You are on page 1of 108
PEDOMAN Konstruksi dan Bangunan Sipil SURVEY DAN MONITORING SEDIMENTAS! WADUK Keputusan Direktur Jenderal Sumber Daya Air Nomor : 39K PTS/D/2009 Tanggal__: 26 Februari 2009 DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM DIREKTORAT JENDERAL SUMBER DAYA AIR KEPUTUSAN DIREKTUR JEND! BER DAYA AIR NOMOR: 39 /KPTS/D/2009 TENTANG : PENGESAHAN PEDOMAN SURVEY DAN MONITORING SEDIMENTASI WADUK DIREKTUR JENDERAL SUMBER DAYA AIR SELAKU KETUA KOMISI KEAMANAN BENDUNGAN MENIMBANG ; a Bahwa bendungan sebagai bangunan yeng mempunyei manfaat umum, perlu adanya upaya pengamatan dan pengamanen agar diperoleh manfaat yang sebesar-besarnya dan dalam jangka waktu yang selama mungkin; Bahwa fungsi bendungan dapat berkureng ekibat tingkat pengendapan sedimentasi yang tinggi; Bahwa upaya pengamatan sedimentasi pada suatu waduk perlu ditindaklanjuti dengan pengaturan dalam suatu Pecoman Survey dan Monitoring Sedimentasi Waduk; Bahwa untuk maksud tersebut periu ditetapkan dengan Keputusan Direktur Jenderal ‘Sumber Daya Air, selaku Ketua Komisi Keamanan Bendungan, MENGINGAT : Undang-undang No. 7 tahun 2004, tentang Sumber Daya Air; Keputusan Presiden RI Nomor : 187/M Tahun 2004 sebagaimana telah diubah dengan Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 8/M Tahun 2005 tentang Pembentukan Kabinet Indonesia Bersatu; Keputusan Presiden RI Nomor : 2/M Tahun 2008, tentang Pemberhentian dan Pengengkatan Pejabat Eselon I dilingkungan Departemen Pekerjean Umum; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 72/PRT/1997, tentang Keamanan Bendungan; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor : 291.A/KPTS/M/2008 tentang Pengaturan Kembali Susunan Keanggotaan Organisasi Komisi Keamanan Bendungan; Peraturan Menteri Pekerjaan Umum Nomor 41/PRT/1989 Tentang SNI Nomor 1731- 1989-F tentang Pedoman Keamanan Bendungan, MEMUTUSKAN: Menetapkan : Pertama + Mengesahkan berlakunya Pedoman Survey dan Monitoring Sedimentasi Waduk. Kedua Keputusan ini mulai berlaku sejak tanggal ditetapken dengan ketentuan akan diadakan perubahan dan perbaikan seperlunya _bilamana dikemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapannya. TURUNAN: Surat Keputusan ini disampaikan untuk diketahui kepada Yeh : 1, Menteri Pekerjaan Umum 2. Sekretaris Jenderal Departemen Pekerjaan Umum 3. Inspektur Jenderal Departemen Pekerjaan Umum 4. Kepala Balitbang Departemen Pekerjaan Umum, 5. Kepala Pusltbang Sumber Daya Air 6. Sekretaris Ditjen Sumber Daya Air 7. Para Direktur ai lingkungan Direktorat Jenderal Sumber Daya Air 8. Pertinggal, DITETAPKAN DI: JAKARTA PADATANGGAL : 26 FEBRUARI 2009 Direktur Jenderal Sumber Daya Air Selaku Ketua Komisi Keamanan Bendungan, < Ir wah Nursyirwan, Dipl. HE NA NIP. 110018127 SAMBUTAN Sedimentasi secara nyata telah diketahui sebagai penyebab penurunan fungsi waduk, untuk penyediaan air irigasi, pengendali banjir, penyediaan air baku serta Pembangkit Listrik Tenaga Air. Penurunan fungsi waduk akan berakibat besar terhadap sektor pertanian berupa berkurangnya produksi pertanian, terganggunya pasokan listrik, kekeringan, meningkatnya bahaya banjir, dan sebagainya Survey dan monitoring waduk sangat penting untuk mendapatkan data perkiraan yang realistik terhadap sisa tampungan air waduk yang handal dalam suatu periode waktu tertentu, Hal ini akan membantu dalam perkiraan pengurangan kapasitas