You are on page 1of 34

FARMAKOGNOSI I

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKALAH

GLIKOSIDA KARDIOAKTIF

OLEH:

KELOMPOK I

EKA SRIYANTI 150 2012 0041

SRI ATMI ANGGRAINI SISIGAN 150 2012 0052

MARDIYAH 150 2012 0066

MUTMAINNAH 150 2012 0071

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA

MAKASSAR

2014
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr,,wb,,

Segala Puji Senantiasa Kami Panjatkan Kehadirat Allah SWT Beserta Junjungan Kita Nabi

Besar Muhammad S.A.W. yang telah melimpahkan rahmat, berkah dan hidayahnya sehingga

kami dapat menyusun makalah dengan judul GLIKOSIDA KARDIOAKTIF.

Walaupun dalam penyusunan makalah ini banyak menemukan kesulitan terutama

keterbatasan referensi yang didapatkan. Oleh karena itu, jika ada kesalahan dalam penulisan,

kesalahan kata maupun pengetikan dalam makalah ini penyusun minta maaf yang sebesar-

besarnya dan sangat mengharapkan kritik dan saran dari pembaca demi kesempurnaan makalah

ini.

Demikian kata pengantar dari penyusun dengan harap semoga makalah ini dapat

memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya bagi penyusun.

Makassar, 13 Januari 2014

Tim Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. RUMUSAN MASALAH

C. TUJUAN

BAB II PEMBAHASAN

A. STRUKTUR GLIKOSIDA STEROID

B. SUMBER GLIKOSIDA

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN

B. SARAN

DAFTAR PUSTAKA
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Perkembangan zaman membuat ilmu pengetahuan semakin berkembang, begitu pula

dengan ilmu kefarmasian. Ditemukan begitu banyak senyawa-senyawa aktif alamiah

yang dapat dimanfaatkan keberadaannya untuk sarana pengobatan berbagai macam

penyakit. Salah satu diantaranya adalah glikosida.

Glikosida banyak terdapat di alam. Glikosida merupakan salah satu kandungan aktif

tanaman yang termasuk dalam kelompok metabolit sekunder. Di dalam tanaman,

glikosida tidak diubah lagi menjadi senyaewa lain kecuali, bila memang mengalami

peruraian akibat pengaruh lingkungan luar. Glikosida terdiri atas gabungan dari dua

bagian senyawa, yaitu gula dan bukan gula. Keduanya dihubungkan oleh suatu bentuk

ikatan berupa jembatan oksigen (O-glikosida, dioscin), jembatan nitrogen (N-glikosida,

adenosine), jembatan sulfur (S-glikosida, sinigrin) maupun jembatan karbon (C-

glikosida, barbaboin) bagian gula yang biasa disebut aglikon atau genin. Apabila glikon

dan aglikon saling terikat maka senyawa ini disebut sebagai glikosida.

Menyadari bahwa glikosida sebagai salah satu kandungan aktif tanaman dan

perlunya pemahaman yang memadai tentang senyawa ini, penyusun mengangkat tema

glikosida terkususnya glikosida kardioaktif yang merupakan senyawa alamiah yang biasa

digunakan dalam bidang kefarmasian dan cukup dikenal luas pemanfaatannya dalam

masyarakat Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH

1. Apa yang dimaksud dengan glikosida kardioaktif ?

2. Bagaimana struktur glikosida steroid/kardioaktif?

3. Bagaimana biosintesa glikosida kardiotonik?

4. Bagaimana mengindetifikasi kandungan kimia dari glikosida?

5. Bagaimana cara penyarian dan isolasi kardioaktif?

6. Darimana sumber glikosida jantung?

C. TUJUAN

1. Untuk mengetahui apa itu glikosida kardioaktif.

2. Untuk mengetahui struktur glikosida kardioaktif.

3. Untuk mengetahui biosintesa dari glikosida kardioaktif.

4. Untuk mengetahi cara mengidentifikasi kandungan kimia dari glikosida kardioaktif.

5. Untuk mengathui cara penyarian dan isolasi kardioaktif.

6. Untuk mengetahui darimana saja sumber glikosida jantung.


BAB II

PEMBAHASAN

Glikosida yang termasuk di dalam golongan ini mempunyai sifst khas, yaitu mempunyai

aksi khas kuat terhadap otot-otot, jantung, memperkuat tonus jantung menggiatkan dan

menambah kontraksi jantung. Aglikonnya, yang juga sering disebut genin jantung

mempunyai struktur steroid. Maka glikosida ini dinamakan steroid yang kardioaktif.

Penggunaan glikosida kardiak dalam terapi yaitu dapat meningkatkan kekuatan kontraksi

sistolik. Glikosida kardioaktif biasanya digunakan pada pasien gagal jantung kongestif.

Glikosida kardioaktif bekerja dengan cara menghambat Na+, K+-ATP-ase.

Glikosida jantung terdapat dalam tumbuhan biji misalnya kardenolida lebih umum dijumpai

terutama pada tanaman dari familia apocinaceae seperti tanaman netrium dari familia

asclepidiaceae, Calotropis gigantean, dari Liliaceae, famili Ranunculaceae ex, adonis dari

familia Moraceae, Cruciferae, Sterculiaceae, Leguminoceae, Scropulaceae contoh: digitalis.

