Professional Documents
Culture Documents
ANGGOTA :
TAHUN 2016
PEMISAHAN SERUM ATAU SEL PLASMA DARI DARAH MERAH,
PENCUCIAN SEL DARAH MERAH PEKAT, DAN PEMBUATAN SUSPENSI
SEL DARAH MERAH 5%, 10%, 40%
I. TUJUAN
a. Tujuan Instruksional Umum
1. Mahasiswa dapat memahami cara pemisahan serum/plasma dari sel
darah merah.
2. Mahasiswa dapat memahami cara pencucian sel darah merah pekat.
3. Mahasiswa dapat memahami cara pembuatan suspensi sel darah
merah 5%, 10%, 40%.
b. Tujuan Instruksional Khusus
1. Mahasiswa dapat melakukan pemisahan serum/plasma dari sel darah
merah.
2. Mahasiswa dapat melakukan pencucian sel darah merah pekat, untuk
mendapatkan sel darah merah yang bebas dari protein/globulin.
3. Mahasiswa dapat melakukan pembuatan suspensi sel darah merah 5%,
10%, 40%.
II. METODE
Metode yang digunakan dalam pemisahan serum/plasma, pencucian,
dan pembuatan suspensi sel darah merah adalah Tube test.
III. PRINSIP
a. Pemisahan serum/plasma dari sel darah merah.
Memisahkan serum/ plasma dari sel darah merah untuk mendapatkan
plasma/serum yang bebas dari sel darah merah.
b. Pencucian darah sel darah merah pekat.
Mendapatkan sel darah merah pekat yang dicuci, dan yang bebas dari
protein/globulin.
c. Pembuatan suspensi sel darah merah.
Membuat kepekatan sel darah menjadi enceran tertentu guna
mengoptimalkan reaksi antigen pada sel darah merah terhadap antibody.
IV. DASAR TEORI
4.1 Tinjauan tentang Darah
Darah adalah jaringan tubuh yang berbeda dengan jaringan tubuh lain,
berada dalam konsistensi cair, beredar dalam suatu sistem tertutup yang
dinamakan sebagai pembuluh darah dan menjalankan fungsi transfor berbagai
bahan serta fungsi homeostasis (Sadikin, 2002)
Darah seperti yang didefinisikan dan yang dapat dilihat adalah suatu
cairan tubuh yang kental dan berwarna merah. Kedua sifat utama ini, yaitu
warna merah dan kental membedakan darah dari cairan tubuh yang lain.
Kekentalan ini disebabkan oleh banyaknya senyawa dengan berbagai macam
berat molekul, dari yang kecil sampai yang besar seperti protein, yang telarut di
dalam darah. Warna merah, yang memberi ciri yang sangat khas bagi darah
yang disebabkan oleh adanya senyawa yang berwarna merah dalam sel-sel
darah merah (SDM) yang tersuspensi dalam darah. Dengan adanya senyawa
dengan berbagai macam ukuran molekul yang terlarut tersebut, ditambah
dengan suspensi sel, baik SDM maupun sel-sel darah yang lain, darah pun
menjadi cairan dengan massa jenis dan kekentalan (viskositas) yang lebih besar
dari pada air (Sadikin, 2002)
Massa jenis darah biasanya antara 1,054-1,060. Cairan darah yang telah
terpisah dari sel-sel darah , yaitu plasma dan serum, mempunyai massa jenis
antara 1,024-1,028. Viskositas darah kira-kira 4,5 kali viskositas air. Viskositas
darah atau tepatnya viskositas plasma, tergantung pada suhu cairan dan
konsentrasi bahan yang terkandung di dalamnya. Selain itu, derajat keasaman
atau pH darah, berbeda dengan pH air, tidaklah netral. Derajat keasaman atau
pH darah sedikit lebih tinggi dari pada 7, tepatnya 7,40 dan tidak mudah
berubah. Hal ini pertama disebabkan oleh adanya berbagai senyawa terlarut
tersebut , yag sebagaimana diantaranya bersifat dapar atau buffer dengan pH
yang memang sedikit lebih besar daripada 7. Kedua, di dalam darah
terkandung aneka macam senyawa dan metabolit (hasil metabolisme yang
dalam keadaan sehat secara keseluruhan menghasilkan pH sebesar 7 lebih
sedikit.
