You are on page 1of 6

Media Kesehat. Masy. Indones., Vol. 9 No.

1, April 2010

Analisis Potensi Bahaya dan Upaya Pengendalian Risiko Bahaya Pada Pekerja Pemecah Batu

Yuliani Setyaningsih *), Ida Wahyuni *), dan Siswi Jayanti*)


*) Staf Pengajar Bagian K3 Fakultas Kesehatan Masyarakat UNDIP

ABSTRACT
Risk Assessment is an activity that analyze a risk by determining the likelihood/ probability and severity of
consequence / Consequences of a risk. This study is aimed to describe and assess the risk level in terms of
worker characteristics, equipment, materials, work processes and working environment of stone breakers
workers and making recommendations on hazard control efforts of workers.
This was a descriptive qualitative research by conducting interviews on the workers and make observations on
the environment and work processes, and measuring the work environment. The study population was all
workers in the village of stone breaker Rowosari, Tembalang, Semarang with a sample of 41 people taken by
simple random sampling. Qualitative data analysis with content analysis using the form Hazard Identification
and Risk Assessment (HIRA).
Results from this study is the level of risk of accidents at stone-breaking workers of each variable: the
characteristics of workers with medium category, such as basket work tools, hammers, ganco and chairs with the
medium category, with categories of stone material from the medium, such as the work process collecting,
splitting, collecting and collating the stone with the medium category, and work environment with the medium
category. Workers are expected to wear the working tools such as carts and wearing personal protective
equipment such as masks and gloves in order to reduce the risk of hazards during work.

Keywords: risk assessment , stone breaking employees. Hazard Identification and Risk Assessment (HIRA)

PENDAHULUAN
dan pekerja pemecah batu menggunakan alat-alat kerja
Industri dan produknya baik formal maupun yang sangat sederhana. Dari hasil observasi awal
informal mempunyai dampak positif dan negatif kepada didapatkan data bahwa 60 % pekerja mengeluh sesak
manusia, di satu pihak akan memberikan keuntungan, napas, batuk, mata perih, pegal dan kepanasan. Selama
tetapi di pihak lain dapat menimbulkan dampak negatif ini belum pernah ada penyuluhan kesehatan bagi
karena paparan zat yang terjadi pada proses kerja pekerja khususnya tentang kesehatan dan keselamatan
maupun pada hasil kerja. Beberapa faktor yang dapat kerja dari instansi kesehatan. Pekerja bekerja selama 10
menimbulkan dampak negatif adalah faktor bahaya jam per hari dengan masa kerja antara 20-40 tahun.
yang ada di tempat kerja yang meliputi faktor fisik, Selain itu pekerja juga sering terkena alat kerjanya atau
biologis, kimia, mental psikologis, hubungan antar terkena percikan pecahan batu. Penelitian ini bertujuan
manusia dan mesin maupun lingkungan kerja yang untuk mengetahui tingkat risiko ditinjau dari
kurang ergonomis, gizi kerja yang kurang memadai dan karakteristik pekerja, alat kerja, bahan, proses kerja dan
faktor lain penyebab timbulnya penyakit akibat kerja lingkungan kerja pekerja pemecah batu dan menyusun
dan kecelakaan kerja .1) rekomendasi upaya pengendalian risiko bahaya pada
Untuk mengurangi atau menghilangkan bahaya pekerja pemecah batu.
yang dapat menyebabkan kecelakaan di tempat kerja
maka diperlukan suatu manajemen risiko yang
kegiatannya meliputi identifikasi bahaya, analisis METODE PENELITIAN
potensi bahaya maka penilaian risiko, pengendalian
risiko, serta pemantauan dan evaluasi. Dalam proses Jenis penelitian adalah deskriptif kualitatif
identifikasi dan melakukan analisis potensi bahaya dengan melakukan wawancara pada pekerja dan
maka dapat dilakukan dengan menggunakan Hazard melakukan observasi terhadap lingkungan dan proses
Identification and Risk Asesment (HIRA). HIRA kerja, serta melakukan pengukuran terhadap lingkungan
bertujuan untuk mengidentifikasi potensi bahaya di kerja. Populasi adalah seluruh pekerja pemecah batu di
tempat kerja yaitu dengan mengaitkan antara pekerja, kelurahan Rowosari Kecamatan Tembalang , Semarang
tugas, peralatan kerja dan lingkungan kerja. 2) sejumlah 70 0rang. Sedangkan sampel diambil dengan
Salah satu satu tempat kerja yang memiliki metode simple random sampling. Yaitu sebanyak 41
beberapa potensi bahaya adalah usaha pemecah batu. orang. Penentuan besar sampel mengunakan rumus
Pekerja informal ini terpapar oleh debu akibat dari sampel minimal dengan besar populasi 70, proporsi 50
proses produksi, selain itu tempat kerja yang terbuka %, tingkat kepercayaan 95 % dan presisi 0.1

