You are on page 1of 17

KATA SULIT

1. Suara murmur
Suara murmur dihasilkan ketika aliran darah didalam jantung tidak lancar dan
turbulensi terjadi. Dengan menggunakan stethoscope, dokter mungkin mampu
mendengar heart murmur sewaktu pemeriksaan fisik. Catatan, tidak semua heart
murmur adalah abnormal atau berbahaya, namun jika satu hadir itu mungkin
memberi sinyal pada kelainan struktural dari jantung.

Murmur adalah bising jantung yang terjadi karena adanya turbulensi aliran darah.
Turbulensi pada peredaran darah dapat terjadi karena adanya penyempitan pada
katub. Ketika katub tidak berfungsi dengan baik, akan mengakibatkan regurgutasi
padaaliran darah, defek kongenital pada dinding ventrikel maupun defek diantara
aorta dan arteri pulmonalis atau meningkatnya peredaran darah yang melalui
struktur normal.

Suatu aliran darah dalam arteri yang mengalir ke segala arah disebut aliran turbulen.
Keadaan ini terjadi ketika pembuluh darah mengalami sumbatan, vasokontriksi atau
permukaan endotel kasar dan arteri bercabang.

2. Pemeriksaan CKMB

Kegunaan pemeriksaan CKMB adalah untuk diagnosis AMI (Acute Myocardial


Infarct). Walaupun cukup banyak kardiologi yang lebih menyukai penentuan
troponin, tetapi penentuan CKMB juga berperan dalam diagnosis reinfark. Troponin
akan tetap meningkat sekitar 14 hari setelah AMI, sementara konsentrasi CKMB
akan menurun ke baseline dalam 72 jam. Kadar CKMB dapat meningkat diluar
kerusakan miokardium, peningkatan kadar CKMB dapat terjadi pada kondisi
hipotiroidisme dan peningkatan kadar CK total terjadi pada 50% kasus. Myoglobin
merupakan oxygen-binding protein yang ditemukan dalam jantung dan striated
muscle. Peningkatan konsentrasinya yang cepat merupakan penanda AMI yang
dini. Kadar myoglobin serum merupakan indikator dini AMI, terutama apabila
dikombinasikan dengan troponin atau CKMB. Setelh kondisi AMI, kadar myoglobin
kembali normal sementara kadar troponin tetap meningkat. Myoglobin serum akan
diekskresikan melalui ginjal, dan myoglobin merupakan penanda kerusakan
miokardial awal yang sensitif karena dilepaskan dari sel-sel yang mengalami
nekrotik, sehingga dapat digunakan untuk deteksi infark miokard dini. Konsentrasi
myoglobin akan meningkat 1 jam setelah infark dan mencapai puncaknya dalam 4-
12 jam. Cardiac troponin I (cTnI) dan troponin T (cTnT) merupakan uji primer dalam
diagnosis AMI karena memiliki spesifisitas dan sensitivitas yang tinggi. Salah satu
kriteria diagnosis AMI antara lain adanya simptom iskemik, adanya perubahan
gelombang Q pada EKG, perubahan segmen ST dan intervensi arteri koroner.
Troponin lebih sensitif dari CKMB untuk deteksi nekrosis otot jantung. Myoglobin,
suatu penanda yang meningkat cepat setelah AMI, diterima sebagai penanda dini
tetapi kurang spesifik bila dibandingkan dengan troponin; apabila hasil myoglobin
positif maka diperlukan uji konfirmasi menggunakan troponin atau CKMB. Troponin
jantung akan tetap meningkat 5-7 hari setelah onset kerusakan jantung, oleh
karena itu untuk menduga periode reinfark perlu dievaluasi menggunakan troponin
atau CKMB.

CK-MB merupakan bagian dari CK yang sebagian besar berada di otot


jantung/miokardium. CK-MB adalah isoenzim yang khusus pada jantung yang merupakan
enzim yang khas untuk mengidentifikasi AMI. Distribusi CK-MB didalam tubuh paling banyak
terdapat di miokardium dan hanya sekitar 20% berada di skelet dan CK-MM juga ada di
miokardium akan tetapi jumlahnya sangat sedikit yaitu kurang dari 1%. Nilai normal dari CK-
MB adalah kurang dari 10 U/l. CK-MB akan meningkat pada keadaan infrak miokard, angina
pektoris, operasi jantung dan hipoteroidisme. Pemeriksaan CK-MB sama dengan
pemeriksaan CK. Sensitivitas CK-MB terhadap infrak miokard sebesar 100% sedangkan
spesivitasnya sangat rendah. CK-MB akan meningkat dalam 3-12 jam setelah onset infrak,
puncaknya 18-24 jam dan kembali normal dalam 24/48-72 jam dengan pola pengambilan
sample setelah onset nyeri tiap 12 jam x 3. Keuntungan dari pemeriksaan CK-MB adalah alat
diagnostik yangestablished, Indikator AMI yang sensitive dan spesifik berguna untuk
diagnosis reinfrak yang terjadi 48 jam setelah AMI awal, sedangkan kekurangannya adalah
peningkatan kadar dipengaruhi oleh kerusakan oto skeletal, gangguan atau trauma
termasuk kardioversi dan pembedahan, dan kadar serum akan meningkat 6-8 jam setelah
iskemik serta jendela diagnostic sampai 72 jam setelah AMI.

