You are on page 1of 5

Aviandani

Vol. 63, No. 1,dkk : Perbedaan


Januari-April 2014 |kebocoran tepi0024-9548
Hal. 25-29 | ISSN tumpatan semen ionomer kaca
Jurnal PDGI 61 (3) Hal. 81-87 2012
25

Gambaran maloklusi dan kebutuhan perawatan


ortodonti pada anak usia 9-11 tahun (Studi pendahuluan
di SD At-Taufiq, Cempaka Putih, Jakarta)

Putri Wijayanti1, Krisnawati2 dan Nada Ismah2


1
Peserta Program Akademik Pendidikan Dokter Gigi
2
Departemen Ortodonti
Fakultas Kedokteran Gigi Universitas Indonesia
Jakarta Indonesia

Korespondensi (correspondence): Putri Wijayanti, Peserta Program Akademik Pendidikan Dokter Gigi, Fakultas Kedokteran Gigi Universitas
Indonesia. Jl. Salemba Raya No. 4, Jakarta Pusat 10430, Indonesia. E-mail: putridg25@gmail.com

ABSTRACT
Background: Discrepancy between primary teeth to permanent teeth may cause malocclusion in children. Interceptive treatment
could be used for that situation to prevent increased severity of malocclusion. Ages for screening the child population for
interceptive orthodontics is 9 to 11 years old. Early examination in mixed dention age population are needed to determine the state
of malocclusion. Purpose: To describe malocclusion and orthodontic treatment need in child 9 to 11 years old in SD At-Taufiq,
Cempaka Putih, Jakarta. Method: Digital examination and analysis of facial profile to know malocclusion and filling of
questionnaires orthodontic treatment needs indicator (IKPO) to determine children orthodontic treatment need. Result: 98 subject
were 65.3% with class I malocclusion, 31.6% with class II malocclusion, 3.1% with class III malocclusion. From child population
about 76.5% need for orthodontic treatment and 23.5% no need for orthodontic treatment. Conclusions: The majority of
malocclusion is class I and mostly subject were needed orthodontic treatment.

Key words: Malocclusion, digital examination, facial profile, orthodontic treatment needs indicator

PENDAHULUAN Derajat keparahan maloklusi berbeda-beda dari


Prevalensi maloklusi bervariasi di seluruh rendah ke tinggi yang menggambarkan variasi
belahan dunia pada berbagai populasi.1 Penelitian biologi individu. Maloklusi dapat terjadi dalam
yang dilakukan oleh Wijanarko 2 menemukan arah sagital, transversal, vertical, 4 dapat
bahwa prevalensi maloklusi pada anak usia 12-14 diidentifikasi berdasarkan hubungan rahang
tahun di Sekolah Menengah Pertama di Jakarta yaitu hubungan rahang bawah terhadap rahang
mencapai 83,3% menduduki urutan ketiga setelah atas. Maloklusi dapat menyebabkan tampilan
karies dan penyakit periodontal. Hasil penelitian wajah yang buruk, resiko karies dan penyakit
tersebut menunjukkan sebagian besar anak usia periodontal, sampai gangguan pada sendi temporo
pertumbuhan mengalami maloklusi, sehingga mandibula bila tidak dikoreksi.5
perlu dilakukan upaya untuk mengendalikan Terjadinya maloklusi sangat dipengaruhi oleh
insidensi maloklusi antara lain dengan pencegahan faktor keturunan yang diwarisi dari orang tua dan
maloklusi dan pemeriksaan dini.3 faktor lingkungan seperti kebiasaan buruk. 5
Maloklusi dapat didefinisikan sebagai suatu Biasanya kedua faktor tersebut bermanifestasi
ketidaksesuaian dari hubungan gigi atau sebagai ketidakseimbangan tumbuh kembang
hubungan rahang yang menyimpang dari normal. struktur dentofasial sehingga terjadi maloklusi.
Wijayanti dkk : Gambaran maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodonti pada anak usia 9-11 tahun
26 Jurnal PDGI 63 (1) Hal. 25-29 2014