penyimpanan air pada saat pengukuran sedimen dibandingkan tethadap perencanaan wal. Penyebab utama perubahan kapasitas waduk adalah pengendapan sedimen, oleh Karena itu program monitoring harus dapat menjabarkan hal-hal sebagai berikut a) Pengurangan kapasitas penyimpanan yang disebabkan oleh pengendapan sedimen yang terjadi akibat limpahan bendungan dan hasil sedimen tahunan. b) Lokasi pengendapan sedimen c) Densitas sedimen d) Distribusi pengendapan sedimen secara melintang dan memanjang e) Efisiensi kapasitas waduk Agar monitoring dapat berjalan sesuai dengan yang direncanakan, secara umum direkomendasikan pengukuran tingkat pengangkutan sedimen secara periodik yang dikombinasikan dengan monitoring bendungan secara keseluruhan tiap 5 tahunan, sehingga kuantitas sedimentasi dapat diperkirakan pada periode tertentu, Dengan terbiinya pedoman ini diharapkan para pemilikipengelola bendungan dapat mengambil manfaat yang sebesar-besamya untuk keamanan dan kelestarian fungsi waduk, Akhimya kami mengucapkan selamat atas terbitnya pedoman ini dan kami sampatkan penghargaan yang setinggi-tingginya kepada semua pihak yang telah menyumbangkan pemikirannya dalam penyusunan pedoman ini Jakarta, Februari 2009 Direktur Sungai, Danau dan Waduk, rage Ir, Widagdo, Dipl. HE KATA PENGANTAR Pedoman Survey dan Monitoring Sedimentasi Waduk merupakan pedoman yang mengacu pada standar SNI yang berlaku dan pedoman lainnya yang berkaitan, Perumusan pedoman ini dilakukan melalui proses pembahasan pada rapat-rapat pembahasan yang melibatkan para narasumber, pakar dan praktisi dari berbagal instansi terkait. Pedoman ini telah disusun untuk memberikan informasi bagaimana mengaplikasikan survey dan monitoring sedimentasi waduk yang terkalt dalam rangka memperkirakan dan menghitung laju sedimentasi yang masuk ke waduk. Topik yang dibahas dalam pedoman ini mencakup a) Penentuan lokasi monitoring sedimentasi waduk; b) Penentuan lokasi monitoring laju sedimentasi, cc) Pengukuran profil sungai, d) Pengukuran bathimetri dan tachimetr; e) Pengukuran debit dan sampel sedimen sungai, f) Pengambilan sampel sedimen waduk Pedoman ini telah disiapkan dengan mengacu pada informasi dan teknologi terkini dalam survey dan perhitungan sedimentasi, yang merupakan bahan pertimbangan penting dalam desain dan konstruksi bendungan dan bangunan pelengkap lainnya. Pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan keseragaman dalam survey dan monitoring sedimentasi waduk bagi para pengelola waduk di Indonesia, Pedoman ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pendesain, pelaksana konstruksi, semua pihak (instansi) terkait di pemerintah pusat, dan daerah, dalam melaksanakan survey dan monitoring sedimentasi waduk Jakarta, Februari 2009 Kepala Balai Bendungan WA Ir. A. Hanan Akhmad, M. Eng iii DAFTAR ISI DAFTAR ISI 1. RUANG LINGKUP. 2. ACUAN NORMATIF .. 3. ISTILAH DAN DEFINISI 4. KETENTUAN DAN PERSYARATAN UMUM. 41 Umum. 42 Umur Waduk 43 Operasi dan Pemeliharaan Waduk ialecehetitettttt titi 4.4 Bagan Alir Metode Pelaksanaan Survei dan Monitoring Sedimentasi Waduk.... 4.5 Survei dan Monitoring Sedimentasi Waduk. ne 5. DESKRIPSI DAERAH ALIRAN SUNGAI LOKASI WADUK....... @onew aan oie 9 a EEE Se eee set ree eet terete tee tee te i ere eee pated 5.2 Deskripsi Kondisi Hidrologi iti at 12 5.3 Desktipsi Anak-Anak Sungai yang Mempengaruni W Wa dk onc orssen 13 6. PENGAMBILAN SAMPEL DAN ANALISA SEDIMEN PADA ALUR SUNGAI DAN WADUK.. 