Troponin merupakan protein spesifik yang berada diotot jantung dan otot skelet.
Troponin dibagi menjadi tiga, yaitu troponin T, I dan C. Troponin T berkekuatan 70000
dalton berfungsi untuk mengatur ikatan troponin pada tropomiosin, troponin I berkekuatan
24000 dalton berfungsi untuk menghambat interaksi kepala myosin dengan aktin,
sedangkan troponin C memiliki kekuatan 18000 dalton dan berfungsi untuk mengikat ion
Ca2+ yang memegang mekanisme kontraksi. Nilai normal troponin < 0.16 U/l. Pemeriksaan
troponin dilakukan untuk mengetahui cedera miokardium dan serangan jantung.

Jadi, CK khususnya CK-MB dan troponin merupakan suatu enzim yang


mengidentifikasi adanya AMI. Sensitivitas CK-MB terhadap infrak miokard sebesar 100%
sedangkan spesivitasnya sangat rendah. Pemeriksaan troponin juga dapat dilakukan untuk
mengetahui adanya cedera miokardium dan serangan jantung.

3. Hypercholesterolemia
Kolesterol tinggi atau hiperkolesterolemia adalah kelainan yang dikarakteristikan
dengan tingginya kadar kolesterol di dalam darah. Kolesterol merupakan substansi
yang lembut, seperti lilin (waxy) dan seperti lemak. Kolesterol merupakan komponen
alami yang diproduksi di hati kemudian dibawa ke seluruh tubuh oleh komponen
yang bernama low density lipoprotein (LDL). Tubuh memerlukan kolesterol unutk
membangun membran sel, membuat hormon, dan membentuk senyawa yang dapat
membantu dalam mencerna lemak. Kolesterol dikembalikan ke liver oleh komponen
yang bernama high-density lipoprotein (HDL). Dari hati, kolesterol disekresi ke
empedu, kemudian bisa diubah menjadi asam empedu.

Hiperkolesterolemia tidak hanya dapat ditentukan dari kolesterol total saja


(dianggap tinggi saat jumlahnya lebih dari 240 mg/dL), namun juga komponen
kolesterol lainnya seperti LDL, HDL, dantrigliserida. Saat seseorang memiliki kadar
LDL tinggi (160189 mg/dL), kadar HDL normal (40 59 mg/dL) atau rendah (di
bawah 40 mg/dL), dan kadar trigliserida normal atau tinggi (di atas 200 mg/dL) maka
kondisi tersebut dikatakan kolesterol tinggi. Jika kondisi tersebut tidak mendapatkan
pengobatan, maka hiperkolesterolemia dapat menyebabkan serangan jantung
akibat penyakit jantungkoroner atau stroke akibat penyempitan pembuluh darah di
otak.

GEJALA
Kadar kolesterol yang tinggi biasanya tidak bergejala, terutama pada tahap awal.
Satu-satunya cara untuk mengetahui apakah seseorang memiliki kadar kolesterol
yang tinggi adalah dengan melakukan pemeriksaan darah. Jika seseorang memiliki
kadar kolesterol yang sangat tinggi, kolesterol dapat berdeposit menjadi nodul yang
berwarna kekuningan (xanthoma) di tendon atau di bawah kulit bawah mata. Gejala
seperti serangan jantung atau stroke merupakan komplikasi dari tingginya kadar
kolesterol. Kadar kolesterol yang tinggi yang bersirkulasi di dalam pembuluh darah
dapat mengakibatkan tertimbunnya plak di sepanjang pembuluh arteri. Plak dapat
menyebabkan penyempitan pembuluh darah dan menyumbat aliran darah ke
jantung atau ke otak. Hal itulah yang lama kelamaan akan mengakibatkan serangan
jantung dan stroke.

PENYEBAB

Salah satu penyebab hiperkolesterolemia adalah keturunan atau yang disebut juga familial
hypercholesterolemia (FH). Keadaan tersebut merupakan kelainan gen dominan autosomal
yang menyebabkan peningkatan besar-besaran kolesterol total dan LDL kolesterol. FH dibagi
menjadi 2 tipe:homozygous FH dan heterozygous FH. Anak-anak dengan homozygous FH
biasanya memiliki gejala penyakit jantung iskemik, penyakit vaskular perifer, penyakit
serebrovaskualr (stroke), dan stenosis aorta. Gejala yang lain meliputi gejala di sendi
(tendonitis atau atralgia), di kulit (xanthoma), di mata (arkus kornea), dan kelainan pada
katup jantung. Biasanya orang dengan homozygous FH tidak dapat bertahan hingga usia 30
tahun, kecuali diterapi dengan metode khusus seperti transplantasi hati, LDL apheresis, atau
operasi. Sementara itu, anak-anak dengan heterozygous FH tidak memiliki gejala yang
berhubungan dengan sakit jantung, kelainan tendon, atau arkus kornea. Gejala-gejala
tersebut baru muncul saat seseorang sudah memasuki usia dewasa, terutama dengan
perilaku yang meningkatkan faktor risiko penyakit jantung (seperti, merokok).
Penyebab lain tingginya kadar kolesterol di dalam tubuh adalah mengonsumsi makanan
yang tinggi lemak jenuh dan kolesterol, serta terdapatnya penyakit lain,
seperti diabetes melitus, cushing syndrome, dan hipotiroidisme.

