Kepmenkes 064

You might also like

You are on page 1of 26
MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Menimbang Mengingat a NOMOR 064/MENKES/SK/I1/2006 TENTANG PEDOMAN SISTEM INFORMASI PENANGGULANGAN KRISIS AKIBAT BENCANA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA, bahwa dalam rangka penanggulangan krisis dan bencana dibutuhkan data/informasi yang akurat, sehingga penangan terhadap penanggulangan krisis dan bencana dapat dilakukan secara optimal; bahwa data/informasi mengenai krisis dan bencana sampai saat ini mekanisme dan alur pengumpulan data serta pengelolaanya belum dikelola secara bak dan dilakukan oleh petugas khusus. bahwa untuk mendapatkan informasi yang cepat, tepat dan akurat sesuai dengan kebutuhan, maka perlu dikembangkan suatu Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana (SIPK-AB). bahwa berdasarkan pertimbangan dimaksud pada huruf a, b dan c peru Pedoman System Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana yang ditetapkan dengan Keputusan Menteri Kesehatan; s ' Undang-undang Nomor 23 Tahun 1992 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Tahun 1992 Nomor 100 Tambahan Lembaran Negara Nomor 3495); Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 125, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4437), Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keungan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah (Lembaran Negara Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Nomor 4438); Peraturan Pemerintah Nomor 25 Tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Provinsi sebagai Daerah Otonom (Lembaran Negara Tahun 2000 Nomor 84, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3952); Menetapkan Pertama - Kedua Ketiga Keempat MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Keputusan Presiden Nomor 9 Tahun 2005 tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Negara Republik Indonesia; Peraturan Menteri_— Kesehatan = RI_— Nomor. 1575/Menkes/PERIXI/2005 tentang Organisasi dan Tata Kerja Depkes. MEMUTUSKAN : KEPUTUSAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PEDOMAN SISTEM INFORMASI PENANGGULANGAN KRISIS AKIBAT BENCANA. Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana dimaksud dalam Diktum Pertama sebagaimana tercantum dalam Lampiran Keputusan ini. Pedoman Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana sebagaimana dimaksud dalam Diktum Kedua agar dijadikan acuan bagi aparatur kesehatan di Pusat, Dinas Kesehatan Provinsi, Dinas Kesehatan Kabupaten/Kota dalam penyediaan —data/informasi penanggulangan krisis akibat bencana. Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapkan. Ditetapkan di : Jakarta Pada Tanggal : 1 Pebruari 2006 7 MENTER! ESEHATAN Dr. dr. Siti Fadilah Supari, Sp.JP (K){, MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA Lampiran Keputusan Menteri Kesehatan Nomor : 084/MENKES/SK/II/2006 Tanggal : 1 Pebruari 2006 PEDOMAN SISTEM INFORMASI PENANGGULANGAN KRISIS AKIBAT BENCANA |. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bencana terjadi secara mendadak atau berangsur-angsur dan akibat yang ditimbulkan sangat merugikan masyarakat, sehingga masyarakat dipaksa untuk melakukan tindakan penanggulangan secara cepat dan tepat. Disamping itu akibat dari bencana dapa pula menimbulkan pengungsian secara besar-besaran. Pada kurun waktu § (lima) tahun terakhir bencana yang terjadi di Indonesia semakin kompleks, baik bencana yang disebabkan oleh alam seperti gempa bumi, gunung meletus, banjir, tanah longsor atau karena ulah manusia, seperti: kerusuhan/konflik dan terorisme serta bencana akibat kegagalan teknologi, kecelakaan transportasi Penanggulangan krisis akibat bencana dapat dilakukan secara cepat, tepat dan baik apabila didukung oleh informasi kejadian bencana dan akibat yang ditimbulkannya secara cepat, tepat dan akurat. Bila dilthat dari jenis/macam data yang ada saat ini baik itu di Depkes, Depsos, Bakornas PBP dan lain-lain instansi terkait, data dikumpulkan berdasarkan kepentingan/kebutuhan operasional _masing-masing, sehingga bila akan dipergunakan, memerlukan konfirmasi ulang tentang kebenarannya, hal ini membutuhkan waktu dan dapat memperlambat proses penanggulangan Data/informasi yang dikumpulkan tersebut sebagian besar belum dikelola secara baik, belum menggunakan formulir yang baku serta belum dilakukan oleh petugas khusus yang terlatih, sehingga validitas dan realibilitasnya sering dipertanyakan. Selain itu mekanisme serta alur pengumpulan data yang baku belum ada, Untuk mendapatkan informasi yang cepat, tepat dan akurat tersebut maka perlu dikernbangkan suatu Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana (SIPK-AB). MENTERI KESEHATAN AEPUBLIK INDONESIA B, Tujuan 4..Umum Tersedianya informasi penanggulangan krisis akibat bencana yang cepat, tepat, akurat dan sesuai kebutuhan untuk optimalisasi upaya penanggulangan. . 