You are on page 1of 7

Mila Wati Isolasi dan identifikasi

Kimia FMIPA Unmul

ISOLASI DAN IDENTIFIKASI SENYAWA METABOLIT SEKUNDER DARI FRAKSI


ETIL ASETAT PADA DAUN BERWARNA MERAH PUCUK MERAH (SYZYGIUM
MYRTIFILIUM WALP.)

ISOLATION AND IDENTIFICATION OF SECONDARY METABOLITES COMPOUNDS


FROM ETHYL ACETATE FRACTION ON RED COLORED PUCUK MERAH (Syzygium
Myrtifilium Walp.)

Mila Wati1*, Erwin2, Daniel Tarigan.3


Jurusan Kimia Fmipa, Universitas Mulawarman
1,2,3

Jalan Barong Tongkok No. 4 Kampus Gunung Kelua Samarinda, Kalimantan Timur
Corresponding Author: milawati194@gmail.com

Submit : 10 Maret 2017 Accepted : 03 Mei 2017

ABSTRACT

The study aims to find secondary metabolites isolated from leave of pucuk merah (Syzygium Myrtifilium
Walp). The method used is maceration, fractionation, column chromatography, thin layer chromatography and
identified using Fourier Transform Infra Red (FT IR) and Gass Cromatography Mass Spectroscopy (GC MS).
Phytochemical preliminary test of ethyl acetate fraction contained alkaloids, flavonoids, phenolic and triterpenoids,
while the results of phytochemical test against stains 2 ethyl acetate fraction showed a positive test result contains the
alkaloid compounds and compounds phenolic. The results of the analysis using cluster bonding FT IR emergence OH
(Hydroksi), C H (Aromatic), CH3 (Aliphatic), and CO Ether, whereas the MS chromatograms obtained peak (peak)
which have a similarity value above 90% according to willey09th.L database. estimates of the results of the analysis
can be concluded that the stain 2 ethyl acetate fraction is estimated compound 2,4-di-tersier-butyl-fenol.

Keywords: Secondary metabolites, Isolation dan fractionation, leave of pucuk merah (Syzygium Myrtifilium Walp.),
2,4-di-tersier-butyl-fenol.

PENDAHULUAN Secara umum genus Syzygium senyawa


Indonesia merupakan salah satu negara dengan mengandung metabolit sekunder berupa flavonoid,
kekayaan hayati terbesar di dunia yang memiliki lebih alkaloid, tanin dan terpenoid yang digunakan di dalam
dari 3000 spesies tanaman tingkat tinggi. Hingga saat dunia pengobatan antara lain untuk antiradang,
ini, tercatat 7000 spesies tanaman telah diketahui penahan rasa sakit dan anti jamur [4]
khasiatnya. Namun, kurang dari 300 tanaman yang Berdasarkan uraian di atas, maka perlu
digunakan sebagai bahan baku industri farmasi secara dilakukan penelitian untuk mengetahui bahwa terdapat
regular. Sekitar 1000 tanaman telah diidentifikasikan kemungkinan ada senyawa yang sama pada bagian
dari aspek botani sistematika tumbuhan dengan baik [1] daun merah tanaman Pucuk Merah. Oleh karena itu,
Dengan kekayaan hayati yang sangat dalam penelitian ini dilakukan isolasi dan identifikasi
berlimpah salah satunya yaitu tanaman syzygium yang senyawa metabolit sekunder dari fraksi etil asetat pada
merupakan marga yang memiliki jenis terbanyak dari daun merah tanaman Pucuk Merah dengan
suku myrtaceae, sebanyak 156 jenis syzygium terdapat menggunakan cara ekstraksi, fraksinasi, kromatografi
di Kalimantan, seperti jambu air (Syzygium aqueum), lapis tipis (KLT), kromatografi kolom dan identifikasi
cengkeh (Syzygium aromaficum), ataupun jambu bol menggunakan spektrofotometer Fourier
(Syzygium malaccensis), kupa (Syzygium Transform Infra Red (FT IR) dan Gass
polycephalloides), juwet (Syzygium cumini), jambu Cromatographymass spectroscopy (GCMS).
mawar (Syzygium jambos), salam (Syzygium
polyanthum), klampok abang (Syzygium pycnanfhum) METODOLOGI PENELITIAN
dan lainnya [2] Penelitian dirancang secara kualitatif yang
Kandungan kimia dari daun Salam (Syzygium dilakukan dengan cara eksperimen di Laboratorium.
polyanthum) yaitu pada daun mengandung alkaloid, Daun berwarna merah tanaman Pucuk Merah
polifenol, minyak atsiri, saponin dan flavonoid (Syzygium myrtifolium Walp.) diambil dari lingkungan
sedangkan kulit batangnya mengandung tanin, minyak kampus Universitas Mulawarman Samarinda. Daun
atsiri, saponin dan flavonoid (Zahara dan Widodo, pucuk merah dicuci dan dilakukan pengeringan dengan
2006). Kandungan buah Jambu Madu (Syzygium cara diangin-anginkan, dimaserasi dengan etanol
samarangense) kaya akan kandungan fenolik dan selanjutnya disaring, fraksinasi, kromatografi kolom,
flavonoid [3] kromatografi lapis tipis dan diidentifikasi dengan
100 Kimia FMIPA Unmul
Jurnal Kimia Mulawarman Volume 14 Nomor 2 Mei 2017 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