4. Angina pectoris

Angina pektoris adalah keadaan penderita Penyakit Jantung


Koroner dengan keluhan nyeri dada (di daerah sternal dan
precordial yang disebabkan karena gangguan peredaran darah
koroner sehingga pada suatu saat atau pada keadaan tertentu
tidak mencukupi keperluan metabolisme miokard karena
meningkatnya kebutuhan oksigen dan bila kebutuhan oksigen
tersebut, menurun kembali maka keluhan nyeri dada tersebut
akan hilang.

Angina Pektoris, umumnya dikenal sebagai angina, adalah suatu kondisi medis yang
ditandai dengan nyeri dada yang parah atau sesak nafas karena kurangnya pasokan
darah ke jantung. Rasa nyeri juga dapat dirasakan di bagian bahu, lengan dan leher.
Biasanya hal ini terjadi ketika penimbunan plak pada dinding bagian dalam arteri
koroner mengurangi aliran darah yang kaya akan oksigen ke otot jantung. Inilah
alasan mengapa angina merupakan gejala yang paling umum untuk penyakit jantung
koroner. Ada tiga jenis angina yang berbeda menurut tingkat keparahannya dalam
penyumbatan arteri koroner yang disebabkan oleh akumulasi plak: Stable Angina,
Unstable Angina dan Variant Angina. Dari ketiga jenis tersebut, Stable Angina
merupakan jenis Angina yang paling umum. Unstable Angina membutuhkan
perhatian medis yang secepatnya karena serangan unstable angina selama 15 menit
dapat menyebabkan terjadinya serangan jantung.

5. EKG
Elektrokardiogram (EKG) atau electrocardiogram (ECG) adalah tes medis untuk
mendeteksi kelainan jantung dengan mengukur aktivitas listrik yang dihasilkan oleh
jantung, sebagaimana jantung berkontraksi. EKG dapat membantu mendiagnosis
berbagai kondisi kesehatan seperti aritmia jantung, pembesaran jantung,
peradangan jantung (perikarditis atau miokarditis), dan penyakit jantung koroner.

Mesin yang mencatat EKG disebut dengan elektrokardiograf. Elektrokardiograf akan


mencatat aktivitas listrik otot jantung dan menampilkan data ini pada layar visual
atau pada kertas print. Data ini kemudian ditafsirkan oleh dokter yang ahli.

Hasil EKG yang normal dari jantung memiliki karakteristik yang khas. Irama jantung
yang tidak teratur atau kerusakan pada otot jantung dapat berdampak pada aktivitas
listrik jantung sehingga mengubah bentuk EKG. Seorang dokter mungkin akan
merekomendasikan tes EKG pada pasien yang mungkin berisiko mengalami penyakit
jantung karena adanya riwayat keluarga penyakit jantung, atau karena kebiasaan
merokok, obesitas, diabetes, kolesterol tinggi, atau tekanan darah tinggi.
Pendahuluan
Nyeri dada dapat disebabkan oleh berbagai macam kondisi. Yang kita bahas di sini adalah
nyeri dada yang disebabkan oleh kondisi di mana otot jantung tidak cukup mendapatkan
suplai darah; yang dalam istilah medisnya Angina Pectoris. Bila pembuluh darah arteri
coronaria yang bertugas menyuplai darah ke otot jantung sudah berada dalam kondisi yang
tidak baik, kemudian terjadi kondisi beban kerja jantung bertambah, maka di saat itu lah
seseorang dapat merasakan angina. Beban kerja jantung bertambah berat pada kondisi
aktivitas fisik, emosi tinggi, suhu yang ekstrim, dan ketika sedang makan. Angina pectoris
adalah nyeri sesaat merupakan gabungan dari rasa nyeri, tekanan, perasan, dan rasa penuh
yang dapat terjadi pada dada, leher, bahu, rahang, lengan atas dan punggung atas.

Fakta Tentang Angina Pectoris

1. Angina pectoris bersifat sementara yang lamanya dari mulai beberapa detik sampai
hitungan menit. Tidak sampai terjadi sepanjang hari seperti pada serangan jantung;
tapi adanya angina merupakan tanda akan datangnya serangan jantung.
2. Makin lama episode angina, berarti makin serius kondisi dari sumbatan pada arteri
coronaria.
3. Angina pectoris yang tidak diacuhkan akan benar dapat menjadi sebuah serangan
jantung yang dapat menyebabkan kematian.
4. Lebih sering terjadi pada pria dibandingkan wanita.
5. Kondisi lain yang dapat menyebabkan nyeri dada: GERD, infeksi saluran pernafasan
atas, asma, nyeri otot dan ligamen.