Pada suhu 370C viskositas plasma 1,16-1,32 mPa/s (rata-rata 1,24),
sedangkan pada suhu 250C sebesar 1,50-1,75 mPa/s (rata-rata 1,60). Adanya
zat-zat terlarut ini juga memberikan tekanan osmotik pada darah, yang ternyata
cukup besar, yaitu sekitar 7-8 atm pada suhu tubuh. Nilai ini sama dengan
tekanan osmotik larutan NaCl dengan konsentrasi 0,9 mg/dl, sehingga larutan
ini isotonik dengan darah.
Semua parameter fisikokimia ini, yaitu massa jenis, kekentalan, pH
maupun intesitas warna dapat mempunyai nilai baku tertentu dalam keadaan
sehat. Namun, salah satua atau beberapa diantaranya dapat berubah dalam
keadaan sakit. Massa jenis darah dapat meningkat, bila terjadi pemekatan darah
(hemokonsentrasi ) yang dijumpai dala berbagai keadaan yang disertai dengna
hilangnya cairan dari dalam ruang pembuluh darah. Kekentalan atau viskositas
darah juga dapat terjadi pada bebrapa keadaan tertentu, yang disertai dengan
meningkatnya jumlah protein tertentu dalam cairan darah. Keasaman darah
dapat bertambah atau berkurang, sehinggga terjadi keadaan alkolosis (pH darah
menjadi basa) ataupun asidosis (pH darah menjadi asam) yang disebabkan oleh
berbagai macam penyakit. (Sadikin, 2002)
Volume darah pada orang dewasa sehat ditentukan oleh jenis kelamin.
Volume darah pada laki-laki dewasa adalah 5 liter, sedangkan pada perempuan
dewasa agak lebih rendah yaitu 4,5 liter. Nilai ini tidak mutlak, karena
ditentukan oleh keseimbanagn antara ruang intra pembuluh darah dengan ruang
antar sel dan bergantung pada cara pengukuran. Pengukuran volume darah
umumnya didasarkan atas cara pengenceran (Sadikin, 2002)
Secara garis besar dapat dikatakan bahwa fungsi darah ialah sebagai
sarana transfor, alat homeostatis dan alat pertahanan. Ketiga fungsi tersbut
dijalankan dalam berbagai bentuk dan cara. (Sadikin, 2002).
Dikocok atau
Diteteskan sel darah merah
dihomogenkan dengan
pekat yang telah dicuci
pipet Pasteur
100%. Sebanyak 3 tetes
IX. HASIL PENGAMATAN :
b. Pencucian Sel Darah Merah untuk mendapatkan sel darah merah yang
bebas dari globulin
8 tetes sel darah merah + NaCl 0,9% Hasil pemisahan sel darah merah
hingga tabung setelah disentrifugasi
(sebelum sentrifugasi)
Sel darah merah setelah dicuci
(100%)
1 tetes sel darah merah 100% + Suspensi sel darah merah 5%, 10%,
19 tetes NaCl 0,9% dan 40%
(sebelum sentrifugasi)
X. PEMBAHASAN
Darah merupakan suatu jaringan tubuh yang terdapat di dalam
pembuluh darah yang warnanya merah. Warna merah itu keadaannya tidak
tetap tergantung pada banyaknya O2 dan CO2 di dalamnya. Darah yang
banyak mengandung CO2 warnanya merah tua. Darah selamanya beredar
dalam pembuluh oleh karena adanya kerja atau pompa jantung dan selama
darah beredar dalam pembuluh maka akan tetap encer, tetapi kalau keluar dari
pembuluh maka menjadi beku.