spektrofotometer Inframerah dan Mass diperoleh ekstrak pekat etil asetat. Lalu dilakukan uji
Spektrometri (MS). fitokimia yang meliputi uji golongan senyawa alkaloid,
triterpenoid, steroid, flavonoid, fenolik dan saponin.
Alat Dalam penelitian ini yang digunakan adalah
Alat-alat yang digunakan dalam penelitian ini fraksi etil asetat, maka pada fraksi etanol tidak
adalah blender, botol kaca gelap 2500 mL, corong kaca, dilanjutkan lagi. Kemudian pada fraksi etil asetat
neraca analitik, batang pengaduk, tabung reaksi, pipet dilanjutkan untuk dipisahkan dan dimurnikan.
tetes, corong pisah, alat kromatografi kolom, botol vial,
plat kromatografi lapis tipis (KLT), pipa kapiler, Analisa Skrining Fitokimia
freezer, desikator, rotary evaporator, chamber KLT, Dilakukan analisa skrining fitokimia terhadap
lampu UV 254 nm dan 366 nm, pinset, botol semprot ekstrak pekat etanol, fraksi n-heksana dan fraksi etil
bintik dan alat-alat gelas. asetat daun merah Syzygium myrtifolium Walp. sebagai
Proses identifikasi diperlukan spektrofotometer uji pendahuluan.
Fourier Transform-Infra Red (FT-IR) dan
spektrofotometer Gass Chromatographi dan Mass Pemisahan dan Pemurnian
Spektrometri (GC-MS). Tahap pemisahan dan pemurnian bertujuan
untuk mendapatkan senyawa murni dari fraksi etil
Bahan asetat. Hasil uji fitokimia yang dilakukan, dapat
Bahan yang digunakan dalam penelitian diketahui senyawa metabolit sekunder dalam fraksi etil
adalah Etanol, n-Heksana, Etil asetat, H2SO4 pekat, asetat. Proses pemisahan dan pemurnian dilakukan
Ce(SO4)2, Asam asetat glasial, pereaksi Dragendorff, dengan menggunakan kromatografi kolom, yang
FeCl3, HCl pekat, serbuk Mg, alumunium foil, kertas sebelumnya dilakukan penentuan komposisi pelarut
saring, silika Gel gel 60 (70 - 230 mesh) dan silika yang akan digunakan pada saat pemisahan dengan
impreg silika gel 60 (35 - 70 mesh) akuades, kapas, dan kromatografi kolom menggunakan Kromatografi Lapis
plat KLT silika gel GF254. Tipis (KLT).
Proses kromatografi lapis tipis terhadap
Persiapan Sampel ekstrak fraksi etil asetat dilakukan dengan fase gerak
Daun berwarna merah tanaman Pucuk Merah berupa campuran etil asetat dan n-heksana dengan
(Syzygium myrtifolium Walp.) yang telah dibersihkan berbagai perbandingan dan fase diam berupa plat silika
lalu dikeringanginkan pada suhu ruangan dan terhindar gel GF254. Komposisi pelarut yang menghasilkan
dari sinar matahari langsung, setelah itu dihaluskan. pemisahan KLT terbaik kemudian digunakan sebagai
fase gerak dalam kromatografi kolom ekstrak etil asetat.
Ekstraksi Sampel Fase diam silika Gel gel 60 (70 - 230 mesh) dan silika
Daun berwarna merah Syzygium myrtifolium impreg silika gel 60 (35 - 70 mesh).
Walp. yang telah dihaluskan sebanyak 900 g Pada pemisahan dengan kromatografi kolom,
dimaserasi dengan menggunakan pelarut etanol 96% silika gel yang disuspensikan terlebih dahulu dengan
selama 3 x 24 jam dan diekstraksi sampai larutan eluen yang telah ditentukan dan dimasukkan ke dalam
ekstrak tidak berwarna. Selanjutnya ekstrak etanol kolom yang dasarnya telah disumbat kapas. Kemudian
dipisahkan dengan cara penyaringan dan dipekatkan didiamkan selama 24 jam. Ekstrak dilarutkan dengan
dengan rotary evaporator sehingga diperoleh ekstrak sedikit pelarut etil asetat dan ditambahkan dengan
pekat etanol. Kemudian dilakukan uji fitokimia yang silika gel sama banyak dengan jumlah ekstrak.
meliputi uji golongan senyawa alkaloid, triterpenoid, Kemudian dimasukkan ke dalam kolom, dan dielusi
steroid, flavonoid, fenolik, dan saponin. dengan menggunakan metode gradien.
Selanjutnya dilakukan proses fraksinasi, Hasil dari kromatografi kolom yang diperoleh
ekstrak pekat etanol difraksinasi dengan n-heksana ditampung dalam vial masing-masing 50 mL dan 100
hingga terbentuk dua fase. Prosees fraksinasi dilakukan mL setiap fraksi. Semua fraksi hasil pemisahan
secara berulang kali hingga warna pelarut pada fraksi kromatografi kolom selanjutnya dilakukan analisis
yang diinginkan tidak berwarna. Fraksi n-heksana yang dengan menggunakan kromatografi lapis tipis dengan
diperoleh dipekatkan dengan rotary evaporator eluen yang sama dan diamati di bawah lampu UV 254
sehingga diperoleh ekstrak pekat n-heksana. Lalu nm dan 366 nm untuk melihat noda dengan Rf yang
dilakukan uji fitokimia yang meliputi uji golongan sama. Fraksi-fraksi dengan noda yang sama pada
senyawa alkaloid, triterpenoid, steroid, flavonoid, kromatografi lapis tipis digabungkan dan diuapkan
fenolik, dan saponin. pelarutnya. Kemudian fraksi yang diperoleh diuji
Selanjutnya dilakukan proses fraksinasi, metabolit sekunder.
ekstrak pekat etanol difraksinasi dengan etil asetat dan Isolat dari fraksi etil asetat hasil kromatografi
ditambahkan air sedikit demi sedikit hingga terbentuk kolom diuji kemurniannya dengan kromatografi lapis
dua fase. Proses fraksinasi dilakukan secara berulang tipis dengan menggunakan beberapa macam eluen. Jika
kali hingga warna pelarut pada fraksi yang diinginkan isolat tetap menunjukan pola noda tunggal, maka dapat
tidak berwarna. Fraksi etil asetat yang diperoleh dikatakan bahwa isolat relatif murni.
dipekatkan dengan rotary evaporator sehingga Isolat yang positif mengandung senyawa
metabolit sekunder dan memberikan noda tunggal pada
Kimia FMIPA Unmul 103
Mila Wati Isolasi dan identifikasi
Kimia FMIPA Unmul