Pembagian Angina Pectoris

1. Stable Angina. Adalah tipe yang paling sering. Penderita merasakannya secara
reguler dengan pola dan episode yang dapat diperkirakan. Kejadiannya kurang dari 5
menit dan dapat hilang dengan obat nitroglycerin di bawah lidah.
2. Unstable Angina. Adalah tipe yang jarang, tidak dapat diprediksi, malah sering terjadi
saat penderita sedang istirahat. Dapat merupakan kondisi lanjutan dari stable
angina, walaupun dapat saja langsung terjadi unstable angina. Rasa nyerinya terasa
lebih sering, lebih berat, lebih lama, dan tidak hilang dengan obat nitroglycerin di
bawah lidah. Penderita biasanya membutuhkan perawatan di RS untuk mencegah
serangan jantung.

Faktor Resiko Angina Pectoris

1. Merokok dan asap rokok orang lain


2. Kencing manis
3. Tekanan darah tinggi
4. Kadar kolesterol tinggi
5. Obesitas
6. Penggunaan stimulant dan narkoba
7. Konsumsi caffeine dalam jumlah tinggi
8. Minuman beralkohol
9. Malas beraktivitas fisik
10. Faktor usia
11. Riwayat genetik dalam keluarga.

Penyebab Angina Pectoris

1. Penyakit pada arteri coronaria, di mana arteri bisa tersumbat, menyempit, atau
malah rusak (misalnya arteriosclerosis); sehingga jantung kurang mendapatkan
suplai darah.
2. Coronary artery spasm, yang dapat menyebabkan unstable angina. Merupakan
kejadian kakunya otot pembuluh darah arteri koronaria. Bisa terjadi dengan atau
tanpa adanya penyakit lain pada arteri koronaria.
3. Sebab lain; seperti sumbatan pada arteri koronaria karena bekuan darah, infeksi dan
inflamasi pada pembuluh darah tersebut, trauma (misal pada sebuah kecelakaan),
gangguan mircrovascular).

Gejala Angina Pectoris

1. Rasa tidak nyaman seperti nyeri, tekanan, perasan, rasa penuh pada dada bagian
tengah.
2. Rasa terbakar dan himpitan di bagian dada.
3. Keluhan tersebut dapat menjalar ke bahu, leher, rahang, lengan, dan punggung atas.
4. Dapat disertai dengan keluhan lain seperti nafas pendek, nyeri kepalaringan,
pingsan, gelisah, gugup, keringat dingin, pucat, mual dan muntah.

Kapan Mencari Pertolongan Medis

1. Bila baru pertama kali mengalami kumpulan gejala-gejala seperti di atas. Apa lagi
kalau Anda mengetahui memiliki faktor-faktor resikonya.
2. Bila sudah terdiagnosis pernah mengalami angina, kemudian terjadi serangan ulang
sementara dengan saran yang diberikan dokter keluhan angina tidak kunjung
berkurang.
3. Bila gejala angina pectoris, terasa berbeda dan tidak seperti biasanya. Terutama bila
nyeri dirasakan saat sedang beristirahat.
Pemeriksaan Penunjang Diagnosis

1. EKG, yang dapat diteruskan dengan treadmill dan echocardiogram.


2. Rontgen Thorax
3. Pemeriksaan darah untuk melihat faktor resiko dan penyakit penyerta.
4. Angiogram arteri coronaria.

Penanganan Angina Pectoris


Dilakukan Sendiri

Hentikan semua aktivitas yang dicurigai memicu timbulnya angina, dan beri tahu
orang di sekitar Anda. Ini diperlukan bila sekiranya terjadi serangan jantung.

Berbaring atau mengkondisikan tubuh yang nyaman dengan kepala lebih tinggi dari
tubuh.
Kunyah obat aspirin, tapi cukup satu tablet saja.
Bila merupakan kejadian ulangan, segera konsumsi nitroglycerin di bawah lidah dan
tunggu 5 menit. Bila belum hilang, dapat konsumsi lagi dan tunggu kembali 5
menit. Bila masih belum hilang juga, tablet ketiga dapat dikonsumsi, tapi harus
segera ke rumah sakit.

Dilakukan Dokter

1. Bila berada di RS, dokter hampir pasti memasang satu jalur infus untuk pemberian
obat-obatan. Kemudian memasangkan selang oksigen ke hidung atau muka pasien.
2. Memberikan aspirin kunyah, kecuali pasien sudah mengkonsumsinya.
3. Memberikan nitroglycerin bila pasien belum mengkonsumsinya. Dan bila benar
angina, maka akan dilakukan observasi.
4. Memberikan obat-obatan lain untuk mengatasi gejala dan penyakit penyertanya
seperti obat beta blockers, calcium channel blockers, statins,
5. Pasien mungkin diizinkan pulang atau menginap di RS untuk observasi atau untuk
prosedur angiogram.
6. Tapi bila dicurigai bukan angina, melainkan awal dari serangan jantung, dokter akan
memberikan obat fibrinolytic, pasien harus dirawat inap bahkan mungkin diobservasi
di CICU.
7. Untuk mengatasi penyebab dari angina, dokter akan melakukan prosedur-prosedur
seperti pada kasus-kasus arteriosklerosis dan atherosclerosis, yang dimulai
dari ballooning, pemasangan stent, sampai dengan operasi coronary artery bypass.

