You are on page 1of 14

Pengembangan Metode Pendugaan .......... (Muchlisin Arief et al.

PENGEMBANGAN METODE PENDUGAAN KEDALAMAN PERAIRAN


DANGKAL MENGGUNAKAN DATA SATELIT SPOT-4
STUDI KASUS: TELUK RATAI, KABUPATEN PESAWARAN
(METHODE DEVELOPMENT FOR SHALLOW WATER DEPTH
BATHYMETRIC ESTIMATION USING SPOT-4 SATELLITE DATA,
A CASE STUDY: RATAI BAY, PESAWARAN DISTRICT)

Muchlisin Arief, Maryani Hastuti,Wikanti Asriningrum, Ety Parwati,


Syarif Budiman,Teguh Prayogo, Rossi Hamzah
Peneliti Pusat Pemanfaatan Penginderaan Jauh, Lapan
e-mail: muchlisin.arief@yahoo.com
Diterima 15 Februari 2013; Disetujui 16 Mei 2013

ABSTRACT

Bathymetric estimation of shallow water depth using satellite remote sensing


data becomes more prevalent. However, when these methods are implemented for areas
with different environments, the results indicate the presence of irregularities. To
minimize the deviation, conducted the merger of the information obtained from field
measurements with reflectance values SPOT-4 satellite imagery. This paper proposed
the methode development for bathymetric estimation of shallow water depth based on
the correlation function between the depth value of direct measurements using a
"handheld echo-sounder" to the resultante of reflectance values (band1 and band3).
The algorithm for bathymetric estimation of a shallow water depth consists of
thresholding method and correlation functions. Threshold value (T) depth of 0.5 meters
is determined from observations of the correlation function graph polynomial ordre five
and magnitude is 0.35 <T <0.47. Based on the results of the calculations show that the
SPOT-4 satellite data can be used to estimate the shallow water depths up to
approximately 18 meters
Key Words: Bathymetry, Shallow water depth, SPOT-4, Resultante of reflectance value,
Threshold, Ratai bay

ABSTRAK

Pendugaan batimetri perairan dangkal menggunakan data satelit penginderaan


jauh semakin umum dilakukan. Namun, ketika metode tersebut diimplementasikan
untuk wilayah dengan lingkungan yang berbeda, maka hasilnya menunjukkan adanya
penyimpangan. Untuk meminimalkan penyimpangan tersebut, maka dilakukan
penggabungan informasi diperoleh dari pengukuran lapangan dengan nilai reflektansi
citra satelit SPOT-4. Pada makalah ini diusulkan pengembangan metode pendugaan
kedalaman perairan didasarkan pada fungsi korelasi antara nilai kedalaman dari hasil
pengukuran langsung menggunakan alat handheld echo-sounder dengan penjumlahan
resultante nilai reflektansi (band1 dan band3). Algorithma pendugaan batimetri di
perairan dangkal di Teluk Ratai terdiri dari metode thresholding dan fungsi korelasi.
Nilai threshold (T) untuk kedalaman 0.5 meter ditentukan dari pengamatan grafik
fungsi korelasi polynomial ordre lima dan besarnya adalah 0.35 <T<0.47. Berdasarkan
hasil perhitungan menunjukkan bahwa data satelit SPOT-4 dapat digunakan untuk
menaksir kedalaman perairan dangkal hingga kurang lebih 18 meter.
Kata-Kunci: Batimetri, Perairan Dangkal, SPOT-4, Resultante nilai reflektansi, Threshold,
Teluk ratai
1
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 10 No. 1 Juni 2013 : 1-14

