BAB II
GELOMBANG ELASTIS
2.1 Teori Elastisitas Gelombang
Suatu benda dapat berubah ukuran dan bentuknya bila dikenai gaya luar
terhadapnya. Untuk mempertahankan bentuk dan ukuran benda semula, benda bereaksi
dengan memberikan gaya internal yang melawan gaya luar yang bekerja padanya. Oleh
sebab itu jika gaya luar tersebut tidak terlalu besar, benda tersebut akan kembali ke
keadaan semula, bila gaya luamya ditiadakan. Sifat benda untuk mempertahankan
bentuknya kepada keadaan semula inilah disebut dengan sifat elastisitas benda.
Perambatan gelombang seismik dalam bumi juga menyebabkan medium yang
dilewatinya dapat terdeformasi. Tetapi karena deformasi yang ditimbulkannya tidak
terlalu besar, maka dianggap bumi dapat memenuhi asumsi-asumsi teori elastisitas.
Teori ini erat kaitannya dengan konsep stress dan strain yang dialami suatu benda.
Stress diartikan sebagai gaya persatuan luas. Bila suatu gaya bekerja pada suatu
luas permukaan tertentu, maka tegangan tersebut merupakan perbandingan antara gaya
yang bekerja terhadap luas permukaan yang dikenai gaya. Strain merupakan
perbandingan antara perubahan “pemisahan” (separation) antara dua titik setelah
dikenai gaya. Lebih jauh dapat dijelaskan bahwa jika benda elastis dikenai stress, maka
akan terjadi perubahan bentuk dan ukuran pada benda tersebut. Perubahan inilah yangdimaksud dengan strain. Hubungan ini dikenal sebagai hokum Hooke,yang berlaku
untuk stress yang tidak terlalu besar.
Hooke (Bhatia, 1986) menyatakan bahwa strain yang di hasilkan berbanding
langsung dengan stress yang dialami benda tersebut. yang dirumuskan sebagai
Ou-AAt2pEu (2.1)
y= Bey
dengan 2. = konstanta lame.
= modulus rigiditas.
A= dilatasi
2.1.1 Gelombang Elastis dan Persamaan Kesetimbangannya
Tinjau elemen volume 5Xj, 8X2, 5X3 (gambar 2.1.) yang mempunyai rapat
massa_p, komponen gaya gravitasi tiap satuan volume masing-masing ff f
Gambar 2.1 Kubus elemen volume.
‘Maka persamaan kesetimbangan dalam arah i jika gaya gravitasi diabaikan3 ds,
Lx + pf, = 0(tiap satuan volume) (2.2)
FOX,
Jika vektor U (U;,U;,Us,) simpangan pertikel benda, maka persamaan gerak elastik
dalam arah i jika gaya gravitasi diabaikan adalah
FU,
° (4) = (A+ oe + GVU, (2.3)
Bila suatu medium dikenai impuls, maka impuls tersebut akan dirambatkan oleh
pertikel-pertikel medium ke pertikel berikutnya. Gerakan pertikel tersebut berupa
getaran atau berosilasi. Bentuk umum persamaan gerak gelombang dalam berbagai
arah dapat dirumuskan dengan persamaan
2
p (22) = (4 +G)VO + GVU (2.4)
dimana U merupakan simpangan pertikel medium dan § merupakan dilatsi kubikal serta
G adalah modulus geser. Dengan mengoperasikan divergensi (V. ) pada kedua sisi
persamaan (2.4), akan diperoleh
p (2) = (A +2G)V70 (2.5)
Persamaan (2.5) merupakan persamaan gelombang yang menjalar secara kubikal atau
gelombang tekan (P) dengan kecepatan
Ve = [>25F @6)
pBila persamaan (2.4) dikenakan operator curl (V x ) maka akan diperoleh persamaan
p F(V?xb )=GV7(V x6) (2.7)
yang merupakan persamaan gelombang rotasional muri atau gelombang transversal
(S) dengan kecepatan rambat
(2.8)
Dari persamaan (2.6) dan (2.8) kelihatan bahwa kecepatan rambat gelombang P
selalu lebih besar dari pada gelombang S, Gelombang P dan S disebut gelombang badan
(body waves), karena merambat di dalam medium yang homogen isotrop.