27
Analisis Potensi Budaya ..... (Yuliani S., Ida W., Siswi J.)

Data primer diambil dengan menggunakan yang menuju pada tindkan yang salah dalam
checklist hazard identification and risk assesment. Data melakukan pekerjaannya, tindakan berbahaya serta
kemudian dimasukkan ke dalam tabel HIRA. Data bahaya mekanik dan bahaya fsik lain. Dengan
lingkungan kerja meliputi heat stress, kebisingan dan terjadinya kecelakaan kerja mengakibatkan pekerja
debu masing-masing diambil di 3 titik pengukuran. mengalami luka ringan, cidera bahkan kehilangan
Data dianalisis dengan menggunakan metode Content salah satu anggota tubuh lainnya.4)
analysis (deskripsi isi), meliputi karakteristik pekerja,
alat, bahan, proses kerja dan lingkungan kerja. Hasil b. Risiko Kecelakaan Kerja Pekerja Pemecah Batu
analisa dikaji dalam bentuk tabel dan gambar, Dari hasil observasi yang telah dilakukan di
desa Rowosari , Tembalang Semarang , risiko
HASIL DAN PEMBAHASAN kecelakaan kerja yang ada meliputi :
a. Karakteristik Pekerja Pemecah Batu 1. Pekerja
Karakteristik pekerja pemecah batu di desa a). Umur
Rowosari, Tembalang Semarang dapat dilihat pada Berdasarkan tabel 1 dapat diketahui
tabel 1. bahwa pekerja pemecah batu di desa
Rowosari yang berumur di atas 30 tahun
Tabel 1. Distribusi Frekuensi Karakteristik adalah 75.6 % . Pada umumnya kemampuan
Responden di kelurahan Rowosari Kota fisik manusia seperti penglihatan,
Semarang, 2009 pendengaran dan kecepatan waktu reaksi
akan menurun setelah usia diatas 30 tahun.
No Variabel F % Ada kecenderungan beberapa jenis
1. Umur kecelakaan seperti terjatuh lebih sering
a. > 30 tahun 31 75.6 terjadi pada usia tua daripada pekerja usia
b. < 30 tahun 10 24.4 muda atau sedang, juga angka beratnya
2. Tingkat Pendidikan kecelakaan rata-rata lebih meningkat
a. tidak sekolah 34 82.9 mengikuti pertambahan usia. Golongan umur
b. SD 7 17.1 tua mempunyai kecenderungan yang lebih
3. Penggunaan APD tinggi untuk mengalami kecelakaan
a. memakai tidak lengkap 20 48.8 dibandingkan dengan golongan umur muda.
b. tidak memakai APD 21 51.2 Karena umur muda mempunyai kecepatan
3. Kecelakaan kerja reaksi yang lebih tinggi 5). Namun dari sisi
a. pernah 25 61 positifnya, tenaga kerja pada golongan umur