1 PENDAHULUAN Teknik yang paling sering digunakan


Istilah batimetri merujuk pada adalah koreksi kolom air (Fonstad and
kedalaman laut relatif terhadap Marcus, 2005; Gordon and Brown, 1974;
permukaan laut. Informasi kedalaman Lyzenga, 1978) menerapkan koreksi kolom
perairan dangkal di wilayah pesisir air sebagai kompensasi kedalaman
merupakan salah satu informasi utama perairan dengan persyaratan: kejernihan
untuk navigasi. Informasi batimetri ini air konstan dan komposisi substrat dasar
juga sangat penting untuk mengelola homogen. Metode Jupp (Jupp, 1988)
sarana dan fasilitas pelabuhan, men- melanjutkan algorithma batimetri Lyzenga
dukung operasi pengerukan, dan mem- yang dalam implementasinya dilakukan
prediksi sedimen yang berasal dari sungai penghitung zona penetrasi kedalaman,
yang bermuara kelaut (Mumby et al., interpolasi dan kalibrasi. Kemudian
1998). Disamping itu, kegunaan lain Green et al., (2000) mengimplementasi-
dari peta batimetri adalah: 1) Sebagai kan metode Lyzenga, dengan kedalaman
informasi dasar untuk mempelajari yang diperoleh mencapai sekitar 30
ecosystem dasar perairan, seperti meter. Penelitian Louchard et al. (2003)
pemetaan kondisi habitat karang, telah melakukan klasifikasi jenis dasar
2) Sebagai informasi dasar zona potensi (bottom type) dan kedalaman perairan
wisata laut dan budidaya perairan. dengan menggunakan perhitungan fungsi
Namun, saat ini informasi batimetri transfer radiasi (radiative transfer
maupun terumbu karang sulit diperoleh calculations). Penelitian dari Lafon dan
dan biasanya informasinya tidak akurat Liceaga (Lafon et al. 2002; Liceaga and
lagi (Arief, 2012). Euan 2002) telah melakukan peng-
Pemetaan batimetri secara konven- gabungan data pengukuran lapangan
sional dengan kapal menggunakan echo- dengan remote sensing imagery.
sounder memberikan hasil yang cukup Penelitian yang dilakukan oleh Arief
akurat untuk titik pengukuran tertentu (Arief, 2012) menentukan kedalaman
(Leu and Chang, 2005; Lyzenga, 1985). perairan dangkal di teluk Popoh
Namun cara ini mempunyai keterbatasan menggunakan fungsi empiris korelasi
antara lain: cakupan wilayah yang yang diperoleh dengan cara mengkorela-
terbatas dan sangat sulit diterapkan sikan titik-titik kedalaman dari peta
pada perairan pesisir yang sangat dangkal DIHIDROS (Angkatan Laut Republik
serta membutuhkan biaya operasi yang Indonesia) dengan nilai reflektansi dari
tinggi (Liu et al., 2003). Pemetaan band-1 SPOT-4. Akan tetapi berbagai
batimetrik menggunakan penginderaan metode tersebut di atas, bila diimple-
jauh sudah dimulai sejak perang dunia mentasikan di wilayah yang berbeda
ke dua ketika teknik fotogramtrik yang apalagi dengan kondisi atmosfer yang
menggunakan foto udara untuk mengukur berbeda akan terjadi penyimpangan.
kedalaman dekat pantai di Pasifik Oleh karena itu, pada makalah
(Lundahl, 1948; George, 1997). Anjuran ini, diusulkan metode penentuan batimetri
penggunaan teknik penginderaan jauh perairan dangkal dengan menggabungkan
termasuk pengukuran LIDAR udara dan data kedalaman yang diukur secara
penginderaan jauh optik untuk digunakan langsung dilapangan yang dilakukan
dalam pemetaan batimetri (Mas, 2004; pada tanggal 7 hingga 10 Agustus 2012
Lyon et al., 1992; Guenther, et al., 1996) dengan data satelit SPOT-4 yang direkam
serta menawarkan metode yang lebih pada tanggal 16 Juni 2012. Metode
fleksibel, efisien dan hemat biaya serta tersebut diturunkan secara eksperimen
cakupan wilayah yang lebih luas. dengan assumption keadaan atmosfer
Berbagai metode telah dikembang- waktu pengukuran dilapangan sama
kan untuk memetakan batimetri meng- dengan kondisi atmosfer waktu perekaman
gunakan penginderaan jauh, antara lain: citra. Algorithma tersebut terdiri dari
2
Pengembangan Metode Pendugaan .......... (Muchlisin Arief et al.)

thresholding dan fungsi korelasi, yang Pendugaan batimetri dengan


mana fungsi korelasi diperoleh dengan pemodelan empiris menggunakan data
cara mengkorelasikan data pengukuran penginderaan jauh telah banyak
lapangan menggunakan alat handheld dilakukan, yang mana pemodelan tersebut
echo-sounder dengan hasil penjumlahan didasarkan pada pemilihan kanal
resultante nilai reflektansi antara dua spektral yang berkemampuan untuk
band dari citra SPOT-4. Kedua band menembus air. Secara teoritis, energi
yang dijumlahkan tersebut adalah band matahari pada spektrum biru yang
yang dapat saling melengkapi informasi ditangkap oleh sensor SPOT-4 (0,45-
spektral antara satu dengan yang lainnya 0,52 m) dapat menembus perairan hingga
atau dikatakan dua band yang tidak mencapai dasar perairan, kemudian
terkorelasi linier (dua band yang mem- dipantulkan oleh dasar perairan tersebut
punyai nilai koefisien korelasi yang dan diterima oleh sensor biru yang
paling kecil) yaitu band1 dan band3. terdapat di satelit SPOT-4. Namun band
Karena Berdasarkan percobaan nilai spektral yang dapat digunakan secara
koefisien korelasi yang paling kecil optimal untuk mengukur kedalaman
adalah R2 (B1,B3) (R2 (B1,B3) < R2 (B2,B3)). perairan mempunyai kisaran panjang
gelombang 0,5-0,6 m (Kumar et al.,
2 PENENTUAN BATIMETRI 1997). Sedangkan spektrum panjang
Batimetri dapat diartikan sebagai gelombang pendek (seperti ultra violet)
ukuran kedalaman laut, baik sebagai tidak dapat digunakan untuk pemetaan
elevasi maupun mengenai depresi dasar batimetri karena energinya akan diserap
laut yang dapat memberikan informasi oleh air (terjadi pelemahan energi). Hasil
tentang topografi dasar laut dan mem- pengukuran reflektansi terhadap
berikan petunjuk tentang struktur dan kedalaman perairan yang dilakukan
kedalaman laut. Kedalaman laut dapat oleh Lafon et al., 2002 dapat dilihat
diukur dengan menggunakan dengan seperti pada Gambar 2-1.
Conventional Depth Echo Sounder dimana Pada Gambar tersebut terlihat
kedalaman dasar laut dapat dihitung bahwa nilai reflektansi berbanding
dari perbedaan waktu antara pengiriman terbalik dengan kedalaman perairan,
dan penerimaan pulsa suara, atau yaitu nilai reflektansi bertambah besar
menggunakan sistem Side-Scan Sonar bila perairan menjadi dangkal dan
yang dapat mengukur kedalaman dasar terjadi sebaliknya reflektansi betambah
laut dan pemetaan dasar laut (Sea Bed kecil bila perairan bertambah dalam.
Mapping) dan pengidentifikasian jenis- Selain itu, gambar tersebut menunjukkan
jenis lapisan sedimen di bawah dasar bahwa kedalaman perairan hanya dapat
laut, atau dengan menggunakan teknologi dideteksi sampai maksimum 15 meter
penginderaan jauh. pada kisaran spektrum dari 0.450 m
sampai dengan 0.650 m.