Pengaruh faktor tersebut dapat langsung atau tidak indeks yang digunakan sebagai alat mengukur
langsung menyebabkan maloklusi. Faktor keturunan kebutuhan perawatan ortodonti seseorang. 7
memiliki pengaruh utama terhadap maloklusi Hoesin 12 membuat suatu indikator untuk
misalnya ukuran, bentuk dan jumlah gigi yang mengukur kebutuhan perawatan Ortodonti yang
tumbuh tidak sesuai dengan lengkung rahang diberi nama Indikator Kebutuhan Perawatan
sehingga menyebabkan gigi berjejal.6 Ortodonti (IKPO). Indikator ini sangat cocok
Anak masih mempunyai keterbatasan secara fisik digunakan sebagai alat untuk mengetahui
dan psikis, sesuai dengan pertumbuhan dan kebutuhan perawatan Ortodonti anak usia sekolah
perkembangan yang sedang berlangsung. Tidak khususnya di Indonesia. Penggunaan indeks ini
jarang anak yang sedang dalam masa pertumbuhan, sangat mudah dengan menghitung skor dari
memiliki masalah dengan gigi geliginya.5 Gigi berjejal komponen kesadaran dan pengetahuan.
dan maloklusi banyak terjadi pada usia 10-12 tahun.4 Freeman, Ackerman dan Proffit menyimpulkan
Pada usia tersebut merupakan fase kedua dari periode bahwa 14,3% dari pasien mereka dapat ditangani
gigi bercampur. Kebanyakan anak juga memiliki secara interseptif ortodonti saja. Sebuah penelitian
kebiasan buruk seperti menghisap ibu jari, bernafas di Inggris, menemukan bahwa 38,6% anak-anak
lewat mulut dan lain sebagainya.Pada periode ini akan mendapat manfaat dari interseptif ortodonti.9
terjadi perubahan dimensi dari gigi sulung menjadi Deteksi awal terhadap maloklusi dapat dilakukan
gigi tetap yang banyak menimbulkan masalah. untuk mengetahui maloklusi sejak dini. Bila telah
Oklusi terkadang menjadi tidak sesuai sehingga ditemukan sejak awal, dapat dilakukan perawatan
dapat terjadi keadaan gigi berjejal, gigitan silang, dini untuk mencegah bertambah parahnya
gigitan terbuka, gigitan dalam, dan hilangnya gigi maloklusi. Tujuan penelitian ini adalah untuk
permanen karena karies.5,7 mengetahui gambaran maloklusi dan kebutuhan
Maloklusi yang sudah tampak pada periode gigi perawatan ortodonti pada anak usia 9-11 tahun di
bercampur bila tidak dilakukan perawatan sejak dini SD At-Taufiq, Cempaka Putih, Jakarta.
akan berakibat semakin parah pada periode gigi
tetapnya. Sebagai upaya untuk mencegah hal
tersebut diperlukan perawatan ortodonti, berupa BAHAN DAN METODE
pencegahan atau penanggulangan sejak dini pada Penelitian ini merupakan penelitian deskriptif pada
anak.4 Menurut penelitian Kazem dan Andrew di murid SD At-Taufiq, Cempaka Putih, Jakarta dengan
Inggris, anak pada usia 9-11 tahun adalah usia tepat metode cross sectional. Populasi penelitian diperoleh dari
untuk dilakukan perawatan interseptif. Usia 9 sampai siswa siswi SD At-Taufiq, Cempaka Putih, Jakarta.
11 merupakan waktu gigi kaninus dan premolar Subjek penelitian adalah anak usia 9-11 tahun yang
kedua erupsi, yang dilaporkan banyak menyebabkan memenuhi kriteria inklusi. Berdasarkan hasil
masalah pada ketidakteraturan gigi geligi yang perhitungan subjek untuk memperkirakan proporsi
akhirnya akan menyebabkan maloklusi.8 sifat tertentu yang terjadi dalam suatu populasi
Salah satu pemeriksaan klinis yang dapat diperoleh jumlah sampel minimal 96 orang. Kriteria
dilakukan untuk menentukan maloklusi dengan subjek penelitian ini antara lain: siswa berusia 9-11
digital examination. 5 Penggunaan metode ini tahun saat dilakukan penelitian. Siswa tersebut belum
berdasarkan posisi rahang atas dan bawah ketika pernah atau tidak sedang dirawat ortodonti dengan
beroklusi. Idealnya maksila berada 2-3 mm di depan alat lepas atau cekat dan bersedia menjadi subjek
mandibula, dapat dilihat dari pemeriksaan extraoral. penelitian dengan izin dari orang tua maupun dari
Pemeriksaan ekstraoral lainnya yang digunakan pihak sekolah. Pengambilan sampel dilakukan di SD
untuk menentukan maloklusi salah satunya analisis At-Taufiq, Jakarta bulan Juli 2013 pada jam sekolah.
profil wajah. Profil wajah dievaluasi menggunakan Maloklusi diketahui berdasarkan digital examination
foto lateral. Analisis foto profil juga dapat dipelajari dan analisis profil wajah, sedangkan kebutuhan
dengan memakai bidang KPF.9 Dalam keadaan perawatan ortodonti didapatkan berdasarkan skor dari
normal garis bidang nasal menyentuh bibir atas, kuesioner IKPO. Pada subjek dilakukan pemeriksaan
garis subnasion-pogonion dan bidang nasal akan hubungan rahang dengan digital examination, lalu
membentuk sudut yang di sebut sudut tangent.10 ,11 dilakukan pengambilan foto profil wajah yang
Kebutuhan perawatan ortodonti pada anak kemudian akan dianalisis. Setelah itu dilanjutkan
dapat diketahui melalui survei epidemiologi dengan pengisian kuesioner IKPO dengan dipandu
menggunakan suatu indeks. Terdapat banyak oleh peneliti.
Wijayanti dkk : Gambaran maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodonti pada anak usia 9-11 tahun
Jurnal PDGI 63 (1) Hal. 25-29 2014
27

