You are on page 1of 21

LAPORAN KASUS

DEMAM TIFOID + ANEMIA

Pembimbing:
Dr. Indra Mustawa, M.Ked Sp.A

Oleh :
Ade Ratna Sari
16360004

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS MALAHAYATI


KEPANITERAAN KLINIK SENIOR (KKS) BAGIAN / SMF
ILMU KEDOKTERAN ANAK
RS BANGKATAN
TAHUN 2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur penyusun panjatkan kehadirat Allah yang Maha Esa, karena
atas berkat dan Rahmat-Nya penyusun dapat menyelesaikan tugas laporan kasus
ini tepat pada waktunya, laporan kasus yang berjudul BBLR ini disusun dalam
rangka mengikuti kepanitraan Klinik di bagian/SMF Ilmu Kesehatan Anak
Rumah Sakit Bangkatan Binjai.

Pada kesempatan ini, penyusun ingin mengucapkan terimakasih yang sebesar-


besarnya kepada semua pihak yang telah banyak memberikan bimbingan kepada
penulis:

1. dr. Indra Mustawa, M.Ked Sp.A selaku dokter pembimbing serta Dokter
Spesialis Ilmu Kesehatan Anak Rumah Sakit Bangkatan Binjai.
2. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu-persatu yang telah
memberikan bantuan kepada penyusun
Akhirnya penyusun menyadari bahwa dalam penulisan tugas ini masih banyak
kekurangan. Oleh karena itu, semoga laporan kasus ini dapat memberikan manfaat
dan tambahan pengetahuan khususnya kepada penyusun dan kepada pembaca.
Terimakasih

Binjai, September 2017

Penyusun
BAB I

STATUS PASIEN

I. Identitas Pasien
Nama : Manjia
Umur : 11 tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Tanggal Masuk : 10 Agustus 2017
No. RM : 16.69.31

Orang Tua
Nama : Ny. Sely Kusumawati
Umur : 34 tahun
Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
Agama : Islam
Alamat : Jln. SM Raja
Hubungan dengan pasien : Ibu Kandung

II. Anamnesis
Keluhan Utama :

Demam

Riwayat Penyakit Sekarang :

Pasien datang ke Rumah Sakit Bangkatan dengan keluhan demam


8 hari yang lalu. Demam meningkat pada sore hari hingga malam hari
kemudian agak turun pada pagi hari tapi tidak sampai normal. Demam
tidak disertai menggigil dan tidak ada kejang. Os mengeluh nyeri
perut (+) hilang timbul di daerah epigastrium, mual (+) muntah (-)
nafsu makan dan minum menurun, lemas (+). Os belum BAB selama
3 hari. BAK seperti biasa.

Riwayat Penyakit Dahulu :

Tidak ada

Riwayat Penyakit Keluarga :

Tidak ada
Riwayat Kehamilan Ibu

Kunjungan ANC teratur dengan bidan, ibu tidak mengkonsumsi

obat-obatan selama masa kehamilan, ibu tidak pernah sakit selama

masa kehamilan, penyulit kehamilan tidak ada.

Riwayat Kelahiran

Lahir secara spontan ditolong oleh bidan, cukup bulan, langsung

menangis, tidak ada cacat kongenital, BBL 2900 gram , PBL 50

cm.

Riwayat Makanan

ASI

Makanan pendamping ASI diberikan sejak usia 6 bulan

Riwayat Tumbuh Kembang

Bisa mengangkat kepala 3 bulan

Bisa telungkup usia 4 - 6 bulan

Berdiri sendiri 1 tahun

Berjalan usia 1 tahun 2 bulan

Riwayat Imunisasi yang di lakukan

BCG

Hepatitis B

DPT

Polio

Campak

Imunisasi yang belum di lakukan

Tifoid
Riwayat Alergi

Alergi obat (-), alergi makanan-susu sapi (-) alergi cuaca-debu (-)

Riwayat Pengobatan

Pernah diberikan obat penurun panas

III. Pemeriksaan Fisik

Keadaan umum : Tampak Sakit sedang

Kesadaran : Compos Mentis

Tanda vital

Tekanan Darah : tidak dilakukan

Suhu : 38,50C

Nadi : 80 x/menit

Pernapasan : 22 x/menit

Status Generalis

Kepala : Normocephali, UUB cekung (-)

Mata : Konjungtiva anemis (+/+), Sklera ikterik (-

/- edema palpebra (-/-), mata cekung (-/-)

Hidung : Pernapasan cuping hidung (-/-), Septum

deviasi (-), sekret (-/-)

Mulut : Bibir kering (+)

Lidah : kotor di tengah,tepi dan ujung merah.