14 61 Umum. a : 14 62 Penentuan Lokasi si Monitoring dan Pengukuran Sedimen. 14 62.1 Pada Sungai Utama dan Sungai- Sungai yang masuk ke Waduk 14 622 Pada Daerah Genangan Waduk seo 14 6.3 Pengukuran Angkutan Sedimen : 14 63.1 Pengukuran Angkutan Sedimen Layang 18 6.3.2 Pengukuran Angkutan Sedimen Dasar dan Contoh Material Sedimen 20 7 PERHITUNGAN LAJU ANGKUTAN SEDIMEN dan LAJU SEDIMENTAS! WADUK........ 24 TA UMUM. ae i peat 7.2 Angkutan Sedimen Layang Se eee as 7.3 Angkutan Sedimen Dasar : 25 7.4 Perhitungan Angkutan Sedimen dengan Metode atau Rumus-Rumus Empiris. 26 7.8 Perhitungan Angkutan Sedimen dengan Model Numerik atau Matematik 30 8, PENGUKURAN TOPOGRAFI TERISTRIS DAN BATHIMETRI....... 31 BA UUM ae - 3t 82 Peralatan : 32 82.1 Peralatan GPS. : 32 8.2.2 Echo Sounder. : : ae 32, 8.3 Pengukuran Topografi Teristris di Sekitar Daerah Genangan Waduk .. a 32 84 — Teknik Survei Waduk. pein icscin taal 8.4.1 Erosi dan Longsoran Tepian Waduk oo 85 84.2 Kerapatan dan Jarak Jalur Pengukuran 35 84.3 Pemillihan Sistem Pengumpulan Data Hidrografi dan Piranti Lunak Yang W Memadai 38 85 Penentuan Posisi dengan GPS. 139 85.1 Metode Penentuan Posisi Absolut a 85.2 Metode Penentuan Posisi Diferensial GPS... 41 853 Sistem RTK GPS H Ectsotitd iiedaetititact tdi td Ae. 85.4 Kesalahan — Kesalahan GPS. ce 43 85.5 Kontrol Horisontal dan Vertikal..... M4 8.6 Pengukuran Bathimetti co i a : oA 88.1 Pengukuran Bathimetri Dengan A Alat Echo SOUNDET....ssnennennnrestnncsenies 45 88.44 Pengukuran Bathimetri dengan Echo Sounder Single Beam... see 46 8.6.1.2 Pengukuran Bathimetri dengan Echo Sounder Multi Tranduser.. 50 86.13 Pengukuran Bathimetri dengan Echo Sounder Multibeam... 50 86.2 Akurasi dan Kualitas Survel.... att a Hse: 8.6.3 Kalibrasi Alat Ukur Echo Sounder cesses mrnntnctnnternneensienssese SB 8.6.4 Prosedur Pengukuran Bathimetri 58 8.7 — Hasil Pengukuran ce : ret aa 59 8.8 — Penyusunan Format Data Hasil Pengukuran dan Penggambaran...... 63 9. PENGHITUNGAN KAPASITAS DAN LAJU SEDIMENTAS! WADUK.... 2.00 63 91 Pethitungan Kapasitas Waduk. ei 63 9.2 Volume dan Ketebalan Endapan Sedimen Waduk. 64 9.3. Perhitungan Laju Sedimentasi WadUk css 65 9.3.1 Efisiensi Tangkapan Sedimen (Trap Efficiency)..... 65 9.32 Perkiraan Laju Pemadatan Endapan...... 68 9.4 Pethitungan Umur Layanan Waduk... 68 94.1 Rencana Umur Layanan Wadul : 68 94.2 Sisa Umur Layanan Waduk .. ae oe 69 10. PELAPORAN HASIL SURVEI DAN MONITORING SEDIMENTASI WADUK.........73 10.1 Umum. 73 10.2 _Isi Laporan. oT 10.3 Pengesahan Laporan........ 74 BIBLIOGRAFI Lempiran 1 Persamaan USLE dan MUSLE Untuk Memprediksi Laju Sedimentasi Waduk Lampiran 2 Perhitungan Angkutan Sedimen Total Dengan Metode Modifikasi Einstein .... Lampiran 3 Peta Lokasi dan Tabel Koordinat BM Waduk Kedung Ombo...... Lampiran 4 Tranformasi Koordinat Lampiran 5 Sketsa Pengikatan Nilai Kedalaman Terhadap Permukaan Air Laut Rata-Rata... Lampiran 6 Langkah-Langkah Pengukuran Bathimetri dan Topografi Teristris. 75 76 78 90 1 . 