Analisis data yang digunakan adalah analisis Kebutuhan perawatan ortodonti bervariasi
univariat untuk mengetahui gambaran maloklusi jumlahnya pada setiap kelompok umur. Sebaran
dan kebutuhan perawatan ortodonti pada anak usia data kebutuhan perawatan ortodonti berdasarkan
9-11 tahun di SD At-Taufiq, Cempaka Putih, usia subjek dapat terlihat pada tabel 3.
Jakarta. Diperoleh nilai mean, median dan standar
deviasi sehingga menghasilkan distribusi frekuensi Tabel 3. Distribusi kebutuhan perawatan ortodonti
berdasarkan usia
dan persentase dari tiap variabel.
USIA
IKPO
9 10 11
HASIL Butuh perawatan 21 26 28
Tidak butuh perawatan 10 5 8
Jumlah subjek yang didapatkan sebanyak 98
orang terdiri dari perempuan 53 orang dan subjek
laki-laki 45 orang. Usia subjek berkisar antara 9-
11. Subjek berusia 9 tahun sejumlah 31 orang, usia Berdasarkan sebaran data maloklusi, pada
10 tahun berjumlah 31 orang dan usia 11 tahun setiap kelompok maloklusi lebih banyak subjek
berjumlah 36 orang. Pada penelitian ini diperoleh yang membutuhkan perawatan ortodonti dari pada
maloklusi kelas I sebanyak 64 orang (65,3%), yang tidak membutuhkan perawatan ortodonti,
maloklusi kelas II sebanyak 31 orang (31,6%) dan data tersebut dapat terlihat pada tabel 4.
maloklusi kelas III sebanyak 3 orang (3,1%). Pada
maloklusi kelas I diperoleh subjek perempuan Tabel 4. Distribusi kebutuhan perawatan ortodonti pada
setiap tipe maloklusi
sebanyak 34 orang dan subjek laki-laki 30 orang.
Pada maloklusi kelas II diperoleh subjek perempuan IKPO
sebanyak 17 orang dan subjek laki-laki 14 orang. Maloklusi n Butuh perawatan % Tidak butuh perawatan %
Pada maloklusi kelas III diperoleh subjek Kelas I 64 49 76,5% 15 23,5%
perempuan sebanyak 2 orang dan subjek laki-laki Kelas II 31 24 77,4% 7 22,6%
Kelas III 3 2 66,7% 1 33,3%
1 orang. Sebaran data maloklusi terhadap umur
dan jenis kelamin dapat terlihat dari tabel 1.