Gambar 2-1: Reektansi spektral perairan dangkal dari kedalaman 0.02 to 15 m Source (Lafon et al.,
2002)
3
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 10 No. 1 Juni 2013 : 1-14

3 MATERIAL DAN METODE pada tanggal 7 sampai dengan 11


Survei lapangan dilakukan dari Agustus 2012.
tanggal 7 sampai dengan 11 Agustus Urut-urutan proses untuk meng-
2012 dan citra satelit SPOT-4 yang hasilkan informasi bathimetri terdiri
digunakan hasil rekaman pada tanggal dari:
16 Juni 2012. Data sekunder (seperti Process koreksi radiometrik dan
peta wilayah dan tata ruang) diperoleh geometrik citra, dengan demikian citra
dari pemerintah daerah Kabupaten yang akan diproses sudah tidak
Pesawaran. Peralatan yang digunakan mempunyai kesalahan radiometrik
untuk mendukung penelitian ini adalah dan citra dapat mempunyai korodinat
alat pengukur kedalaman (echosounder), yang sama dengan koordinat peta.
Global Positioning System (GPS) Garmin Merubah citra digital number (gray
12 XL, komputer berikut software level) dalam bentuk integer ke citra
pendukung untuk pengolahan data reflektansi dalam bentuk real.
seperti: Arc View berfungsi untuk meng- Menjumlahkan vektor nilai reflektansi
integrasikan data primer maupun band1 dengan band3 secara vektor
skunder, ER Mapper 6.4 berfungsi untuk atau Res(i,j) = Sqrt ((refB1(i,j))2 + (refB3(i,j))2.
mengolah data satelit dan melakukan Mengkorelasikan kedalaman perairan
operasi arithmatika dan ENVI 4.5 melihat yang diperoleh dari pengamatan dengan
distibusi nilai spektral, menampilkan nilai resultante reflektansi, kemudian
dan menganalisa hasil pemerosesan menentukan fungsi korelasinya
serta software lainnya. Peta Rupa Bumi Menghitung batimetri atau menaksir
daerah penelitian dapat dilihat pada kedalaman perairan dangkal dengan
Gambar 3-1. menggunakan fungsi korelasi, secara
Ruang lingkup makalah ini bersamaan menggunakan metode
difokuskan pada ekstraksi batimetri thresholding dengan bertujuan untuk
menggunakan data satelit SPOT-4 memisahkan daratan dengan lautan.
dengan wilayah studi perairan Pantai Hasil yang diperoleh kemudian
Teluk Ratai kabupaten Pesawaran, dimasking kecitra aslinya, untuk
Provinsi Lampung. Sedangkan data mendapatkan wilayah laut saja.
satelit yang digunakan dalan penelitian Ekstraksi informasi batimetri
ini direkam pada tanggal 16 Juni 2012 dilanjutkan dengan proses density
dan data lapangan yang diperoleh dari slicing atau pembuatan kontur untuk
pengukuran lapangan yang dilakukan merepresentasikan hasilnya.

Gambar 3-1: Peta rupa bumi Kabupaten Pesawaran


4
Pengembangan Metode Pendugaan .......... (Muchlisin Arief et al.)

4 HASIL DAN PEMBAHASAN band1). Sebaliknya, nilai reflektansi


Integrasi titik-titk pengukuran yang sama mempunyai kedalaman yang
kedalaman perairan yang dilakukan berbeda (misalnya nilai reflektansi
pada tanggal 7 hingga 10 Agustus 2012 0.129404 pada band1 mempunyai
dengan citra SPOT-4 dapat dilihat pada kedalaman 18 meter di tempat tertentu
Gambar 4-1. Pengukuran dimulai dari dan 22.9 meter dan 1 meter ditempat
muara sungai Endas Siji (Pulau lainnya). Oleh karena itu, untuk setiap
Sumatera) yang airnya sangat keruh pengamatan/pengukuran parameter
kecoklat-coklatan dan berlumpur perlu dilakukan secara berulang-ulang.
dengan kedalamannya 0.1 meter 0.5 Dengan mengamati data tersebut diatas,
meter hingga ke Pulau Kelagian dan dapat disimpulkan bahwa setiap
Pulau Anak Kelagian dan kembali ke perubahan kedalaman perairan selalu
Pulau Sumatera. dibarengi dengan perubahan nilai
reflektansi (perubahan nilai untuk
semua band). Akan sebaliknya pada
perubahan nilai reflektansi tidak selalu
diikuti dengan perubahan kedalaman
perairan.

