You are on page 1of 23

TEORI DAN PRAKTEK DALAM DESAIN TENTANG PROSES

DAN SUMBER UNTUK BELAJAR

MAKALAH

Diajukan kepada Program Pascasarjana Universitas Negeri Yogyakarta


Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah
Dasar Teknologi Pembelajaran

Dosen Pengampu:
Dr. Christina Ismaniati, M.Pd

Disusun Oleh:
Ariza Eka D S (NIM 17707251010)
Wulan Budiarti (NIM.17707251021)

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PEMBELAJARAN


PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah dengan judul : Teori Dan Praktek Desain Sumber Dan Proses Belajar.
Makalah ini disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Dasar Teknologi
Pembelajaran dengan dosen pengampu Dr. Christina Ismaniati, M.Pd. Penyusun
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah memberikan dukungan
dalam menyelesaikan makalah ini.
Penyusun menyadari bahwa dalam penulisan makalah masih banyak
kekurangan baik isi maupun penulisannya. Oleh karena itu, penyusun sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun untuk perkembangan
penyempurnaan makalah ini.

Yogyakarta, Oktober 2017


Penyusun

ii
DAFTAR ISI

Halaman Sampul
Kata Pengantar .............................................................................................. i
Daftar Isi........................................................................................................ ii
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................. 1
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 3
C. Tujuan ............................................................................................... 3
BAB II PEMBAHASAN .............................................................................. 4
A. Definisi Kawasan Desain Teknologi Pembelajaran .......................... 4
B. Hubungan Teori-Praktek ................................................................... 11
BAB III KESIMPULAN ............................................................................... 17
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................... 20

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Seiring dengan kemajuan teknologi yang mengglobal telah terpengaruh
dalam segala aspek kehidupan baik di bidang ekonomi, politik, kebudayaan
seni, dan bahkan di dunia pendidikan. Sebagai bagian dari kebudayaan,
pendidikan sebenarnya lebih memusatkan diri pada proses belajar mengajar
untuk membantu peserta didik menggali, menemukan, mempelajari,
mengetahui, dan menghayati nilai-nilai yang berguna, baik bagi diri sendiri,
masyarakat dan & negara sebagai keseluruhan. Pendidikan sebagai bagian dari
kebudayaan juga merupakan sarana penerus nilai-nilai, gagasan-gagasan,
sehingga setiap orang mampu berperan serta dalam transformasi nilai demi
kemajuan bangsa dan negara. Dan di jaman yang modern ini kita sebagai
sasaran maupun pelaku ilmu pengetahuan harus mempunyai ilmu yang
mumpuni tentang ilmu pengetahuan tersebut, terlebih lagi pada masa yang
modern ini muncul berbagai alat bantu untuk mendukung pembelajaran.
Dan jika kiranya kita adalah pengajar, kita harus mengetahui secara
dalam ilmu pembelajaran tersebut agar kita tidak menyesatkan peserta didik
atas ketidaktahuan kita. Untuk itu sangatlah penting untuk kita mengetahui
ilmu-ilmu tentang teknologi pembelajaran tersebut. Teknologi pembelajaran
merupakan suatu proses yang kompleks dan integratif yang meliputi manusia,
alat, dan sistem termasuk diantaranya gagasan, prosedur, dan organisasi.
Banyak hal yang diberikan oleh teknologi itu, diantaranya mempermudah baik
dalam proses, penerapan pemahaman serta penguasaan di bidang pendidikan.
Dan dapat dikatakan bahwa teknologi adalah tolak ukur kemajuan.
Teknologi Pembelajaran tumbuh dari praktek pendidikan dan gerakan
komunikasi audio visual. Teknologi Pembelajaran semula dilihat sebagai
teknologi peralatan, yang berkaitan dengan penggunaan peralatan, media dan
sarana untuk mencapai tujuan pendidikan atau dengan kata lain mengajar

