Professional Documents
Culture Documents
(Jawarandu - Boer)
Studi Kasus di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung
SKRIPSI
MELDA ANGELIA
B04050577
ABSTRAK
Kata kunci: Kambing Cross Boer, Kawin Alam, Inseminasi Buatan (IB), Conseption
Rate (CR), Service per Conseption (S/C)
ABSTRACT
natural breeding is 1,2 and the Artificial Insemination is 1,4. This data showed that
S/C of Artificial Insemination is higher than Natural Breeding.
Mengetahui,
Wakil Dekan Fakultas Kedokteran Hewan
Institut Pertanian Bogor
Lulus Tanggal :
Penampilan Reproduksi Kambing Cross Boer
(Jawarandu-Boer)
Studi Kasus di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung
SKRIPSI
OLEH :
MELDA ANGELIA
B04050577
Pada
2010
ii
RIWAYAT HIDUP
KATA PENGANTAR
Segala puji syukur penulis panjatkan hanya bagi Allah SWT yang telah
memberikan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi
yang berjudul Penampilan Reproduksi Kambing Cross Boer (Jawarandu-Boer)
Studi Kasus di PT Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung ini.
Tidak terlepas dari dukungan, bimbingan dan bantuan dari berbagai pihak,
penulis mengucapkan terima kasih kepada:
1. Drh. R. Kurnia. Achjadi, MS sebagai pembimbing skripsi atas segala
bimbingan, dorongan dan nasehat yang diberikan dari awal sampai akhir
skripsi ini.
2. Drh. H. Abdul Gani Amri Siregar, MS dan Prof. Drh. Arief Budiono Ph,d
sebagai penguji sidang skripsi S1, atas segala kritik, saran, dan masukan
yang diberikan.
3. Dr. Drh. Sri Murtini, MS sebagai pembimbing akademik yang telah
banyak memberi saran, nasehat dan bimbingannya selama perkuliahan di
FKH IPB.
4. Seluruh Staf PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung yang telah
membantu dalam proses pengumpulan data sehingga tulisan ini dapat
terselesaikan.
5. Ayah, Ibu, Uni Lina, Uda Jhony, Uda Ruri, Ivo, dan Uda Sendy yang
tidak hentihentinya memberikan dukungan, doa, dan kasih sayangnya.
6. Teman-teman Goblet 42 dan 43 dukungan dan kebersamaannya selama di
FKH IPB.
Penulis sadar tulisan ini sangat jauh dari kesempurnaan, namun penulis
berharap tulisan ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.
Penulis
iv
DAFTAR ISI
Abstrak ................................................................................................... i
Riwayat Hidup ...................................................................................... ii
Kata Pengantar ...................................................................................... iii
Daftar Isi................................................................................................ iv
Daftar Tabel .......................................................................................... iv
Daftar Gambar .................................................................................... iv
Daftar Lampiran .................................................................................... iv
PENDAHULUAN ................................................................................. 1
Latar Belakang ........................................................................... 1
Tujuan ........................................................................................ 3
METODOLOGI .................................................................................... 14
Waktu dan Tempat Pelaksanaan ............................................... 14
Metode Pelaksanaan .................................................................. 14
Parameter yang Diamati............................................................ 14
DAFTAR BAGAN................................................................................
Bagan 1 .....................................................................................19
Struktur Organisasi
PT. Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Pengembangan ternak kambing umumnya terkait dengan kondisi ekonomi
masyarakat. Ternak kambing berkembang umumnya di wilayah lahan kering dengan
tingkat pertumbuhan ekonomi rendah. Bagi petani pemilik modal, ternak kambing
lebih berperan sebagai tabungan, sedangkan bagi kelompok masyarakat kurang
bermodal atau dengan tingkat ekonomi rendah, usaha ternak kambing merupakan
salah satu alternative lapangan usaha dengan adanya sistem gaduhan. (Suryahadi,
2001)
Salah satu cara untuk meningkatkan produktivitas ternak adalah dengan
memasukkan pejantan unggul dari luar, dengan cara kawin silang. Metode ini telah
banyak digunakan dan umumnya berhasil cukup baik. Persilangan itu sendiri adalah
perkawinan antara ternak kambing jantan dengan kambing betina dari rumpun yang
berbeda. Hal ini bukan berarti perkawinan itu asal saja antar rumpun yang berbeda.