A. Struktur Glikosida Steroid

Beberapa glikosida steroid yang penting, yang jelas mempunyai pengaruh

farmakologik. Beberapa diantaranya sudah digunakan sebagai obat, tetapi beberapa

diantaranya belum atau tidak digunakan, bukan oleh karena tidak berkhasiat tetapi karena

beberapa sebab lain seperti: sukarnya diperoleh dalam bentuk murni oleh karena sulit

diekstraksi, karena jumlahnya sangat sedikit di dalam bagian tanaman, atau oleh karena

sangat toksik dan belum cukup dipelajari secara farmakologik. Dari glikosida-glikosida di

dalam daftar, dilihat dari namanya, baik nama aglikon maupun nama gulanya, dapat

diketahui beberapa glikosida yang mempunyai aglikon yang sama tetapi tetapi dengan
komponen gula yang berbeda dan sebaiknya terdapat beberapa glikosida mempunyai

bagian gula yang identik tetapi aglikonnya berbeda.

1. Aglikon

Aglikon-aglikon dari glikosida-glikosida kardioaktif ini mempunyai struktur

steroid dengan rangka karbon tetrasiklik yang pada umumnya jenuh, jadi pada

umumnya struktur terpenoid tatrasiklik ini tidak mempunyai ikatan rangkap, tetapi

pada beberapa glikosida terdapat 1 atau 2 ikatan rangkap di dalam rangka steroidnya

pada struktur steroid tetrasiklik ini terdapat lingkaran lakton tidak jenuh yang melekat

pada atom C no. 17 dari rangka karbon steroid tersebut.

Struktur kimia yang berkhasiat sebagai obat jantung yaitu berdasarkan jumlah

atom C pada lingkar lakton, dapat dibedakan menjadi 2 genin:

Cincin lakton yang mempunyai 5 ato C, yang disebut cardenolida contoh:

digitoxinogenin

Cincin lakton memiliki 6 atom C yang disebut bufadenolida

Gugus gula yang terikat pada aglikon melalui ikatan pada C3 tersusun atas 4 unit

gula glukosa dan ramnosa bersama-sama gula deoksi alami (gula yang kehilangan

oksigen) yang hanya ada dalam glikosida jantung. Gula-gula deoksi tersebut adalah

2,6 dideoksi hexosa, contoh: digitoksosa sejumlah turunan 6 deoksihexosa telah

ditemukan bersama gula 2,0 metil san 2,0 asetil.

Di dalam glikosida jantung fukosa hanya ditemukan bentuk D sedangkan bentuk

L banyak ditemukan di alam. Glikosida jantung yang mengandung gula siklik hanya

terdapat pada tanaman Calotropis sp dan mungkin beberapa spesies lain dari family
asclepiaclaceae. Susunan khas glikosida jantung rantai gulanya pada atom C 3 dengan

aglikon adalah (rhamnosa)x dan (glukosa)y.

Berdasarkan gugus cincin laktonnya, glikosida jantung di bagi 2 golongan:

a. Glikosida golongan kardenolida dengan 23 atom C yang memiliki cincin laktosa

(cincin butenolida) disebut sebagai glikosida jantung pertama yang biasanya

terdapat dalam genus digitalis, strophanthus, convularia, nerium, dan Adonis (A.

venalis)

b. Glikosida golongan bufadienolida mempunyai 24 atom C, memiliki cincin lakton

(2,4-pentadiena-1,5 olid) disebut sebagai glikosida jantung II yang biasanya

terdapat dalam genus Scilla dan Heleborus.

Kedua golongan ini memiliki persamaan dalam strukturnya:

1) Ikatan cis pada cincin A/B dan C/D serta ikatan trans pada cincin B/C pada

struktur glikosida scilla terdapat persamaan dengan glikosida yang lain dengan

adanya ikatan trans pada cincin A/B.

2) Cincin lakton terikat pada ikatan pada atom C17 begitu pula dengan ikatan

pada atom C3 untuk gugus OH.

3) Ikatan glikosidik adalah pada atom C3 OH

Diantara 30 jenis glikosida jantung yang memegang peranan penting adala h gugus

fungsi yang dapat bervariasi yang dapat dilihat sbb:


Tabel: Struktur Genin Beberapa Glikosida Jantung

No. atom Carbon

1 3 5 10 11 12 14 16

KARDENOLIDA

Digitoksigenin OH H CH3 OH

Gitoksigenin OH H CH3 OH OH

Gitaloksigenin OH H CH3 OH OCHO

Digoksigenin OH H CH3 OH OH

Diginatigenin OH CH3 OH OH OH

Strofantidin OH OH CH3 OH

Anabagenin OH OH OH CH2OH OH OH

DIENOLIDA

Skilarioksin OH H CH3 OH

(skilarenin)

Helebrigenin OH OH CHO OH

Variasi tersebut antara lain adalah:

a. Jumlah dan struktur gugus OH dan gugus =O, dimana gugus oH biasanya terikat

pada atom C no. 1,5,6,3,8,11,12,16

b. Kedudukan gugus oksimetil OCH3 dan formil thd gugus CH3 pada atom C no 10

c. Ada ikatan rangkap antara atom C4 C5 dan C5 dan C6

d. Sterokiia ikatan trans pada cincin A B

e. Jumlah dan jenis gula.


Kedua jenis lingkaran lakton ini mempunyai sifat yang berbeda pada spectrum ultra-

violet dan infra merah dan juga terhadap beberapa reaksi warna menunjukkan reaksi

yang berbeda.

Sebagai contoh:

a. Aglikon tipe-kardenolida adalah aglikon dari glikosida Digitalis dan

Strophanthus.

b. Aglikon tipe-skiladienolida misalnya dari glikosida dari Urginea species.

Sangat menarik untuk dicatat bahwa suatu racun katak yaitu bufagin bufotoksin

yang disekresi oleh katak Bufo vulgaris, mempunyai struktur steroid dan memiliki

struktur lakton pentadienoli dan seperti pada glikosida skiladienolida dan juga

memiliki aktivitas farmakologik terhadap jantung, tetapi tidak seperti halnya

glikosida, maka toksin kataksini tidak mempunyai bagian gula pada molekulnya.