b. tidak 16 39 tersebut akan lebih berhati-hati dan lebih
menyadari adanya bahaya dibanding tenaga
Kecelakaan kerja adalah suatu kejadian atau kerja yang lebih muda6).
peristiwa yang tidak diinginkan yang merugikan b). Tingkat pendidikan
terhadap manusia, merusak harta benda atau Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa sebagian
kerugian terhadap proses kerja. Berdasarkan hasil besar pendidikan pekerja pemecah batu
penelitian dapat diketahui bahwa sebagian besar adalah tidak sekolah yaitu sebesar 82.9 %.
responden pernah mengalami kecelakaan kerja (61.0 Pendidikan pekerja akan mempengaruhi nilai
%). Hal ini mungkin disebabkan oleh beberapa risiko karena tingkat pengetahuan seseorang
faktor yaitu faktor manusia, faktor pekerjaan atau tentang segala sesuatu yang dihadapi tidak
faktor lingkungan kerja. Kecelakaan kerja adalah lepas dari status pendidikannya, dimana
kecelakaan yang berhubungan dengan hubungan seseorang mempunyai pengaruh dalam
kerja, termasuk penyakit yang timbul karena berfikir dan bertindak dalam menghadapi
hubungan kerja, demikian pula kecelakaan yang pekerjaannya, tenaga kerja yang dasar
terjadi dalam perjalanan berangkat dari rumah pendidikan dan pengetahuan sangat terbatas
menujutempat kerja dan pulang ke rumah melalui akan berpengaruh terhadap produktivitasnya.
jalan biasa dan wajar dilalui.3) Kecelakaan kerja Keberhasilan tenaga kerja dalam melakukan
dapat terjadi karena kondisi yang tidak aman pekerjaan yang dibebankan kepadanya
(unsafe condition) atau karena perubahan tingkah ditentukan oleh tingkat pengetahuan,
laku/ teknis kerja dari pekerja tersebut yang tidak pendidikan dan latihan yang pernah
selamat/benar (unsafe act) di tempat kerja.1) diperolehnya.1) Penelitian Wulandari
Kejadian kecelakaan kerja merupakan suatu menunjukkan bahwa tingkat pendidikan
rangkaian yang berkaitan dengan satu dengan yang berpengaruh terhadap pengetahuan
lainnya. Hal ini dapat pula disebabkan karena responden. Tingkat pendidikan yang tinggi,
pekerjaan yang kurang hati-hati dan banyak berbuat memudahkan seseorang untuk menerima
kesalahan, faktor peralatan kerja dan lingkungan suatu informasi dan akan menimbulkan suatu