Berbeda dengan gelombang P, gelombang S bersifat transversal, memiliki arah
penjalaran yang tegak lurus dengan arah perambatan gelombang. Gerakkan gelombang
transversal dapat diproyeksikan berupa dua komponen yang saling tegak lurus. Di
dalam medium yang kontinyu dan homogen isotropik, pemilihan sumbu proyeksi ini
bisa dilakukan secara sembarang, tetapi pada bidang batas ketidakkontinyuan, maka
pemilihan sumbu proyeksi ditentukan sebagai pergerakkan pertikel yang sejajar dengan
bidang antar muka. Sedangkan pergerakan dalam bidang, normal terhadap muka
gelombang dan normal terhadap bidang antar muka , kecuali untuk gelombang datang
yang tegak lurus terhadap bidang antara muka. Komponen yang pergerakkannya sejajar
dengan bidang antar muka disebut jenis S horizontal (biasanya ditandai dengan Su ),
sedangkan komponen yang bukan horizontal disebut jenis gelombang S_vertikal
(biasanya ditandai dengan Sv)Jika gelombang Sy melalui bidang batas, maka akan terpantul dan terbias,
komponen ini merupakan jenis gelombang Sy juga. Sedangkan jika jenis gelombang Sy
melewati bidang batas, maka akan terjadi jenis gelombang P dan Sy yang dipantulkan
dan dibiaskan, demikian juga dengan gelombang P yang melewati bidang batas.
2.1.2 Gelombang Permukaan.
Di dalam medium homogen isotrop hanya terdapat gelombang P dan S, tetapi
bila terdapat permukaan bidang yang membatasi medium, maka akan muncul
gelombang permukaan. Ini terjadi karena sifat elastis dari pada medium, Untuk seismik
eksplorasi gelombang permukaan yang penting adalah gelombang Rayleigh
(groundrool). Gelombang ini merambat sepanjang permukaan bebas. Permukaan bebas
yang dimaksud yaitu suatu bidang batas antara medium dengan permukaan vakum
(permukaan bumi dapat dianggap sebagai permukaan bebas, karena berbatasan dengan
udara). Amplitudo gelombang Rayleigh mengecil terhadap kedalaman secara
eksponensial
Jenis gelombang permukaan yang lain adalah gelombang Love, gelombang
Lamb dan gelombang Stoneley. Gelombang ini hanya terdeteksi dalam pengamatan
seismik gempa. Arah gerakkan partikel gelombang Love adalah horizontal dan sejajar
dengan permukaan bumi sehingga mirip dengan gelombang Sy . Gelombang Love dapat
juga dipandang sebagai gelombang Sy yang kontinyu dimana dipantulkan antara
permukaan luar (outer surface) dan bidang antar muka (interface), dengan demikian
muka gelombang pantulnya berinterferensi konstruktif satu sama lain. GelombangLamb merambat didalam pelat tipis yang memiliki ketebalan lebih kecil dari pada
panjang gelombang. Karena itu gelombang ini disebut juga gelombang pelat
Sedangkan gelombang Stoneley merambat pada bidang batas dua permukaan padatan
yang tidak sama.
2.1.3 Hubungan V, V,, dan sifat elastisitas lainnya
Berdasarkan hukum Hooke, dapat diturunkan hubungan antara sifat elstisitas
medium dengan kecepatan gelombang P dan S , dimana berlaku persamaan berikut :
426 2.9)
vE
Vy,
i ke jis Ae 2.10)
dimana 4 adalah konstanta Lame dimana a nam) (2.10)
E
dan Modulus Geser = (2.11)
2(1+ v)
dengan (2.12)
dimana E,v,p adalah modulus Young, rasio Poisson dan kerapatan material elastis.
Telford (1978), memberikan batasan bahwa kisaran nilai v _berada antara 0 dan 0.5
Nilai v = 0,05 untuk benda yang sangat keras, seperti batuan-batuan keras (rigid)sedangkan untuk nilai v sekitar 0,45 tergolong lunak, miskin material yang
terkonsolidasi. Cairan (liquid’s) tidak mempunyai resistansi untuk shear dan oleh
sebab itu nilai modulus gesernya G = 0 dan v = 0.5. Modulus Bulk k dapat dirumuskan
sebagai
3A +2G
5 (2.14)
Untuk bagian terbesar batuan, E, k , dan G berada dalam kisaran dari 0,2 sampai 1,2
megabars (2. 10'° sampai 12. 10° N/m?)
