You are on page 1of 19

A lu r P e la y a ra n S u n g a i M u s i 100 KM

AM B AN G LU AR
A lu r C 1 A

A lu r
90 KM

S . B A N Y U A S IN TG B U Y U T
B A lu r C 2
TG . K E P I
C 80 KM

D P. PAYUNG

TG S E R E H
R EN C AN A PELABU H AN
TA N JU N G A PI A PI
E F 70 KM

P. KERAM AT 60 KM

P . S IN G K R IS

50 KM
S. UPANG

P. AYAM

40 KM

pang H
30 KM

I 25 KM

P. BURUNG
J 20 KM

SEL BORANG A IR K U M B A N G
15 KM

10 KM
PELABUHAN P P L S . L A IS

BO O M BARU PUSRI K P. BANJAR


5 KM

L 0 KM

PLAJU S. GERONG
P TB A
Pintu gerbang atau
alur pelayaran

Digunakan untuk
mengarahkan kapal
yang akan masuk dan
atau keluar kolam
pelabuhan.

Alur pelayaran ditandai


dengan alat bantu
pelayaran yang berupa
pelampung dan lampu-
lampu.

Gambar Layout Alur Pelayaran


Karakteristik Pemilihan Alur Pelayaran
Faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan karakeristik alur masuk ke
pelabuhan adalah
1.keadaan traffic kapal,
2.keadaan geografi dan meteorologi di daerah luar,
3.sifat-sifat fisik dan variasi dasar saluran,
4.fasilitas-fasilitas atau bantuan-bantuan yang diberikan pada
pelayaran,
5.kondisi pasang surut, arus dan gelombang
Keuntungan-keuntungan alur pelayaran yang lebar dan dalam

1. jumlah kapal yang dapat bergerak tanpa tergantung pada pasang


surut akan lebih besar,
2. berkurangnya batasan gerak dari kapal-kapal yang rnempunyai draft
besar,
3. dapat menerima kapal yang berukuran besar ke pelabuhan,
4. mengurangi waktu penungguan kapal-kapal yang hanya dapat
masuk ke pelabuhan pada waktu air pasang,
5. mengurangi waktu transito baran&-barang
Persyaratan alur pelayaran
1) kedalaman minimum alur pelayaran;
2) lebar minimum alur pelayaran;
3) panjang minimum bangunan jeti tanpa pengerukan alur

Kedalaman minimum alur pelayaran

ELbed = LLWL dn

dn = df + gl + rb

dengan:
ELbed adalah elevasi dasar alur (pada kedalaman minimum), (m);
LLWL adalah elevasi muka air pada surut terendah ( 0,00), (m);
dn adalah kedalaman alur nominal, (m);
df adalah draft kapal pada muatan penuh, (m),
gl adalah gerakan kapal akibat gelombang, (m);
rb adalah ruang bebas di bawah kapal, (m).
gl+rb bisa diambil = 50% df
Kedalaman Alur Pelayaran
H=d+G+R+P+S+K
Dimana ;
d = draft kapal
G = gerak vertikal kapal karena gelombang dan squat
R = Ruang kebebasan bersih
P = ketelitian pengukuran
S = pengendapan sedimen antara dua pengerukan
K = toleransi pengerukan
Ruang kebebasan bersih adalah ruang minimum yang tersisa
antara sisi terbawah kapal dan elevasi dasar alur nominal kapal,
pada kondisi kapal bergerak dengan kecepatan penuh dan pada
gelombang dan angin terbesar. Ruang kebebasan bersih
minimum adalah 0,5 m untuk dasar laut berpasir dan 1,0 m
untuk dasar karang

Elevasi pengerukan alur ditetapkan dari elevasi dasar alur


nominal dengan memperhitungkan beberapa hal berikut ini.

1. Jumlah endapan yang ter adi antara dua periode


pengerukan,
2. Toleransi pengerukan,
3. Ketelitian pengukuran,
Lebar Alur Pelayaran

Lebar alur pelayaran diukur pada kaki sisi-sisi miring saluran


atau pada kedalaman yang direncankan. Lebar lalur tergantung
pada beberapa faktor, yaitu :
1. lebar, kecepatan dan gerakan kapal,
2. trafik kapal, apakah alur direncanakan untuk satu atau dua
jalur,
3. kedalaman alur
4. apakah alur sempit atau lebar
5. stabilitas tebing alur
6. angin, gelombang, arus dan arus melintang dalam alur
Lebar minimum alur pelayaran

Lebar minimum alur ini sangat tergantung pada ukuran kapal,


kecepatan arus di muara, keadaan gelombang dan kepandaian
nelayan dalam melakukan manuver.
Bruun (1985) memperkenalkan rumus sederhana untuk
menentukan lebar alur minimum, yaitu sebagai berikut

1. Untuk lalu lintas satu jalur

Wn > 4,8 B

1,5 B (1) 1,8 B (2) 1,5 B (1)

m.a

dn
B

4,8 B
(a) Lebar satu jalur
2. Untuk lalu lintas dua jalur

Wn > 7,6 B
1,5 B (1) 1,8 B (2) 1,0 B 1,8 B (2) 1,5 B (1)

m.a

dn

B B

7,6 B
(b) Lebar dua jalur
Catatan :
(1) lebar keamanan 1,5 B
(2) jalur gerak 1,8 B
(3) lebar kemanan antara kapal 1,0
CONTOH SOAL