Pencegahan Angina Pectoris


Mencegah terjadinya angina pectoris adalah berarti mencegah terjadinya serangan jantung
yang akhirnya merupakan pencegahan dari kejadian mati mendadak. Caranya adalah
dengan merubah pola dan gaya hidup sbb.:

1. Berhenti merokok dan menjauhi asap rokok orang lain.


2. Hindari minuman beralkohol.
3. Mengontrol tekanan darah agar tidak tinggi.
4. Menurunkan kadar lemak dalam darah.
5. Menjaga kadar gula darah jangan sampai tinggi.
6. Menjaga berat badan ideal, dengan BMI < 25
7. Diet sehat dan teratur. Hindari makan sampai perut terlalu kenyang.
8. Batasi konsumsi caffeine.
9. Aktif secara fisik dan melakukan olahraga secara rutin.
10. Kurangi stress baik fisik mau pun psikis.
11. Hindari obat-obatan stimulant seperti amphetamine, ecstasy, dan narkoba.
12. Bila sudah terdiagnosis pernah mengalami angina, sediakan selalu tablet aspirin
kunyah dan tablet nitroglycerin.

Pemeriksaan Penunjang
- EKG; adanya depresi segmen ST yang baru menunjukkan kemungkinan adanya
iskemi akut. Gelombang T negatif juga salah satu tanda iskemi atau NSTEMI. Perubahan
gelombang ST dan T yang nonspesifik seperti depresi sgemen ST kurang dari 0,5mm dan
gelombang T negatif kurang dari 2 mm tidak spesifik untuk iskemi, dan dapat disebabkan
karena hal lain. Pada unstable angina 4% EKGnya normal.
- Exercise Test. Pasien yang telah stabil dengan terapi medikamentosa dan
menunjukkan tanda resiko tinggi perlu pemeriksaan exercise test dengan alat treadmill.
Bila hasilnya negatif, maka prognosis baik. Bila hasilnya positif, lebih-lebih bila
didapatkan depresi segmen ST yang dalam, dianjurkan untuk dilakukan pemeriksaan
angiografi koroner untuk menilai keadaan pembuluh koronernya apakah perlu tindakan
revaskularisasi, karena resiko terjadinya komplikasi kardiovaskular dalam waktu
mendatang cukup besar.
- Ekokardiografi. Tidak memberikan data untuk diagnosis unstable angina secara
langsung. Tapi bila tampak adanya gangguan faal ventrikel kiri, mitral insufisiensi dan
abnormalitas gerakan dinding regional jantung menandakan prognosis kurang baik.
- Pemeriksaan Laboratorium. Dianggap ada mionekrosis bila troponin T atau I
positif sampai dalam 24 jam. Troponin tetap positif sampai 2 minggu. Resiko kematian
bertambah dengan tingkat kenaikan troponin. Kenaikan CRP dalam SKA berhubungan
dengan mortalitas jangka panjang.

Penatalaksanaan
Tindakan Umum
Dilakukan perawatan di RS, bed rest, diberi penenang dan oksigen. Pemberian morfin
atau petidin perlu pada pasien yang sudah diberi Nitrogliserin tapi masih merasakan
sakit dada.
Terapi Medikamentosa
- Obat anti Iskemia : nitrat (untuk vasodilator), beta bloker (dapat menurunkan
kebutuhan oksigen miokardium melalui efek penurunan denyut jantung dan daya
kontraksi miokardium. KI : asma bronkial, pasien dengan bradiaritmia). Antagonis
kalsium
- Obat antiagregasi trombosit : aspirin (dianjurkan diberika seumur hidup. Dosis
awal 160 mg/hari dan dosis selanjutnya 80-325 mg/hari), Tiklopidin (obat lini kedua jika
pasien tidak tahan aspirin. Tapi pemakaiannya mulai ditinggalkan setelah ada
klopidogrel), Klopidogrel (ESO < tiklopidon. Dosis dimulai 300mg/hari dan selanjutnya
75mg/hari), Glikoprotein IIb/IIIa inhibitor (yaitu ; absiksimab, eptifibatid, tirofiban)
- Obat anti trombin : unfractionated heparin, Low Molecular Weight Heparin
(LMWH)
- Direct Trombin Inhibitor; secara teoritis mempunyai kelebihan karena bekerja
langsung mencegah pembentukan pembekuan darah, tanpa dihambat oleh plasma
protein maupun platelet factor 4.
Tindakan revaskularisasi pembuluh koroner. Perlu dipertimbangkan pada pasien denga
iskemi berat dan refrakter dengan terapi medikamentosa

DEFINISI
Angina (angina pektoris) merupakan nyeri dada sementara atau suatu perasaan
tertekan, yang terjadi jika otot jantung mengalami kekurangan oksigen. Kebutuhan
jantung akan oksigen ditentukan oleh beratnya kerja jantung (kecepatan dan kekuatan
denyut jantung). Aktivitas fisik dan emosi menyebabkan jantung bekerja lebih berat dan
karena itu menyebabkan meningkatnya kebutuhan jantung akan oksigen. Jika arteri
menyempit atau tersumbat sehingga aliran darah ke otot tidak dapat memenuhi
kebutuhan jantung akan oksigen, maka bisa terjadi iskemia dan menyebabkan nyeri.