1
dengan alat bantu audio-visual. Teknologi Pembelajaran merupakan gabungan
dari tiga aliran yang saling berkepentingan, yaitu media dalam pendidikan,
psikologi pembelajaran dan pendekatan sistem dalam pendidikan.
Menurut AECT 1994 teknologi pembelajaran adalah teori dan praktik
dalam desain, pengembangan, penggunaan, pengelolaan, dan evaluasi dari
proses-proses dan sumber-sumber untuk belajar. Dari definisi ini dapat
dijabarkan beberapa komponen yang menjadi landasan teknologi
pembelajaran, yaitu teori dan praktik, desain, pengembangan, penggunaan,
pengelolaan, evaluasi, proses, sumber, dan belajar. Semua komponen-
komponen tersebut akan saling menciptakan hubungan timbal balik untuk
memfasilitasi komponen terakhir, yaitu belajar. Terdapat 5 bidang utama yang
menjadi fokus teknologi pembelajaran, yaitu desain, pengembangan,
penggunaan, pengelolaan, dan evaluasi.
Komponen teori berfungsi sebagai landasan pengetahuan yang
mendukung praktik. Masing-masing bidang pada teknologi pembelajaran
mencakup teori pengetahuan yang berasal dari penelitian maupun pengalaman.
Teori terdiri dari konsep-konsep, gagasan-gagasan, prinsip-prinsip, dan saran
yang mendukung ilmu pengetahuan. Sedangkan praktik adalah aplikasi dari
ilmu pengetahuan tersebut untuk memecahkan permasalahan yang ada. Praktik
juga dapat memberikan kontribusi dalam ilmu pengetahuan melalui informasi
yang didapatkan dari pengalaman. Hubungan antara teori dan praktik adalah
hubungan timbal balik.
Komponen proses memiliki definisi serangkaian kegiatan yang
diarahkan pada suatu hasil. Dalam ranah teknologi pembelajaran, terdapat dua
istilah proses, yaitu proses desain dan proses penyampaian. Proses disini
dicontohkan dengan hubungan antara strategi pembelajaran dengan model-
model pembelajaran dan media.
Komponen sumber dalam ranah teknologi pembelajaran merupakan
sumber-sumber yang digunakan untuk pembelajaran, termasuk sistem
pendukung, materi ajar, dan lingkungan. Sumber belajar tidak hanya perangkat
dan materi saja yang digunakan pada proses belajar mengajar, tetapi juga

2
meliputi orang, biaya, dan fasilitas-fasilitas yang lain. Sumber belajar dapat
berupa apapun yang tersedia untuk dapat membantu seseorang belajar dan
berkinerja dengan kompeten.
Dalam makalah ini akan dibahas salah satu bidang garapan teknologi
pembelajara, yaitu kawasan desain. Akan dikaji hubungan antar teori dan
praktik pada kawasan desain dalam teknologi pembelajaran.

B. Rumusan Masalah
1. Apa definisi dari kawasan desain teknologi pembelajaran menurut AECT
1994?
2. Apa saja cakupan dari kawasan desain?
3. Bagaimana hubungan teori dan praktik dalam kawasan desain teknologi
pembelajaran?

C. Tujuan
1. Untuk mengetahui definisi kawasan desain teknologi pembelajaran
menurut AECT 1994.
2. Mengetahui cakupan kawasan desain teknologi pembelajaran.
3. Mengetahui hubungan teori dan praktik dalam kawasan desain teknologi
pembelajaran.

3
BAB II
PEMBAHASAN

A. Definisi Kawasan Desain Teknologi Pembelajaran


Menurut AECT 1994, teknologi pembelajaran adalah teori dan praktek
dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi tentang
proses dan sumber untuk belajar. Masing-masing bidang teknologi
pembelajaran tersebut berkontribusi pada teori dan praktik yang menjadi dasar
dari profesi. Masing-masing bidang tersebut bersifat independen, namun saling
terkait. Serta, hubungan antar bidang-bidang tersebut tidaklah linier.

Gambar 1. Hubungan Antar Bidang Garapan.


Sumber: Richey & Seels (1994: 29)

Bidang garapan desain awal mulanya merupakan gerakan psikologi


pembelajaran. Terdapat beberapa ilmuwan yang menjadi pencetus gerakan ini,
yaitu : 1). Artikel tahun 1954 oleh B.F. Skinner tentang Ilmu belajar dan seni
mengajar dan teorinya tentang instruksi terprogram; 2). Buku tahun 1969 oleh
Herbert Simon The Sciences of The Artificial yang membahas karakteristik
umum dari sains preskriptif dari desain; 3). Pendirian diawal tahun 1960an