96 99 PEDOMAN SURVEI DAN MONITORING SEDIMENTASI WADUK 4. RUANG LINGKUP 4) Lingkup Pedoman Pedoman survei dan monitoring sedimentasi waduk memuat tentang tata cara pelaksanaan survei dan monitoring sedimentasi waduk dimulai dari pengumpulan data umum, tata cara pengukuran angkutan sedimen dan pengambilan sampel di lapangan, pengujian laboratorium, pengukuran topografi teristris (tachimetri) dan bathimetri daerah genangan waduk termasuk syarat-syarat yang harus dipenuhi, analisis data survei untuk memperoleh hasil sesuai dengan tujuan dilakukannya survei dan monitoring. Pedoman ini di tik beratkan pada peleksanaan surveil dan monitoring waduk guna memperkirakan sisa umur layanan waduk, perubahan pola operasi waduk sehubungan dengan adanya pengurangan volume tampung termasuk volume untuk pengendalian banjir dan dapat digunakan sebagai dasar perencanaan penanggulangan sedimentasi pada waduk yang bersangkutan atau pada Daerah Aliran Sungainya. pelaksanaan survei yang tercantum dalam pedoman merupakan tata cara yang dipilih sesuai dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta tidak mencakup semua tata cara yang ada atau pernah dilakukan 2) Maksud dan Tujuan Penyusunan pedoman ini dimaksudkan untuk memberikan panduan kepada pengelola waduk mengenai tata cara atau metode pelaksanaan survei dan monitoring sedimentasi waduk yang sudah ada dengan menggunakan peralatan atau teknologi terkini yakni dengan Differential Global Positioning System Echo Sounder (DGPS Echo Sounder) untuk pemeruman kedalaman waduk dan dengan Real Time Kinematik Global Positioning System (RTK GPS) untuk pengukuran topografi terestris daerah genangan waduk (tachimetri). Tujuan penyusunan pedoman adalah untuk dapat dilaksanakannya pekerjaan survei dan monitoring sedimentasi setiap waduk yang ada di Indonesia secara periodik berdasarkan ketentuan dan dapat dilakukan dengan cara yang effektif,effisien dan dengan kendala seminimal mungkin, 2. ACUAN NORMATIF 1) SNI03—6737-2002 _: Metode Perhitungan Awal Laju Sedimentasi Waduk 2) SNI19-6724~2002 _: Standar Jaring Kontrol Horisontal (Bekosurtanal) 3) SNi19-6459-2000 _: Tata Cara Pengontrolan Sedimen pada Waduk 4) SNI03-3414—1994 —_: Tata Cara Pengambilan Contoh Muatan Sedimen Layang di ‘Sungai Dengan Integrasi Kedalaman Berdasarkan Pembagian Debit 5) Pd. T- 25-2004 : Pedoman Pengoperasian Waduk Tunggal 6) Pd. M.03—2000A Metode Perhitungan Kapasitas Tampungan pada Waduk 7) ASTM D 4581 ~ 86 (2001) : Standard Guide for Measurement of Morphologic Characteristics of Surface Water Bodies. 8) USBR Chapter 9 Reservoir Survey and Data Analysis 3. ISTILAH DAN DEFINISI Beberapa istilah dan definisi yang berkaitan dengan pedoman ini adalah: (1) Waduk adaleh wadah buatan untuk menampung air, limbah atau bahan cair lainnya yang terbentuk sebagai akibat dibangunnya bendungan, 4 dari 100 ®) @) (10) (ry (12) (13) (14) (15) (16) (7) (18) Efisiensi tangkapan sedimen adalah persentase laju angkutan sedimen yang mengendap Gi dalam daerah genangan weduk dengan laju angkutan sedimen total yang masuk ke dalam waduk. Endapan sedimen waduk adalah timbunan material yang berasal dari hasil angkutan sedimen sungai dan hasil erosi DAS. Laju sedimentasi adalah banyaknya pengendapan sedimen di sungai atau waduk per satuan waktu. Laju angkutan sedimen adalah besamya debit angkutan sedimen yang mengalir pada alur ‘sungai atau waduk per satuan waktu. Serahan sedimen adalah sedimen yang mengalir masuk dan diangkut ke dalam sebuah waduk berasal dari daerah drainase/pengaliran di hulunya (mmitahun). Kapasitas efektif waduk adalah volume waduk dari elevasi muka air normal sampai dengan elevasi muka air eksploitasi terendah untuk periode yang akan