Namun yang diartikan dengan persilangan adalah penggunaan sumber daya genetik
kambing (rumpun kambing) yang sistematik dengan perencanaan sistem perkawinan
untuk menghasilkan anak hasil persilangan yang spesifik (Subandriyo, 2004).
Pembentukan bangsa kambing yang memiliki keunggulan dalam performans
dan mampu beradaptasi dengan kondisi tropis-basah seperti umumnya kondisi agro-
klimat di Indonesia telah menjadi program dalam rangka meningkatkan produktifitas
dan pendapatan dari usaha produksi kambing. Kambing Cross Boer memiliki
performans yang baik yaitu laju pertumbuhan dan kapasitas bobot tubuh yang tinggi
serta mampu beradaptasi, dalam kondisi yang relatif terbatas. Kambing Cross Boer
merupakan kambing hasil persilangan antara pejantan Boer dengan kambing
Jawarandu betina. Kambing Boer merupakan kambing pedaging unggul yang
memiliki karakteristik yang baik dan khas, meliputi ciri fisik kambing (bobot badan,
ukuran badan, warna rambut), produksi (laju pertumbuhan tubuhnya yang relatif
sangat cepat, berat badan), serta penampilan reproduksinya (fisiologi reproduksi
2
jantan dan betina) yang berasal dari Afrika Selatan, sedangkan kambing Jawarandu
adalah kambing hasil persilangan dari kambing jantan Peranakan Ettawa (PE) dengan
kambing Kacang betina, secara fisik sifat kambing kacang lebih dominan. Jantan
maupun betina sama-sama merupakan tipe pedaging. PT. Widodo Makmur Perkasa,
Propinsi Lampung, adalah salah satu tempat yang sampai saat ini membudidayakan
kambing Cross Boer.
Kawin suntik atau inseminasi buatan (IB) merupakan salah satu cara yang
dilakukan untuk mempercepat peningkatan mutu genetik dan populasi ternak
(Toelihere, 1981). IB ini merupakan suatu bentuk modifikasi memasukkan semen ke
dalam saluran reproduksi betina melalui alat buatan manusia (Salisbury et al, 1978).
Keunggulan dari IB adalah untuk memperbaiki genetik kambing sehingga diperoleh
bibit unggul, memperpanjang masa hidup sperma, menambah efisiensi dari
perkawinan antar kambing, mencegah dan mengurangi penyebaran penyakit menular
kelamin, mengontrol peluang kejadian penyakit, dapat memperoleh semen secara
maksimal dari pejantan unggul, dan memungkinkan untuk penggunaan pejantan yang
cacat dengan kondisi semen yang unggul. Kekurangan dari IB adalah inbreeding,
infeksi saluran reproduksi terjadi karena teknik IB yang tidak dilakukan secara
aseptis, dan rendahnya angka fertilitas dan tingginya kasus-kasus reproduksi karena
minimnya pengetahuan yang dimiliki oleh inseminator dalam melakukan teknik IB,
selain itu menurut Atkins dan Galmour (1981), menurunnya bobot lahir anak akibat
meningkatnya jumlah anak lahir per induk disebabkan karena anak yang dilahirkan
tunggal selama pertumbuhan embrio dalam uterus dapat menyerap makanan penuh
dari induknya, sebaliknya anak kembar akan terjadi persaingan antara sesamanya
dalam menyerap makanan dari induk.