Hasil survey pengukuran dilapangan diperoleh data kapal sbb ;

Jenis kapal Draft (m) Bobot Lebar Panjang Lpp Kecepatan


(ton m3) (m) (m) (m/dt)
Kapal Penumpang 6,8 15.000,- 22,8 179 15
Kapal Minyak 9,8 20.000,- 24,9 162 10
Kapal Barang 9,0 20.000,- 23,7 170 12,5

Anda rencanakan kedalaman nominal dan lebar alur pelayaran untuk 2


alur pelayaran berdasarkana data diatas serta gambar.
Jika pasang surut 2,5 m dan dasar alur pelayaran berpasir.
Tabel 4.1. lebar alur menurut OCDI

Panjang Alur Kondisi Pelayaran Lebar


Relatif panjang Kapal sering bersimpangan 2 Loa
Kapal tidak sering bersimpangan 1,5 Loa
Selain dari alur Kapal sering bersimpangan 1,5 Loa
diatas
Kapal tidak sering bersimpangan Loa

Pendekatan lain dalam penentuan ukuran lebar dan dalam alur


pelayaran ialah dengan menggunakan cara Jepang yang
menggunakan dua rumus, yaitu sebagai berikut
0 , 69
b2 = 0,67 b1 d 2 b1

d 1 b2
Dengan ;
b1 adalah lebar sungai bagian hulu, (m);
b2 adalah lebar alur pelayaran, (m);
d1 adalah kedalaman rerata sungai di bagian hulu, (m);
d2 adalah kedalaman rerata di alur pelayaran, (m)
Layout Alur Pelayaran

Beberapa ketentuan berikut ini perlu diperhatikan dalam


merencanakan trase alur pelayaran

1. sedapat mungkin trase alur harus mengikuti garis lurus.


2. satu garis lengkung akan lebih baik daripada sederetan
belokan kecil dengan interval pendek.
3. garis lurus yang menghubungkan dua kurva lengkung harus
mempunyai panjang minimum 10 kali panjang kapal terbesar.
4. sedapat mungkin alur tersebut harus mengikuti arah arus
dominan, untuk memperkacil alur melintang.
5. jika mungkin, pada waktu kapal terbesar masuk pada air
pasang, arus berlawanan dengan arah kapal datang.
6. gerakan kapal akan sulit apabila dipengaruhi oleh arus atau
angin melintang, hal ini dapat terjadi ketika kapal bergerak
dari daerah terbuka ke perairan terlindung. Untuk itu maka
lebar alur dan mulut pelabuhan harus cukup besar.
Pada setiap alur terdapat apa yang disebut titik tidak boleh
kembali dimana kapal tidak boleh berhenti atau berputar, dan
mulai dari titik tersebut kapal-kapal diharuskan melanjutkan
sampai ke pelabuhan. Titik tersebut harus terletak sedekat
mungkin dengan mulut pelabuhan dengan merencanakan
/membuat tempat keluar yang memungkinkan kapal-kapal yang
mengalami kecelakaan dapat meninggalkan tempat tersebut,
atau dengan membuat satu lebar tambahan.
R 3 L untuk < 250
R 5 L untuk 250 < < 350
R 10 L untuk > 350

Dengan :
R ; jari-jari belokan
L ; panjang kapal
a ; sudut belokan

Gambar 4.4. Alur pada belokan


Kolam pelabuhan
Kolam pelabuhan harus tenang, mempunyai luas dan
kedalaman yang cukup, sehingga kapal berlabuh dengan aman
dan memudahkan bongkar muat barang

Luas Kolam untuk tambatan

penggunaan Tipe Tanbatan Tanah Dasar atau Jari-jari (m)


Kecepatan Angin
Penungguan di Tambatan bisa Pengangkeran baik Loa + 6H
lepas pantai atau berputar 360o Pengangkeran jelek Loa + 6H+30
bongkar muat
barang Tambatan dengan Pengangkeran baik Loa + 4,5H
dua jangkar
Pengangkeran jelek Loa + 4,5H + 25

Penambatan Kec. Angin 20 m/d Loa + 3H + 90


selama ada badai
Kec. Angin 30 m/d Loa + 4H + 145

H = kedalaman air
Luas Kolam untuk tambatan pelampung

Tipe Tanbatan Tanah Dasar atau Kecepatan Angin


Tambatan pelampung tunggal Lingkaran dengan jari-jari (Loa + 25 m)
Tambatan pelampung ganda Segiempat dengan panjang dan lebar
(Loa + 50m) dan L/2

Kolam putar

Luas kolam putar yang digunakan untuk mengubah arah kapal


minimum adalah luasan lingkaran dengan jari-jari 1,5 kali
panjang kapal total (Loa) dari kapal terbesar yang
menggunakannya

Kedalaman kolam pelabuhan

Kedalaman kolam pelabuhan adalah 1,1 kali draft


Ketenangan di pelabuhan

Tinggi gelombang kritis di pelabuhan

Ukuran Kapal Tinggi gelombang kritis unutk bongkar


muat (H1/3)
Kapal Kecil 0,3 m

Kapal sedang dan besar 0,5 m

Kapal sangat bsar 0,7 -1,5 m

You might also like