28
Media Kesehat. Masy. Indones., Vol. 9 No. 1, April 2010

respon tertutup , apakah akan kumpulan batu yang diambil dari gua
menerima/menolak ide tersebut.7) Semakin maupun kumpulan batu split yang sudah
tinggi taraf pendidikan seseorang akan berhasil dipecah kemudian disusun di tepi
semakin tinggi pula pengetahuan yang jalan. Untuk mempermudah membawa
dimilikinya. Dengan tingkat pendidikan yang tenggok berisi batu, pekerja menggendong
tinggi, seseorang akan memiliki pengetahuan tenggok tersebut di punggung menggunakan
yang cukup mengenai keselamatan dan selendang. Hal ini menjadikan pekerja
kesehatan kerja dan mudah menerima suatu membawa dalam posisi membungkuk,
ide, kemudian akan berfikir dan akan menggunakan punggung sebagai alat utama
mengimplementasikannya sehingga dapat saat mengangkut beban dapat berisiko
melakukan upaya pencegahan kecelakaan mengalami keluhan/gangguan
kerja sehingga kecelakaan kerja dapat musculoskletal. Walaupun jarak angkut tidak
dihindari.8) terlalu jauh, intensitas membawa beban yang
c). Penggunaan APD terlau sering di punggung dapat
Secara sederhana yang dimaksud menyebabkan nyeri punggung, apalagi beban
dengan penggunaan APD adalah seperangkat yang dibawa melebihi beban yang boleh
alat yang digunakan tenaga kerja untuk diangkut manusia tanpa bantuan alat
melindungi sebagian atau seluruh tubuhnya 2). Palu
dari adanya potensi bahaya atau kecelakaan Untuk memudahkan pekerjaan memecah
kerja. APD tidaklah secara sempurna batu alat yang digunakan adalah palu. Berat
melindungi tubuh, akan tetapi dapt palu berkisar antar 3- 5 kg digunakan untuk
mengurangi tingkat keparahan yang mungkin memecah batu dengan bantuan kolong yang
dapat terjadi.1). Tabel 5.1. menggambarkan terbuat dari karet. Genggaman palu ada yang
bahwa ada 51.2 % pekerja pemecah batu di terbuat dari besi atau kayu. Karena banyak
Rowosari yang tidak menggunakan APD . pekerja yang tidak menggunakan sarung
meskipun terdapat 48.8 % yang tangan sebagai las memegang palu, tangan
menggunakan APD namun pekerja tidak pekerja menjadi kasar dan mengelupas.
menggunakan APD secara lengkap dalam Selain itu pekerjaan memukul batu
melindungi tubuh. Hanya terdapat beberapa menggunakan palu adalah pekerjaan
orang saja yang menggunakan sarung tangan monoton yang dilakukan secara berulng-
dan masker yang terbuat dari kain. Hal ini ulang. Bila dilakukan dalam intensitas yang
salah satunya mungkin disebabkan karena sering dan dalam jangka waktu lama dapat
pekerja bekerja di sektor informal yang tidak menyebabkan hilangnya kewaspadaan,
tersentuh oleh peraturan.5). timbulnya kebosanan, kemunduran kapasitas
Penggunaan APD merupakan kerja dan, kecelakaan kerja, tingginya tingkat
alternatif terakhir apabila penanggulangan kertidakhadiran, rendahnya inisiatif (1).
kecelakaan dengan sumber bahaya yang ada 3) . Ganco
tidak dapat diatasi. Pencegahan kecelakaan Ganco adalah alat yang digunakan untuk
kerja dengan menggunakan APD masih mengambil batu dari dalam gua buatan.
mempunyai kelemahan, antara lain:5) Panjang ganco berkisar antara 50 60 cm.
1) kemampuan perlindungan tidak sempurna Karena bentuknya yang pendek, pekerja
karena kesalahan dalam pemilihan APD harus membungkuk selama menggunakan
2) kemampuan perlindungan tidak sempurna alat tersebut. Akibatnya pekerja sering
karena cara penggunaan atau pemakaian mengeluh mengalami gangguan
yang salah muscoleskeletal. Selain itu ujung ganco juga
3) kemampuan perlindungan tidak sempurna tajam. Pemakaian yang berulang sering
karena APD rusak /tidak memenuhi mengakibatkan luka pada kaki pekerja.
spesifikasi yang ditentukan 4). Kursi Kerja/dingklik
4) Kegagalan perlindungan karena APD Kursi kerja terbuat dari kayu tanpa sandaran
diipakai pada saat rusak dengan tinggi kursi antara 10-15 cm. Tinggi
kursi yang tidak sesuai dengan tinggi duduk
2. Alat kerja pekerja menyebabkan pekerja berisiko
1). Tenggok terkena nyeri punggung dan keluhan otot di
Alat batu angkut pekerja pemecah batu sekitar tungkai. Pemakaian kursi yang tidak
adalah tenggok. Tenggok adalah sebuah tepat dapat menyebabkan keluhan pada
wadah yang terbuat dari bambu dengan tenaga kerja. Pada umumnya keluhan yang
tinggi 40 cm dan diameter 10 cm. Tenggok terutama adalah sakit pinggang, sakit leher,
berfungsi sebagai tempat membawa bahu , lengan dan tangan (9) .