Tabel 4-1: HASIL PENGUKURAN KEDALAMAN


PERAIRAN PENGAMATAN NILAI
REFLEKTANSI BAND DARI DATA
SPOT-4

Kedalaman
No. B1 B2 B3 B4
(meter)
1 -1.30 0.141663 0.07301 0.038797 0.025663
2. -1.50 0.137577 0.073912 0.031407 0.013449
3. -1.00 0.129404 0.063997 0.025601 0.013449
4. -1.10 0.160733 0.100953 0.092375 0.005479
5. -0.80 0.153923 0.08563 0.044868 0.004732
6. -1.00 0.156647 0.091939 0.044868 0.003487
7. -5.50 0.144388 0.062194 0.03659 0.002989
Gambar 4-1: Data satelit SPOT-4 RGB 321 8. -1.30 0.167544 0.095545 0.047507 0.003736
Teluk Ratai yang diintegrasikan 9. -9.80 0.137577 0.058589 0.03695 0.004234
titik-titik pengamatan 10. -14.90 0.12668 0.054082 0.034313 0.002989
11. -14.30 0.128042 0.055588 0.034313 0.002491
Untuk melihat variasi nilai 12. -18.10 0.132128 0.05949 0.03695 0.002989
reflektansi dari seluruh band citra 13. -18.50 0.121231 0.052279 0.034316 0.002989
14. -16.20 0.132128 0.05949 0.039589 0.002491
SPOT-4 terhadap hasil pengukuran 15. -18.00 0.125318 0.054082 0.034312 0.002989
kedalaman perairan, maka setiap posisi 16. -20.70 0.125318 0.054082 0.034312 0.002989
titik pengukuran kedalaman diamati 17. -22.10 0.123955 0.054082 0.034312 0.003238
18. -20.10 0.125318 0.055885 0.034312 0.002989
nilai reflektansi seluruh band dari citra 19. -21.20 0.128042 0.056786 0.034312 0.00274
SPOT-4. Variasi nilai reflektansi seluruh 20. -21.80 0.128042 0.056786 0.034312 0.004483
band SPOT-4 terhadap kedalaman dapat 21. -22.90 0.128042 0.056786 0.034312 0.002989
22. -22.40 0.125318 0.054983 0.034312 0.00274
dilihat pada Tabel 4-1. 23. -24.00 0.128042 0.054983 0.034312 0.00274
Pada Tabel 4-1 menunjukkan 24. -22.90 0.129404 0.055885 0.03695 0.002989
bahwa: Variasi nilai reflektansi seluruh 25. -24.30 0.12668 0.055885 0.034312 0.00274
26. -22.80 0.129404 0.055885 0.03695 0.003238
band dari citra SPOT-4 terhadap 27. -22.60 0.130766 0.056786 0.03695 0.00274
kedalaman hasil pengukuran kedalaman 28. -18.00 0.129404 0.055885 0.03695 0.002889
perairan terdistribusi secara acak.
Akibatnya pada kedalaman yang sama Untuk memperjelas pemahaman
pada titik yang berbeda mempunyai perubahan nilai reflektansi band SPOT-
nilai reflektansi yang berbeda (misalnya 4 terhadap kedalaman perairan, maka
kedalaman 1.30 meter mempunyai nilai diplotkan nilai reflektansi seluruh band
reflektansi 0.167544 dan 0.141663 pada terhadap nomor pengamatan dan juga
5
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 10 No. 1 Juni 2013 : 1-14

diplotkan kedalaman perairan terhadap kedalaman 14 meter). Dengan


nomor pengamatan. Kedua plot grafik demikian, band3 dari citra SPOT-4
tersebut dapat dilihat pada grafik di dalam kasus ini hanya dapat
bawah ini (Gambar 4-2). digunakan untuk menduga kedalaman
Pada Gambar 4-2 adalah variasi perairan dangkal hingga maksimum
nilai tiap band SPOT-4 terhadap nilai 14 meter.
kedalaman perairan hasil pengamatan, Band dan band2 mempunyai nilai
yang menunjukkan bahwa: yang hampir konstan setelah titik
Untuk band 4, nilai reflektansi pengamatan nomor 17 (artinya band1
dengan cepat menurun dan cenderung dan band2 akan mempunyai mem-
menuju ke suatu nilai yang konstan punyai respon spektral yang hampir
(menuju ke titik nol) setelah melewati konstan setelah mencapai kedalaman
titik pengamatan nomor 5 (setelah 20 meter). Dengan demikian, band1
mencapai kedalaman satu meter), dan band2 dari citra SPOT-4 dalam
berarti apabila spektrum melewati kasus ini hanya dapat digunakan
perairan maka energinya akan untuk menduga kedalaman periaran
dilemahkan/fully attenuated (Jupp; dangkal hingga maksimum 20 meter.
1988) sehingga band 4 tidak dapat Pola grafik distribusi reflektansi band1
digunakan untuk menentukan dan band2 mempunyai pola perubahan
kedalaman perairan dangkal (Shallow terhadap kedalaman hampir sama
Water Depth). atau boleh dikatakan ekuivalen. Hal
Band3 mempunyai nilai yang hampir ini berarti band1 dan band2
konstan setelah titik pengamatan nomor mempunyai respon yang ekuivalen,
10 (artinya band3 akan mempunyai atau dapat dikatakan band1 berkorelasi
mempunyai respon spektral yang dengan band2 (dapat disebutkan
hampir konstan setelah mencapai terkorelasi linier).