Sebagai gantinya bufotoksin mempunyai sisa suberilanginin yang terikat pada

atom C -14 dari inti steroidnya. Dan suberilarginin mungkin juga terikat pada

polipeptida atau protein.

Struktur lingkaran lakton butenolida dari kardenolida, memberikan reaksi khas

untuk aglikon kardenolida (dan dengan sendirinya juga glikosidanya), seperti absorpsi

maksimum ultraviolet pada 220 mU, Teks Kedde, Teks Legal, Teks Tollens dan Tes

Raymond positif.

Apabila lingkaran lakton-lakton dibuka dengan larutan alkali pekat maka semua

test warna tersebut di atas menjadi negatif. Skiladienolida )bufadienolida), yang


memiliki lingkaran pentadienolida, absorpsi maksimum pada 300 mU dan negatif

terhadap reaksi-reaksi warna legal. Kedde dan Raymond.

2. Bagian gula

Setiap glikosida jantung dapat mempunyai satu, dua, tiga atau empat unit

monosakarida di dalam, bagian gula kecuali glukosa, gula-gula lain adalah 6

desoksdheksosa (5-metil pentose) seperti rhamnosa, digitoksosa, digitalosa dan

simarosa, yang biasa disebut sebagai rare suffa gars oleh karena bermacam-macam

molekul gula yang terikat secara glikosidik, maka juga terdapat perbedaan di dalam

cara-cara hidrolisinya.

Pada umumnya bagian gula merupakan molekul gula-D, hanya rhamnosa saja

yang L. dan pada umumnya gula-gula L di dalam glikosida jantung adalah dari

konfigurasi alfa, sedang gula-gula D dengan konfigurasi beta, jumlah molekul gula

serta jenis gulanya pada umumnya menentukan kelarutan glikosida baik di dalam air

maupun di dalampelarut lainnya dan pada umumnya aglikon steroid praktis tidak

larut air tetapi larut di dalam kloroform.

3. Aksi farmakologi

Efektifitas glikosida jantung tergantung pada aglikonnya maupun bagian gula-

gulanya, yang paling memiliki aktivitas adalah molekul aglikon, sedangkan bagi

gulanya mempermudah kelarutan. Sedingga meningkatkan kemampuan pengaruh-

pengaruh glikosida terhadap otot jantung.

Aksi keseluruhan glikosida dari digitalis menjadi rumit karena berbagai efek yang

dihasilkan dan mekanisme aksinya terhadap otot miokardial. Kemungkinan digitalis

berkompetisi dengan ion K untuk memperoleh tempat pada reseptor enzim (ATP-ase)
di dalam membrane sel otot jantung dan keberhasilannya terutama pada fase

depolarisasi otot tempat terjadinya influx ion Na. Efek klinik pada kasus gagal jantung

kongestif adalah meningkatkan kekuatan kontraksi myocardial. Dari efek fagusnya

glikosida digitalis juga digunakan untuk mengendalikan aritmia jantung. Digitalis juga

mempunyai aksi diuretic yang penting untuk menyembuhkan busung air (udema)

karena memberikan efek memperbaiki peredaran darah.

4. Biosintesa Glikosida Kardiotonik

Aglikon dari glikosida jantung adalah steroid yaitu turunan dari siklo-

pentenofenatren yang mengandung lingkaran lakton yang tidak jenuh pada atom C-17.

Seperti sudah kita ketahui biosintesis dari senyawa steroid pada umumnya didasarkan

atas biosintesa dari senyawa kolesterol. Meskipun tidak semua senyawa steroid

memerlukan kolesterol sebagai prekusor (pra zat) pembentukannya, paling tidak

pembentukan koolesterol ini dainggap sebagai mekanisme biosintesa senyawa steroid

pada umumnya. Secara singkat proses biosintesanya adalah: asam asetat asam

mevalonat isopentenil pirofosfat skulen cholesterol.

5. Identifikasi kandungan kimia

1. Glikosida jantung, dengan reaksi warna:

Sejumlah reaksi-reaksi warna, meskipun tidak spesifik untuk masing-masing

glikosida, sering digunakan untuk tes kualitatif terhadap glikosida-glikosida

tersebut atau aglikonnya selama proses penyarian. Beberapa diantaranya

digunakan sebagai penampak noda pada kromatografi kertas dan kromatografi

lapisan tipis untuk meneteksi adanya glikosida atau aglikonnya. Reaksi legal,
Raymond, reagens kedde memberikan reaksi positif terhadap glikosida tipe

kardenolida tetapi tidak memberikan reaksi positif terhadap skiladienolida.

Beberapa reaksi warna (test-test warna)

a. Reagensia Kedd

Digunakan sebagai penyemprot pada kromatogram, terhadap glikosida yang

mengandung aglikon tipe kardenolida. Reagens tersebut terdiri dari campuran

sama banyak, larutan 2% dari 3,5 dinitro asam benzoate dalam methanol dan

larutan 5,7% KOH dalam air.

Dapat juga dibuat dengan melarutkan 1 gram 3,5 dinitro asam benzoate di

dalam 100 ml larutan 0,5 N KOH dalam methanol 150%

Reagens ini dengan kardenolida memberikan warna biru atau violet yang

menghilang setelah 1 atau 2 jam. Reagensia ini merupakan modifikasi dari

reagensia test Raymond.

b. Test Raymond

Sejumlah kecil glikosida dilarutkan kedalam 1 ml etanol 50% selanjutnya

ditambah 0,1 ml larutan 1% m-dinitro benzene dalam etanol atau methanol.