kromatogram, dimurnikan dengan metode rekristalisasi (Syzygium Myrtifilium Walp.) di kromatografi kolom
dengan menggunakan etil asetat panas yang kemudian dengan metode gradien dan diperoleh 40 vial. Dapat
didinginkan di dalam freezer sampai terbentuk kristal dilihat pada Tabel 4.4
kembali. Kristal yang telah terbentuk disaring Masing-masing vial tersebut dimonitoring
kemudian dihitung berat kristal yang diperoleh. Hasil dengan KLT menggunakan eluen etil asetat dan n-
rekristalisasi diamati dengan KLT menggunakan heksana. Vial-vial yang memiliki Rf yang sama
berbagai eluen, yaitu etil asetat dan n-heksana. digabungkan ke dalam satu fraksi gabungan. Setelah
semua monitoring KLT dilakukan diperoleh 3 fraksi
HASIL DAN PEMBAHASAN gabungan seperti yang disajikan pada Tabel 4.5. Fraksi
Sebanyak 900 gram daun pucuk merah 1 memberikan 2 noda dengan Rf 0,7222 dan Rf 0,777.
(Syzygium Myrtifilium Walp) diekstraksi dengan cara Fraksi 2 memberikan 2 noda dengan nilai Rf 0,3889
maserasi menggunakan pelarut etanol, sehingga dan Rf 0,5833. Pada fraksi 3 tidak menunjukkan noda,
diperoleh ekstrak kasar etanol 117 gram. Ekstrak kasar hal ini kurang dinaikkannya kepolaran pelarut sehingga
etanol difraksinasi menggunakan etil asetat : air (10 : 1) senyawa pada fraksi 3 tidak terlihat. kemudian
dan dihasilkan fraksi etil asetat 43 gram. Dapat dilihat dilakukan uji fitokimia pada fraksi 2 noda 2 yang
pada Tabel 4.1. Kemudian dilakukan uji fitokimia. memiliki rendemen sebesar 0,2243 gram, setelah
Hasil uji fitokimia disajikan selengkapnya pada Tabel dimurnikan menggunakan KLT preparatif diperoleh
4.2. senyawa isolat berwarna kuning kehijauan sbebesar
0,0316 gram.
Tabel 4.1 Rendemen isolasi senyawa metabolit
sekunder dari daun pucuk merah Tabel 4.5 Fraksi gabungan hasil kromatografi kolom
(Syzygium Myrtifilium Walp.) yang telah diuji KLT