2.2 Perambatan Gelombang Elastis
Perambatan gelombang elastis (Tim Penyusun, 1996) dalam hal ini berangkat
dari anggapan bahwa
a. Medium bumi dianggap berlapis-lapis dan tiap lapisan menjalarkan gelombang
seismik dengan kecepatan berbeda.
b. Makin bertambahnya kedalaman batuan lapisan bumi makin kompak.
Sedangkan untuk perambatan gelombang seismik berlaku anggapan bahwa
a. Panjang gelombang seismik jauh lebih kecil dari pada ketebalan lapisan bumi, Hal ini
memungkinkan setiap lapisan bumi akan terdeteksi.
b. Gelombang seismik dipandang sebagai sinar seismik yang memenuhi hukum Snellius
dan prinsip Huygens
c. Pada batas antar lapisan, gelombang seismik menjalar dengan kecepatan gelombang
pada lapisan dibawahnya4. Kecepatan gelombang bertambah dengan bertambahnya kedalaman
616; 8
Ver My -
Veet Veet
Pantul Bias Kritis
Gambar 2.2 Hukum Snellius
Untuk angapan-anggapan di atas diperlukan beberapa pengertian yang mendasar, yaitu
hukum snellius dan prinsip Huygens
Snellius merumuskan (lihat gambar 2.2) untuk gelombang pantul berlaku 0°; =
6; dan untuk gelombang bias berlaku ,
sind,
=o (2.15)
fee
sinO,
<
yet
Sedangkan untuk gelombang bias kritis berlaku
v.
v (2.16)
sin, =
Selanjutnya, Huygens menyatakan bahwa setiap titik pada muka gelombang merupakan
sumber gelombang baru.Gambar 2.3 Prinsip Huygens
Berangkat dari asumsi-asumsi tersebut, maka memungkinkan bagi gelombang
atau sinyal untuk merambat di dalam medium elastisitas Jika hubungan stress dan strain
dari material liner, maka kecepatan gelombang seismik adalah fungsi dari modulus
lastik dari material. Selanjutnya, tujuan utama dari metode perambatan gelombang
yaitu mengukur kecepatannya seakurat mungkin. Kecepatan gelombang ini ditentukan
oleh pengukuran waktu tempuh gelombang seismik dari transmiter ke receiver. Oleh
sebab itu adalah penting, keakuratOan penentuan waktu tempuh di dalam medium.
2.3. Atenuasi Gelombang
Sewaktu menjalar didalam satu bahan, gelombang selalu akan mengalami
pengurangan energi atau sering disebut mengalami atenuasi. Atenuasi atau kehilangan
energi yang dialami gelombang dapat terjadi dengan berbagai cara. secara umum
kehilangan energi ini dapat dibagi menjadi dua macam, yaitu:
1. Kehilangan energi akibat peristiwa-peristiwa gelombang pada bidang batas bahan
2. Kehilangan energi akibat terserap oleh bahan.Peristiwa-peristiwa gelombang seperti pamantulan dan pembiasan yang terjadi
pada bidang batas bahan akan menyebabkan berubahnya arah penjalaran gelombang. hal
ini mengakibatkan berkas gelombang yang menjalar pada arah tertentu akan menyebar.
sehingga menyebabkan penurunan intensitas akibat kehilangan energi.
Kehilangan energi akibat penyerapan tergantung jenis bahan. dimana terjadi
peristiwa konversi energi, dari energi akustik menjadi bentuk-bentuk energi lain. hal ini
yang membedakan kehilangan energi akibat peristiwa-peristiwa gelombang dimana
tidak terjadi konversi energi, tetapi hanya perubahan arah aliran energi akustik.
‘besarnya energi yang diserap tergantung pada jenis bahan yang dilewati oleh gelombang
dan biasanya dinyatakan degan suatu koefisien yang disebut koefisien atenuasi atau
absorpsi.
Bila I, menyatakan intensitas mula-mula (pada jarak x = 0), maka untuk
intensitas pada jarak x dapat dirumuskan:
I=Le™* (2.17)
konstanta a. disebut koefisien absorbsi atau koefisien atenuasi, yang biasanya
dinyatakan dengan decibel per meter [4B/m]
1 DeciBel = 10 log + (2.18)
2.4 Impedansi Akustik
Impedansi akustik didefinisikan sebagai hasil kali antara rapat massa dan
kecepatan gelombang. Besamya impedansi akustik ini mempengaruhi besarnyaimpedansi akustik ini mempengaruhi besarnya intensitas gelombang yang dipantulkan
dan gelombang yang dibiaskan pada bidang batas antara dua medium.