4
pusat perancangan bahan dan program instruksional, seperti pusat sumber
belajar dan pengembangan dari Universitas Pittsburgh. Selama tahun 1960an
dan 1970an Robert Glaser, direktur pusat itu, menulis dan berbicara tentang
desain pembelajaran yang menjadi inti teknologi pendidikan (Glaser, 1976).
Banyak substansi psikologi pembelajaran yang menjadi akar dari bidang
garapan desain yang dipupuk dalam asosiasi Pittsburgh. Rumah ini bukan
hanya rumah Simon, Glaser dan pusat penelitian dan pengembangan
pembelajaran, tapi paper Skinner yang berpengaruh Ilmu belajar dan seni
mengajar pertama kali dipresentasikan di Pittsburgh sebelum dipublikasin
pada akhir tahun itu (Spencer, 1988).
Melengkapi psikologi pembelajaran yang menjadi akar/dasar, adalah
penerapan teori sistem terhadap pembelajaran. Diperkenalkan oleh Jim Finn
dan Leonard Silvern, pendekatan sistem pembelajaran secara bertahap
berkembang menjadi sebuah metodologi dan mulai menggabungkan gagasan
dari psikologi pembelajaran. Pendekatan sistem menyebabkan gerakan
perancangan sistem pembelajaran yang digunakan pada pendidikan tinggi di
tahun 1970an (Gustafson dan Bratton, 1984). Ketertarikan pada desain pesan
juga berkembang selama akhir 1960an dan awal 1970an. Kolaborasi Robert
Gagne dan Leslie Briggs di Institut Amerika untuk penelitian di tahun 1960an
(juga Pittsburgh) dan Universitas Negara Bagian Florida pada tahun 1970
membawa keahlian psikologi pembelajaran bersama dengan bakat desain
sistem. Bersama-sama mereka membawa konsep desain pembelajaran untuk
hidup (Briggs, 1968; Briggs, 1977; Briggs, Campeau, Gagne dan May, 1967;
Gagne, 1965; Gagne, 1989; Gagne dan Briggs, 1974).
Bidang desain pembelajaran pada zaman telah dibingungkan dengan
perkembangan, atau bahkan dengan konsep pengajaran yang lebih luas itu
sendiri. Namun, definisi ini membatasi desain pada fungsi perencanaan, tapi
juga merencanakan tingkat mikro dan makro. Akibatnya, basis bidang
pengetahuan itu rumit dan mencakup serangkaian model prosedural, model
konseptual, dan teori. Meskipun begitu, basis bidang pengetahuan apapun tidak
statis. Hal ini tentunya terjadi pada desain pembelajaran, terlepas dari

5
fondasinya yang kokoh dalam pengetahuan tradisional. Selain itu, karaena
hubungan erat antara desain pembelajaran dan ranah teknologi pembelajaran
lainnya, dasar pengetahuan desain juga berubah untuk menjaga konsistensi
dengan pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, dan evaluasi.
Teori desain lebih berkembang dari segi bidang yang sangat bergantung
pada tradisi praktik untuk membentuk basis pengentahuan mereka. Namun,
sehubungan dengan penggunaan teknologi, penelitian desain dan teori hampir
selalu mengikuti eksploarasi praktisi terhadap seluk-beluk dan kemampuan
hardware atau software baru. Hal ini tentu saja terjadi sekarang. Tantangannya,
baik untuk akdemisi maupun praktisi, adalah terus mendefinisikan basis
pengetahuan serta merespon tekanan tempat kerja.
Desain adalah proses menentukan kondisi belajar. Tujuan desain adalah
untuk menciptakan strategi dan produk pada tingkat makro, seperti program
dan kurikulum, dan tingkat mikro, seperti pelajaran dan modul. Ini adalah
definisi yang sesuai dengan definisi desain saat ini yang mengacu pada
pembuatan spesifikasi (Ellington dan Harris, 1986; Reigeluth, 1983; Richey,
1986). Ini berbeda dari definisi sebelumnya karena penekanannya adalah pada
kondisi belajar dari pada komponen system pembelajaran (Wallington, et.al.,
1970). Dengan demikian, ruang lingkup desain pembelajaran dieperluas dari
sumber belajar atau komponen system individual ke pertimbangan dan
lingkungan sistemik. Tessmer (1990) telah menganalisis faktor, pertanyaan dan
alat yang digunakan untuk merancang lingkungan.
Bidang desain mencakup setidaknya empat bidang utama teori dan
praktek. Bidang desain mencakup studi tentang perancangan sistem
pembelajaran, desain pesan, strategi pembelajaran, dan karakteristik
pembelajaran. Definisi dan deskripsi untuk masing-masing bidang adalah
sebagai berikut :
1. Desain sistem pembelajaran
Desain sistem pembelajaran adalah prosedur terorganisasi yang
mencakup langkah-langkah : (a) penganalisaan (proses perumusan apa
yang akan dipelajari); (b) perancangan (proses penjabaran bagaimana cara

