H C4AH13
C4AF + 2 CH + 2 CSH2 + 18 H C8AFS2H24
C4AF + 4 CH + 22 H. C8AFH26
dimana,
S = SO3 ; H = H2O ; CH = Ca(OH)2
Pemilihan Pemakaian Bahan Semen
a. Semen untuk membuat campuran beton harus memenuhi salah satu dari ketentuan
berikut :
1. SNI 15 - 2049 1994 Semen Portland ( ASTM C 150 )
2. Spesifikasi Semen Blended Hidrolis ( ASTM C 595 ), kecuali type S dan
type SA yang tidak diperuntukkan sebagai unsur pengikat utama struktur
beton.
3. Spesifikasi Semen Hidrolis Ekspansif ( ASTM C 845 )
b. Semen yang digunakan pada pekerjaan konstruksi harus sesuai dengan semen yang
digunakan pada perhitungan porporsi campuran beton, yang berkaitan dengan
kekuatan dan karakteristik yang harus diperhatikan.
Hal ini berarti bahwa semen yang dipakai untuk satu jenis pekerjaan harus berasal dari
sebuah produsen semen yang telah menetapkan standar pengujian terhadap bahan semen
yang diproduksi
Bila dipakai semen dari produsen yang berbeda maka akan berpengaruh pada :
- perhitungan proporsi campuran beton
- berat jenis dan berat volume beton
- waktu pengikatan dan waktu pengerasan beton
Dengan demikian akan berpengaruh dalam pelaksanaan pekerjaan pembetonan, jadi untuk
satu proyek harus dipakai satu produsen semen.
II - 4
Pada dasarnya semen yang dipergunakan dalam pembuatan beton ialah semen
portland dan semen portland pozolan. Didalam SII 0132-81 dinyatakan semen tersebut
harus memenuhi syarat-syarat :
- Klasifikasi semen portland (ada 5 jenis)
- Syarat mutu yang terdiri dari :
Syarat kimia
Syarat fisika
Untuk semen portland pozolan harus memenuhi syarat-syarat yang ada dalam SII 0132-75
atau ASTM C595 Spesification for Blended Hidraulic Cement, dan ASTM C595.
Dalam spesifikasi SII 0132-75 dinyatakan bahwa semua portland pozolan harus
memenuhi :
- Golongan semen portland pozolan jenis SPP 400 dan SPP 200
- Syarat mutu
- Syarat kimia
- Syarat fisika
a. Yang disebut semen hidrolik adalah suatu bahan pengikat yang mengeras jika
bereaksi dengan air serta menghasilkan produk yang tahan air. Contoh-contoh
semen hidrolik adalah semen portland, semen alumina, semen putih dll. Gips,
bukan merupakan semen hidrolik, karena setelah mengeras bereaksi dengan air,
produk ini larut dengan air.
Kapur yang telah mengeras adalah tahan air tetapi mengerasnya kapur setelah
bereaksi dengan karbon dioksida, bukan dengan air.
II - 5
Bahan-bahan ini dengan pengawasan yang ketat, digiling dan dicampur menurut
suatu proses tertentu. Campuran ini dipanaskan dalam oven pada suhu 1450C sampai
menjadi klinker. Klinker ini dipindahkan, digiling sampai halus disertai penambahan 3-5 %
gips untuk mengendalikan waktu pengikatan semen supaya tidak berlangsung terlalu cepat.
Reaksi-reaksi yang terjadi waktu proses pembuatan semen adalah sebagai berikut :
II - 6
2.3 Evaluasi Semen Portland
2.3.1 Sifat-sifat teknis semen portland
Sifat-sifat semen portland bergantung kepada :
- Susunan kimia
- Kadar gips
- Kehalusan butirannya
a. Apabila dilakukan analisis kimia mengenai semen portland, maka dapat diketahui
komposisisnya. Sebagai contoh dibawah ini tercantum hasil analisa suatu jenis semen
tertentu.
Komponen Prosentase (%) Lain-lain
Fe2O3 3.5
MgO 1.4
Balace 0.9
(Mn. Ti dsb.)