3
Tujuan
1. Mempelajari manajemen pemeliharan kambing Cross Boer,
2. Mengetahui masalah-masalah yang sering muncul dalam pemeliharaan
kambing Cross Boer,
3. Mengetahui tingkat keberhasilan munculnya kebuntingan pada perkawinan
alami dan Inseminasi Buatan (IB),
4. Mengetahui penampilan reproduksi kambing Cross Boer untuk peningkatan
populasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Genetik
Fisiologi Reproduksi
a. Pubertas
Kamus Oxford mendefenisikan pubertas sebagai suatu fase atau keadaan
mulai mampu berfungsi untuk menghasilkan keturunan. Pada kambing betina
pubertas adalah saat kambing menunjukan tanda berahi, tingkah laku kawin,
dan ovulasi, pada kambing biasanya terjadi pada umur 6 bulan. Variasi yang
besar dapat terjadi dalam suatu spesies tertentu, tergantung pada keadaan iklim,
makanan, hereditas, dan tingkat pelepasan hormon (Frandson, 1992). Pertama
kali ovulasi kira kira 5-7 bulan pada kambing betina (Hafez, 2000). Kambing
betina mencapai usia pubertas sekitar 5-6 bulan, namun anak yang mendapat
nutrisi berupa susu yang baik dapat mencapai pubertas lebih awal yaitu sekitar 4
bulan (Greenwood, 1997).
b. Siklus Estrus,
Interval dari saat melahirkan sampai berahi pertama setelah melahirkan
dilaporkan beragam dari satu sampai tiga bulan atau dapat lebih lama lagi. Pada
kambing lama tiap siklus berahi sekitar 18-21 hari dan lama berahi sekitar 24-36
jam. Masa berahi terjadi hanya beberapa saat, yaitu pada saat hormon estrogen
mencapai puncaknya. Jumlah ovum setiap ovulasi untuk masingmasing ternak
berbebabeda. Kambing mempunyai ovum 2-3 buah/ siklus, tapi kadang juga
8
ada kambing yang mempunyai ovum 3-4 buah/ siklus walaupun keadaan ini
jarang terjadi. Kambing betina yang mengalami berahi dapat dilihat dengan
tandatanda vulva yang kemerahan, oedema, dan sering keluar lendir,
kemaluannya terasa panas bila disentuh, tingkah laku libido meningkat, terlihat
dengan seringnya kambing menggosokgosokkan pantat atau menaiki hewan
lain, selalu gelisah, mengembek terus, nafsu makan turun, dikawini kambing
jantan akan diam, dan selalu menggerakgerakkan ekor.
Siklus estrus dibagi atas 4 fase, yaitu proestrus, estrus, metestrus, dan
diestrus. Proestrus adalah fase sebelum estrus, yaitu periode di mana folikel de
graaf tumbuh di bawah pengaruh hormon FSH dan menghasilkan sejumlah
estradiol yang makin bertambah. Pada fase ini, sistem reproduksi memulai
persiapan-persiapan untuk pelepasan ovum dari ovarium. Estrus adalah periode
yang ditandai dengan tingginya penerimaan seekor betina terhadap pejantan.
Penerimaan terhadap pejantan meningkat selama estrus disebabkan oleh
pengaruh estradiol pada sistem syaraf pusat, yang menghasilkan pola-pola
kelakuan yang khas bagi receptivitas pada berbagai hewan betina (Toelihere,
1981). Folikel de graaf membesar dan menjadi matang. Pencirian estrus yaitu
adanya pengeluaran lendir jernih dan encer selama berahi yang membentuk pola
kristalisasi seperti pakis dan setelah ovulasi serta fase estrus akhir, lendir itu
menjadi massa putih kental yang mengandung banyak elemen sel tanduk
(Devendra dan Burn, 1994). Metestrus adalah periode segera sesudah estrus di
mana corpus luteum bertumbuh cepat dari sel-sel granulosa folikel yang telah
pecah di bawah pengaruh hormon LH dari adenohypofise. Pada fase ini terjadi
penghambatan pembentukan folikel de graaf yang lain dan pencegahan
terjadinya estrus oleh hormon progesteron. Diestrus adalah periode terakhir dan
terlama dari siklus estrus, di mana corpus luteum manjadi lebih matang dan
pengaruh progesteron terhadap saluran reproduksi betina menjadi nyata
(Toelihere, 1981).