PENYEBAB
Biasanya angina merupakan akibat dari penyakit arteri koroner.

Penyebab lainnya adalah:

* Stenosis katup aorta (penyempitan katup aorta)


* Regurgitasi katup aorta (kebocoran katup aorta)
* Stenosis subaortik hipertrofik
* Spasme arterial (kontraksi sementara pada arteri yang terjadi secara tiba-tiba)
* Anemia yang berat.

GEJALA
Tidak semua penderita iskemia mengalami angina. Iskemia yang tidak disertai dengan
angina disebut silent ischemia. Masih belum dimengerti mengapa iskemia kadang tidak
menyebabkan angina. Biasanya penderita merasakan angina sebagai rasa tertekan atau
rasa sakit di bawah tulang dada (sternum).

Nyeri juga bisa dirasakan di:


- bahu kiri atau di lengan kiri sebelah dalam
- punggung
- tenggorokan, rahang atau gigi
- lengan kanan (kadang-kadang).

Banyak penderita yang menggambarkan perasaan ini sebagai rasa tidak nyaman dan
bukan nyeri.

Yang khas adalah bahwa angina:


- dipicu oleh aktivitas fisik
- berlangsung tidak lebih dari beberapa menit
- akan menghilang jika penderita beristirahat.

Kadang penderita bisa meramalkan akan terjadinya angina setelah melakukan kegiatan
tertentu.

Angina seringkali memburuk jika:


- aktivitas fisik dilakukan setelah makan
- cuaca dingin
- stres emosional.

Variant Angina
Merupakan akibat dari kejang pada arteri koroner yang besar di permukaan jantung,
disebut variant karena ditandai dengan:
- nyeri yang timbul ketika penderita sedang istirahat, bukan pada saat melakukan
aktivitas fisik
- perubahan tertentu pada EKG.

Unstable Angina
Merupakan angina yang pola gejalanya mengalami perubahan. Ciri angina pada seorang
penderita biasanya tetap, oleh karena itu setiap perubahan merupakan masalah yang
serius (misalnya nyeri menjadi lebih hebat, serangan menjadi lebih sering terjadi atau
nyeri timbul ketika sedang beristirahat). Perubahan tersebut biasanya menunjukkan
perkembangan yang cepat dari penyakit arteri koroner, dimana telah terjadi
penyumbatan arteri koroner karena pecahnya suatu ateroma atau terbentuknya suatu
bekuan.Resiko terjadinya serangan jantung sangat tinggi. Unstable angina merupakan
suatu keadaan darurat.

DIAGNOSA
Diagnosis ditegakkan terutama berdasarkan gejalanya. Diantara bahkan selama
serangan angina, pemeriksaan fisik atau EKG hanya menunjukkan kelainan yang
minimal. Selama suatu serangan, denyut jantung bisa sedikit meningkat, tekanan darah
meningkat dan bisa terdengar perubahan yang khas pada denyut jantung melalui
stetoskop. Selama suatu serangan, bisa ditemukan adanya perubahan pada EKG, tetapi
diantara serangan, EKG bisa menunjukkan hasil yang normal, bahkan pada penderita
penyakit arteri koroner yang berat.

Jika gejalanya khas, diagnosisnya mudah ditegakkan. Jenis nyeri, lokasi dan
hubungannya dengan aktivitas, makan, cuaca serta faktor lainnya akan mempermudah
diagnosis.

Pemeriksaan tertentu bisa membantu menentukan beratnya iskemia dan adanya


penyakit arteri koroner:

1. Exercise tolerance testing merupakan suatu pemeriksaan dimana penderita berjalan


di atas treadmill dan dipantau dengan EKG. Pemeriksaan ini bisa menilai beratnya
penyakit arteri koroner dan kemampuan jantung untuk merespon iskemia. Hasil
pemeriksaan ini juga bisa membantu menentukan perlu tidaknya dilakukan arteriografi
koroner atau pembedahan.
2. Radionuclide imaging yang dilakukan bersamaan dengan exercise tolerance testing
bisa memberikan keterangan berharga mengenai angina. Penggambaran radionuklida
tidak hanya memperkuat adanya iskemia, tetapi juga menentukan daerah dan luasnya
otot jantung yang terkena dan menunjukkan jumlah darah yang sampai ke otot jantung.
3. Exercise echocardiography merupakan suatu pemeriksaan dimana ekokardiogram
diperoleh dengan memantulkan gelombang ultrasonik dari jantung. Pemeriksaan ini bisa
menunjukkan ukuran jantung, pergerakan otot jantung, aliran darah yang melalui katup
jantung dan fungsi katup. Ekokardiogram dilakukan pada saat istirahat dan pada puncak
aktivitas. Jika terdapat iskemia, maka gerakan memompa dari dinding ventrikel kiri
tampak abnormal.
4. Arteriografi koroner bisa dilakukan jika diagnosis penyakit arteri koroner atau iskemia
belum pasti. Pemeriksaan ini digunakan untuk menentukan beratnya penyakit arteri
koroner dan untuk membantu menentukan perlu tidaknya dilakukan pembedahan
bypass arteri koroner atau angioplasti.
5. Pemantauan EKG berkelanjutan dengan monitor Holter menunjukkan kelainan dari
silent ischemia.
6. Angiografi kadang bisa menemukan adanya kejang pada arteri koroner yang tidak
memiliki suatu ateroma.