Larutan ini lalu ditambah 2 atau 3 tetes larutan KOH 20%. Timbulnya warna

violet yang kemudian berubah menjadi biru menyatakan reaksi positif. Reaksi

positif ini tergantung pada adanya gugusan metilen aktif (pada atom C-21 di

dalam cincin lakton dari kardionolida).


c. Test Legal

Beberapa mg glikosida dilarutkan alam beberapa tetes piridin, kemudian

ditambah 1 tetes larutan na-natroprusid 2% dan 1 tetes larutan NaOH 20%.

Reaksi positif dinyatakan dengan timbulnya warna merah tua.

d. Test Tollens

Beberapa mg glikosida dilarutkan dalam beberapa tetes piridin, laju di tambah

larutan AgNO3 ammoniakal teks positif dinyatakan dengan dibebaskannya

perak.

e. Test Keller Kiliani

Sejumlah kecil glikosida (dapat sampai 0,1 mg) dilarutkan kedalam 1 ml

campuran dari larutan ke 2 (SO4)3 5% kemudian ditambah 1 atau 2 tetes H2SO4

pekat warna biru yang timbul setelah 2-5 menit menyatakan test positif. Gula

2-desoksi atau glikosida yang mengandung gula 2 desoksi.

f. Test Xanhidrol

Warna merah terbentuk oleh gula-gula yang mempunyai gugus 2-desoksi bila

dipanaskan dalam larutan anhydrol 0.125% dalam asam asetat yang

mengandung 1% HCl.

g. Test dengan antimony triklorida (SbCl3)

Warna biru atau Violet diperoleh bila glikosida kardioaktif dipanaskan dengan

SbCl3 dan asam triklor asetat. Baik kardonolida maupun bufadienolida

(skiladienolida) memberikan reaksi warna dengan test ini.


h. Test Libermann untuk aterol

Aglikon dari tipe skilarenin (dari glikosida scilla) member reaksi positif

dengan test ini yaitu timbulnya warna violet sampai biru, tetapi tipe aglikon

lain (dengan cincin A atau B yang tidak jenuh) tidak member reaksi positif.

Dengan sendirinya kolesterol dan stigmasterol member reaksi positif. Test ini

dilakukan dengan mereaksikan larutan steroid di dalam CHCl3 dengan asam

asetat anhidrit dan H2SO4 pekat dan biasanya positif dengan stanols tetapi

negative dengan stanols.

2. Glikosida jantung dengan KLT

a. Jenuhkan chamber dengan 10 ml eluen yang terdiri dari campuran etil asetat

methanol air (100 : 13,5 : 10) v/v.

b. Buat larutan percobaan dengan cara menambahkan 3 ml campuran kloroform

methanol (1:1) v/v ke dalam 200 mg simplisia. Aduk sambil dihangatkan di

atas penangas air selama 10 menit. Dinginkan dan disaring. Uapkan filtrate

hingga kering, larutkan residu dalam 2 ml campuran kloroform methanol

(1:1) v/v untuk ditotolkan pada lempeng silica gel GF 254, lalu dielusi. Deteksi

dengan vanillin asam fosfat, dipanaskan.

Penyarian, Pemisahan dan Isolasi

Untuk memperoleh sari kasar dari bahan tanaman, dengan cara penyarian baik

dengan alcohol atau campuran alcohol air, mungkin relative mudah, tetapi untuk

mengisolasi masing-masing glikosida dalam bentuk murni, bentuk Kristal, tanpa

mengalami perubahan ke dalam bentuk hasil hidrolisanya maka diperlukan


pengalaman dan keahlian dalam penggunaan teknik penyarian serta kromatografi

partisi dan adsorpsi.

Sejumlah glikosida kardiotonik sukar dikritalisasikan terutama yang

kelarutannya dalam air besar, glikosida-glikosida tersebut yang mengandung

gugusan glukosa pada ujungnya (seperti lanatosid A, B, C, D, E, purpurea

glikosida A dan B) dapat kehilangan glukosa dalam proses penyarian, karena aksi

dari enzim yang terdapat dalam tanaman yang mengandung glikosida perlu enzim

diinaktifkan dulu dengan menggunakan metode yang cocok misalnya dengan:

1. Mendidihkan bahan tanaman yang segar atau yang kering dalam air alcohol

selama 10-20 menit.

2. Mendidihkan dengan aseton.

3. Pemberian asam PH 1-2 pada temperature rendah (temperature rendah untuk

mencegah hilangnya glikosida oleh hidrolisa asam).

4. Penyarian pada suhu rendah.

Enzim yang sanggup memecah ikatan antara dua buah rare sugar atau ikatan

antara gula tersebut dan aglikon biasanya tidak terdapat di dalam tanaman dimana

terkandung glikosida yang bersangkutan atau mereka tidak aktif selama penyarian,

bila glukosa yang terdapat pada rantai ujung dari molekul glikosida ikatannya tidak

kuat apabila glikosida tersebut tidak mengandung glukosa semacam itu, prosedur

penyarian dengan bagan seperti di bawah ini dengan sedikit variasi telah

digunakan untuk mengisolasi serjumlah glikosida steroid yang kardioaktif untuk

penyelidikan aglikon dan rare sugars yang kandungnya.


Dalam penyarian dan pemisahan, perlu diperhatikan struktur yang khas sari

glikosida atau adanya gugusan yang penting, untuk membuat suatu modifikasi

terhadap prosedur yang ada misalnya glikosida dengan gugusan aldehida dalam

struktur molekulnya (seperti yang mempunyai aglikon strofantidin).