9
c. Kebuntingan
Kebuntingan adalah suatu interval waktu yang disebut periode
kebuntingan (gestasi) yang meliputi saat telah terjadi pembuahan (fertilisasi)
ovum oleh sperma, hingga lahirnya anak. Lama kebuntingan ditentukan secara
genetik walaupun dapat dimodifikasi oleh faktor-faktor maternal, foetal, dan
lingkungan.
Kambing betina yang bunting akan menunjukkan gejala-gejala, antara
lain: tidak ada tanda-tanda estrus pada siklus estrus berikutnya, membesarnya
abdomen sebelah kanan, badan sering digesekkan ke dinding kandang, dan
relatif lebih tenang (Ludgate, 1989). Kambing betina Cross Boer akan bunting
selama 5 bulan, dan dapat melahirkan 2-4 ekor anak. Tiga bulan setelah
melahirkan, induk betina bisa dikawinkan lagi. Biasanya induk betina bisa
melahirkan sebanyak 3 kali dalam dua tahun (Nurrohmawati L, 2008).
Keadaan embrio berdasarkan 3 periode kebuntingan, yaitu periode
pertama, di mana embrio sangat sensitif terhadap faktor-faktor berbahaya,
seperti virus, protozoa, dan obat-obatan yang dapat menyebabkan kematian atau
cacat. Periode ini berhubungan dengan proses differensiasi sel dan pembentukan
organ. Periode kedua, embrio relatif kurang sensitif terhadap virus, protozoa,
dan obat-obatan. Sedangkan pada periode ketiga, embrio akan tumbuh dengan
cepat (Wodzicka-Tomaszewska et al, 1991).
Periode kebuntingan yang normal sangat bervariasi dari berbagai spesies,
begitu pula antar individu dalam suatu spesies tertentu. Rata-rata periode
kebuntingan kambing adalah 150 hari atau 5 bulan.
10
a. Pubertas
Defenisi pubertas pada kambing jantan adalah bila ternak kambing telah
menghasilkan spermatozoa hidup pada semennya dan dapat mengawini kambing
betina (Wodzicka-Tomaszewska et al , 1991). Pubertas pada hewan jantan timbul
pada waktu yang hampir bersamaan dengan hewan betina dalam spesies yang
sama. Timbulnya pubertas pada hewan jantan ditandai oleh sifat-sifat kelamin
sekunder, keinginan seksual, kesanggupan berkopulasi, dan adanya sperma hidup
didalam ejakulat. Timbulnya pubertas tidak menandakan kapasitas reproduksi
sepenuhnya (Toelihere, 1981).
Pada anak kambing, konsentrasi FSH dan LH pada plasma meningkat dari
lahir sampai umur 8-11 minggu. Peningkatan ini terjadi bersamaan dengan
meningkatnya frekuensi pulsa. Pulsa pertama sekresi LH rendah dan belum
terlihat sampai kira-kira umur 6 minggu. Dengan mendekatnya fase pubertas,
frekuensi pulsa sekresi LH meningkat secara nyata. Hal ini diikuti dengan
perubahan proses pembentukan steroid yang menyebabkan meningkatnya
sirkulasi hormon testosteron, pembelahan sel-sel sertoli, dan dimulainya
pembentukan spermatozoa (spermatogenesis), (Wodzicka-Tomaszewska et al,
1991).
b. Produksi Spermatoza
Hewan jantan setiap harinya dapat memproduksi spermatozoa dalam
jumlah yang banyak. Volume ejakulat kambing Cross Boer cukup tinggi, yaitu
1,2 2,03 ml/e jakulat (Igboeli et.al, 1974). Menurut Frandson (1992), jumlah
spermatozoa pada kambing dan domba jantan sebanyak 4,4 x 109.