Gambar 4-2: Distribusi kedalaman tiap titik pengamatan dan nilai reflektansi band SPOT-4
6
Pengembangan Metode Pendugaan .......... (Muchlisin Arief et al.)

Berdasarkan analisa di atas, kan untuk analisis selanjutnya adalah


untuk menambah informasi pada band, band1 dan band3.
maka dilakukan penggabungan band. Agar supaya nilai reflektansi
Penggabungan band ini, dipilih dua kedua band dapat dikorelasikan dengan
band yang tidak berkorelasi secara linier nilai kedalaman secara bersamaan,
(kalau band terkorelasi secara linier, maka harus digambar dalam koordinat
maka tidak ada penambahan informasi). Cartesian 3 dimensi, dengan masing-
Untuk memilih band mana yang tidak masing sumbunya berturut-turut band1,
terkorelasi maka dipilih korelasi diantara band3 dan kedalaman (Gambar 4-3a).
band1 dengan band3 atau band2 dengan Akan tetapi agar memudahkan peng-
band3 yang mempunyai koefisien korelasi gambarannya, maka penggambaran 3
paling kecil. Artinya semua nilai reflektansi dimensi tersebut dapat disederhanakan
(Tabel 4-1) dikorelasikan. Hasil dari dalam 2 dimensi dengan sumbu
grafik korelasi antara band1 dengan horinzontalnya merupakan hasil pen-
band3 dan band2 dengan dengan band3 jumlahan dari nilai reflektansi dari
dapat dilihat pada Gambar 4-3. band1 dan band3 (Gambar 4-3b).
Pada Gambar 4-3a dan 4-3b Karena nilai sumbu koordinat merupakan
adalah grafik korelasi antara band3 besaran vektor, maka penjumlahannya
dengan band1 dan grafik korelasi antara pun harus mengikuti aturan penjumlahan
band3 dengan band2 dengan meng- vektor atau dengan menggunakan operator
gunakan fungsi polynomial, exponensial vektor. penjumlahan band1 dan band3
dan liner. Gambar 4-3 menunjukkan dilakukan dengan menggunakan rumus
bahwa koefisien korelasi (Band1,band3) akar pangkat dua dari penjumlahan
lebih kecil dari pada koefisien korelasi kuadrat dari nilai reflektansi band1 dan
(band2, band3) atau dituliskan dengan band3 atau dapat dituliskan dengan
R2 (B1,B3) < R2 (B2,B3). Hal ini berarti bahwa persamaan:
band2 berkorelasi dengan band3,
sedangkan band1 dengan band3 tidak
berkorelasi. Sehingga band yang diguna-

(a) (b)
Korelasi band1 dengan band 3 Korelasi band2 dengan band 3
Gambar 4-3: Grafik korelasi antara band3 dengan band1 dan band2

(a) (b)
Penggambaran 3 Dimensi Penyederhanaan 3 Dimensi
Gambar 4-3: Penggambaran 3 dimensi dan penyederhanaannya
7
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 10 No. 1 Juni 2013 : 1-14

(a) (b)
Citra RGB dan garis transek Nilai reflektansi pada lokasi transek pada gambar a
Gambar 4-4: Citra RGB 321 dengan garis transek garis horizontal (a) dan nilai reflektansi hasil
penjumlahan vektor dari setiap panjang gelombang

Untuk melihat hasil dari pen- dalam menginterpretasi citra untuk


jumlahan vektor dibandingkan dengan memisahkan daratan dari lautan atau
masing-masing nilai spektral dari band memisahkan perairan jernih dan
SPOT-4 pada sepanjang garis transek keruh.
pada Gambar 4-4a dapat dilihat pada e. Nilai reflektansi hasil penjumlahan
Gambar 4-4b. untuk perairan jernih terdegradasi
Gambar 4-4a memperlihatkan secara jelas, tidak datar seperti band1
bahwa transek horizontal mengikutserta- maupun band2 (Gambar 4-4b).
kan daratan, perairan jernih dan keruh Integrasi citra hasil penjumlahan
dan sungai dan Gambar 4-4b adalah nilai reflektansi (band1, band3) dengan
nilai spektral masing-masing band titik lokasi pengamatan kedalaman serta
SPOT-4 (band1, band2, band3, band4 dan fungsi korelasi antara nilai hasil
nilai penjumlahan vektor(b1,b3)). Gambar penjumlahan (band1, band3) terhadap
4-4b menunjukkan bahwa: kedalaman dapat dilihat berturut-turut
a. Nilai band4 untuk lautan hampir pada Gambar 4-5a dan 4-5b.
mendekati nol. Beberapa fungsi korelasi yang
b. Nilai reflektansi band2 sepanjang telah dicoba antara lain: linier, logarithmic
garis transek selalu lebih kecil dari dan polynomial, sedangkan fungsi power
pada nilai reflektansi band1 dan dan exponensial tidak dapat dicoba,
mempunyai pola yang sama. Hal ini karena distribusi titiknya yang tidak
membuktikan bahwa band2 terkorelasi memungkinkan untuk menggambarkan
linier dengan band1, sehingga dalam kedua fungsi tersebut. Hasil fungsi
analisis selanjutnya dapat digunakan korelasi dari Gambar 4-5b dan nilai
salah band1 saja. koefisien korelasinya dapat dilihat pada
c. Nilai reflektan band3 untuk wilayah persamaan di bawah ini:
lautan/perairan selalu lebih kecil dari a. y = 39.48 x - 28.65 R = 0.376
pada nilai band1 dan band2 sedangkan b. y = 39.48 x -28.65 R = 0.376
diluar itu (didarat), band3 selalu lebih c. y = -235.4x2 + 296.7x 85.32
besar. R = 0.617
d. Nilai hasil penjumlahan vektor(b1,b3) d. y = 1026.x3 1941x2 + 1163.x 219.4
selalu lebih besar dan mempunyai R = 0.732
nilai kisaran lebih lebar (0.3 sampai e. y = 5740.x5 20163x4 + 27592x3
dengan 0.9). Hal ini memudahkan 18318x2 + 5874x 726.0 R = 0.774
8
Pengembangan Metode Pendugaan .......... (Muchlisin Arief et al.)