6
mempelajarinya); (c) pengembangan (proses penulisan dan pembuatan
atau produksi bahan-bahan pelajaran); (d) pelaksanaan/aplikasi
(pemanfaatan bahan dan strategi) dan (e) penilaian (proses penentuan
ketepatan pembelajaran). Kata desain memiliki arti baik pada tingkat
makro dan mikro karena mengacu pada pendekatan dan langkah sistem
dalam pendekatan system. Langkah-langkah dalam proses masing-masing
memiliki dasar yang terpisah dalam teori dan paragraph seperti halnya
keseluruhan proses desain sistem pembelajaran.
Secara sederhana, menganalisis adalah proses mengidentifikasikan
apa yang harus dipelajari; perancangan adalah proses menetukan
bagaimana cara belajar; pengembangan adalah proses authoring dan
pembuatan bahan ajar, penerapan sebenarnya menggunakan bahan dan
strategi dalam konteks, dan evaluasi adalah proses penentuan kecukupan
instruksi. Desain sistem pembelajaran umumnya merupakan prosedur
linear dan interatif yang menuntut kecermatan dan kemantapan. Agar
dapat berfungsi sebagai alat untuk saling mengontrol, semua langkah-
langkah tersebut harus tuntas. Dalam desain sistem pembelajaran, proses
sama pentingnya dengan produk karena kepercayaan pada produk
didasarkan pada prosesnya.
2. Desain Pesan
Desain pesan yaitu perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik
dari pesan agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima.
Komunikas tersebut menggunakan prinsip-prinsip perhatian, persepsi dan
daya tangkap. Fleming dan Levie (1993) membatasi pesan pada pola tanda
simbol yang dapat memodifikasi perilaku kognitif, afektif, atau
psikomotor. Desain pesan berhubungan dengan hal-hal mikro, seperti
bahan visual, urutan, halaman, dan layar secara terpisah. Desain pesan
harus bersifat spesifik, baik tentang media maupun tugas belajarnya.
Karakteristik desain pesan yang lainnya adalah desain pesan akan berbeda
tergantung pada apakah media statis, dinamis atau kombinasi keduanya
(misalnya foto, film atau grafik komputer), dan apakah tugas melibatkan

7
konsep atau pembentukan sikap, keterampilan atau pengembangan strategi
pembelajaran, atau menghafal.

3. Strategi Pembelajaran
Strategi pembelajaran adalah spesifikasi untuk memilih dan
mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan belajar dalam suatu pelajaran.
Penelitian tentang strategi pembelajaran telah memberikan kontribusi
terhadap pengetahuan tentang komponen pengajaran. Seorang perancang
menggunakan teori strategi pembelajaran atau komponen sebagai prinsip
pengajaran. Secara khas, strategi pembelajaran berinteraksi dengan situasi
belajar. Situasi belajar ini sering digambarkan dengan model pengajaran.
Model pengajaran dan strategi pembelajaran yang dibutuhkan untk
mengiplementasikan model yang berbeda tergantung pada situasi belajar,
sifat isi/materi, dan jenis belajar yang dikehendaki. Teori strategi
pembelajaran mencakup situasi belajar, seperti situasi atau pembelajaran
induktif, dan komponen proses belajar mengajar, seperti motivasi dan
elaborasi (Reigeluth, 1987b).
Reigeluth (1983a) membedakan antara strategi makro dan mikro,
yaitu :
Variabel strategi mikro adalah metode elemental untuk mengatur
instruksi pada satu gagasan tunggal (konsep tunggal, prinsip, dll).
Mereka termasuk komponen strategi seperti definisi, contoh,
praktek, dan reprensentasi alternative. Variabel strategi makro
adalah metode elemen untuk mengatur aspek pengajaran yang
berhubungan dengan yang lebih dari sekedar gagasan, seperti
sekuensing, sintesis, dan peringkasan (Pratinjau dan Peninjauan)
gagasan yang diajarkan (hal. 19).
Sejak 1983, istilah tersebut telah digunakan secara umum untuk
membandingkan rancangan kurikulum dengan rancangan pelajaran (Smith
dan Ragan, 1993a). penggunaan istilah yang lebih khas saat ini adalah agar
desain mikro identic dengan desain strategi pembelajaran dan desain makri
untuk merujuk langkah-langkah dalam proses desain sistem pembelajaran.

8
Ungkapan strategi mikro dan strategi makro tidak sering digunakan
saat ini.

Desain mikro juga diperluas dalam arti menyediakan spesifikasi


untuk beberapa unit instruksi yang lebih kecil, seperti halaman teks, layar,
dan visual. Dengan demikian, ada orang-orang yang menggunakan istilah
desain mikro, atau desain makro, untk merujuk pada desain pesan,
serta desain strategi pembelajaran.

4. Karakteristik Peserta Didik


Karakteristik peserta didik adalah segi-segi latar belakang
pengalaman pembelajar yang berpengaruh terhadap efektivitas proses
belajarnya. Penelitian tentang karakteristik peserta didik sering tumpang
tindih dengan penelitian strategi pembelajaran, namun dilakukan untuk
tujuan yang berbeda: untuk menggambarkan sisi-sisi pembelajar yang
perlu dipertanggungjawabkan dalam desain. Penelitian tentang motivasi
adalah contoh daerah yang tumpang tindih. Strategi pembelajaran
menggunakan penelitian motivasi untuk menentukan desain komponen
pelajaran.
Karakteristik peserta didik menggunakan penelitian motivasi untuk
mengidentifikasi variabel yang harus diperhitungkan dan untuk
menentukan bagaimana memperhitungkannya. Karakteristik pembelajar,
oleh karena itu, dampak komponen pelajaran yang dipelajari dibawah
strategi pembelajaran. Mereka berinteraksi bukan hanya dengan strategi
tapi juga dengan situasi atau konteks dan konten (Bloom, 1976; Richey,
1992).
5. Tren dan isu-isu
Tren dan isu-isu dalam kelompok bidang desain seputar
penggunaan model desain sistem pembelajaran tradisional, penerapan
teori pembelajaran untuk desain, dan dampak teknologi baru pada proses
perancangan. Meskipun ada konsensus bahwa pendekatan sistematis