11
Efisiensi Reproduksi
Efisiensi reproduksi dalam populasi ternak tidak dapat diukur semata-mata
oleh proporsi ternak yang tidak mampu berreproduksi (Partodihardjo, 1980).
Tingkat kesuburan kambing betina dapat ditentukan dengan menggunakan
parameter, antara lain : Service Per Conception (S/C), Conception Rate (CR),
Calving Interval (CI), dan jarak estrus pertama ke post partus (EI), (Hafez, 2000).
Tingkat kinerja reproduksi kambing tergantung pada interaksi faktor genetik dan
lingkungan, (Devendra and Burns, 1994)
untuk setiap kebuntingan/kelahiran (1.1 1.3). Makin kecil nilai S/C, maka
makin tinggi tingkat kesuburan hewan betina dalam kelompok tersebut.
PAKAN
Pakan merupakan unsur yang sangat menentukan dalam pertumbuhan,
reproduksi dan kesehatan ternak. Pemberian pakan yang baik adalah pemberian
pakan yang sesuai dengan kebutuhan nutrisi ternak kambing dalam proses
metabolisme tubuh (Mulyono S, 2005)
Pakan yang sempurna mengandung kelengkapan protein, karbohidrat,
lemak, air, vitamin, dan mineral. Jenis pakan kambing terdiri dari pakan hijauan
dan pakan penguat. Pakan hijauan terdiri dari rumput, legum, dan limbah
pertanian. Sedangkan pakan penguat yaitu konsentrat, pakan tambahan, dan
suplemen. Kambing membutuhkan hijauan yang banyak ragamnya seperti
lamtoro, daun turi, akasia, dadap, dan rerumputan. Kambing lebih menyukai
daun-daunan dari pada rerumputan.
Kebutuhan nutrisi kambing berbeda-beda sesuai dengan kondisi umur,
status fisiologi, dan tingkat produktifitasnya. Pemberian pakan yang tepat akan
membantu keseimbangan kondisi rumen sehingga proses pencernaan mikroba
rumen berjalan baik. Untuk itu, pakan diberikan beberapa kali dengan jumlah
relatif sedikit, tapi mencukupi untuk jumlah nutrisi perhari. Untuk ternak yang
bunting dianjurkan komposisi rumput 60% dan legum 40%, sedangkan kambing
yang menyusui komposisi rumput 50% dan legum 50% (Mulyono S, 2005).
Menurut Mulyono,S (2005), syarat pakan yang baik untuk ternak kambing
adalah pakan yang mengandung gizi (berasal dari bebagai jenis bahan) disukai
ternak, mudah dicerna, tidak beracun, dan jumlahnya cukup. Pakan itu sendiri
terdiri dari pakan penguat dan pakan hijauan. Pakan pekuat merupakan pakan
yang mempunyai kandungan zat makanan tertentu dengan kandungan energi
relatif tinggi, serat kasar rendah, dan daya cerna yang relatif baik. Pakan
konsentrat merupakan bahan pakan yang mengandung energi relatif tinggi ( >
2.400 kkal/kg), dan protein relatif tinggi ( > 18 %). Umumnya, bahan pakan
13
Metode
Pelaksanaan studi kasus ini dilakukan dengan cara :
1. Wawancara para pekerja di PT. Widodo Makmur Perkasa,
2. Pengumpulan data primer melalui pengamatan langsung,
3. Pengumpulan data sekunder dari laporan kegitan yang telah dilakukan di PT.
Widodo Makmur Perkasa tahun 2006.