(a) (b)
Extraksi nilai reflektansi hasil kombinasi band 1 Fungsi korelasi antara kedalaman dengan citra
dan band 3 pada lokasi pengamatan resultante reflektansi
Gambar 4-5: Citra resultante dan fungsi korelasinya

Dengan mengamati koefisien menduga kedalaman perairan secara


korelasi dari kelima fungsi di atas, maka optimal bila kedalamannya lebih dari
yang digunakan untuk menghitung satu meter.
kedalaman perairan dangkal adalah
Untuk menghindari beberapa
persamaan orde 5. Akan tetapi, pada
kelemahan yang telah disebutkan di
Gambar 4-5b memperlihatkan bahwa
atas, maka algorithma untuk menduga
fungsi polynomial orde 5 mempunyai
kedalaman perairan dilakukan beberapa
kelemahan, antara lain: Pertama, untuk
pendekatan yaitu: pertama bila band3
nilai reflektansi dalam interval 0.35
lebih besar dari band1 maka citra
sampai dengan 0.47 fungsi bernilai
diklaskan sebagai daratan (agar
positif. Sedangkan nilai kedalaman
memudahkan dalam pewarnaan diberi
harus selalu negatif. Persoalan ini dapat
nilai pixel 200). Kedua melakukan
diatasi dengan menggunakan pendekatan
thresholding apabila nilai reflektansi
metode pengambangan/thresholding pada
hasil penjumlahan Res(i,j) lebih besar
saat pemerosesannya. Kedua untuk
dari 0.35 dan lebih kecil dari 0.47 maka
kedalaman nol hingga satu meter nilai
pixel diklaskan ke kedalaman 0.5 meter.
fungsi terjadi oscilation (satu nilai fungsi
Ketiga apabila hasil perhitungan fungsi
terdapat lebih dari dua nilai reflektansi),
polynomial lebih besar dari nol, maka
ini menyebabkan kesalahan perhitungan
pixel diklaskan ke kedalaman satu.
kedalaman perairan. Akibatnya fungsi
Urut-urutan proses tersebut di atas,
tersebut tidak optimal digunakan untuk
dapat diformulasikan sebagai berikut ini.
menduga kedalaman di perairan pada
kedalaman tersebut. Hal ini disebabkan
oleh kondisi perairan yang keruh
material padat yang tersuspensi/
melayang didalam air. Sedangkan untuk Dimana:
kedalaman lebih dari satu meter dan Z(i,j) = 5740*X5 - 20163*X4 + 27592*X3
- 18318*X2 + 5874*X 726
kondisi air jernih, nilai fungsi hanya
ditentukan oleh satu nilai refklektansi B1, B3= nilai reflektansi dari band 1 dan
atau dapat dikatakan terjadi relasi satu- band 3
satu (satu nilai fungsi hanya ditentukan Hasil perhitungan formulasi di
oleh satu nilai reflektansi). Oleh karena atas diaplikasikan pada citra nilai
itu, persamaan polynomial orde 5 dapat reflektansi hasil kombinasi band1 dan
digunakan secara optimal untuk band 3 dapat dilihat pada Gambar 4-6.
9
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 10 No. 1 Juni 2013 : 1-14