Rendemen/kadar Fraksi Nomor Massa Rf


Berat ekstrak Vial
1 1-3 0,0518 0,7222 dan
Tahapan proses gram 0,777
Ekstrak kasar etanol 117 Gram 2 4-22 0,2243 0,3889 dan
Fraksi etil asetat 43 gram gram 0,5833
3 23-40 1.5256 -
gram
Tabel 4.2 Uji Fitokimia dari fraksi etil asetat daun
pucuk merah (Syzygium Myrtifilium
Walp.) Tabel 4.6 Uji Fitokimia fraksi 2 noda 2 etil asetat
Blanko berwarna kuning daun pucuk merah (Syzygium Myrtifilium
No. Golongan Hasil Warna Walp.)
Senyawa Uji No. Golongan Hasil Warna
1. Alkaloid + Merah Senyawa Uji
kecoklatan merah
1. Alkaloid + kecoklatan
2. Steroid - Kuning
2. Steroid - bening
3. Triterpenoid + Merah
3. Triterpenoid - bening
4. Fenolik + Hijau
kehitaman 4. Fenolik + Hijau
kehitaman
5. Flavanoid + Kuning pudar
5. Flavanoid - bening
6. Saponin - Tidak berubah
(tidak berbusa) 6. Saponin - Tidak berubah
(tidak
Keterangan : berbusa)
+ = Hasil uji positif
- = Hasil uji negatif Keterangan :
Pada uji KLT dilakukan penentuan perbandingan eluen + = Hasil uji positif
untuk kromatografi kolom, di mana dapat diketahui - = Hasil uji negatif
pemisahan terbaik dapat dilihat pada Tabel 4.3, dan
menggunakan eluen etil asetat dan n-heksana. Hasil spektrum GC MS senyawa hasil isolasi
Sebanyak 14 gram ekstrak daun pucuk merah memberikan serapan pada run time (Rt) 6.871 diduga