9
tradisional terhadap rancangan pembelajaran masih sangat penting,
beberapa mengemukakan pertanyaan mengenai keampuhan model desain
sistem pembalajaran, dan kecenderungan untuk menggunakannya secara
tidak fleksibel dan linier. Dick (1993) menganjurkan desain sistem
pembelajaran yang disempurnakan dengan menggabungkan unsur-unsur
kinerja pendekatan teknologi, mencoba mengurangi waktu siklus desain
sistem pembelajaran yang khas, dan menempatkan penekanan yang
meningkat pada sistem pendukung kinerja elektronik. Ada juga
kekhawatiran yang berkembang tentang tidak adannya desain sistem
pembelajaran di sekolah sebagai sarana desain kurikulum. Ada yang
meminta dilakukannya pemerikasaan yang lebih teliti terhadap penerapan
prosedur standar desain sistem pembelajaran untuk digunakan di sekolah
apakah seseorang sedang merencanakan pelajaran untuk pengembangan
anak atau staf untuk guru dan administrator (Gustafson, 1993; Martin dan
Clemente, 1990; Richey dan Sikorski, 1993).
Salah satu isu yang sangat penting adalah kebutuhan akan teori
yang menghubungkan klasifikasi pembelajaran dengan seleksi media.
Setiap langkah dalam proses desain system pembelajaran, mulai dari
analisis tugas sampai evaluasi, kecuali pemilihan media, memiliki dasar
dalam mempelajari teori dan prosedur klsifikasi untuk menerapkan teori
tersebut. Meskipun pemilihan bebarapa model media memerlukan dasar
keputusan mengenai tujuan dan strategi ini sambil meperhitungkan
variabel lain yang tidak dikembangkan secara memadai.
Sehubungan dengan isu-isu teoritis lainnya, ada kekhawatiran
bahwa praktisi biasanya hanya menenkankan langkah-langkah desain
umum yang disorot dalam model desain sistem pembelajaran dan
mengabaikan penggunaan prinsip-prinsip umum pembelajaran (Winn,
1989). Namun, ada juga pertanyaan mengenai orientasi pembelajaran yang
paling tepat. Bidang ini telah menyuarakan sikap kognitif, walaupun
prosedur dan taktik mencerminkan perilaku dan kognitif pada entasi. Saat
ini juga ada dukungan yang berkembang untuk posisi kontruktivis, yang

10
menghasilkan penekanan pada pengalaman belajar, control pelajar dan
definisi makna dan kenyataan peserta didik. Hal ini sesuai dengan
kecenderungan konten kontektualisasi yang terbukti dalam riset
pembelajaran yang ada dan terukur (kelompok kognisi dan teknologi pada
Vanderbilt, 1993), gerakan kinerja teknologi dan sistem pendekatan untuk
merancang pelajaran (Richey, 1993a). Pencarian alternatif berbasis
kolaboratif fan kooperatif terhadap pendekatan pembelajaran individual
dan independen adalah contoh lain untuk mengembangkan strategi
alternatif. Mungkin tren yang lebih mendasar adalah penerimaan
pendekatan alternatif untuk desain.
Terlepas dari orientasi filosofis atau teoritis seseorang, semua
perancang terpengaruh oleh kemajuan teknologi yang cepat memberikan
bentuk baru dari proses perancangan itu sendiri. Sebagai alternative
pengiriman, teknologi ini tidak hanya memberikan visualisasi yang lebih
efektif, namun juga akses instan ke informasi, kemanapun untuk
menghubungkan informasi, desain yang lebih mudah disesuaikan dan
interaktif, dan melalui pembelajaran selain sarana formal (Hannafin,
1992). Sebagai alat untuk merancang desain, teknologi baru
memungkinkan perancang menggunakan aturan yang lebih terperinci
untuk pemilihan strategi pembelajaran, menerapkan pelaihan tepat
waktu, dan secara efektif menanggapi harapan dan persyaratan organisasi
mereka (Dick, 1993). Tren ini merupakan reaksi terhadap isu dan
mempengaruhi dasar-dasar desain pembelajaran (Richey, 1993a; Seels,
1993a).