29
Analisis Potensi Budaya ..... (Yuliani S., Ida W., Siswi J.)

beban diusahakan menekan pada otot tungkai


3. Bahan yang digunakan yang kuat dan sebanyak mungkin otot tulang
Bahan yang digunakan adalah batu yang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari
diambil dari gua buatan. Dalam proses pembebanan. Tekanan-tekanan ke jaringan
pengambilannya membuat lingkungan di sekitar sekitar punggung bawah dan syaraf menjadi
pekerja menjadi berdebu. Selama melakukan keluhan nyeri pinggang sampai kelumpuhan.
pengambilan batu banyak pekerja yang tidak Kelainankelainan ini sering ditemukan pada
menggunkan masker sebagai alat pelindung diri tenaga kerja yang melakuakn pekerjaan
namun hanya menggunakan selendang sebagai mengangkut dan mengangkat beban yang berat.
penutup hidung. Risiko yang mungkin terjadi adalah Beban sebesar 15- 18 kg dianjurkan untuk
terkenan gangguan pernafasan pekerjaan mengangkut yang terus menerus.9)
b). Memecah batu
4. Proses Kerja Proses memecah batu dilakukan dengan cara
a). Mengangkut batu menempatkan batu utuh ke dalam kolong yang
Proses pengangkutan batu dari gua buatan ke terbuat dari karet. Pekerjaan memecah batu ini
tempat pemecahan dilakukan dengan cara berisiko terpukul palu, terpercik batu yang
digendong dengan menggunakan tenggok dan dipecah, tergores batu dan terkena debu. Hal ini
selendang. Hal ini berisiko pekerja mengalami dapat menyebabkan pekerja memar di jari tangan
gangguan nyeri pinggang dan gangguan dan kaki, mengalami luka tergores, luka di mata
muskuloskeletal lain Selain itu selama akibat percikan tajam dari batu dan gangguan
mengambil batu di gua, pekerja juga berisiko pernafasan. Pekerja sering kali mengabaikan
terkena reruntuhan batu dari dalam gua buatan pemakaian alat pelindung diri seperti pemakaian
dan tertimbun longsoran batu. Untuk efisiensi masker dan sarung tangan. Dengan pemakaian
dan kenyamanan kerja sebaiknya dihindari APD luka dan menar di bagian tangan dan kaki
manusia sebagai alat utama. Untuk menghindari serta kemungkinan terpercik dapat dihindari atau
cidera atau kerusakan pada tulang belakang. Bila diminimalkan.
harus mengangkut dan mengangkat sebaiknya

Gambar 1. Pekerja memecah batu dengan menggunakan palu, tanpa memakai pelindung tangan dan kaki,
yang dapat menyebabkan luka akibat terkena palu dan percikan batu.

c). Mengumpulkan batu bengkok dan tubuh harus berada pada sikap
Saat mengumpulkan pecahan batu setelah dengan punggung lurus.9)
proses pemukulan dengan palu, pekerja d). Menyusun batu
melakukan dengan cara membungkuk. Hal ini Sebelum dijual ke pengepul/bandar,
disebabkan karena alat kerja yang digunakan pekerja pemecah batu menyusun batu yang akan
sebagai alat bantu memiliki pegangan yang dijual membentuk gundukan- gundukan kecil.
pendek. Selain berisiko terkena gangguan nyeri Proses tersebut dapat berisiko menyebabkan
pinggang dan muskuloskeletal lain, pekerja juga nyeri punggung dan mengalami luka tergores.
berisiko tergores tangan/kaki saat bekerja
mengumpulkan batu. Bekerja dengan posisi 5. Lingkungan kerja
membungkuk dalam waktu yang lama dapat a). Tempat kerja terbuka
menyebabkan keluhan nyeri pinggang. Punggung Lingkungan kerja yang terbuka (outdoor)
harus lurus, agar bahaya kerusakan terhadap menyebabkan pekerja terpapar langsung dengan
diskus dapat dihindarkan. Mula-mula lutut harus sinar matahari. Dari pengukuran iklim kerja di 3
titik pengamatan di dapatkan bahwa iklim