dianalisis (m°); untuk selanjutnya dalam pedoman ini disebut kapasitas. Kapasitas tersedia adalah volume waduk yang dicadangkan untuk memenuhi fungsinya ‘seperti untuk air pertanian, industri, tenaga listrik, kebutuhan domestik dan sebagainya. Periode retensi adalah kapasitas waduk dibagi oleh debit aliran masuk (satuan waktu). Panjang waduk adalah panjang dasar sungai di atas tampungan mati sampai pada muka air eksploitasi terendah (m). Tranduser adalah alat untuk mengubah energi elektrik ke energi akustik dan energi akustik kembali ke tenaga elektrik Bar check adalah alat yang digunakan untuk mengkalibrasi alat ukur echo sounder dengan menggunakan alat pemantul gelombang suara, seperti lempengan metal dengan permukaan yang rata atau balok |. Velocity probe adalah metode untuk mengkalibrasi bacaan kedalaman dari alat echo sounder dengan memperhitungkan variasi kecepatan rambat gelombang suara pada berbagal variasi kedalaman. GPS atau Global Positioning System adalah sistem satelit EDM yang digunaken untuk menentukan koordinat Kartisius (x, y, 2) suatu tempat dengan alat sinyal radio dari satelit NAVSTAR. EDM atau Electronic Distance Measurement adalah pengukuran jarak dengan menggunakan sinyal atau sistem perbandingan fase. NAVSTAR adalah nama yang diberikan oleh sistem satelit Amerika Serikat yang didirikan untuk Navigation Satelite Timing and Ranging. Pemeruman adalah pengukuran kedalaman air dengan alat akustik, echo sounder atau dengan alat duga. Total Station adalah alat survei topografi yang berfungsi secara elektronik dan secara digital mengukur dan menayangkan jarak horizontal dan sudut vertikal ke suatu obyek. Beberapa singkatan yang berkaitan dengan pedoman ini adalah: a) (2) @) (4) (6) ©) @ (8) (9) (10) (11) AWLR — : Automatic WaterL level Recorder BTMA Bed Load Transport Meter Arnhiem DAS Daerah Aliran Sungai ({D)GPS _: (Differential) Global Positioning System DTM — : Digital Terrain Model EDM : Electronic Distance Measurement EPS __ = Electronic Positioning System LADGPS : Local Area Differential Global Positioning System GDOP — : Geometric Dilution of Precision HDOP: Horizontal Dilution of Precision PDOP —: Position Dilution of Precision 2 dari 100 4, KETENTUAN DAN PERSYARATAN UMUM 44 Umum Fungsi dari berbagai macam waduk diantaranya adalah untuk peredaman debit banjir dalam penanggulangan banjir, penampungan sedimen, Keperluan irigasi, penyediaan sarana air baku untuk masyarakat, pembangkit listrik, sarana rekreasi, navigasi, konservasi sumber daya air, dan juga untuk menjaga kualitas air. Fungsi waduk tersebut dapat berkurang atau bahkan mati karena terjadinya sedimentasi di dalam daerah genangan waduk. Gambar 1 menjelaskan tentang dimensi, bentuk dan pengoperasian waduk yang akan mempengaruhi lokasi dan proses sedimentasi di waduk. Sedimentasi di waduk merupakan proses alami dari penumpukan sedimen yang terbawa ke dalam waduk dan faktor ini mempengaruhi umur layanan dari waduk. Sejalan dengan proses penumpukan sedimen di waduk yang dapat mempengaruhi_ volume tampungan waduk, maka pengukuran/survei secara berkala untuk mengetahui perubahan dari tampungan waduk perlu dilakukan. Hasil survei akan digunakan sebagai bahan masukan untuk memperbaharui pola pengoperasian waduk. Ditinjau dari aliran sungai dan arus yang masuk ke dalam waduk, akibat pembendungan maka kecepatan aliran berkurang, sehingga