Banyak macam system pelarut yang telah digunakan dan berhasil baik untuk

pemisahan secara kromatografi kertas dari macam-macam glikosida steroid yang

kardioaktif. Metode yang telah secara luas digunakan untuk pemisahan baik

glikosida maupun aglikon dari sejumlah glikosida strophantus dan glikosida

daridigitalis yaitu metode kromatografi kertas dengan menggunakan kertas

whatman no.1 yang telah diimpregnasi dengan campuran aseton formamid (3.1).

glikosida atau aglikon dibuat larutan dalam CHCl3. Ini dapat bervariasi dari 0

(CHCl3 tanpa formamid) sampai CHCl3 jenuh formamid (yang menyebabkan

perbedaan kecepatan dari gerakan pelarut.


Bagan Prosedur Umum Penyarian Dan Isolasi Glikosida Kardioaktif

BAHAN TANAMAN

Penyarian dengan petroleum eter (untuk menghilangkan lemak

Bahan yang sudah dihilangkan lemaknya

Direndam dalam air temperature 0-4o, untuk menghilangkan polisak harida

Cairan dibuang penyarian dengan beberapa campuran air, etanol (dari etanol konsentrasi

rendah hingga etanol konsentrasi tinggi)

Etanol disuling hampa pada 50 (pemekatan)

Endapkan tannin dengan Pb(OH)2

Saring melalui Hyflo Super Sel

Untuk glikosida yang kelarutannya dalam untuk glikosida yang kelarutannya dalam air relative rendah

air lebih besar ; buat pH;6 rendah tetapi kelarutannya CHCl3 ttinggi

Cuci berturut-turut dengan eter, CHCL3, Suling hampa etanolnya. Lalu ekstraksi larutan air dengan

CHCL3 etanol (2:1) dan CHCL3 : etanol CHCL3

(3:2) cairan pencuci dibuang

Fase air (mengandung glikosida) larutan Na2SO4 Cuci eksraksi CHCL3 dengan H2O HCl Na2Co3 2N

Sampai jenuh dan dengan air, lalu air cucian dibuang

Penyarian dgn (CHCL3:etanol)

Asetilasasi atau benzoilasi glikosida

Yangg lebih polar (glikosida kmudian Glikosida yg kurang polar Glikosida dipisahkan secara

Dibebaskan dgn hidrolisa dengan dipisahkan dgn kromatografi kromatografi, adsorbensilika

KHCO3 pada Alumina netral adsobensilika gel.

Elusi, 1. CHCL3

Pisahkan glikosida melalui kromatografi pda silikagel-G, elusi 2. CHCL3

dengan etil asetat yang mngandung methanol dari 0,5-5% yg mengandung metanol
Untuk beberapa glikosida yang memerlukan sistem polar yang lebih kurang. Lebih cock

bila sebagai fase bergerak digunakan campuran CHCl3: Benzen (88;22) yang dijenuhi

formamind. Bagi glikosida yang lebih polar, campuran CHCl3 : benzene : butanol (88:12:5)

yang jenuh dengan formamid, juga telah digunakan dan hasilnya baik. Dengan sistem

CHCl3 formamid. Dengan teknik menurut biasanya pelarut bergerak sejauh 35-38 jam.

Reagensia Kedde juga telah digunakan sebagai penampak noda pad kromatografi kertas

dari kardenolida ini. Larutan 20% asam triklor asenta dalam etanol (mengandung 0,5-1%

kloranin-T), juga telah digunakan. Untuk mendeteksi glikosida pada kromatogram dapat

juga digunakan sinar U.V.

Beberapa sistem pelarut untuk pemisahan glikosida pada kardiotonik secara

kromatografi lapisan tipis dengan adsorben silica gel G, antara lain:

1. Benzene: etanol (7:3) telah digunakan untuk glikosida utama dari digitalis dan Quabain.

2. Etil asetat: piridin: H2O (15 : 1 : 4); untuk beberapa glikosida dari scilla dan digitoksin.

3. Netilen klorida: methanol : formamid (80 : 19 : 1), untuk beberapa glikosida utama dari

digitalis, stropanthus dan scilla.

B. Sumber Glikosida

1. Digitalis Folium (FI IV)

Digitalis atau Foxglove adalah daun yang dikeringkan dari Digitalis purpurea Linne

(Famili Schropulariaceae). Serbuk digitalis dikeringkan pada suhu tidak lebih dari 60 o,

dengan syarat mengandung tidak kurang dari 0,3% kardenolida atau talk. Dihitung

sebagai digitoksin dimana FI IV memberikan syarat 100 mg daun digitalis setara dengan

tidak kurang dari 1 unit daun digitalis.


Isi:

Isinya 30 jenis glikosida kardeonolida dimana glikosida utama adalah purpurea

glikosida A dan B dan gluko-digitaloksin. Semuanya mempunyai genin pada atom C3

berupa rantai linear dengan 3 gugus gula 2 digitoksi dan diakhiri dengan glukosa.

Pada waktu proses pengeringan, enzim degradasi masih aktif, sehingga

menyebabkan terurainya glukosa terminal (ujung) sehingga membentuk berturut-

turut: digitoksin, gitoksin, dan gitaloksin. Sehingga komponen aktif bahan kering

adalah digitoksin serta gitoksi dan gitaloksin.

Penyimpanan yang tidak memenuhi persyaratan akan menyebabkan terjadinya

peruraian lebih lanjut sampai aktifitasnya hilang sama sekali. Jadi, digitoksin,

gitoksin, dan gitaloksin adalah glukosida sekunder. Disamping itu ada glikosida

samping yang disebut digitalinum strospisid. Didalam daun digitalis purpurea juga

mengandung turunan antrakinon.