B. Hubungan Teori Dan Praktik Desain Teknologi Pembelajaran


Ciri khas desain pembelajaran adalah prinsip dan prosedurnya didukung
oleh penelitian. Sifat penelitian ini bervariasi dari eksperimen tradisional
terkontrol hingga pengembangan penelitian analisis kualitatif studi kasus.
Meskipun perspektif desain alternatif telah muncul, dengan semua dukungan

11
penelitian atau dipandu oleh postur teoritis yang berbeda, ada beberapa aliran
pemikiran yang telah memebrikan arahan ke lapangan.

Gambar 2. Hubungan Kawasan Desain Terhadap Dasar Teorinya.


Sumber : Sumber: Richey & Seels (1994: 70)

1. Teori umum sistem


Teori umum sistem telah diterapkan pada bidang melalui
penggunaan model perancangan system pembelajaran. Kesetiaan terhadap
model ini sangat luas sehingga pendekatan tersebut berfungsi sebagai
paradigm yang mengikat sebagian besar perancang pembelajaran ke dalam
komunitas umum. Desain system pembelajaran, sebagai sebuah teori,
terutama didukung oleh logika deduktif, praktik yang dievaluasi, dan
pengalaman sukses. Basis penelitian yang memang ada untuk desain
sistematis mendukung bagian-bagian komponen dari proses perancangan,
yaitu efek dari pelajaran berbasis tujuan, atau kecukupan isi yang
dianalisis.
2. Teori psikologi dan penelitian
Desain pembelajaran berakar kuat dalam teori belajar. Secara
tradisional, sudut pandang behavioris ciri utama dalam aplikasi desain
pembelajaran. Saat ini, bidang ini menekankan aprisiasi dari psikologi
kognitif (Polson, 1993), dan banyak juga mencari prinsip kontruktivis
untuk panduan lebih lanjut.
Behavioris berkaitan dengan kinerja sebagai satu-satunya bukti
bahwa pembelajaran telah terjadi. Telah terjadi kecenderungan dalam

12
penelitian behavioris untuk menekankan efek dari bahan stimulus pada
kinerja yang dihasilkan dari mata pelajaran yang dipelajari. Sebaliknya,
para kognitivis lebih tertarik pada perubahan apa yang dipelajari dan
pengetahuan pembelaar tentang pengetahuan mereka. Mereka cenderung
menekankan bagaimana seseorang memproses informasi baru dengan
memeriksa bagaimana seseorang mengingat informasi ini. Ini adalah
orientasi internal yang jauh lebih banyak, berlawan dengan pendekatan
eksternal behavioris (Lajoie, 1993).
Konstruktivis juga berorientasi internal. Mereka menegaskan
bahwa pengetahuan seseorang, dan proses belajar itu sendiri, berakar pada
interpretasi unik seseorang atas dunia. Pandangan semacam itu ditentukan
oleh pengalaman seseorang dan interpretasinya terhadap pengalaman ini.
Orientasi ini menekankan peran konteks, konteks dari kedua pelajaran dan
situasi transfer (Duffy dan Jonassen, 1992).
Sumber utama lain dari pengaruh psikologis pada prosedur
perancangan pembelajaran berkaitan dengan penciptaan dan pemeliharaan
pelajar yang termotivasi. Pentingnya motivasi belajar telah merasuki
teknologi pembelajaran dari penekanan awal pada bantuan audiovisual
sebagai motivator perhatian saat ini yang diberikan untuk memadukan
desain motivasi ke dalam rancangan pembelajaran. Sebagai contoh, Keller
(1987a, 1987b) telah merumuskan prosedur perancangan motivasi spesifik
dari dasar penelitian psikologi yang luas. Penelitian ini membahas topik-
topik seperti peran harapan dan perilaku seseorang, minat, rasa ingin tahu,
kebutuhan akan prestasi, dan sikap akademis (Keller, 1979).
3. Teori Pembelajaran dan Penelitian Pembelajaran Mengajar
Perancang memilih kegiatan dan aktivitas pembelajaran tertentu
berdasarkan variasi faktor yang mempengaruhi proses belajar mengajar.
Masing-masing faktor kunci ini juga bergantung pada dasar penelitian dan
teorinya sendiri. Perbedaan antara desain berbagai peristiwa pengajaran
biasanya dikatakan dengan materi pelajaran, karena sebagian besar model
desain pembelajaran tertanam dalam asumsi dasar bahwa pelajaran harus