menyebabkan kapasitas angkutan sedimen di bagian inlet waduk menjadi berkurang. Kehilangan kapasitas angkutan sedimen menyebabkan penumpukan sedimen i bagian inlet waduk atau di bagian pertemuan antara genangan dengan sungai. Proses penumpukan sedimen di daerah genangan waduk ini memiliki pola yang hampir sama dimana angkutan sedimen dengan butiran sedimen yang lebih besar akan mengendap terlebih dahulu kemudian bagian butiran sedimen yang lebih halus akan mengendap kemudian dengan posisi lebih jauh dari inlet. Pengendapan ini terjadi dari bagian awal hingga bagian hilir waduk atau dengan kata lain terjadi endapan di seluruh bagian waduk. Tujuan utama dari survei waduk adalah untuk mengukur luas dan kapasitas waduk. Survei dan monitoring yang dilakukan di lapangan dan analisisnya akan menghasilkan pola penyebaran sedimen dalam waduk yang dapat digunakan untuk memprediksi umur layanan waduk, serta dapat menghasilkan beberapa data berupa peta perubahan keadaan sedimentasi waduk baik secara vertikal maupun secara horizontal, densitas sedimen, efisiensi waduk dan evaluasi dalam pengoperasian selanjutnya 3 dari 100 Keterangan (Q) Kemiringan formasi endapan bagi hulu (Topset slope) (6) Kemiringan dasar (bottom set slope) (2) Endapan Sedimen dengan Butiran kasar (7) Muka Air Normal (3) Kemiringan palung asli Original Thalweg Slope) (8) Muka Air Maksimum 4) Titik perubahan kemiringan endapan (Pivot Point) (9) Fasiitas Pengeluaran (Outlets) (3) Kemiringan formasi endapan bagian hilir (Foreset slope) (10) Endapan sedimen dengan butiran halus Gambar 1. Profil Tipikal Pengendapan Sedimen (Strand and Pamberton, 1982) 4.2. Umur Waduk ‘Sebuah waduk dibangun untuk memberikan manfeat sesuai dengan fungsi utama dibangunnya waduk tersebut apakah sebagai waduk satu fungsi atau waduk multi fungsi, dalam jangka waktu ‘sampai tercapainya umur ekonomisnya. Oleh karena itu terdapat beberapa istilah tentang umur waduk yaitu umur layanan (usefull life), umur ekonomi (economic life), umur manfaat (useable life), umur rencana (design life) dan umur penuh (full life). Definisi masing-masing umur waduk tersebut adalah sebagai berikut: a) Umurlayanan Umur layanan waduk adalah suatu periode dari mulai beroperasinya suatu waduk yang dapat memberikan layanan secara penuh dan baik terhadap fungsi utama pembangunannya. Untuk waduk yang diambil aimya melalui bangunan pengambilan bawah, umur layanan waduk biasanya disamakan dengan periode dari tahun pertama dioperasikannya waduk tersebut sampai dengan terpenuhinya tampungan mati dan tertutupnya bangunan pengambilan tersebut oleh sedimen. Sedangkan untuk waduk yang diambil aimya melalui perompaan maka umur layanan waduk akan sama dengan periode dari tahun pertama dioperasikannya waduk tersebut sampai dengan terpenuhinya tampungan efektif oleh sedimen. Apabila waduk sudah tidak dapat memberikan layanan sesuai fungsinya maka waduk tersebut dinamakan waduk mati. b)_ Umur ekonomi Umur ekonomi waduk dikaitkan dengan nilai kelayakan waduk, yang dihitung dari mutai beroperasinya waduk tersebut sampai diperolehnya keuntungan atau manfaat ekonomi yang sebanding dengan biaya pembangunan waduk termasuk biaya operasi dan pemeliharaannya. Waduk yang memberikan keuntungan atau manfaat tinggi (biasanya waduk multi fungsi) maka waduk akan mempunyai umur ekonomi yang pendek, apabila umur ekonomi telah tercapai dan 4 