102 Kimia FMIPA Unmul


Jurnal Kimia Mulawarman Volume 14 Nomor 2 Mei 2017 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

senyawa 2,4-di-tersier-butyl-Fenol, didukung hasil menunnjukkan hasil uji positif menunjukkan warna
analisis spektrum FTIR, pada fraksi etil asetat noda 2 merah,, Fenolik menggunakan pereaksi FeCl3 diperoleh
diduga memiliki tipe ikatan O H (Hidroksi), C H hasil positif pada ekstrak etil asetat didapat warna hijau
(Aromatik), CH3 (Alifatik) dan CO Eter yang menunjukkan bahwa fenolik positif. Untuk uji
Flavonoid menggunakan pita Mg (magnesium) dan
Pembahasan HCl pekat diperoleh hasil positif pada ekstrak etil
Ekstraksi dan Fraksinasi Senyawa Metabolit asetat dengan terbentuknya larutan berwarna kuning
Sekunder pudar yang sebelumnya larutan berwarna kuning pekat.
Daun pucuk merah (Syzygium Myrtifilium Walp.) saponin dan steroid pada ekstrak etil asetat
adalah salah satu spesies hias populer dan banyak menunjukkan hasil negatif. Terhadap fraksi etil asetat
digunakan sebagai tanaman pagar di daerah perkotaan, dilanjutkan pemisahan dan pemurnian.
sebelum sampel daun pucuk merah (Syzygium
Myrtifilium Walp.) dimaserasi dengan etanol, daun Pemisahan dan Pemurnian Senyawa Metabolit
pucuk merah dicuci, dikeringanginkan dan terhindar Sekunder
dari matahari langsung. Tujuan keringanginkan dan Pada fraksi etil asetat dilakukan Kromatografi
penghindaran dari matahari secara langsung adalah Lapis Tipis (KLT) dengan tujuan untuk mendapatkan
untuk mencegah kerja enzim dan hilangnya metabolit fase gerak yang memberikan pemisahan terbaik.
sekunder yang terdapat dalam sampel. Hilangnya Setelah mendapatkan fase gerak tersebut selanjutnya
metabolit sekunder pada sampel dapat disebabkan oleh dilakukan Kromatografi Kolom untuk memisahkan
peningkatan suhu (menguap) ataupun oleh reaksi sinar komponen-komponen pada fraksi etil asetat. Fase
UV dari sinar matahari. Setelah kering, sampel gerak yang digunakan menghasilkan pemisahan terbaik
dihaluskan dengan menggunakan blender, penghalusan dan untuk lebih memaksimalkan, maka digunakan
sampel bertujuan untuk memaksimalkan interaksi beberapa fase gerak dalam proses kromatografi kolom.
etanol dengan sampel sehingga diharapkan keseluruhan Data hasil KLT fraksi etil asetat
metabolit sekunder dapat terekstrak. dikromatografi kolom untuk memisahkan beberapa
Sebanyak 900 gram daun pucuk merah kering senyawa yang ada di dalam fraksi etil asetat menjadi
diekstraksi dengan pelarut etanol dengan cara maserasi senyawa tunggal. Metode yang dipilih adalah metode
(direndam dengan pelarut organik) pada suhu ruang Gradien, yaitu metode yang menggunakan beberapa
selama 3 24 jam. Perendaman sampel daun pucuk perbandingan eluen sebagai fase gerak yang akan
merah akan mengakibatkan pemecahan dinding dan digunakan dalam proses isolasi.
membrane sel akibat verbedaan tekanan antara di Kromatografi kolom flash dimulai dengan
dalam dan di luar sel, sehingga metabolit sekunder mengisi kolom kromatografi dengan serbuk penjerap
yang berada di dalam sitoplasma akan terlarut dalam silika gel 60 (70 - 230 mesh) sebagai fase diamnya.
pelarut. Silika gel disuspensikan lebih dahulu dengan etil : n-
Pelarut etanol merupakan pelarut universal yang heksan dimasukkan ke dalam kolom yang dasarnya
paling banyak digunakan dalam proses isolasi senyawa telah diberi kapas dan didiamkan semalam untuk
organik bahan alam, karena etanol dapat meningkatkan memadatkan kolom. Setelah itu sampel 14 gram,
permeabilitas dinding sel simplisa sehingga proses kemudian dilarutkan menggunakan pelarut etil asetat.
ekstraksi lebih efisien dalam menarik komponen polar Selanjutnya ditambahkan silika impreg silika gel 60
hingga semipolar dan memiliki titik didih rendah 78,37 (35 - 70 mesh) 14 gram dan dimasukkan kedalam
C serta tidak beracun, larut dalam air dan pelaru lumpang, kemudian ditetesi dikit demi sedikit sampel
organik. yang telah dilarutkan menggunakan pipet tetes. Proses
Ekstrak kasar etanol di fraksinasi dengan etil ini disebut impregnasi, hal ini bertujuan untuk
asetat : air dengan perbandingan 10 : 1. Setiap fraksi memperluas peermukaan sampel. Selanjutnya ditunggu
dilakukan uji fitokimia untuk mengetahui senyawa sampai silika kering didiamkan selama satu hari.
metabolit sekunder yang terkandung di dalam sampel Kemudian dielusi menggunakan metode gradien.
daun pucuk merah. Hasil kromatografi kolom yang telah
Fraksi etil asetat yang diperoleh diuapkan pelarutnya diperoleh ditampung menggunakan 40 botol vial
menggunakan rotary evaporator pada suhu 50 C dengan volume tampung 50 mL. Dapat dilihat pada
sampai seluruh pelarut teruapkan. Dari hasil rotary Tabel 4.4 kromatografi kolom. Vial-vial yang
evaporator diperoleh sebesar 43 gram pada fraksi etil diperoleh diangin-anginkan selama 3 minggu agar
asetat. pekat dan mudah terdeteksi saat di KLT.
Fraksi etil asetat yang di peroleh dilakukan uji Perbandingan eluen yang digunakan untuk
fitokimia dan didapatkan hasil senyawa metabolit memonitoring etil asetat dan n-heksana 4 : 6 dalam 10
sekunder yang terkandung pada ekstrak etil asetat mL. Hal ini berdasarkan pemisahannya lebih baik dari
antara lain senyawa Alkaloid, triterpen, fenolik dan eluen lainnya.
flavanoid. Pada uji Alkaloid menggunakan pereaksi Pemisahan kromatografi kolom diperoleh 40
Dragendorff diperoleh hasil positif pada ekstrak yang vial yang dimonitor dengan KLT menggunakan eluen
menunjukkan warna merah kecoklatan, Triterpenoid etil asetat dan n-heksan 4 : 6. Vial-vial yang memiliki
menggunakan pereaksi Liebermann-Burchard Rf yang sama digabungkan. Setelah semua monitoring