2. Khusus a. Tersedianya informasi pada tahap pra, saat dan pasca bencana b. Tersedianya mekanisme pengumpulan, pengelolaan, pelaporan informasi masalah kesehatan akibat bencana mulai dari tahap pengumpulan sampai penyajian informasi C. Sasaran Seluruh jajaran kesehatan di tingkat Pusat, Provinsi, Kabupaten/Kota sampai Puskesmas. D. Ruang Lingkup Ruang lingkup Pengembangan Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana (SIPK-AB) meliputi: 1. Jenis informasi dan waktu penyampaian 2. Sumber informasi 3. Alur dan mekanisme penyampaian informasi 4 5. . Pengelolaan data . Pengorganisasian E. Pengertian Bencana Suatu kejadian, secara alami maupun karena ulah manusia, terjadi secara mendadak ataupun berangsur-angsur, menimbulkan akibat yang merugikan sehingga masyarakat dipaksa melakukan tindakan penanggulangan (Bakomnas PB, 1999) Upaya penanggulangan’bencana Upaya penanggulangan bencana merupakan keglatan yang mempunyai fungsi-fungsi manajemen seperti perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengendalian dalam lingkup *Siklus Penanggulangan Bencana’ (Disaster Management Cycle) MENTERI KESEHATAN ’REPUBLIK INDONESIA Kesiapsiagaan Mitigasi Pra Bencana | SaatBencana \ Tanggap darurat Pencegahan Pasca Bencana Rekonstruksi Pemulihan Siklus di atas dimulai pada waktu sebelum terjadinya bencana berupa kegiatan pencegahan, mitigasi (pelunakan/penjinakan dampak) dan kesiapsiagaan. Kemudian pada saat terjadinya bencana berupa kegiatan tanggap darurat dan selanjutnya pada saat setelah terjadinya bencana berupa kegiatan pemulihan dan rekonstruksi (Nick Carter, 1991) Penanggulangan Masalah Kesehatan Akibat Bencana/PMIK-AB (sekarang menjadi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana/PK-AB) Serangkaian kegiatan bidang kesehatan untuk mencegah, menjinakkan (mitigasi) ancaman/bahaya yang berdampak pada aspek kesehatan masyarakat, menyiapsiagakan sumber daya keschatan, menanggapi kedaruratan kesehatan dan memulihkan (rehabilitasi) serta membangun kembali (rekonstruksi) kerusakan infrastruktur kesehatan akibat bencana secara lintas program dan lintas sektor serta bermitra dengan masyarakat intemasional (PPMK-Depkes, 2002) Sistem informasi Kumpulan modul atau komponen yang dapat mengumpulkan, mengelola, memproses, menyimpan, menganalisa dan mendistribusikan informasi untuk tujuan tertentu (Turban et al, 1997) Sistem Informasi Penanggulangan Krisis Akibat Bencana (SIPK-AB) Rangkaian kegiatan untuk menghasilkan informasi yang terkait dengan upaya Benanggulangan krisis akibat bencana. “ MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA ll, JENIS INFORMASI DAN WAKTU PENYAMPAIAN A. Pra Bencana Jenis informasi yang dibutuhkan pada tahap pra bencana meliput 1. Peta daerah rawan bencana 2. Data sumber caya: tenaga, dana, sarana dan prasarana 3. Informasi dikumpulkan setahun sekeli pada bulan Juli - Agustus (format sesuai dengan Form Kesiapsiagaan) B. Saat Dan Pasca Bencana 1, Informasi pada awal terjadinya bencana Informasi yang dibutuhkan pada awal terjadinya bencana (Form B-1 dan B-4) disampaikan segera setelah kejadian awal diketahui, meliputi: 5 a. Jenis bencana dan waktu kejadian bencana yang terdiri dari tanggal, bulan, tahun serta pukul berapa kejadian tersebut terjadi. b. Lokasi bencana yang terdiri dari desa, kecamatan, kabupaten’kota dan provinsi bencana terjadi. c. Letak geografi dapat diisi pegunungan, pulau/kepulauan, pantai dan lain-lain. d. Jumlah korban yang terdiri dari korban meninggal, hilang, luka berat, luka ringan dan pengungsi. e. Lokasi pengungsi. Akses ke lokasi bencana meliputi akses dari: - Kabupeter/kota ke lokasi dengan pilihan mudah/sukar, waktu tempuh berapa lama dan sarana transportasi yang digunakan. - _Jalur komunikasi yang masih dapat digunakan. - Keadaan jaringan listrik. ~ Kemudian informasi tanggal dan bulan laporan serta tanda tangan pelapor dan lokasinya. 2. Informasi penilaian kebutuhan cepat Penilaian kebutuhan cepat penanggulangan krisis akibat bencana dilakukan segera setelah informasi awal diterima. Informasi yang dikumpulkan (Form B-2) meliputi: a. Jenis bencana dan waktu kejadian bencana, : b. Tingkat keseriusan dari bencana tersebut, misalnya banjir ketinggian air mencapai 2 m, gempa bumi dengan kekuatan 7 skala Richter. akan, yaitu luas dari dampak yang ditimbulkan dari bencana tersebut, d. Kecepatan perkembangan, misalnya konflik antar suku di satu daerah, bila tidak cepat dicegah maka dapat dengan cepat meluas atau berkembang ke daerah lain.

You might also like