Tabel 1. Distribusi maloklusi terhadap jenis kelamin PEMBAHASAN


dan usia SD At-Taufiq merupakan SD swasta di
Maloklusi
Laki-laki Perempuan Jakarta, tepatnya di Cempaka Putih Timur VI.
9 thn 10 thn 11 thn 9 thn 10 thn 11 thn Pemilihan subjek pada SD swasta dengan latar
Kelas I 6 14 10 12 11 11 belakang homogen pada tingkat sosial ekonomi
Kelas II 5 4 5 8 1 8 orang tua menengah keatas sehingga tingkat
Kelas III 0 0 1 0 1 1
pengetahuan orang tua terhadap kesehatan gigi
dan mulut dianggap cukup baik. Keadaan siswa-
Berdasarkan nilai IKPO sebanyak 75 responden siswi dianggap normal dengan usia 9-11 tahun
(76,5%) diketahui membutuhkan perawatan yang merupakan usia anak sekolah dasar lazimnya
ortodonti dan 23 responden (23,5%) tidak ditemukan pada siswa-siswi kelas 4 sampai 6 SD.
membutuhkan perawatan ortodonti. Berdasarkan Usia 9-11 tahun digunakan pada penelitian ini
jenis kelamin, baik subjek perempuan maupun laki- karena merupakan usia mixed dentition, bersamaan
laki, lebih banyak yang membutuhkan perawatan dengan periode prepubertal yang diketahui terjadi
ortodonti dari pada yang tidak membutuhkan percepatan laju tumbuh kembang. Percepatan
perawatan ortodonti (Tabel 2). pertumbuhan berbeda pada setiap jenis kelamin,
perempuan biasanya ditandai dengan menstruasi
Tabel 2. Distribusi kebutuhan perawatan ortodonti diusia 10-12 tahun dan laki-laki diusia lebih dari
berdasarkan skor IKPO 12 tahun.7 Pemeriksaan dini terhadap maloklusi
IKPO N % P % L %
perlu dilakukan pada masa prepubertal sehingga
bila ditemui adanya maloklusi dapat dilakukan
Butuh 75 76,5% 40 53,3% 35 46,7%
perawatan perawatan dini. Bila diabaikan maka bertambahnya
Tidak butuh 23 23,5% 13 56,5% 10 43,5% keparahan maloklusi dapat menimbulkan masalah
perawatan emosi dan kepecayaan diri seorang anak. Pemilihan
Wijayanti dkk : Gambaran maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodonti pada anak usia 9-11 tahun
28 Jurnal PDGI 63 (1) Hal. 25-29 2014