Kimia FMIPA Unmul 103


Mila Wati Isolasi dan identifikasi
Kimia FMIPA Unmul

KLT dilakukan diperoleh 3 fraksi gabungan No. Bil. Rentang Gugus


yang dapat dilihat pada Tabel 4.5. Gelombang Bil. Fungsional
Masing-masing fraksi gabungan di uji kembali (cm-1) Gelombang
dengan KLT dengan eluen etil asetat berbanding n- (cm-1)
heksan. Fraksi 2 yang menunjukan 2 noda yang tampak
di bawah lampu UV 254 nm. Frkasi ini memiliki hasil 1. 3730, 07 3750 dan OH
sebesar 0,2243 gram. Fraksi 2 berupa kristal berwarna 3438,84 3450
kuning kehijauan.
2. 3068,53 30303140 =CH
Kemudian dilakukan KLT preparatif untuk
(Streching)
memurnikan Kristal fraksi 2, KLT preparatif
dilakukan dengan cara melarutkan Kristal kemudian 3. 2920, 03
ditotolkan pada plat silika kaca, diperoleh dua noda 2860,24 28502960
yang tampak di lampu UV, kemudian noda dipisahkan 1458, 08 dan Metil
di tempat yang berbeda menjadi noda 1 dan noda 2. 1379, 01 13501470 (CH3)