Gambar 4-6: Citra kedalaman hasil perhitungan

Gambar 4-6 menunjukkan bahwa kan bahwa citra seperti terlihat agak
kedalaman nol sampai 0.5 meter bergaris-garis sehingga kedalaman laut
terdapat di muara sungai, di pinggir seperti kumpulan dari beberapa
pantai dan beberapa daratan (perairan kumpulan garis lurus/stripping (yang
tambak), diikuti dengan kedalaman 1 menandakan bahwa kualitas Citra
meter hingga 1,5 meter dan kedalaman SPOT-4 yang kurang baik). Untuk
maximum diteluk Ratai dari data satelit memperjelas visualisasi kedalaman
penginderaan jauh SPOT-4 hanya 18 berdasarkan citra SPOT-4 dapat dilakukan
meter. Walaupun dalam pengukuran dengan penggambaran garis kedalaman
lapangan ada kedalaman yang mencapai (kontur batimetri) sebagaimana terlihat
22 meter, akan tetapi berdasarkan pada Gambar 4-7.
perhitungan bahwa kedalaman maksi- Gambar 4-7a adalah kedalaman
mum di teluk Ratai yang terdeteksi antara P. Kelagian dengan P. Anak
hanya sampai kedalaman 18 meter kelagian dengan interval 0.5 meter
(kedalaman 22 meter tidak nampak (kedalaman nol tidak tervisualisasikan),
pada citra). Hal ini diduga bahwa sehingga garis yang paling dangkal
daerah yang mempunyai kedalaman adalah 0,5 meter dan terlihat juga ada
lebih dari 20 meter merupakan daerah beberapa kontur kedalaman yang
palung yang kemungkinan ukuran tertutup (berbentuk polygon). Hal ini
spasialnya kurang (lebih kecil) dari disebabkan software yang digunakan
ukuran pixel (kurang dari 20X20 m) hanya dapat melakukan pembuatan
atau karena kemampuan citra SPOT-4 garis pada batas/tepi region homogen
untuk kondisi saat itu hanya mampu saja. Akibatnya kadang kala suatu
mendeteksi kedalaman hingga 18 meter region dengan kedalaman tertentu
saja. Juga pada Gambar 4-6, menunjuk- direpresentasikan dengan dua garis tepi.
10
Pengembangan Metode Pendugaan .......... (Muchlisin Arief et al.)

a) (b)
Citra kontur kedalaman perairan interval 0.5 Citra kontur kedalaman perairan interval 1
meter meter
Gambar 4-7: Citra Kontur kedalaman perairan antara P. Kelagian dengan P. Anak Kelagian

Begitu pula Gambar 4-7b adalah menentukan garis pantai (menghitung


kedalaman antara P. Kelagian dengan P. panjang garis pantai) dalam skala
Anak kelagian dengan interval 1 meter terbatas sesuai dengan resolusi spasial
(kedalaman nol tidak tervisualisasikan), citra SPOT-4.
sehingga garis kontur yang tervisualisasi
mulai dari 1 meter (mulai 1 meter dari
5 KESIMPULAN
pantai) dan juga garis kontur masih
berbentuk polygon. Pada penelitian ini, telah
Jika dibandingkan kedua gambar dikembangkan suatu metode yang
tersebut (Gambar 4-7a dan 4-7b), maka mengkorelasikan band spektral dengan
dapat ditarik kesimpulan: kontur pada kedalaman perairan laut dangkal. Suatu
Gambar 4-7b terlihat lebih sederhana metode untuk menduga batimetri perairan
dari pada kontur pada Gambar 4-7a dangkal di Teluk Ratai kabupaten
serta kedua citra masih menampilkan Pesawaran Provinsi Lampung telah
kontur polygon. yang diperoleh dari citra dibangun dengan pendekatan thresholding
satelit SPOT-4 tampak kurang halus dan fungsi korelasi. Algorithma dari
(smooth) dikarenakan garis tersebut metode tersebut terdiri dari tiga bagian
merupakan hasil konversi raster yaitu: pertama, pemisahan lautan dengan
menjadi polygon, dimana bentuk piksel daratan dengan cara mengurangkan
masih terlihat pada tepi obyek. band3 dengan band1. Kedua pendugaan
Selain itu, garis kedalaman 0,5 perhitungan kedalaman perairan itu
meter dapat menunjukkan bentuk yang sendiri menggunakan fungsi korelasi.
mendekati bentuk garis pantai (kontur 0 Fungsi korelasi diperoleh dengan cara
meter), dimana kedalaman 0 meter mengkorelasikan titik pengukuran
merupakan batas antara daratan dilapangan menggunakan handheld
dengan laut. Berdasarkan perbandingan echo-sounder dengan hasil resultante
kedua tampilan garis kontur tersebut di nilai reflektansi band1 dengan band3
atas maka metode ini dapat diterapkan dari data satelit SPOT-4. Ketiga melakukan
untuk menentukan garis kedalaman thresholding apabila nilai reflektansi
atau menentukan kondisi batimetri hasil penjumlahan vektor lebih besar
khusunya di perairan dangkal dan dari 0.35 dan lebih kecil dari 0.47
pendekatan ini dapat digunakan untuk (0.47>Res(i,j)>0.35).
11
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 10 No. 1 Juni 2013 : 1-14