PENGOBATAN
Pengobatan dimulai dengan usaha untuk mencegah penyakit arteri koroner,
memperlambat progresivitasnya atau melawannya dengan mengatasi faktor-faktor
resikonya. Faktor resiko utama (misalnya peningkatan tekanan darah dan kadar
kolesterol), diobati sebagaimana mestinya. Faktor resiko terpenting yang bisa dicegah
adalah merokok sigaret.

Pengobatan angina terutama tergantung kepada berat dan kestabilan gejala-gejalanya.


Jika gejalanya stabil dan ringan sampai sedang, yang paling efektif adalah mengurangi
faktor resiko dan mengkonsumsi obat-obatan.

Jika gejalanya memburuk dengan cepat, biasanya penderita segera dirawat dan
diberikan obat-obatan di rumah sakit. Jika gejalanya tidak menghilang dengan obat-
obatan, perubahan pola makan dan gaya hidup, maka bisa digunakan angiografi untuk
menentukan perlu tidaknya dilakukan pembedahan bypass arteri koroner atau
angioplasti.

STABLE ANGINA
Pengobatan dimaksudkan untuk mencegah atau mengurangi iskemia dan meminimalkan
gejala.

Terdapat 4 macam obat yang diberikan kepada penderita:

1. Beta-blocker
Obat ini mempengaruhi efek hormon epinephrine dan norepinephrine pada jantung dan
organ lainnya. Beta-blocker mengurangi denyut jantung pada saat istirahat. Selama
melakukan aktivitas, Beta-blocker membatasi peningkatan denyut jantung sehingga
mengurangi kebutuhan akan oksigen. Beta-blocker dan nitrat telah terbukti mampu
mengurangi kejadian serangan jantung dan kematian mendadak.

2. Nitrat (contohnya nitroglycerin). Nitrat menyebabkan pelebaran pada dinding


pembuluh darah, terdapat dalam bentuk short-acting dan long-acting. Sebuah tablet
nitroglycerin yang diletakkan di bawah lidah (sublingual) biasanya akan menghilangkan
gejala angina dalam waktu 1-3 menit, dan efeknya berlangsung selama 30 menit.
Penderita stable angina kronik harus selalu membawa tablet atau semprotan
nitroglycerin setiap saat. Menelan sebuah tablet sesaat sebelum melakukan kegiatan
yang diketahui penderita dapat memicu terjadinya angina, akan sangat membantu
penderita. Nitroglycerin tablet juga bisa diselipkan diantara gusi dan pipi bagian dalam
atau penderita bisa menghirup nitroglycerin yang disemprotkan ke dalam mulut; tetapi
yang banyak digunakan adalah pemakaian nitroglycerin tablet sublingual.

Nitrat long-acting diminum sebanyak 1-4 kali/hari. Nitrat juga terdapat dalam bentuk
plester dan perekat kulit, dimana obat ini diserap melalui kulit selama beberapa jam.
Nitrat long-acting yang dikonsumsi secara rutin bisa segera kehilangan kemampuannya
untuk mengurangi gejala. Oleh karena itu sebagian besar ahli menganjurkan selang
waktu selama 8-12 jam bebas obat untuk mempertahankan efektivitas jangka
panjangnya.

3. Antagonis Kalsium
Obat ini mencegah pengkerutan pembuluh darah dan bisa mengatasi kejang arteri
koroner. Antagonis kalsium juga efektif untuk mengobati variant angina. Beberapa
antagonis kalsium (misalnya verapamil dan diltiazem) bisa memperlambat denyut
jantung. Obat ini juga bisa digabungkan bersama Beta-blocker untuk mencegah
terjadinya episode takikardi (denyut jantung yang sangat cepat).

4. Antiplatelet (contohnya aspirin) Platelet adalah suatu faktor yang diperlukan untuk
terjadinya pembekuan darah bila terjadi perdarahan. Tetapi jika platelet terkumpul pada
ateroma di dinding arteri, maka pembentukan bekuan ini (trombosis) bisa
mempersempit atau menyumbat arteri sehingga terjadi serangan jantung. Aspirin terikat
pada platelet dan mencegahnya membentuk gumpalan dalam dinding pembuluh darah,
jadi aspirin mengurangi resiko kematian karena penyakit arteri koroner. Penderita yang
alergi terhadap aspirin, bisa menggunakan triklopidin.