30
Media Kesehat. Masy. Indones., Vol. 9 No. 1, April 2010

kerja/heatstress pada titik ke-1 adalah sebesar pelindung diri yang sesuai dengan jenis
31.6 0 C. Pengukuran di titik ke-2 berkisar kegiatan/pekerjaannya.5)
adalah 30.1 0 C. Sedangkan pengukuran pada 2. Alat kerja
titik ke-3 sebesr 31.9 0 C. Sinar matahari dapat Alat kerja yang digunakan antara lain
menyebabkan pekerja berisiko terkena radiasi tenggok, palu, ganco dan kursi kerja. Alat-alat
sinar ultra violet dan panas yang tinggi dapat tersebut mempunyai tingkat resiko Medium. Upaya
menyebabkan dehidrasi, heat cramp dan pengendalian yang dapat dilakukan adalah dengan
heatstroke. Iklim kerja sangat berkaitan dengan pengendalian teknis pada alat tenggok dan kursi
suhu udara, kelembaban, kecepatan gerakan kerja. Sedangkan pada alat palu dan ganco
udara dan panas radiasi.1) Pengendalian iklim dibutuhkan pengendalian teknis dan penggunaan
kerja dapat diakukan dengan cara pengendalian APD (Alat Pelindung Diri). Pengendalian teknis
secara fisik, administratif dan pemakaian alat dapat dilakukan dengan mengganti alat kerja yang
pelindung diri. Pengendalian iklim kerja secara tidak ergononis dengan alat kerja yang lebi
teknik dapat dilakukan dengan cara isolasi ergonomis dan nyaman. Tenggok dapat diganti
sumber panas, shielding, pendingin setempat dan dengan menggunakan gerobak dorong untuk
ventilasi umum. Sedangkan pengendalian iklim meminimlkan keluhan nyeri pinggang. Sedangkan
kerja secara administratif dapat dilakukan dengan tempat duduk harus dibuat sedemikian rupa
pengaturan waktu kerja dan istirahat, pengadaan sehingga orang yang bekerja dengan sikap duduk
air minum, aklimatisasi, dan pemeriksaaan mendapatkan kedudukan yang mantap dan
kesehatan.10) Selain melakukan pengukuran memberikan relaksasi otot-otot yang tidak sedang
iklim kerja, di sentra pemecah batu desa dipakai untuk bekerja dan tidak mengalami
Rowosari juga dilakukan pengukuran kebisingan. penekanan-penekanan pada agian tubuh yang dapat
Tetapi dari 4 titik pengukuran kebisingan di mengganggu sirkulasi darah dan sensitibilitas
llingkungan kerja tersebut semuanya masih tungkai dan punggung bawah.9)
dibawah nilai ambang menurut Kep Menaker no 3. Bahan yang digunakan
51 tahun 1999, tentang NAB Faktor Fisika di Bahan yang digunakan yaitu batu.
tempat kerja yaitu berkisar antara 66-65 dB (A) Mempunyai tingkat risiko 3 berarti masuk dalam