usia subjek pada penelitian ini serupa dengan kelas III paling banyak ditemukan pada populasi
penelitian Kazem dan Andrew8 di Inggris, anak oriental (Jepang dan China). Penelitian Tausche15
pada usia 9-11 tahun adalah usia tepat untuk di German menemukan 3,2% dari populasi anak
dilakukan perawatan interseptif. usia mixed dentition tercatat memiliki maloklusi kelas
Data yang diperlukan meliputi maloklusi dan III.
kebutuhan perawatan ortodonti. Untuk menentukan Maloklusi kelas II banyak dijumpai pada usia
tipe maloklusi subjek dilakukan digital examination 9 tahun dan 11 tahun, sebagai mana Thilander et
dengan cara palpasi mengunakan jari telunjuk al. 13 menjelaskan bahwa maloklusi kelas II
pada cekungan dari basis bibir atas (titik A jaringan meningkat seiring dengan waktu hingga periode
lunak) dan jari tengah pada cekungan dari basis akhir mixed dentition dikarenakan peningkatan
bibir bawah (titik B jaringan lunak).5,8 Pemeriksaan overjet gigi anterior sewaktu gigi caninus erupsi.
tersebut menggambarkan hubungan rahang atas Kemudian jumlah maloklusi kelas II menurun
dan rahang bawah yang dapat digunakan pada periode gigi permanen karena semua gigi
menentukan klasifikasi maloklusi. Analisis profil permanen kecuali molar tiga telah erupsi.
wajah dari foto ekstraoral juga digunakan sebagai Terdapat maloklusi baik kelas I, kelas II, kelas
data penunjang penentuan tipe maloklusi karena III pada kelompok laki-laki dan perempuan yang
dari analisis profil dapat diketahui relasi rahang tersebar pada usia 9-11 tahun. Hal tersebut dapat
yang dapat menunjang hasil digital examination. diasumsikan bahwa maloklusi tidak dipengaruhi
Berdasarkan analisis profil wajah juga didapatkan oleh jenis kelamin, baik perempuan maupun laki-
derajat kecembungan profil tiap subjek menggunakan laki memiliki kemungkinan yang sama mengalami
tangent line.7,10,11 maloklusi. Hasil ini serupa dengan yang
Kuesioner IKPO digunakan untuk menentukan disimpulkan Thilander et al.13 pada penelitiannya,
kebutuhan perawatan ortodonti.12 Subjek yang telah yaitu tidak terdapat perbedaan jenis kelamin yang
dilakukan pemeriksaan untuk penentuan dapat teramati pada maloklusi kelas I, II dan III.
maloklusi, kemudian dipandu mengisi kuesioner Gambaran kebutuhan perawatan ortodonti
IKPO untuk menentukan kebutuhan perawatan berdasarkan IKPO yang ditemui pada subjek
ortodonti. Dibutuhkan waktu kurang lebih 3 berusia 9-11 tahun di SD At-Taufiq, Jakarta
menit untuk memandu setiap subjek mengisi diperoleh 76,5% subjek membutuhkan perawatan
kuesioner. Pengisian kuesioner secara terpandu ortodonti dan 23,5% subjek tidak membutuhkan
dimaksudkan agar subjek paham betul tentang perawatan ortodonti. Hasil tersebut serupa
pertanyaan yang terdapat dalam kuesioner. dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
Sebanyak 65,3% dari populasi siswa diketahui Sinulingga 1 6 pada remaja usia 12-15 tahun
memiliki maloklusi kelas I, maloklusi kelas II 31,6% menggunakan IKPO yaitu presentase subjek yang
dan maloklusi kelas III sebanyak 3,1%. Penelitian membutuhkan perawatan ortodonti lebih besar
Thilander di Columbia pada anak usia 5-17 tahun dibandingkan dengan yang tidak membutuhkan
dijumpai sebanyak 88% subjek penelitiannya perawatan ortodonti. Pada penelitiannya 91,7%
mengalami maloklusi ringan sampai berat, serupa dari populasi remaja usia 12-15 tahun memerlukan
dengan penelitian ini keseluruhan subjek perawatan ortodonti.
mengalami maloklusi dari ringan sampai berat.13 Hasil kebutuhan perawatan ortodonti pada
Pada penelitian ini subjek dengan maloklusi kelas penelitian ini serupa dengan kebutuhan perawatan
I memiliki jumlah yang paling banyak dari ortodonti di Bogota, yaitu sebanyak 88% populasi
keseluruhan populasi. Hasil ini sesuai dengan anak usia 5-17 tahun memerlukan perawatan
banyak penelitian tentang maloklusi, salah ortodonti.17 Berbeda dengan penelitian di Jerman
satunya di Iraq sebanyak 73,88% anak usia 14 yang menggunakan IOTN dengan hasil 26,2%
tahun mengalami maloklusi kelas I.14 anak usia 6-8 tahun membutuhkan perawatan
Maloklusi kelas III jumlahnya relatif kecil yaitu ortodonti, lebih rendah presentasenya bila
3,1%, hal ini dapat diduga karena prevalensi dibandingkan dengan penelitian ini. 15 Hal ini
maloklusi kelas III pada populasi remaja di menggambarkan bahwa penggunaan indeks atau
Indonesia paling sedikit. Reverse overjet indikator memberikan hasil yang berbeda pada
mengindikasikan maloklusi kelas III yang populasi yang berbeda, dikarenakan terdapat
diketahui pada populasi anak di Amerika sebesar perbedaan karakteristik pada setiap populasi atau
1% dan meningkat pada usia remaja.7 Maloklusi ras.
Wijayanti dkk : Gambaran maloklusi dan kebutuhan perawatan ortodonti pada anak usia 9-11 tahun
Jurnal PDGI 63 (1) Hal. 25-29 2014
29

Kebutuhan perawatan ortodonti pada subjek orthodontic treatment in a Medicaid population. Am