Preparat digitalis (FI IV): digitalis pulvis (serbuk daun digitalis)

Senyawa kimia: Digitoxinum, Digitoxini compressi, dll

Gambar tanaman Digitalis purpurea Linne


Makroskopik

Daun menggulung atau pecahan daun. Helaian daun berbentuk bulat telur,

melebar sampai bulat telur memanjang, umumnya panjang 10 cm 35 cm dan

lebarnya 4 cm 11 cm dan bersatu dalam tangkai daun dengan helainan daun sama

lebar. Ujung daun tumpul, tepi daun tidak beraturan atau bergerigi, permukaan bawah

berbulu rapat, permukaan atas daun berkerut berbulu halus. Tulang daun tampakk

nyatas, membentuk jala, urat daun dan tulang daun utama melebar dan datar dan

tulang daun bawah berpangkal ke tengkai daun. Warna permukaan atas daun hijau

tua, permukaan bawah keabu-abuan karena bulu halus yang rapat, tulang daun yang

besar berwarna keunguan. Bila dikeringkan sedikit berbau, bila dibasahi memberikan

bau yang khas, rasa sangat pahit.

Mikroskopik

Epidermis atas rapat, dengan dinding sel antikrinal berombak, banyak rambut dan

tidak berstomata, epidermis bawah dengan dinding sel antikrinal berombak, banyak

stomata berbentuk lonjong dan banyak rambut biasanya tidak saling bertumpuk

sanpai dinding sel dalam, terutama dekat dengan tulang daun, klortenkim besar dari

selpaut selpalisade pendek dan beberapa selaput parenkim, dan banyak pembuluh-

pembuluh pada tulang daun dan tangkai daun lebih besar dengan pembuluh yang

tebal satu sel. Pada ujung daun bergerigi terdapat 1 atau 2 stomata air.
2. Digitalis Lanata Folium

Gambar tanaman Digitalis lanata

Digitalis lanata atau Gresian Foxglove adalah daun yang dikeringkan dari Digitalis

lanata Enhart. Tanaman ini berasal dari Eropa bagian Tengah dan Selatan, familia

Scrophulariaceae dengan syarat mengandung tidak kurang dari 0,5% digoksin.

Isi:

Isinya simplisia kering kira-kira mengandung 1,5% glikosida total. Ekstrak yang

sudah diisolasi mengandung 63 buah glikosida. Glikosida utamanya yang mirip

dengan digitalis purpurea tetapi digitoksisa yang paling dekat dengan glikosa terminal

terasetilasi. Ini menyebabkan hasil isolasi memiliki sifat Kristal dan mudah diisolasi.

Hidrolosis parsial yang terjadi pada glukosida selama proses pengeringan dan

penyimpanan simplisia serta adanya diasetilasi akan menghasilkan daun seperi

digitalis purpurea.

Glikosida tambahan selain glikosida tersebut yaitu digoxigenin yang mempunyai

tambahan gugus OH pada atom C12, diginatigenin dengan adanya gugus OH pada
atom C12 dan 16. Glikosida primer digitalis lanata adalah lanatosida A dan C.

lanatosida A banyak ditemukan pada daun muda. Seddang lanatosida C pada daun

yang lebih tua. Jumlah keduanya 50% dari glikosida total. Glikosida primer yang

lain adalah Lanatosida B,D, dan E, glikosida primer A, sekunder berturut-turut

asetilasi enzimatik glikosida purpurea sekunder. Berturut-turut adalah asetil digoksin,

asetil gitoxin, dan asetil digoxin. Untuk sekedar memberikan gamabaran dari digitalis

daun lanata serta aglikon dan gulanya.

Bentuk-bentuk sediaan:

Lanatosida A dan lanatosida C yang paling banyak digunakan adalah digoksin

yang efeknya mirip dengan daun digitalis tetapi lebih cepat diserap dalam usus

daripada glikosida purpurea. Sehingga meningkatkan nilai untuk kecepatan

digitalisasi pada proses penyambuhan fibrilasi atrial, dan gagal jantung kongestif.

Selanjutnya lanatosida C lebih sedikit lagi diserap disbanding digitoksin, tetapi sifat

kumulatifnya agak kurang. Dalam kurung waktu 10 tahun terakhir digoxin adalah

obat jantung yang paling banyak dipakai untuk mengobati gagal jantung kongestif

dan untuk pengobatan loama penderita hanya menggunakan 1 mg/hari sehingga

konsumsi dunia mencapai ribuan kg/tahun.

a. Digoksin

Digoksin merupakan glikosida kardiotonik yang diperoleh dari daun Digitalis

lanata Ehrh (family Scrophulariaceae). Digoksin digunakan untuk pengobatan

gagal jantung kongestif dan takiaritmia jantung. Range dosis lazim yaitu diawali

dengan dosis muatan yaitu 750 mikrogam sampai 1,5 miligram secara oral. Jika

diberikan intravena 500 mikrogam sampai 1,5 miligram sehari, dan 500mikrogam
sampai 2 miligram sehari secara intramaskular. Contoh sediaan patennya yaitu

Lanoxin, dan Davoxin. Injeksi Digoxin adalah larutan steril digoksin dalam

pelarut yang sesuai.

Digoksin, manfaatnya pada gagal jantung kongestif terutama karena efek

peningkatan kontraktilitas jantung, sehingga menyebabkan peningkatan curah

jantung sehingga tekanan vena berkurang dan akan mengurangi gejala bendungan.

Selain itu juga menyebabkan perlambatan denyut ventrikel dan fibrilasi dan flutter

atrium, namun pada dosis toksik dapat menimbulkan aritmia. Injeksi digoksin

dibuat dalam bentuk suspense, karena digoksin merupakan zat aktif yang tidak

larut dalam air. Agar larut dan stabil maka digunakan zat tambahan yaitu

suspendint agent yang digunakan adalah CMC Na (Carboxymetylcellulosa

natrium) dengan konsentrasi 0,05-0,75%, digunakan dalam konsentrasi yang

rendah agar dapat bercampur dengan darah dan tidak menghambat aliran darah.