Jumlah 100 %
Dari hasil analisa diatas jelas tampak bahwa kapur merupakan komponen yang
jumlahnya terbanyak, disusul oleh silika, alumina dan oksida besi. Oksida-oksida itu
II - 7
merupakan ke-4 oxida utama dalam semen portland. Disamping itu terdapat juga
komponen lainnya, jumlah oksida-oksida tersebut berkisar antara :
Kapur (CaO) 60 66 %
Silica (SiO2) 19 25 %
b. Komposisi mineral dalam prosen berat menurut BOGUE dapat ditentukan dari hasil
analisa kimia sebagai berikut :
Trikalsium Silikat :
Dikalsium Silikat :
Trikalsium Aluminat :
C4AF = 4 CaO.Al2O3.Fe2O3
II - 8
Nilai SR menunjukkan apakah semen itu kaya akan Silika atau tidak.
Pada umumnya 1.6 < SR < 3.5 dengan nilai rata-rata 2.0 2.5
Al 2 O3
AR = = 2.0
Fe2 O3
Nilai-nilai AR yang lebih rendah dijumpai pada jenis semen yang tahan terhadap
sulfat, sedangkan harga-harga AR yang lebih tinggi dijumpai pada semen putih. Akan
tetapi biasanya nilai AR yang dikehendaki adalah nilai AR yang serendah mungkin.
Faktor kejenuhan kapur atau lime saturation factor LSF, adalah perbandingan jumlah
kapur dalam prosen berat semen terhadap ke 3 jumlah komponen-komponen utama
pembuat klinker,
CaO
LSF =
SiO2 + Al 2 O3 + Fe2 O3
Apabila nilai LSF terlalu rendah, maka semen kekurangan komponen C3S. Jika harga
LSF lebih besar dari 1.0, maka semua Silika menjadi Calsium Silikat sehingga dalam
semen terdapat Kapur bebas. Bilamana nilai C3S terlalu rendah, maka mutu semen
jelek. Kapur bebas dalam semen akan menyebabkan semen yang terhidrasi itu tidak
stabil volumenya.
Jadi secara umum 0.66 < LSF < 1.02. LSF lebih besar dari 1.02 (LSF>1.02) mutu
semen jelek karena terdapat kapur bebas dalam semen.
LSF < 1.00 Silika yang terdapat dalam bentuk campuran C2S dan C3S.
1) Magnesia, MgO
Seperti pada saat mencampur kapur (CaO) dengan air, bilamana Oxida
Magnesium tercampur dengan air, maka hal ini akan diikuti oleh penambahan volume.
II - 9
Dengan sendirinya penambahan volume itu akan dialami oleh beton yang menggunakan
bahan tersebut disertai dengan retak-retak. Kadar MgO dibatasi sampai 5%.
SO3 merupakan bahan yang sangat penting dalam semen portland, karena berfungsi
sebagai pengatur waktu pengikatan semen. SO3 terdapat dalam gips Ca SO4. Apabila
kadar gips terlalu tinggi, maka selam berlangsungnya proses pengerasan akan timbul
pengembangan gips. Oleh karena itu kadar SO3 biasanya dibatasi sampai dengan
2.5 3.0 %.
Na2O dan K2O selalu dijumpai dalam bahan-bahan baku untuk semen. Apabila
bahan agregat yang akan digunakan untuk campuran beton mengandung Silikat reaktif,
maka akan timbul reaksi kimia yang merugikan beton.
Substansi yang terbuang dari semen akibat pemanasan adalah air dan karbon
dioksida. Kehilangan berat akibat pemanasan menunjukkan bahwa semen yang
bersangkutan mempunyai kadar air tinggi. Kadar air yang tinggi dalam semen dapat
menyebabkan waktu pengerasan yang lama. Berdasarkan pengurangan berat yang
diijinkan adalah 5% pada suhu 1000C . Oleh karena semen merupakan bahan yang
II - 10
higroskopis maka selama penyimpanannya di gudang harus diusahakan agar supaya
tidak dapat menghisap air akibat udara lingkungan yang lembab, harus diusahakan pula
agar supaya semen disimpan di tempat-tempat kering serta bebas dari aliran udara.