penelitian berdasarkan jenis kelamin, usia, tipe J Orthod Dentofacial Orthop 2010; 137: 324-33.
maloklusi lebih banyak yang membutuhkan 4. Jones LM, Richer GO. W & H orthodontic notes.
perawatan dari pada yang tidak membutuhkan Cornwall. 6th ed. England: Wright; 2000. p. 7-10, 49-55,
57-70.
perawatan. Hal ini menggambarkan kebutuhan
perawatan ortodonti terdapat pada semua jenis 5. Mitchel L. An introduction to orthodontics. 3th ed. New
York: Oxford University Press; 2007. p. 1-27, 52-5.
kelamin, usia, maupun tipe maloklusi. 17,18
6. Agenter MK, Edward FH, Robert NB. Influence of
Kebutuhan perawatan tercermin dari kesadaran
tooth crown size on malocclusion. Am J Orthod
subjek akan keadaan gigi geliginya dan Dentofacial Orthop 2009; 795-804.
pengetahuan kesehatan gigi dan mulut.12
7. Proffit WR, Henry WF, Dafid MS. Contemporary
Menurut Hoesin,12 pada penelitiannya dengan orthodontics. 4th ed. St. Louis: Mosby Elsevier; 2007. p.
subjek anak usia 8-12 tahun, maloklusi kelas II 3-23, 130-45, 181-5.
dan III dikategorikan pada maloklusi yang lebih 8. Kazem AM, Andrew R. Applicability of interceptive
membutuhkan perawatan dibandingkan orthodontics in the community. British J Orthodontics
maloklusi kelas I. Pada penelitian ini sebanyak 1997; 24: 233-28.
22,6% kelompok maloklusi kelas II tidak merasa 9. Persero G. A well known modified lower face profile
memerlukan perawatan dan pada maloklusi kelas analysis for all ethnic types and its contribution to
III sebanyak 33,3% tidak memerlukan perawatan. cephalometric skeletal classes. Virtual J Orthodontics
2002; 4: 3-10.
Keadaan ini mungkin terjadi karena faktor usia
anak yang belum memiliki kesadaran bahwa 10. Saglam AMS, Gazilerly U. Analysis of holdway soft
tissue measurements in children between 9 and 12
dirinya memerlukan perawatan ortodonti, atau years of age. Eur J 2001; 23: 287-99.
belum memiliki pengetahuan tentang perawatan
11. Miloseric SA, Varga ML, Slaj M. Analysis of the soft
ortodonti, sehingga mempengaruhi dalam tissue facial profile by means of angular
pengisian kuesioner IKPO. measurements. Eur J Orthodontic 2008; 30: 135-40.
Berdasarakan pembahasan di atas dapat 12. Hoesin F. Indikator kebutuhan perawatan ortodonti
disimpulkan bahwa prevalensi maloklusi yang pada anak usia pertumbuhan. Disertasi. 2007.
ditemukan pada penelitian ini memberikan 13. Thilander B, Pena L, Infante C, Parada SS. Prevalence
gambaran bahwa tindakan preventif perlu sedini of malocclusion and orthodontic treatment need in
mungkin diterapkan. Adanya kebutuhan akan children and adolescents in Bogota, Colombia. Eur J
perawatan ortodonti terhadap maloklusi pada 2001; 23: 153-67.
subjek penelitian memberi gambaran telah ada 14. Al-Yessary AS, Al-Fatlawi FA. Facial profile, occlusal
kesadaran dan pengetahuan tentang kondisi gigi features and treatment need for a sample of Karbalaa
governorate student aged 14 years. J Bagh College
geligi khususnya maloklusi. Sebagai saran,
Dentistry 2011; 23: 101-4.
penyuluhan serta berbagai metode penyebaran
15. Tausche E, Luck O, Harzer W. Prevalence of
informasi tentang maloklusi dan kebutuhan
malocclusion in the early mixed dentition and
perawatan ortodonti sangat diperlukan guna Orthodontic treatment need. Eur J 2004; 26: 237-44.
peningkatan pengetahuan dan kesadaran 16. Sinulingga IS. Kebutuhan perawatan Ortodonti pada
masyarakat tentang kesehatan gigi dan mulut. remaja usia 12-15 tahun menggunakan indikator
Kesadaran dapat terbangun dari kepedulian kebutuhan perawatan ortodonti (IKPO). Tesis. Jakarta:
terhadap diri sendiri, informasi dan keterlibatan FKG UI; 2010. h. 10-12, 33.
orang tua. 17. Nobile CGA, Pavia M, Fortunato L, Angellio F.
Prevalence and factors related to malocclusion and

DAFTAR PUSTAKA
1. Ibrahim EG, Ali I K, Ertu R. Prevalence of malocclusion
among adolescents in central Anatolia. Eur J 2007; 3:
125-31.
2. Wijanarko AG. Prevalensi maloklusi pada remaja usia
12-14 tahun pada Sekolah Menengah Pertama di
Jakarta. Tesis. Jakarta: FKG UI; 1999. h. 25-7.
3. Jolly CJ, Huang GJ, Greenlee GM, Spiekerman C,
Kiyak HA, King GJ. Dental effects of interceptive

You might also like