Identifikasi Senyawa
4. 1035,7 CO
Hasil Analisis Spektrofotometri Inframerah Fourier
1095,49 10801300 (Eter)
Transform
1259,43
spektra FT IR fraksi 2 noda 2 etil asetat
menunjukkan bahwa terdapat beberapa puncak serapan 5. 806,19 810750 CH
pada spektrum yang dihasilkan dari pengukuran (Bending)
spektrum IR menunjukkan pita serapan yaitu pada pita
serapan sedang didaerah 3730,07 cm-1 menunjukkan
adanya ikatan O H yang diperkuat pita serapan 4.2.3.2 Hasil Analisis Gass CromatographyMass
diperkuat oleh daerah serapan 3430,84 cm-1 Spektroscopy (GCMS)
menunjukkan ikatan O H. Pita serapan 3068 cm-1 Analisa menggunakan GC MS isolat yang
menunjukkan ikatan =C H aromatik yang di perkuat diperoleh pada fraksi etil asetat pada fraksi 2 noda 2
serapan daerah 806 cm-1 C H aromatik. Pita serapan hasil kromatogram senyawa kimia yang terdapat dalam
2920 cm-1 menunjukkan senyawa alifatik, yang fraksi 2 noda 2 dalam etil asetat senyawa dengan waktu
diperkuat serapan didaerah 2860 cm-1, 1458,08 cm-1 retensi (Rt) 6.871 menit, memiliki % area 2.84 dengan
dan 1379,01 cm-1 menunjukkan senyawa alifatik. Pita berat molekul (BM) 206 dan rumus molekul C12H22O
serapan didaaerah 1720 cm-1 menunjukkan senyawa senyawa utama tersebut memiliki nilai kemiripan
CO eter dan pada daerah serapan daerah 1259 cm-1 dengan database Willey09th.L. diatas 90%, dimana
Dugaan bahwa hasil isolat merupakan senyawa semakin tinggi nilai persen kemiripan dari suatu
fenol dimana gugus benzen mengikat satu gugus OH puncak hal ini menandakan kemiripan suatu senyawa
diperkuat gugus fungsi OH, CH3, CO, C-H aromatik. dengan database Willey09th.L. Kromatogram GCMS
Hasil data FT IR tersebut didukung dengan data Uji fraksi 2 noda 2
Fitokimia Kromatogram menunjukkan beberapa puncak
yang pendek dan senyawa lainnya karena beberapa
\Spektrum Fourier Transform Infrared (FTIR) faktor seperti adanya pengotor serta karena isolatnya
fraksi 2 noda 2 etil asetat sedikit dan kurang murninya hasil isolat yang
didapatkan, sehingga mempengaruhi hasil
kromatogram dari GCMS.
Berdasarkan hasil interpretasi dari instrumen
yang digunakan, di mana pada spektra FT IR
munculnya ikatan OH (Hidroksi), C H (Aromatik),
CH3 (Alifatik) dan Eter, sedangkan pada kromatogram
GCMS didapat peak (puncak) di mana memiliki nilai
kemiripan diatas 90% menurut database willey09th.L.
perkiraan dari hasil analisis GC MS yang diperoleh
dan didukung dengan hasil spektra FT IR dapat
disimpulkan bahwa fraksi 2 noda 2 etil asetat
Gambar 4.5 Hasil spektrofotometer FT-IR fraksi 2
diperkirakan senyawa 2,4-di-tersier-butyl-Fenol.
noda 2 etil asetat
OH
Tabel 4.7 Gugus Fungsional dari hasil identifikasi
spektrofotometer FTIR
2,4-di-tersier-butyl-Fenol

104 Kimia FMIPA Unmul


Jurnal Kimia Mulawarman Volume 14 Nomor 2 Mei 2017 P-ISSN 1693-5616
Kimia FMIPA Unmul E-ISSN 2476-9258

Gambar 4.7 Senyawa 2,4-di-tert-butyl-Fenol. OH


e OH
H

2e-
Abundanc e
Phenol, 2,4-di-tert-butyl-. Phenol, 2,4-di-tert-butyl-.