deri 100 waduk masih dapat dioperasikan maka nilai kelayakan waduk dapat dicapai. Sebaliknya jika biaya pembangunan waduk serta biaya operasi dan pemeliharaannya sangat tinggi, sedangkan waduk tersebut memberikan nilai Keuntungan atau manfaat rendah (biasanya waduk satu fungsi) maka umur ekonomi waduk tersebut akan panjang. Apabila waduk telah mati sebelum tercapainya umur ekonomi maka dikatakan waduk tersebut tidak layak dan sebaiknya tidak dibangun. ©) Umur manfaat Umur manfaat waduk adalah suatu periode dari mulai beroperasi dan dapat dimanfaatkannya suatu waduk sampai waduk tersebut dinyatakan mati. Matinya waduk tidak selalu disebabkan olen sedimentasi tetapi dapat disebabkan oleh hal-hal lain seperti kering karena adanya bocoran, kerusakan pada struktur bendungan atau bangunan pelengkap lainnya, tidak dioperasikan karena membahayakan lingkungan, dll. Waduk yang akan mati dapat direhabilitasi Kembali sehingga waduk dapat difungsikan kembali sehingga umur manfaat dapat diperpanjang @) Umur rencana Umur rencana waduk adalah umur patokan suatu waduk direncanakan untuk dapat difungsikan atau dioperasikan secara penuh, misal 50 tahun atau 100 tahun. Umur rencana sering digunakan untuk menghitung nilai kelayakan waduk, apakah umur rencana berada diatas umur ekonomi (layak) atau dibawah umur ekonomi (tidak layak). Umur rencana juga digunakan sebagai dasar untuk mendesain umur teknis infrastruktur yang harus dibangun dengan melihat tingkat keamanannya e) Umur penuh Umur penuh adalah suatu periode atau jumlah tahun dari mulai beroperasinya waduk sampai kapasitas tampungan total terpenuhi oleh sedimen. 4.3. Operasi dan Pemeliharaan Waduk Waduk dioperasikan sesuai dengan fungsinya berdasarkan pedoman yang telah disusun pada saat pembangunan. Sesuai dengan umur waduk, volume tampungan waduk dapat semakin berkurang dikarenakan adanya sedimentasi pada daerah genangan. Apabila perubahan volume waduk cukup besar maka pola operasi waduk perlu dievaluasi kembali dan hal ini akan berpengaruh terhadap fungsi waduk tersebut. Fungsi waduk akan hilang apabila semua daerah genangan waduk sudah terisi penuh dengan sedimen. Pada kondisi ini volume sedimen yang terjadi telah melebihi volume tampungan waduk baik untuk tampungan sedimen maupun tampungan dalam penyediaan air baku dan dinyatakan bahwa waduk telah mati atau umur layanan weduk telah habis. Dalam pembangunan waduk, umur layanan waduk telah direncanakan berdasatkan umur rencana. Pada umumnya waduk dibangun dengan umur layanan lebih dari 50 tahun. Besarnya sedimentasi yang mungkin terjadi selama umur layanan waduk diperhitungkan dengan menyediakan kapasitas tampungan untuk sedimen pada daerah endapan yang biasa disebut tampungan mati (dead storage). Namun demikian, meskipun tampungan mati telah penuh dengan sedimen, waduk tersebut masih dapat difungsikan selama bangunan pengeluaran belum tertutup sedimen dan masih tersedia volume tampung efektif Apabila laju sedimentasi cukup besar dan dikhawatirkan umur layanan waduk yang direncanakan tidak akan dapat tercapai, maka dilakukan upaya pengendalian sedimen di hulu waduk misalnya dengan cara pembangunan check dam dan bottom controller atau ground sil. Pembangunan check dam pada daerah aliran sungai dimaksudkan untuk menghindari terjadinya erosi sedimen pada lahan secara besar-besaran dan bottom controller atau ground 5 dari 100 