b). Jalan Berdebu katagori sedang (medium). Upaya pengendalian
Jalan yang berdebu di lingkungan pekerja yang dapat dilakukan yaitu dengan upaya
pemecah batu, dapat berisiko menyebabkan pengendalian teknis dan penggunaan APD.
ganguan pernafasan pada pekerja. Efek debu Pengendalian teknis yang dapat dilakukan dengan
dapat menyebabkan batuk kering, sesak nafas, metoda basah yaitu dengan cara menyiramkan air ke
gangguan saluran nafas dan kelelahan umum. 5) tumpukan batu baik yang akan diambil dari dalam
gua maupun pada batu yang akan dipecah sehingga
debu yang ada dapat diminimalkan. Sedangkan
Tingkat Risiko Kecelakaan pekerja Pemecah Batu untuk mengurangi percikan batu dapat
dan Rekomendasi Pengendalian menggunakan alat pelindung diri berupa masker dan
sarung tangan.5)
Berdasarkan hasil observasi yang telah 4. Proses kerja
dilakukan, tingkat risiko pekerjaan pemecah batu Proses kerja memecah batu seperti
dianalisa tingkat risikonya dengan menggunakan mengangkut batu, memecah batu, mengumpulkan
metode Hazards Identification and Risk Assesment, batu dan menyusun batu mempunyai tingkat risiko 2
sebagai berikut : dan 3 berarti masuk dalam katagori ringan (low) dan
1. Pekerja medium . Pengendaliannya dengan cara
Variabel pekerja seperti umur, tingkat administratif, tekni dan alat pelindung diri. Pekerja
pendidikan dan penggunaan APD mempunyai harus tahu cara mengangkat barang yang benar .
tingkat risiko Medium. Sedangkan bila dilihat dari Adapun cara mengangkat dan mengankut yang
akibat yang ditimbulkan dapat terjadi cidera ringan benar adalah sebagai berikut:11)
dengan nilai kerugian harta benda lebih dari Rp a. Perhitungkan keadaan beban. Jika ragu-ragu
100.000,00 tetapi tidak lebih dari 100 juta rupiah. jangan mengangkat sendiri.
Untuk tingkat risiko ini pengendalian yang dapat b. Letak kaki harus mantap. Jarak antara kaki (20-
dilakukan adalah dengan pengendalian administratif 30 cm) akan memberi posisii seimbang.
dan pemakaian APD. Pengendalian yang dapat c. Tekukkan lutut lalu jongkok, lalu membungkuk.
dilakukan adalah dengan memberikan pelatihan Tulang punggung harus tegak.
tentag keselamatan dan kesehatan kerja sehingga d. Berdirilah dengan menekan kaki agar beban
pekerja mengerti dan tahu bagaimana kecelakaan itu diserap oleh otot kaki. Beban harus didekap pada
bisa terjadi dan pekerja mentaati penggunaan alat tubuh sewaktu berdiri.