S c a n 6 1 8 ( 6 . 8 7 1 m in ) : S A M P L E 3 . D \ d a t a . m s m/z = 191
(a)
1 9 1 .2
9000

8000

7000 44 C3H8
6000

5000

4000

3000

2000 H OH
OH
1000
5 7 .2
C4H8
9 1 .1 1 4 7 .1 2 2 0 .2 2 5 1 .0 2 8 1 .0 3 2 6 .9 3 5 6 .2 4 2 8 .9
0
56 CH
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420 H CH
m / z -->
Abundanc e

# 1 9 9 0 2 8 : P h e n o l, 2 , 4 - b is ( 1 , 1 - d im e t h y le t h y l) - $ $ P h e n o l, 2 , 4 - d i- t e r t - b u t y l- m/z = 91 m/z = 147


1 9 1 .0
9000

8000

(b)
7000

KESIMPULAN
6000

5000

Golongan metabolit sekunder berdasarkan uji


4000
5 7 .0
3000

2000

1000
fitokimia yang terdapat pada fraksi etil asetat dari daun
berwarna merah tanaman Pucuk Merah (Syzygium
2 7 .0 9 1 .0
1 4 7 .0
0
20 40 60 80 100 120 140 160 180 200 220 240 260 280 300 320 340 360 380 400 420
m / z -->
myrtifolium Walp.) yaitu senyawa Alkaloid,
Gambar 4.8 Perbandingan Kromatogram (a) waktu triterpenoid, fenolik dan flavonoid. Hasil identifikasi
retensi (Rt) 6.871 Fraksi 2 noda 2 etil menggunakan spektrofotometer Fourier Transform-
asetat terhadap (b) database willey09th.L. Infra Red (FT-IR) dan Gass Cromatography mass
spectroscopy (GC MS).) pada fraksi 2 noda 2 etil
asetat daun berwarna merah tanaman Pucuk Merah
(Syzygium myrtifolium Walp.) diperkirakan senyawa
2,4-di-tert-butyl-Fenol.

Tabel 4.9. Perbandingan puncak senyawa fraksi 2 noda DAFTAR PUSTAKA


2 dengan database willey09th.L [1] Sifudin, A., Rahayu, V. dan Teruna, H. Y. 2011.
No. puncak Senyawa database Standarisasi Bahan Obat Alam. Yogyakarta :
Sampel willey09th.L Graha Ilmu.
[2] Mudiana, D. 2010. Keragaman Studi Habitat
1. 191 191 Klampok (Syzygium) di Kabupaten Malang, Jawa
Timur. Riset Dasar. LIPI. Purwodadi.
147 147 [3] Khandaker, M. M., Boyce, A. N., Osman, N. dan
Hossain, ABM. S. 2012. Physiochemical and
91 91 Phytochemical Properties of Wax Apple
(Syzygium samarangense [Blume] Merrill & L. M.
57 57 Perry var. Jambu Madu) As Affected by Growth
Regulator Application. The Scientific World
27
Journal. Volume 2012.
[4] Gafur, M. A., Isa, I. dan Bialangi, N. 2011. Isolasi
dan Identifikasi Senyawa Flavonoid Dari Daun
Hasil Fragmentasi Senyawa 2,4-di-tersier-butyl-
Jamblang (Syzygium cumini). Skripsi. Gorontalo:
Fenol
Universitas Negeri Gorontalo.
Pola fragmentasi Senyawa 2,4-di-tersier-
butyl-Fenol Puncak dasar (base peak) m/z 191.
Pemecahan m/z 191 dengan pemutusan C3H8 (M+-44),
pada puncak m/z 147 terjadi pemutusan C4H8 (M+-56)
dan tersisa puncak m/z 91.

Kimia FMIPA Unmul 106


Mila Wati Isolasi dan identifikasi
Kimia FMIPA Unmul

107 Kimia FMIPA Unmul

You might also like