5) Kehalusan Butiran
Oleh karenanya, penggilingan extra halus butiran-butiran semen itu, efisien dalam
penambahan kekuatan tekan hanya sampai pada umur 7 hari.
II - 11
b. Kita mengenal 5 tipe semen portland yaitu tipe I, II, III, IV, V sesuai dengan klasifikasi
yang ditentukan oleh ASTM. Apabila semen bereaksi dengan air maka timbulah panas
hidrasi yang cukup banyak. Komponen C3S dan C3A menghidrasi cukup cepat,
sedangkan C2S dan C3AF menghidrasi lebih lambat serta mengeluarkan panas hidrasi
dengan kecepatan yang lebih rendah.
Banyaknya panas untuk 1 gram bahan dalam kalori per gram pada saat terjadi hidrasi
ialah :
Prosentase
Tipe I
Tipe II
Tipe III
Tipe IV 26 54 2
II - 12
C3A dan C3S
yang tinggi
Tipe V
Tipe I :
Tipe II
Dipakai untuk konstruksi bangunan dari beton massa yang memerlukan ketahanan
sulfat (pada lokasi tanah dan air yang mengandung sulfat antara 0,10 0,20 %) dan
panas hidrasi sedang, misalnya bangunan dipinggir laut, bangunan dibekas tanah rawa,
saluran irigasi, beton massa untuk dam-dam dan landasan jembatan .
Dengan memperhatikan rumus untuk menghitung panas hidrasi jelaslah bahwa C3A
dan C3S menghidrasi sangat cepat, sedangkan C2S dan C4AF menghidrasi lambat,
dengan menimbulkan panas hidrasi lebih rendah. Dengan menambah prosentase C2S
dari semen portlad tipe I dan mengurangi prosentase C3A dan C3S diperoleh semen yang
mengeluarkan panas hidrasi lebih rendah; disamping itu semen jenis II ini lebih tahan
terhadap serangan sulfat daripada tipe I. Semen tipe II disebut juga modified portland
II - 13
cement dan penggunaannya sama seperti untuk tipe I ditambah dua keuntungan yang
disebut diatas.
Tipe III
Dipakai untuk konstruksi bangunan yang memerlukan kekuatan tekan awal tinggi
pada fase pemulaan setelah pengikatan terjadi, misalnya untuk pembuatan jalan beton,
bangunan tingkat tinggi, bangunan dalam air yang tidak memerlukan ketahanan terhadap
serangan sulfat.
Semen tipe III disebut juga semen dengan kekuatan awal tinggi. Jenis ini
digunakan bilamana kekuatan harus dicapai dalam waktu singkat, walaupun harganya
sedikit lebih mahal. Biasanya dipakai pada pembuatan jalan yang harus cepat dibuka
untuk lalu-lintas; juga apabila acuan itu harus bisa dibuka dalam waktu singkat. Panas
hidrasi 50% lebih tinggi dari pada yang ditimbulkan semen tipe I.
Tipe IV
Semen portland tipe IV ini menimbulkan panas hidrasi rendah dengan prosentase
maksimum untuk C3S sebesar 35 %, untuk C3A sebesar 7 % dan untuk C2S prosentase
minimum sebesar 40 %. Tipe IV ini tidak lagi diproduksi dalam jumlah besar seperti
pada waktu pembuatan Hoover Dam, akan tetapi telah diganti dengan tipe II yang
disebut modified portland cement.
Tipe V
Semen portland tipe V ini tahan terhadap serangan sulfat serta mengeluarkan panas.
Reaksi antara C3A dan CaSO4 menyebabkan terjadinya Calcium Sulfoaluminate.
II - 14
Dengan cara yang sama, dalam semen yang telah mengeras, hidrat dari C3A dapat
bereaksi dengan garam-garam sulfat dari luar, kemudian membentuk Calcium
Sulfoaluminate di dalam struktur pasta yang telah terhidrasi tersebut.
Penambahan volume pada fase padat, jika terbentuk Calcium Sulfoaluminate dalam
jumlah besar yaitu 227%, sehingga akibat reaksi-reaksi sulfat ini akan terjadi disintegrasi
dari beton.