31
Analisis Potensi Budaya ..... (Yuliani S., Ida W., Siswi J.)

e. Angkatlah beban pada posisi membawayang c. Untuk mengurangi dehidrasi akibat paparan
dirasa enak. Jangan sekali-kali membongkokkan panas sebaiknya pekerja minum air 150-200 cc
tubuh. Gerakkan tubuh menurut perubahan letak seriap 20 menit sekali dengan kandungan NaCl
kaki. 0.1 %.
f. Jika beban diatas lantai jongkoklah dengan
perlahan dengan menekan lutut.
5. Lingkungan Kerja 2. Bagi Puskesmas
Lingkungan kerja pemecah batu merupakan Petugas puskesmas sebaiknya memberikan
area kerja yang terbuka , panas dan berdebu penyuluhan tentang risiko pekerja memecah batu
mempunyai tingkat risiko 3 yang berarti masuk dan upaya meminimalkan minimal setiap 3 bulan
dalam katagori sedang (medium). Rekomendasi sekali agar pekerja mengetahui paparan bahaya dan
pengendalian yang disarankan adalah dengan risiko yang dihadapi selama melakukan
pengendalian teknik, administratif dan penggunaan pekerjaannya
alat pelindung diri. Untuk mengurangi dehidrasi
akibat paparan panas pada pekerja sebaiknya diberi DAFTAR PUSTAKA
penggantian cairan tubuh dengan cara diberikan air 1. Budiono, Sugeng. Jusuf, RMS, Pusparini Adriana.
minum dan grm dapur (0.1 % NaCl) :sebanyak 150- Bunga Rampai dan Keselamatan Kerja , Badan
200cc setiap 15-20 menit.9) Selain itu penggunaan penerbit Universitas Diponegoro, 2003
bedeng-bedeng dengan menggunakan atap juga 2. OSH Administration, Job Hazard Analysis OSHA
dapat mengurangi paparan sinar matahari dan 3071 US: Departement of Labor,2002.
radiasi ultra violet selama waktu kerja. Sedangkan hhtp://www.osha.gov/publications/osha3071
untuk tempat yang berdebu dapat dikurangi diakses tanggal 23 Nopember 2008
paparannya dengan menggunakan masker debu 3. Astek. Undang-Undang RI No. 3 Tahun 1992
secara benar. Tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. Jakarta :
Astek ; 1992
4. Renjana Alim. Hubungan Karakterisik Individu
SIMPULAN dengan Kejadian Kecelakaan Kerja pada Pekerja
1. Responden semua wanita sejumlah 41 orang, Bengkel Las Teralis di Barito Semarang. Skripsi.
dengan umur diatas 30 tahun sebesar 75.6 %, tidak Universitas Diponegoro Semarang ; 2007.
sekolah sebesar 82.9 %, tidak memakai APD 5. Yani, achmad , Assesment Risiko Kecelakaan
sebesar 51.2 % dan pernah mengalami kecelakaan Kerja Pada Pekerja Buruh Angkut Kapal di
kerja sebesar 61 %. Kecamatan Sukamara Kabupaten Sukamara,
2. Tingkat risiko kecelakaan kerja pada pekerja Skripsi, FKM UNDIP, Semarang, 2009
pemecah batu masing-masing setiap variabel : 6. Ahmadi, Umar fahmi, Upaya Kesehatan kerja
pekerja dengan katagori medium, alat kerja seperti Sektor Informal . Direktorat Bina Peran Serta
tenggok, palu, ganco dan kursi roda dengan katagori Masyarakat. Dirjen Pembinaan Kesehatan
medium, bahan dari batu dengan katagori medium, Masyarakat , Departemen Kesehatan Republik
proses kerja seperti mengumpulkan, memecah, Indonesia, Jakarta,1993
mengumpulkan dan menyusun batu dengan katagori 7. Wulandari, Retno. Faktor-Faktor Yang
medium, dan lingkungan kerja dengan katagori Berhubungan dengan Perilaku safety pada
medium Operator Welding dalam Upaya Pencegahan
3. Rekomendasi yang disarankan pada jenis pekerjaan Kecelakaan Kerja di Departemen Produksi II PT
dengan tingkat risiko medium adalah pengendalian Gaya Motor Sunter Jakarta. Skripsi. Universitas
secara teknik, administratif dan penggunaan alat Diponegoro Semarang. 2004.
pelindung diri 8. Notoatmojo, Soekidjo. Pengantar Pendidikan
Kesehatan dan Ilmu Perilaku Kesehatan.
SARAN Yogyakarta : Andi Offset ; 2007
1. Bagi pekerja 9. Sumamur, Higene Perusahaan dan Kesehatan
a. Pekerja sebaiknya tidak menggunakan tubuh Kerja, Haji Mas Agung Jakarta, 1991
sebagai alat utama dalam mengangkat dan 10. Santoso, Gempur, Manajemen Keselamatan dan
mengangkut beban, misalnya dengan Ksehatan Kerja Surabaya, 2004
menggunakan gerobak. 11. Tarwaka, Ergonomi untuk Keselamatan,
b. Agar terhindar dari luka, memar dan cidera Kesehatan Kerja dan Produktivitas, UNIBA Press,
akibat pecahan batu sebaiknya pekerja Surakarta, 2000.
menggunakan alat pelindung diri seperti masker
dan sarung tangan.

32

You might also like