Fungsi korelasi yang mempunyai Management Sourcebooks, 3,


nilai koefisien tertinggi adalah fungsi Paris, UNESCO.
polynomial ordre 5 dengan nilai Guenther, G.C., Thomas, R.W.L., and
koefisiennya 0,774 dan fungsi tersebut LaRocque, P.E., 1996. Design
akan mempunyai kesalahan yang kecil Considerations for Achieving High
(sedikit kesalahan) bila digunakan untuk Accuracy with the SHOALS
menduga kedalaman perairan lebih dari Bathymetric Lidar System, SPIE:
satu meter. Akan tetapi, akan mempunyai Laser Remote Sensing of Natural
kelemahan bila digunakan untuk Waters, From Theory to Practice,
perairan dengan kedalaman kurang dari Vol. 2964, 26-37.
satu meter. Kelemahan tersebut bisa Jupp D., 1988. Background and Exten-
diakibatkan oleh faktor reflektansi dari sions to Depth of Penetration (DOP)
material yang tersuspensi/melayang di Mapping in Shallow Coastal Waters,
dalam air. Proceedings of the Symposium on
Berdasarkan analisa hasil Remote Sensing of the Coastal
perhitungan analisa, algorithma yang Zone, Brisbane, Department of
telah dibangun dengan menggunakan Geographic Information, pp. IV.
data satelit SPOT-4 hanya dapat 2.1IV.2.19.
menduga kedalaman perairan dangkal Kumar, V.K., Palit, A. and Bhan, S.K.,
hingga kedalaman kurang lebih 18 1997. Bathymetric mapping in
meter. RupnarayanHooghly River
Conuence Using IRS Data.
DAFTAR RUJUKAN International Journal of Remote
Arief M., 2012. Pendekatan Baru Pemetaan Sensing 18, 226970.
Bathymetric Menggunakan Data Lafon, V., Froidefond, J.M., Lahet, F.
Penginderaan Jauh SPOT, Studi and Castaing, P., 2002. SPOT
Kasus Teluk Perigi dan Teluk Shallow Water Bathymetry of a
Popoh, Jurnal Terknologi Moderately Turbid Tidal Inlet
Dirgantara, Vol. 10 no.1 Juni based on Field Measurements,
2012, ISSN 1412-8063, Pp. 71-80 Remote Sensing of Environment
No akreditasi: 208/AU1/P2MBI/ 81, pp. 13648.
08/ 2009. Leu, L., and Chang, H., 2005. Remotely
Fonstad, M.A., Marcus, W.A., 2005. Sensing in Detecting the Water
Remote Sensing of Stream Depths Depths and Bed Oad of Shallow
wth Hydraulically Assisted Waters and Their Changes, Ocean
Bathymetry (HAB) Models, Engineering 32, pp. 1174-1198.
Geomorphology 72 (4), 320e339. Liceaga-Correa, M.A., Euan-Avila, J.I.,
George, D. G., 1997. Bathymetric Mapping 2002. Assessment of Coral Reef
Using a Compact Airborne Bathymetric Mapping Using Visible
Spectrographic Imager (CASI), Landsat Thematic Mapper Data.
International Journal of Remote International Journal of Remote
Sensing 18, 206771. Sensing 23 (1), pp. 3 14.
Gordon, H.R., Brown, O.B., 1974. Liu, Y., Anisul, I. M., and Jay Gao, J.,
Influence of Bottom Depth and 2003. Quantification of Shallow
Albedo on the Diffuse Reflectance Water Quality Parameters,
of a Flat Homogeneous Ocean, Progress in Physical Geography
Applied Optics 13, 2153 2160. 27(1), pp. 2443.
Green E., MUMBY P., EDWARDS A. (ed.) Louchard, E.M., Reid, R.P., Stephens,
and CLARK C., 2000. Remote F.C., Davis, C.O., Leathers, R.A.,
Sensing Handbook for Tropical Downes, T.V., 2003. Optical Remote
Coastal Management, Coastal Sensing of Benthic Habitats And
12
Pengembangan Metode Pendugaan .......... (Muchlisin Arief et al.)

Bathymetry in Coastal Environments Lyzenga, D.R., 1985. Shallow-Water


at Lee Stocking Island, Bahamas: Bathymetry Using Combined Lidar
a Comparative Spectral Classifi- and Passive Multispectral Scanner
cation Approach, Limnology and Data. International Journal of
Oceanography 48 (1, 2), 511-521. Remote Sensing 6 (1),pp. 15-125.
Lyon, J.G., Lunetta, R.S., Williams, D.C., Lundahl, A.C., 1948. Underwater Depth
1992. Airborne Multi-Spectral Determination by Aerial
Scanner Data for Evaluating Photography. Photogrammetric
Bottom Sediment Types and Water Engineering 14 (4),pp. 454462.
Depths of St. Marys River Mas, J.F., 2004. Mapping Land
Michigan, Photogrammetric Use/Cover in a Tropical Coastal
Engineering & Remote Sensing 58 Area Using Satellite Sensor Data,
(7), 951-956. GIS and Artificial Neural
Lyzenga D., 1978. Passive Semote Sensing Networks, Estuarine, Coastal and
Techniques for Mapping Water Shelf Science 59, pp. 219-230.
Depth and Bottom Features, Applied Mumby P.J., Clark C.D., Green E.P. &
Optics, 17(3), Washington, Optical Edwards A.J., 1998. Benefits of
Society of America, pp. 379-383. Water Column Correction and
Lyzenga, D., 1981. Remote Sensing of Contextual Editing for Mapping
Bottom Reflectance and Water Coral Reefs, International Journal
Attenuation Parameters in Shallow of Remote Sensing, 19(1), London,
Water Using Aircraft and LANDSAT Taylor & Francis Ltd, pp. 203-
Data, International Journal of 210.
Remote Sensing, vol. 2, no. 1, pp.
71-82.

13
Jurnal Penginderaan Jauh Vol. 10 No. 1 Juni 2013 : 1-14

You might also like