Tabel 1. Populasi Kambing Cross Boer pada Bulan September Tahun 2006
Struktur Populasi Populasi Ternak
Betina Bunting 34
Betina Kosong 97
Betina Menyusui 24
Jantan 0
Jumlah 155
Sumber : Arsip PT Widodo Makmur Perkasa Propinsi Lampung tahun 2006
Kepala Kandang
Edi
Dari data PT. Widodo Makmur Perkasa, (38,5%) pekerja adalah tamatan SMP
dan (30,8%) adalah tamatan SD. Sedangkan untuk tamatan SMA/sederajat sebesar
19,2% dan 11,5% merupakan lulusan perguruan tinggi S1 dan D3. Meskipun
sebagian besar para pekerja tamatan SMP dan SD, pengetahuan mengenai manajemen
pemeliharaan ternak kambing cukup baik. Hal ini dikarenakan selalu diadakannya
pelatihan untuk meningkatkan pengetahuan para pekerja tentang manajemen
pemeliharaan kambing.
18
Gambar 1: Kambing Cross Boer ( Sumber: Koleksi PT. Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung)
Kambing Cross Boer ini merupakan persilangan antara kambing Boer jantan
dengan Kambing Jawarandu betina, dan kambing Jawarandu sendiri merupakan hasil
persilangan antara kambing jantan Peranakan Etawa dengan kambing Kacang betina.
dari hasil wawancara dan dari hasil pengamatan di lapangan dapat di lihat perbedaan
karakteristik masing-masing kambing persilangan pada tabel 3.
19
Bentuk Pendek dan tegak Panjang dan Panjang, lebar, dan Panjang Umumnya tegak
telinga terkulai terkulai menggantung
kebawah
Warna Putih, coklat, Belang hitam Bervariasi, coklat Bulu putih, kepala Umum Badan
bulu hitam, atau putih atau muda sampai hitam warna coklat putih dan
campuran belang coklat kemerahan atau berwarna coklat
ketiganya. putih coklat muda hingga pada bagian
coklat tua. kepala hingga
leher serta pada
siku dan lipatan-
lipatan kulit.
Bentuk Tubuh kecil,Leher Tubuh panjang Tubuh panjang, Tubuh besar dengan Tubuh panjang
tubuh pendek dan dan besar, muka cembung, keempat kaki yang dan lebar
punggung muka cembung jantan dan betina pendek, hidung dengan keempat
melengkung, hidung memiliki tanduk cembung, jantan kaki yang
jantan dan betina melengkung dan betina memiliki pendek, hidung
memiliki tanduk tanduk cembung, jantan
dan betina
memiliki tanduk
Jumlah Kemungkinan 1-2 ekor 1-2 ekor 1-2 ekor 1-2 ekor
anak induk melahirkan (dominan 1) (dominan 2)
anak kembar 52%
20
Manajemen Reproduksi
Berbagai cara untuk meningkatkan produk ternak yang efisien diantaranya
adalah dengan perbaikan manajemen pemeliharaan ternak secara umum, merangsang
peningkatan pertumbuhan dan laktasi, kontrol penyakit, dan ekonomi pertanian.
Penerapan manajemen pemeliharaan kambing Cross Boer yang baik merupakan suatu
upaya untuk mendapatkan hasil produksi yang tinggi, baik dari segi kualitas maupun
kuantitas. Manajemen pemeliharaan ini meliputi pemberian pakan, kebersihan
kandang, kesehatan ternak, hingga breeding. Untuk meningkatkan populasi dari
kambing Cross Boer sendiri, pemeliharaan manajemen ini dimulai dari perbaikan
mutu genetik untuk menyediakan kambing yang dapat memanfaatkan secara
maksimal sistem pemeliharaan dan karena sistem ini, kambing dapat tumbuh lebih
cepat, produksi lebih tinggi, seperti kambing Cross Boer yang mudah menyesuaikan
diri dengan lingkungan. Kambing Cross Boer juga merupakan salah satu hasil
pengembangan teknologi untuk memaksimumkan potensi performans pada ternak
kambing.
Faktor yang paling penting yang mempengaruhi produktifitas kambing adalah
tingkat reproduksinya, sehingga dibutuhkan manajemen reproduksi yang baik.