Zat pengisotonis tidak digunakan dalam sediaan ini karena volume sediaan

kecil yaitu 1 ml. zat pengawet juga tidak digunakan karena sediaan ini merupakan

dosis tunggal. Sebelum dicampur dengan suspensing agent, digoksin digerus

terlebih dahulu agar ukuran partikelnya lebih kecil dan seragam sehingga lebih

mudah terdispersi dan tidak mengendap ketika digunakan.

Rute pemberian adalah secara intravena yang menimbulkan efek lebihn cepat

daripada intramuscular atau subcutan karena digoksin merupakan obat jantung

yang efeknya harus cepat selain itu pemberian intramuscular dapat menimbulkan

nyeri yang hebat dan nekrosis.


b. Digitoksin

Digitoksin merupakan glikosida kardiotonik yang didapat dari Digitalis

purourea Linne, Digitalis lanata Ehrh dan juga dari spesies digitalis yang lain

yang masih dalam family Scrophulariceae. Digitoksin berwarna putih, tidak

berbau, dan mempunyai serbuk mikrokristalin. Rasa dari digitoksin pahit, dan

praktis tidak larut dalam air, dan sangat mudah larut dalam alcohol.

Digitoksin adalah suatu karditonik yang dapat meningkatkan tonus otot

jantung. Dosis oral lazim, intramuscular atau intravena diawali dengan 600

mikrogam, yang diikuti dengan dosis 200-400 mikrogam pada interval 3-6 jam.

Dosis pertahanannya yaitu 100-200 mikrogam perhari.

Contoh produk dari digitoksin yang ada yaitu Crystodigin , Digitaline

Nativelle, dan Purodigin.

c. Digitonin

Merupakan Kristal saponin yang diperoleh dari daun dan biji Digitalis

purpurea. hidrolisis satu molekul digitonin menghasilkan 1 molekul digitogenin,

2 glukossa, 2 galaktosa, dan satu xylosa. Digitonin membentuk kompleks yang

tidak larut dengan kolesterol, sehingga dapat digunakan untuk menentukan

kolesterol dalam darah, empedu, dan jaringan.

d. Asetil Digitoksin Atau -Digitoksin Asetat

Senyawa ini tersusun dari aglikon digitoksinogenin dan tiga molekul

digitoksosa yang menyatu dengan suatu gugus asetil. Ini diperoleh dari

pemecahan residu glukosa dari lanatoside A (yang terjadi secara alami pada

Digitalis lanata). Asetil digitoksin juga sudah diisolasi dari Digitalis mertonensis.
Asetil digitoksin digunakan sebagai kardiotonik. Lama aktivitasnya yaitu berada

diantara digitoksin. Dosis lazim, pertahanan 150 mikrogam perhari.

e. Lanatosida C

Diperoleh dari daun Digitalis lanata Ehrh (Famili Scrophulariaceae). Obat ini

sangat beracun. Obat ini digunakan pada pengobatan gagal jantung kongestif.

Dosis lazim secara oral yaitu 5-10 mg dan dosis pertahanannya yaitu 0,5-2 mg.

contoh sediaan patennya Cedilanid.

f. Deslanoside

Merupakan deasetil lanatosida C, bentuknya yaitu Kristal putih, atau

berbentuk serbuk kristalin. Senyawa ini bersifat higroskopis, dapat menyerap air

hingga 7% jika dibiarkan pada udara bebas. Obat ini digunakan sebagai

kardiotonik dan sering digunakan untuk mendapatkan dosis muatan yang cepat.

Contoh onset aksisnya 10 sampai 30 menit. Efek maksimal yaitu 1 sampai 2 jam

dan waktu eliminasi 3 sampai 6 hari. Dosis lazim intramuscular atau intravena

yaitu 1-1.6 mg dalam 12 jam. Contoh sediaan patennya Cedilanid D

3. Ouabain

Merupakan glikosida dari Ouabagenin dan ramnosa. Diperoleh dari tanaman

Strophanthus gratus.ouabain dikenal juga sebagai G-Strophanthin.

Biji tanaman strophanthus sudah lama digunakan oleh orang Afrika sebagai racun

pada anak panah. Ini pertama kali diamati oleh Hendelot di Afrika dan oleh Livingstone

di Afrika Timur.

Ouabain digunakan sebagai acuan untuk standar pada pengujuian kadar kardiak

glikosida. Ouabain merupakan kardiak glikosida yang memberikan aksi paling cepat.
Digunakan secara intravena 250-500 mikrogram (dosis awal) untuk penanganan gagal

jantung akut kemudian diulang 100 mikrigam setiap satu jamdan maksimal 1 miligram

sehari. Onset aksinya yaitu 3-10 menit, efek maksimal 3-10 menit waktu eliminasi 24-48

jam.

4. Squill

Squill atau Squill Bulb terdapat pada potongan bulbus yang dikeringkan dari

tanaman Urginema Indica Kunth (Famili Liliaceae). Squill mengandung kira-kira 12

macam glikosida kardioaktif yang secara prinsip satu, Scillaren A, yang terdiri dari dua

sampai tiga total pecahan glikosida. Satu kali hidrolisis senywa ini akan menghasilkan

aglikon scillarenin, suatu bufadienolida, ditambah ramnosa dan glukosa.

Senyawa ini digunakan sebagai ekspektoran juga berperan dalam proses emetic,

cardiotonik, dan juga diuretic. Contoh sediaan patennya Senodin, Sedatussin,

Cosanly.

5. Stropgantii Semen (biji stropantuus)

Berasal dari tanaman Strophantus gratus, Strophantus hispidus, Strophantus combe,

Famili: Apocynaceae. Stopantus mempunyai 12 genus yang mengandung glikosida

jantung, yang digunakan hanya bijinya dan ekstrak dari biji juga digunakan sebagai

racun panah.