UNSTABLE ANGINA

Pada umumnya penderita unstable angina harus dirawat, agar pemberian obat dapat
diawasi secara ketat dan terapi lain dapat diberikan bila perlu.

Penderita mendapatkan obat untuk mengurangi kecenderungan terbentuknya bekuan


darah, yaitu:
- Heparin (suatu antikoagulan yang mengurangi pembentukan bekuan darah)
- Penghambat glikoprotein IIb/IIIa (misalnya absiksimab atau tirofiban)
- Aspirin.

Juga diberikan Beta-blocker dan nitroglycerin intravena untuk mengurangi beban kerja
jantung. Jika pemberian obat tidak efektif, mungkin harus dilakukan arteriografi koroner
dan angioplasti atau operasi bypass.

Operasi bypass arteri koroner

Pembedahan ini sangat efektif dilakukan pada penderita angina dan penyakit arteri
koroner yang tidak meluas. Pembedahan ini bisa memperbaiki toleransi penderita
terhadap aktivitasnya, mengurangi gejala dan memperkecil jumlah atau dosis obat yang
diperlukan.

Pembedahan dilakukan pada penderita angina berat yang:


- tidak menunjukkan perbaikan pada pemberian obat-obatan
- sebelumnya tidak mengalami serangan jantung
- fungsi jantungnya normal
- tidak memiliki keadaan lainnya yang membahayakan pembedahan (misalnya penyakit
paru obstruktif menahun).

Pembedahan ini merupakan pencangkokan vena atau arteri dari aorta ke arteri koroner,
meloncati bagian yang mengalami penyumbatan. Arteri biasanya diambil dari bawah
tulang dada. Arteri ini jarang mengalami penyumbatan dan lebih dari 90% masih
berfungsi dengan baik dalam waktu 10 tahun setelah pembedahan dilakukan.
Pencangkokan vena secara bertahap akan mengalami penyumbatan.
Angioplasti koroner

Alasan dilakukannya angioplasti sama dengan alasan untuk pembedahan bypass. Tidak
semua penyumbatan bisa menjalani angioplasti, hal ini tergantung kepada lokasi,
panjang, beratnya pengapuran atau keadaaan lainnya.

Angioplasti dimulai dengan menusuk arteri perifer yang besar (biasanya arteri femoralis
di paha) dengan jarum besar. Kemudian dimasukkan kawat penuntun yang panjang
melalui jarum menuju ke sistem arteri, melewati aorta dan masuk ke dalam arteri
koroner yang tersumbat. Sebuah kateter (selang kecil) yang pada ujungnya terpasang
balon dimasukkan melalui kawat penuntun ke daerah sumbatan. Balon kemudian
dikembangkan selama beberapa detik, lalu dikempiskan. Pengembangan dan
pengempisan balon diulang beberapa kali.

Penderita diawasi dengan ketat karena selama balon mengembang, bisa terjadi
sumbatan alliran darah sesaat. Sumbatan ini akan merubah gambaran EKG dan
menimbulkan gejala iskemia. Balon yang mengembang akan menekan ateroma,
sehingga terjadi peregangan arteri dan perobekan lapisan dalam arteri di tempat
terbentuknya sumbatan. Bila berhasil, angioplasti bisa membuka sebanyak 80-90%
sumbatan.

Sekitar 1-2% penderita meninggal selama prosedur angioplasti dan 3-5% mengalami
serangan jantung yang tidak fatal. Dalam waktu 6 bulan (seringkali dalam beberapa
minggu pertama setelah prosedur angioplasti), arteri koroner kembali mengalami
penyumbatan pada sekitar 20-30% penderita.

Angioplasti seringkali harus diulang dan bisa mengendalikan penyakit arteri koroner
dalam waktu yang cukup lama. Agar arteri tetap terbuka, digunakan prosedur terbaru,
dimana suatu alat yang terbuat dari gulungan kawat (stent) dimasukkan ke dalam arteri.
Pada 50% penderita, prosedur ini tampaknya bisa mengurangi resiko terjadi
penyumbatan arteri berikutnya.

PROGNOSIS

Faktor penentu dalam meramalkan apa yang akan terjadi pada penderita angina adalah
umur, luasnya penyakit arteri koroner, beratnya gejala dan yang terpenting adalah
jumlah otot jantung yang masih berfungsi normal. Makin luas arteri koroner yang
terkena atau makin buruk penyumbatannya, maka prognosisnya makin jelek. Prognosis
yang baik ditemukan pada penderita stable angina dan penderita dengan kemampuan
memompa yang normal (fungsi otot ventrikelnya normal). Berkurangnya kemampuan
memompa akan memperburuk prognosis.

PENCEGAHAN
Cara terbaik untuk mencegah terjadinya angina adalah merubah faktor-faktor resiko:

* Berhenti merokok
* Mengurangi berat badan
* Mengendalikan tekanan darah, diabetes dan kolesterol.

You might also like