13
bervariasi tergantung pada jenis tugas pembelajaran yang sedang
ditangani. Klasifikasi materi pelajaran biasanya didasarkan pada salah satu
dari berbagai taksonomi, termasuk :
Bloom (1956) taksonomi dar bidang kognitif
Krathwohl, Bloom dan Masia (1964) taksonomi dari bidang afektif
Harrow (1972) taksonomi dari bidang psikomotor
Gagne (1985) penggambaran lima kemampuan belajar, dan
Merrill (1983) mendefinisikan konten dalam teori tampilan komponen
Pendekatan umum untuk memilih strategi pembelajaran, oleh
karena itu, dimulai dengan mengklarifikasikan tugas belajar. Namun, fase
lain dalam proses perancangan juga bergantung pada sifat tugas belajar,
termasuk teknik untuk memberikan umpan balik (Smith dan Ragan, 1993).
Aspek kedua kunci dalam menentukan desain pembelajaran dasar
adalah pemilihan media. Proses ini telah memegang peran sentral di
lapangan terlepas dari kompleksitas dan kemampuan media pembelajaran
yang ada. Pada tahun 1950an dan 1960an, Dales Cone of Experience
(Dale, 1964) adalah model yang mudah dipahami yang digunakan untuk
menjelaskan tingkat kekentalan yang diberikan oleh berbagai kategori
media, dan memainkan peran dalam seleksi media. (Lihat Kerucut
Pengalaman yang di ada di Bab Satu, Gambar 1.2). Secara khusus, ini
mengemukakan bahwa media dapat digunakan untuk menghubungkan
konsep konkrit dan abstrak untuk mempromosikan pembelajaran. Dales
Cone merefleksikan filosofi pendidikan eksperimental John Dewey.
Selanjutnya, Heinich, Molenda, dan Russell (1993) menghubungkan
berbagai tingkat Kerucut Pengalaman ke dalam skema kegiatan
pembelajaran Bruner kegiatan yang dilihat sebagai abstrak, ikonik, atau
tidak aktif. Model seleksi media saat ini (Reser dan Gagne, 1982;
Romiszowski, 1985) cenderung menekankan analisis sistematis tentang
karakteristik, isi, dan karakteristik pembelajaran.
Perancangan juga bergantung pada banyak temuan penelitian yang
memvalidasi penggunaan metode pembelajaran umum seperti ceramah

14
dan diskusi, bimbingan usia sialang atau interaksi kelompok kecil. Selain
itu, ada badan penelitian yang penting mengenai dampak dan efektifitas
taktik pembelajaran tertentu seperti umpan balik dan penguatan, latihan
dan latihan, atau permainan dan simulasi. Ada juga penelitian
perbandingan media dalam jumlah yang luas telah memiliki tujuan untuk
menentukan kelebihan satu media pengajaran di atas yang lain.
Sementara orientasi penelitian ini (seperti pentingnya media dalam
proses pembelajaran) telah dikritik dengan ketat (Clark, 1983), yang lain
masih mendukung penelitian tambahan sifat ini. Kozma (1991), misalnya,
terumata tertarik pada interaksi antara media pengajaran dan pelajar
individual karakteristik. Pemikiran seperti itu melanjutkan sejarah
interaksi keterampilan dan investigasi dampak perbedaan individu dalam
proses belajar mengajar. Ross dan Morrison (1989) juga terus
mengadvokasi penelitian media, mereka menekankan nilai studi replika
media untuk membandingkan hasil efektifitas dan efisiensi.
4. Teori komunikasi dan persepsi perhatian penelitian
Penelitian komunikasi tradisional, terutama bila dikombinasikan
dengan prinsip pemebalajaran manusia yang telah mapan, memiliki
pengaruh besar pada desain pembelajaran, terutama situasi desain mikro
seperti tata letak halaman, desain layar, grafik dan desain visual. Penelitian
yang relevan dengan persepsi, dan memperoleh dan mengendalikan
perhatian sangat penting. Fleming (1987) menggambarkan aspek-aspek
perhatian paling penting bagi perancang. Secara khusus, perhatian sangat
selektif, biasanya tertarik pada hal-hal yang cukup kompleks atau baru,
dan sangat dipengaruhi oleh harapan pelajar dan isyarat pembelajaran.
Sebagai tambahan, Fleming (1978) merangkum karakteristik persepsi
yang sesuai dengan desain, termasuk organisasi, perbandingan dan
kontras, warna kulit, kedekatan, nilai relatif, dan area informasi
perpindahan.
Penelitian seperti ini secara tradisional sangat penting untuk desain
dan pengembangan media, dan saat ini berdampak pada teknologi baru di

15
biadng desain layar, penerbitan desktop, dan desain multimedia
pembelajaran. Selain itu, secara fundamental penting bagi studi visual
berpikir, visual belajar, dan komunikasi visual.