sill dimaksudkan untuk menahan sedimen agar tidak mengendap pada daerah genangan waduk. Dengan diketahuinya laju sedimentasi serta sebaran endapan sedimen waduk dalam daerah genangan maka upaya pemeliharaan waduk akan dapat lebih mudah dilakukan, sehingga umur layanan waduk dapat tercapai sesuai dengan yang direncanakan. Penggelontoran (flushing) sedimen yang ada dalam waduk adalah suatu usaha pengeluaran endapan sedimen di waduk dengan cara penguraian endapan tersebut kemudian mengeluarkannya melalui bangunan keluaran bawah (bottom outlet). Dengan demikian maka Penggelontoran sesungguhnya adalah merupakan pelewatan sedimen (sluicing) yang lebih spesifk. Beberapa persyaratan umum yang diperlukan untuk melakukan penggelontoran adalah: 1) Bentuk kolam waduk relatif sempit 2) Tersedia volume air yang cukup besar selama waktu penggelontoran 3) Kondisi waduk memungkinkan untuk ditakukan penggelontoran 4) Tersedia lebar bukaan pintu yang cukup 5) Dioperasikan pada awal musim banjir. Yang dimaksud dengan kondisi waduk memungkinkan untuk penggelontoran adalah bahwa stabilitas tubuh bendungan masih dalam batas aman serta ketersediaan air mencukupi, dengan persyaratan tersebut menunjukan bahwa pelewatan sedimen melalui waduk hanya dapat dilakukan pada musim hujan, atau air yang digunakan untuk menggelontor adalah air banji 4.4 Bagan Alir Metode Pelaksanaan Survei dan Monitoring Sedimentasi Waduk Sebelum kegiatan survei dan monitoring sedimentasi waduk dilaksanakan, ruang lingkup atau cakupan pekerjaan periu dideskripsikan terlebih dahulu secara baik dan benar. Hal ini perlu dilakukan dalam rangka menentukan metodologi atau teknik pelaksanaan survei dan persiapan peralatan yang diperlukan, Besarnya ruang lingkup survei akan menentukan besarnya biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan pekerjaan tersebut, apabila biaya bukan merupakan pembatas terhadap pelaksanaan pekerjaan maka ruang lingkup survei dapat disusun secara lengkap, tetapi apabila biayanya terbatas maka ruang lingkup pekerjaan survei dibatasi untuk hal-hal yang pokok. Cara yang digunakan dalam pelaksanaan survei dan monitoring meliput: 1) Monitoring alur-alur sungai yang masuk ke dalam waduk dan Daerah Aliran Sungainya 2) Pengambilan contoh material sedimen pada alur sungai di hulu waduk dan di dalam waduk. 3) Pengukuran topografi teristris (tachimetri) dan pengukuran bathimetr. 4) Penghitungan laju angkutan sedimen sungai dan laju sedimentasi pada waduk. Monitoring dan pengambilan sedimen pada alur-alur sungai yang masuk ke dalam waduk dimaksudkan untuk mengetahui besamya total angkutan sedimen yang masuk ke dalam waduk (ton/hari). Data ini digunakan untuk menghitung laju sedimentasi dan sisa umur layanan waduk dengan pendekatan numerik/matematik. Pengambilan contch material sedimen di dalam waduk dimaksudkan untuk mengetahui besarnya butiran (grain size), penyebaran pengendapannya dan sumber sedimen dalam waduk. Data ini digunakan untuk menghitung distribusi penyebaran dan pengendapan sedimen di dalam waduk dengan pendekatan numerikimatematik. Pengukuran topografi teristris dan bathimetri dimaksudkan untuk mendapatkan peta genangan waduk setelah sekian lama dioperasikan. Peta ini kemudian dibandingkan dengan peta genangan waduk pada saat dibangun, sehingga sisa umur layanan waduk dapat diketahui secara langsung. 6 dari 100

You might also like