Reaksi-reaksi lain yang mungkin terjadi antara lain : Ca(OH)2 dengan garam-garam
sulfat dari luar yang hasilnya adalah terbentuknya gips yang diikuti dengan penambahan
volume pada fase padat sebesar 124%.
Semen tipe V ini mengandung kurang dari 5% C3A dan sejumlah terbatas C4AF
dan Mg. Kadar C3S dibatasi sampai dengan 50% oleh karena C3S melepaskan sejumlah
banyak Ca(OH)2 selama berlangsungnya hidrasi, sehingga akan mengurangi ketahanan
semen terhadap serangan kimia.
Semen ini digunakan untuk penyemenan sumuran minyak yang didalamnya dapat
mencapai beberapa ribu feet.
Adukan semen harus tahan terhadap tekanan sampai dengan 1000 atmosfir dan
suhu sampai 247 F tanpa menunjukkan gejala pengikatan sebelum waktunya.
Dalam semen jenis ini komponen C3A yang cepat menghidrasi tidak digunakan,
disamping itu dibubuhkan bahan-bahan serbuk khusus penghambat waktu pengikatan
semen.
II - 15
Jenis semen ini digunakan di negara-negara penghasil agregat yang reaktif terhadap
iklim. Jenis semen ini tidak menggunakan Alkali dalam komposisinya.
Semen Putih
Jenis semen ini dibuat dari batu kapur yang bebas besi, quarts, pasir dan kaolin.
Semen putih menunjukkan suatu produk dari teknologi tertinggi yang dapat dicapai oleh
industri semen. Sesuai syarat-syarat untuk semen portland dapat dipenuhinya.
Oleh karena penggilingan serbuknya mahal, demikian juga bahan bakunya, maka
semen putih termasuk jenis semen portland yang mahal.
a. Hal penting yang harus mendapat perhatian kita pada semen portland adalah pengikatan
dan pengerasannya.
Semen portland dalam keadaan kering mempunyai energi latent yang besar, energi ini
mulai aktif setelah semen itu dibubuhi air. Masa ini kemudian menjadi plastis sehingga
dapat dikerjakan dengan mudah. Semen portland merupakan bahan pengikat hidrolis,
yang berarti bahwa pengerasannya melulu tergantung pada reaksi kimia yang disebabkan
oleh air dan semen, oleh karenanya semen portland dapat mengeras meskipun didalam
air. Patut diketahui apabila pada saat berlangsungnya proses pengerasan pemberian air
itu kita hentikan maka reaksi kimia antara air dan semen berhenti. Nilai dari semen
portland sebagai bahan pengerasan ditentukan oleh kelangsungan terjadinya reaksi
kimia antara semen dengan air secara baik. Pada umumnya dibutuhkan sebanyak
kira-kira 20% air dari berat semen yang dipakai agar semen itu dapat mengeras.
b. Pada reaksi antara semen dan air kita bedakan menjadi 2 (dua) periode yang berlainan :
periode pengikatan dan periode pengerasan. Pengikatan adalah peralihan dari
keadaan plastis kedalam keadaan keras, sedangkan pengerasan adalah penembahan
kekuatan setelah pengikatan itu selesai.
c. Yang harus kita perhatikan adalah awal pengikatan, yaitu pada saat mulainya semen
menjadi kaku, saat ini ditentukan dalam jam dan menit setelah semen itu kita aduk
dengan air.
II - 16
d. Selanjutnya kita perhatikan waktu pengikatan, yaitu periode yang berlangsung antara
permulaan semen menjadi kaku dan saat semen itu beralih kedalam keadaan keras/padat.
Keadaan ini dapat diartikan bahwa pasta semen telah menjadi keras, akan tetapi belum
cukup kuat. Setelah ini pengerasan berlangsung terus mula-mula secara cepat,
kemudian lebih lambat untuk jangka waktu yang lama.
e. Pengikatan harus terus berlangsung dengan lambat, sebab jika tidak demikian adukan
beton akan sukar dikerjakan. Oleh karena itu spesifikasi-spesifikasi untuk semen
mensyaratkan bahwa awal pengikatan dari pasta semen tidak boleh terjadi kurang dari
satu jam (1 jam) setelah kita membubuhkan air pada semen. Pada umumnya waktu ini
adukan beton berlangsung lebih lama kira-kira 3-5 jam. Namun demikian teknologi
beton menghendaki bahwa semen itu cepat mengeras, karena dengan ini dapat dicapai
keuntungan-keuntungan teknis maupun finansial seperti : waktu pembongkaran acuan
yang dapat dilaksanakan tanpa harus menunggu lama.