Transfusi Darah adalah pemindahan darah atau suatu komponen darah
dari seseorang (donor) kepada orang lain (resipien). Tergantung kepada alasan
dilakukannya transfusi, bisa diberikan darah lengkap atau komponen darah
(misalnya sel darah merah, trombosit, faktor pembekuan, plasma segar yang
dibekukan/bagian cairan dari darah atau sel darah putih). Untuk memberikan
komponen-komponen sel darah merah maka diperlukan pencucian sel darah
merah agar tidak ada sampel serum atau plasma yang masih tersisa yang
mungkin bisa menyebabkan adanya reaksi pengumpalan jika yang bisa
didonorkan hanya sel darah merah saja. Penentuan golongan darah dan rhesus
pada pasien juga termasuk bagian dari transfuse darah, dengan demikian
tetunya diperlukan sampel untuk pemeriksaan tersebut yaitu dengan
menggunakan suspense dari sel darah merah pekat 100% yang telah dicuci
dengan larutan Saline 0,9%.
Perbandingan
Suspensi
Eritrosit 100% NaCl 0,9 %
5% 1 tetes 19 tetes
10% 1 tetes 9 tetes
40% 2 tetes 3 tetes
Jika sel darah merah 100% sudah dicampur dengan NaCl 0,9%,
dihomogenkan dengan menggunakan bantuan pipet tetes, yaitu dengan cara
menyedot dan mengeluarkannya kembali hingga homogen. Namun apabila
suspense yang dibuat sedikit penghomogenan cukup dilakukan hanya dengan
menggoyangkan tabung, agar mempermudah dalam praktikan dalam bekerja.
Pembuatan suspense sel darah merah ini tentunya memiliki tujuan
tersendiri sesuai dengan persentase suspense yang diabuat. Untuk suspense 5%
baiasanya digunakan untuk penentuan golongan darah menggunakan metode
tabung, suspense 10%biasanya digunakan untuk penentuan golongan darah
metode plate, sedangkan suspense 40% biasanya digunakan untuk penentuan
Rhesus menggunakan metode tabung dan bioplate. (Nasution,2013)
Pada praktikum ini mengenai pemisahanserum/plasma, pencucian sel
darah merah, dan pembuatan suspense ada beberapa hal yang perlu
diperhatikan, antara lain :
1. Selalu gunakan alat pelindung diri yang lengkap agar praktikan
terhindar dari kontaminasi sampel dan selalu mengganggap bahwa
suspense atau sampel yang ada bersifat infeksius
2. Penggunaan pipet pasteur dan tabung serologis agar digunakn sekali
pakai atau disposable. Hal ini dilakukan untuk menghindari
kontaminasi terhadap sampel yang dikerjakan
3. Penggunaan pipet pasteur harus tepat, jangan sampai menutupi skala
yang ada pada pipet pasteur dan pastikan praktikan nyaman dalam
memegang pipet. Hal ini dilakukan agar hasil yang diperoleh
diharapkan memiliki keakuratan yang tinggi
4. Penggunaan larutan saine atau NaCl 0,9 % tidak bleh diganti dengan
aquadest, karena apabila larutan ini diganti dengan akuadest tentunya
akan sangan memberikan pengaruh terhadap sampel yang akan
dikerjakan, mengingat sampel tersebut berupa darah pasien
5. Peletakkan sampel pada sentifuge harus seimbang, seimbang dalam hal
posisi dan volume sampel. Karena apabila tidak seimbang dapat
mempengaruhi hasil dari sampe yang di sentrifugasi.
XI. SIMPULAN
1. Sampel yang digunakan untuk pemeriksaan adalah sampel darah merah
pekat yang berasal dari instruktur, darah tersebut berasal dari pendonor
yang telah diketahui golongan darah dan riwayat klinisnya.
2. Metode pemeriksaan yang dilakuakan adalah metode tube tes.
Pemeriksaan yang dilakukan adalah pemisahan serum dari sel darah
merah, pencucian sel darah merah pekat dengan saline 0,9% dan
pembuatan suspensi dengan pengenceran 5%, 10% dan 40%
3. Pencucian sel darah merah pekat berguna untuk melarutkan protein
yang masih terkandung di dalam sel darah merah. Untuk suspensi 5%
digunakan untuk penentuan golongan darah menggunakan metode
tabung, suspensi 10% biasanya digunakan untuk penentuan golongan
darah metode plate, sedangkan suspensi 40% biasanya digunakan untuk
penentuan Rhesus.
DAFTAR PUSTAKA
Wirasuta, Made Agus Gelgel. 2008. Analisis Toksikologi Forensik Dan Interpretasi
Temuan Analisis.