Perbandingan antara intensitas gelombang yang dipantulkan dan intensitas
gelombang yang datang dinamakan sebagai koefisien refleksi.sedangkan, perbandingan
antara intensitas gelombang yang diteruskan dan intensitas gelombang yang datang
disebut koefisien transmisi. Besarnya koefisian refleksi dan koefisien transmisi dapat
dihitung dari persamaan:
Pl. — Ps
ret (2.19)
[es +P ] ev)
= APPS (2.20)
(xe, + P46)
dimana, _@ =koefisien refleksi
1 =koefisien transmisi
P, =Tapat massa medium pertama_
p, = rapat massa medium kedua
¢, = kecepatan pada medium pertama
2 = kecepatan pada medium kedua
Dari persamaan (2.15) dan (2.16) dapat dilihat bahwa makin besar perbedaan
akustiknya. makin banyak energi gelombang yang akan dipantulkan dan sebaliknya bila
perbedaan impendansi akustiknya kecil, maka energi gelombang yang diteruskan makin
banyak.2.5 Bentuk sinyal receiver
Bentuk gelombang ini terdiri empat jenis gelombang datang sesuai dengan
waktu tibanya : gelombang kompresional (P), gelombang geser (S), gelombang lumpur
(mud wave), dan_ gelombang stoneley wave. Gelombang kompresional ditransmisikan
melalui pertikel bergerak maju-mundur searah penjalarannya dimana gelombang bisa
ditransmisikan menempuh lumpur, pipa, semen dan formasi. Gelombang pertama yang
terdeteksi oleh receiver adalah gelombang kompresional bergerak melalui casing.
Gelombang shear ditransmisikan melalui pertikel bergerak tegak lurus pada jalur
gelombang dan hanya bisa menjalar di dalam padatan karena fluida tidak mempunyai
strength geser. Gambar 2.2 menunjukkan suatu keadaan ideal gelombang yang
diterima receiver.
<<< AMPLITUDE >>>>
1170 339 508 677 B46 1015 1184 1353 1572 1691 1860
Compresional SheariRayleigh Mud wave Stoneley wave
Gambar. 2.4 Bentuk ideal gelombang dari receiver (Hill, 1990).Gelombang shear menjalar 1,6 sampai 1,9 kali lebih lambat dibandingkan
gelombang kompresional di dalam medium yang sama dan selalu ditandai amplitudo
yang terbesar (Hill, 1990). Pendeteksian gelombang shear secara umum menandai
beberapa gabungan amplitudo gelombang dari pipa sampai ke formasi. Gelombang mud
adalah gelombang kompresional yang bergerak menempuh lumpur dari transmiter
sampai ke receiver. Karena delay waktu tempuh melewati lumpur lebih lama
dibandingkan dengan gelombang yang berasal dari pipa ataupun formasi yang lebih
padat, gelombang mud jadi terlambat dan selalu tercampur dengan subsequent, dalam
proses penginterpretasian log. Gelombang Stoneley adalah suatu gelombang antar
bidang (interface) bergerak sepanjang dinding lubang bor dan penurunan alat log ke
dalam lubang bor. Gelombang-gelombang ini tiba lebih cepat dibandingkan gelombang-
gelombang mud
Fokus dari penelitian ini, mencari sebuah sistem uji lapangan dimana
menggabungkan metode sinyal prosessing yang memisahkan sinyal yang diinginkan dari
sinyal output dari seluruh interferensi dan deraw yang masuk. Metode time delay
spektrometri (TDS) ditemukan oleh Heyser (1967) untuk menyelesaikan masalah
dalam pengukuran tanggapan frekuensi dari sistem akustik dalam lingkungan bising
(reverbcerant). Metode ini digunakan untuk mengisolasi dan mengidentifikasi
perambatan sinyal akustik dari sumber ke penerima didasarkan pada waktu tunda
perambatan gelombang. Amplitudo dan phase sinyal dapat diukur sebagai fungsi dari
frekuensi atau waktu. Metode ini kiranya tepat diambil untuk penelitian ini,