II - 17
g. Ada beberapa faktor yang dapat mempengaruhi waktu pengikatan awal dari semen.
1) Umur Semen
Selama semen itu disimpan untuk jangka waktu yang lama, maka semen itu
akan menghisap air dan zat asam arang dari udara, sehingga terjadi pra-hidrasi.
Sebagai akibatnya, semen itu akan menunjukkan proses pengikatan yang
lambat. Disamping itu akan dicapai kekuatan tekan lebih rendah.
2) Suhu
Kecepatan suatu reaksi kimia tergantung pada suhu dari masa yang bereaksi
serta suhu lingkungannya. Reaksi antara semen dan air berlangsung lebih
cepat pada suhu yang tinggi (perawatan dengan uap misalnya), akan tetapi
untuk proses pengikatan suhu yang paling tepat kira-kira 23 C
Dalam adukan beton yang memerlukan lebih banyak air, panas hidrasi akan
timbul disebarkan dengan lebih meluas pada bahan-bahan agregat yang lainnya,
sehingga suhu pada saat terjadinya pengikatan akan jauh lebih rendah dari pada
suhu waktu terjadi pengikatan hanya antara air dan semen,sehingga waktu
pengikatan pada adukan beton akan berlangsung lebih lama.
h. Sebagai gambaran tentang pengaruh umur semen terhadap kemunduran mutunya, dapat
dilihat pada hasil penelitian di bawah ini yang berhubungan dengan hal tersebut.
II - 18
Tabel 2.2 Pengaruh umur semen terhadap mutu beton
Setelah 1 bulan 5 10
Setelah 2 bulan 10 20
Setelah 6 bulan 20 30
Setelah 12 bulan 30 - 40
Tabel 2.3 Kekuatan tekan beton dengan menggunakan berbagai macam tipe semen
Kekuatan tekan % dari kekuatan tekan
Biasa, penggunaan
umum
Tipe II
II - 19
Tipe III
Tipe IV
Tipe V
j. Semen portland sebagai bahan pengikat dalam konstruksi beton bertulang merupakan
unsur yang sangat penting. Oleh karena semen portland adalah suatu produk kimia yang
mutunya tidak dapat ditentukan dengan pengamatan secara visual, maka mutu semen
portland harus diperiksa di sebuah laboratorium pemeriksaan bahan-bahan.
l. Pengujian semen portland hanya akan mempunyai arti bila kita dapat menyajikan data-
data yang dapat kita bandingkan. Jelaskan bahwa data-data tersebut hanya dapat
diperoleh bilamana ada keseragaman tentang :
II - 20
m. Biasanya pengujian semen portland meliputi pengujian secara mekanis. Disetiap negara
yang telah maju pada umumnya telah tersedia spesifikasi-spesifikasi untuk pengujian
semen yang telah dinormalisasikan, di Indonesia dapat digunakan NI-8, juga cara-cara
yang diuraikan dalam ASTM (American Standard for Testing and Materials).
Cara mengatur kantong-kantong semen dalam truk dan KA dapat langsung di bawah belt
conveyor, ditumpuk dengan tenaga manusia sampai sejumlah 200 kantong tipa truk dan
750 kantong tiap gerbong KA.
Kalau diangkut dengan bulk langsung dibawah silo tergantung kapasitasnya, pengisiannya
biasanya antar 10-12 ton.
II - 21
a) maximum tinggi tumpukan = 18 kantong
b) dari dinding gudang berjarak 0,5 m
c) dari lantai diberi udara/angin-angin berjarak 10 cm
d) sebagai alasnya sebaiknya dari kayu kering
e) umur semen dalam gudang maksimum 3 bulan
f) selebihnya 3 bulan berakibat mutu semen akan turun
II - 22