16
BAB III
KESIMPULAN

A. Kesimpulan
Teknologi Pembelajaran menurut Definisi AECT 1994 adalah teori dan praktek
dalam desain, pengembangan, pemanfaatan, pengelolaan, serta evaluasi
tentang proses dan sumber untuk belajar. Definisi 1994, dirumuskan
berlandaskan lima bidang garapan dari Teknologi Pembelajaran, yaitu : Desain,
Pengembangan, Pemanfaatan, Pengelolaan dan Penilaian. Kelima hal ini
merupakan kawasan (domain) dari bidang Teknologi Pembelajaran. Uraian
mengenai salah satu kawasan, yaitu kawasan desain yang mana menjadi salah
satu unsur penting dalam kajian Teknologi pembelajaran. berikut uraian
kawasan desain dengan sub kategori dan konsep yang terkait :

Kawasan Desain
Yang dimaksud dengan desain disini adalah proses untuk menentukan kondisi
belajar dengan tujuan untuk menciptakan strategi dan produk. Kawasan desain
bermula dari gerakan psikologi pembelajaran, terutama diilhami dari pemikiran
B.F. Skinner (1954) tentang teori pembelajaran berprogram (programmed
instructions).
Aplikasi teori sistem dalam pembelajaran melengkapi dasar psikologi
pembelajaran tersebut. Melalui James Finn dan Leonard Silvern, pendekatan
sistem pembelajaran secara bertahap mulai berkembang menjadi suatu
metodologi dan mulai memasukkan gagasan dari psikologi pembelajaran.
Kawasan Desain meliputi empat cakupan utama dari teori dan praktek, yaitu :
(1) Desain Sistem Pembelajaran; (2) Desain Pesan; (3) Strategi Pembelajaran;
(4) Karakteristik Pembelajar.
a. Desain Sistem Pembelajaran; yaitu prosedur yang terorganisasi, meliputi :
langkah-langkah : (a) penganalisaan (proses perumusan apa yang akan
dipelajari); (b) perancangan (proses penjabaran bagaimana cara
mempelajarinya); (c) pengembangan (proses penulisan dan pembuatan

17
atau produksi bahan-bahan pelajaran); (d) pelaksanaan/aplikasi
(pemanfaatan bahan dan strategi) dan (e) penilaian (proses penentuan
ketepatan pembelajaran).
Desain Sistem Pembelajaran biasanya merupakan prosedur linier dan
interaktif yang menuntut kecermatan dan kemantapan. Agar dapat
berfungsi sebagai alat untuk saling mengontrol, semua langkah langkah
tersebut harus tuntas. Dalam Desain Sistem Pembelajaran, proses sama
pentingnya dengan produk, sebab kepercayaan atas produk berlandaskan
pada proses.
b. Desain Pesan; yaitu perencanaan untuk merekayasa bentuk fisik dari pesan
agar terjadi komunikasi antara pengirim dan penerima, dengan
memperhatikan prinsip-prinsip perhatian, persepsi,dan daya tangkap.
Fleming dan Levie membatasi pesan pada pola-pola isyarat, atau simbol
yang dapat memodifikasi perilaku kognitif, afektif dan psikomotor. Desain
pesan berkaitan dengan hal-hal mikro, seperti : bahan visual, urutan,
halaman dan layar secara terpisah. Desain harus bersifat spesifik, baik
tentang media maupun tugas belajarnya. Hal ini mengandung makna
bahwa prinsip-prinsip desain pesan akan berbeda, bergantung pada jenis
medianya, apakah bersifat statis, dinamis atau kombinasi keduanya
(misalnya, suatu potret, film, atau grafik komputer). Juga apakah tugas
belajarnya tentang pembentukan konsep, pengembangan sikap,
pengembangan keterampilan, strategi belajar atau hafalan.
c. Strategi Pembelajaran; yaitu spesifikasi untuk menyeleksi serta
mengurutkan peristiwa belajar atau kegiatan belajar dalam suatu pelajaran.
Teori tentang strategi pembelajaran meliputi situasi belajar dan komponen
belajar/mengajar. Seorang desainer menggunakan teori atau komponen
strategi pembelajaran sebagai prinsip teknologi pembelajaran. Dalam
mengaplikasikan suatu strategi pembelajaran bergantung pada situasi
belajar, sifat materi dan jenis belajar yang dikehendaki.
d. Karakteristik Pembelajar, yaitu segi-segi latar belakang pengalaman
pembelajar yang mempengaruhi terhadap efektivitas proses belajarnya.

18
Karaketeristik pembelajar mencakup keadaan sosio-psiko-fisik
pembelajar. Secara psikologis, yang perlu mendapat perhatian dari
karakteristik pembelajar yaitu berkaitan dengan dengan kemampuannya
(ability), baik yang bersifat potensial maupun kecakapan nyata dan
kepribadiannya, seperti, sikap, emosi, motivasi serta aspek-aspek
kepribadian lainnya.

19
DAFTAR PUSTAKA

Seels, Barbara B. Richey, Rita C. 1994. Instructional Technology: The


Definition and Domains of the Field. Washington. AECT

https://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/04/20/teknologi-
pembelajaran/. Diakses tanggal 2 Oktober 2017 pukul 21.00 WIB.

20

You might also like