Isi: S. gratus adalah glikosida gradus stropantin, glikosidaoubain yang terdapat pada

bagian kayu yang tumbuh di Afrika. Glikosidan sampingnya adalh sarmentosida yang

terdapat dalam biji S. sarmentosus.


Gambar Tanaman Strophantus gratus

Gambar Tanaman Strophantus hispidus

K-stropantin ditemukan dalam biji S.Kombe. sebenarnya K-strophantin adalh

campuran glikosida yang memiliki aktifitas setara dengan 40% ouabain anhidrat.

Glikosida utamanya adalah K- stropantosida, K-stropantin, K-stropantin dan simarin

yang masing-masing aglikonnya K-stropantin, stropantidol, dan periflogenin. Biji

Stropanthus juga mengandung minyak lemak 30%, terigonilin, kolin, risin (dammar) dan

lendir.

6. Convulareae Herba

Tanaman: Convalaria majalis

Family: Liliaceae/Convulariaceae
Gambar Tanaman Convalaria majalis

7. Adonis Herba

Tanaman: Adonis vernalis

Family: Ranunculaceae

Gambar Tanaman Adonis vernalis

8. Oleandri Folium

Tanaman: Nerium oleander

Family: Apocynaceae
Mengandung glikosida oleandri yang merupakan glikosida utama, odorsida A dan

adenerin. Dari semua isi glikosida, daun ini memiliki khasiat obat jantung adalh

oleandrin dan odorosiada A. glukosidadari daun ini mempunyai bagian gula glukosa,

digitalosa, diginosa, dan gentiobiosa. Sedangkan aglikonnya antara lain: digitosinogenin,

digitoksigenin 16 anhidro gitoksigenin, adinerigenin, dan oleagenin.

9. Scillae Bulbus

Tanaman: Urginea maritime

Family: Liliaceae

Gambar Tanaman Urginea maritime

Terdapat di Italia dan pulau Malta. juga digunakan sebagai obat jantung karena

mengandung inti steroid. Glikosidanya disebut skilaren A yang diambil dalam umbinya.

10. Hellebore Radix

Tanaman: Helleborus ninger

Helleborus viridis

Helleborus odorus

Family: Ranunculaceae
Heleborus niger Hekebirus viridis Heleborus odorus

Mengandung glikosida jantung turunan bufadienolida, dimana telah diisolasi Kristal

glikosida yaitu heleborin mempunyai khasiat seperti digitalis. Sedangkan

heleborinpotensinya 20 kali lebih besar dari heleborinpotensinya 20 kali lebih besar dari

helebrigenin yang merupakn bufadienolida yang analog dengan strophantidin. Obat ini

digunakn untuk hewan bukan manusia.

11. Arniacae Flos (bunga arnika)

Tanaman: Arnika muntana

Arnika chama

Family : Asteraceae (compositae)

Gambar Tanaman Arnika muntana

Yang digunakan adalah tingtur dari bunganya Arnicae tingtur.


Isinya:

Glikosida flavon (isoquersin, astragalin, dan luteolin-7-glikosida), minyak

atsiri mengandung timol, timol metal eter dan azulen), tripterpen alcohol, lakton,

sesquiterpen dari tipe pseudoguaianolida.

Penggunaan:

Digunakan sebagai obat luar dalam bentuk obat gosok, kompres dan salep yang

dioleskan pada kulit yang mengalami inflamasi, pembengkakan, dan memar sampai

menyembuhkan luka. Sebagai obat dalam digunakan dalam bentuk sediaan kombinasi,

tonikum, untuk jantung dan peredaran darah. Senyawa yang berkhasiat dalam arnica ini

adalah helenalin dan turunannya yaitu 11, 13-dihidrohelenalin yang memiliki khasiat

antiseptic dan antiflogistik yang kuat. Khasiat lainnya adalah analeptika pernapasan dan

dapat memperngaruhi jantung dan peredaran darah.

12. Obat kardioaktif lain

Sejumlah tanaman mengandung glikosida kardioaktif, dan beberapa diantaranya

sudah lama digunakan sebagai diuretic. Convallaria atau Lily-of-the-Valley Root adalah

rizoma dan akar yang dikeringkan dari tanaman Convallaria majalis Linne atau

Apocynum androsaemifolium (Famili Liliaceae) yang mengandung lebih dari 20 macam

glikosida kardioaktif. Contoh lain yaitu tanaman Apocynum cannabium atau Apocynum

androsaemifolium (Famili Apocynaceae) mengandung Cymarin, apocannoside, dan

cyanocannoside.
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Adapun kesimpulan dari penulisan makalah ini adalah

1. Glikosida kardioaktif adalah glikosida yang mempunyai aksi khas kuat terhadap otot-

otot, jantung, memperkuat tonus jantung menggiatkan dan menambah kontraksi jantung.

2. Struktur glikosida kardioaktif tersusun dari aglikon dan bagian gula. Aglikon

mempunyai struktur steroid dengan rangka karbon tetrasiklik yang pada umumnya

jenuh. Setiap glikosida jantung dapat mempunyai satu, dua, tiga atau empat unit

monosakarida di dalam, bagian gula kecuali glukosa

3.

B. SARAN

Disadari oleh penulis bahwa makalah yang telah disusun oleh penulis yang berjudul

Glikosida Kardioaktif jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, penulis mengharapkan

saran terhadap makalah yang bersifat membangun agar makalah yang dibuat dapat menjadi

lebih baik dan bermanfaat bagi orang lain masyarakat pada umumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Amin, Asni.2011.Buku Kuliah Farmakognosi I Jilid 2. Fakultas Farmasi UMI:Makassar

You might also like