Manajemen reproduksi untuk meningkatkan populasi ternak yang digunakan hingga
saat ini antara lain melalui perkawinan secara alami dan inseminasi buatan (IB).
Berdasarkan hasil wawancara, di PT. Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung
telah menggunakan perkawinan secara alami dan inseminasi buatan. Perkawinan
secara alami baru berlangsung selama 2 tahun terakhir ini. Sebelumnya mereka
menggunakan inseminasi buatan. Teknik Inseminasi Buatan dilakukan karena
jumlah pejantan yang dimiliki saat itu masih sedikit sekali,dan untuk data kambing
Cross Boer jantan pada bulan september tidak ada sama sekali. Selain itu juga karena
adanya keinginan untuk mengaplikasikan teknologi yang sedang marak berkembang,
yaitu teknologi inseminasi buatan. Semen yang digunakan adalah semen beku yang
berasal dari Balai Besar Inseminasi Buatan (BBIB) Singosari atau dari semen beku
yang berasal dari pejantan milik PT. Widodo Makmur Perkasa sendiri. Namun
setelah penerapan aplikasi IB tidak menunjukkan hasil yang maksimal, meliputi hasil
21
Gangguan Reproduksi
24
Kesimpulan
Saran
DAFTAR PUSTA KA
Atkins, K.D. dan A.R. Galmour. 1981. The comparative productivity of five ewe
breeds, 4. Growth and carcase characteristics of purebred and cossbreed
lambs. Aust, J.
LAMPIRAN
Form : kuesioner untuk penulisan karya ilmiah sebagai syarat untuk mendapatkan
5. Pekerjaan utama:
a. Beternak d. PNS
b. Bertani e. Lainnya.................
c. Berdagang
6. Pendidikan peternak :
Formal Informal
a. Tidak pernah a. Pernah
b. SD Sebutkan.................
c. SMP b. Tidak pernah
d. SMA
e. SMK
f. Perguruan tinggi
a. Pemilik
b. Pekerja
c. Pemilik dan pekerja
9. Sumber daya tenaga kerja (pekerja) :
a. Istri/Suami
b. Anak
c. Menyewa orang
10. Tujuan memelihara ternak :
a. Sebagai mata pencaharian pokok
b. Pekerjaan sampingan
c. Lainnya..............
11. Sumber pengetahuan tentang menejemen ternak :
a. Penyuluhan c. Buku
b. Tradisi turun temurun d. Lainnya..............
II. Aspek Reproduksi
1. Cara perkawinan kambing :
a. Seluruhnya di IB (kawin suntik)
b. Seluruhnya kawin alam
c. Keduanya dilakukan
b. Kadang-kadang
c. Lainnya.................
21. Gangguan reproduksi yang sering terjadi :
AUSTCROSS
BUNTING KOSONG MENYUSUI JANTAN
34 71 50 0
34 71 50 0
34 71 50 0
34 71 50 0
34 101 20 0
34 101 20 0
34 101 20 0
34 101 20 0
34 101 20 0
34 101 20 0
34 101 20 0
34 102 19 0
34 102 19 0
34 102 19 0
34 105 16 0
34 105 16 0
34 105 16 0
34 105 16 0
34 105 16 0
34 105 16 0
34 105 16 0
33 105 17 0
Sumber: laporan tahunan PT. Widodo Makmur Perkasa tahun 2006
34
Kambing Cross
keterangan Boer
Jumlah kawin alam 40
Jumlah di IB 10
Jumlah kebuntingan pada kawin pertama 33
Jumlah kebuntingan pada IB pertama 7
S/C kawin alam 1.2
S/C IB 1.4
CR kawin alam 83%
CR IB 70%
Sumber: Arsip Recording PT. Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung
35
Lampiran: Foto Udara Lahan PT. Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung
(sumber : koleksi PT. Widodo Makmur Perkasa, Propinsi Lampung).