Leher : Pembesaran KGB (-), pembesaran tiroid (-)

Pemeriksaan Thorax

Paru

Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris


Palpasi : Vokal Fremitus kanan dan kiri simetris

Perkusi : Sonor pada ke 2 lapang paru

Auskultasi : Vesikuler (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)

Jantung

Inspeksi : Ictus cordis tidak terlihat

Palpasi : Ictus cordis teraba pada ICS V linea midcalvicularis

sinistra

Perkusi : Batas atas : ICS III linea parasternalis sinistra

Batas kanan : ICS IV linea sternalis dextra

Batas kiri : ICS V linea midclavicularis sinistra

Auskultasi : Bunyi Jantung I dan II reguler, murmur (-), gallop

(-)

Pemeriksaan Abdomen

Inspeksi : Permukaan datar,

Auskultasi : Peristaltik usus (+)

Palpasi : Abdomen supel, nyeri tekan (+) di bagian

epigastrium

Perkusi : Timpani di seluruh lapang abdomen

Ekstremitas :

Atas : Akral dingin (-/-), oedem (-/-)

Bawah : Akral dingin (-/-), oedem (-/-)

IV. Pemeriksaan Penunjang


Darah Lengkap
Tubex Test
V. Resume
OS perempuan umur 11 tahun dengan BB 24 Kg MRS dengan
keluhan demam bersifat remiten (meningkat pada sore hari dan malam
hari) dan menurun pada pagi hari. Os mengeluh nyeri perut (+) hilang
timbul di daerah epigastrium, mual (+) muntah (-) nafsu makan dan
minum menurun, lemas (+). Os belum BAB selama 3 hari. BAK
seperti biasa.

Pada pemeriksaan Fisik :

Keadaan umum pasien tampak sakit sedang

Kesadaran compos mentis

Suhu 38,5oC

Konjungtiva anemis (+/+), mukosa bibir kering (+), lidah kotor (+)

Peristaltik usus (+), nyeri tekan abdomen (+) Auskultasi paru

vesikuler (+/+)

Pada Pemeriksaan Laboratorium : Tanggal 10 Agustus 2017

Pemeriksaan Hasil Normal

Leukosit 5.000 /mm3 4.000 11.000 /mm3

Eritrosit 3,17 jt/mm3 4 - 5.5 jt/mm3

Hemoglobin 8,4 gr/ dl 12 - 16 gr/dl

Hematokrit 26,2% 40-50 %

Trombosit 135.000 /mm3 150.000 450.000 /mm3

Pemeriksaan laboratorium didapatkan Hemoglobin menurun,eritrosit

menurun, dan Hematokrit menurun,trombosit menurun.


Pemeriksaan tubex test didapatkan +8

VI. Diagnosis Banding


Demam Tifoid
Demam Dengue
Malaria

VII. Diagnosa
Demam Tifoid + Anemi

VI. Penatalaksanaan

1. IVFD 2 :1
2. IVFD NACL 0,9 % 100 cc
3. Inj ceftriaxon 1 gr/12 jam
4. Inj Novalgin
5. Inj ranitidin 1 amp/ 12 jam
6. Inj ondancetron

VIII. Follow up

Hari/tanggal Follow up Pemeriksaan penunjang Terapi

10 agustus Demam (+) lemas Darah tepi : IVFD RL 60 gtt/i

2017 (+) mual (+) muntah Hb: 8,4 gr/dl Inj Ceftriaxon 1 gr/

(-) nafsu makan Leukosit: 5.000 /mm3 12 jam

BB : 24 kg menurun () Trombosit : 225.000 /mm3 Inj novalgin 0.5 cc/8

Temp : 38,50C Eritrosit: 3,17 jt/mm3 jam

HR : 80 x/ menit Hematokrit: 26,2% Inj ranitidin 25 mg/8

RR : 22 x/ menit jam

Inj ondancetron 2

mg/8 jam

11 Agustus Demam(+) Lemas Tubex test : +8 IVFD RL 60 gtt/i


2017 mual (+) , nafsu Inj Ceftriaxon 1 gr/

makan () 12 jam campur nacl

BB : 20 kg Temp : 38,0 0C 100 cc

HR: 82 x /menit Inj ranitidin 20 mg/8

RR : 24x /menit jam

Pct syr 3*2 cth

Feriz drop 2*1 cth

MB

12 Agustus Demam (-) mual (+) Tidak dilakukan Ivfd 2:1

2017 nafsu makan () pemeriksaan Inj ceftriaxon 1 gr/12

Temp : 37,50C jam campur nacl 100

BB : 20 kg HR: 82 x /menit cc

RR : 22 x /menit Inj ranitidin

amp/12 jam

Inj ondancetron

amp/8 jam

Feris drop 2*1 cth

Telur 4 butir/hari

MB

13 Agustus Demam (-) mual (+) Tidak dilakukan Terapi dilanjutkan

2017 muntah (-) pemeriksaan

Temp : 37,70C

BB : 20 kg HR : 84 x/ menit

RR : 24 x/ menit
14 Agustus Demam (-) Tidak dilakukan Cefixime syr 2*1

2017 pemeriksaan Pct syr 4*1

BB : 20 kg Curcuma 2*1

TINJAUAN PUSTAKA

Definisi

Demam tifoid adalah penyakit infeksi bakteri, yang disebabkan oleh

Salmonella typhi. Penyakit ini ditularkan melalui konsumsi makanan atau

minuman yang terkontaminasi oleh tinja atau urin orang yang terinfeksi. Gejala

biasanya muncul 1-3 minggu setelah terkena, dan mungkin ringan atau berat.

Demam tifoid (termasuk para-tifoid) disebabkan oleh kuman Salmonella

typhi, S paratyphi A, S paratyphi B dan S paratyphi C. Jika penyebabnya adalah S

paratyphi, gejalanya lebih ringan dibanding dengan yang disebabkan oleh S typhi.

Penyebab

Demam typoid timbul akibat dari infeksi oleh bakteri golongan

Salmonella yang memasuki tubuh penderita melalui saluran pencernaan. Sumber

utama yang terinfeksi adalah manusia yang selalu mengeluarkan mikroorganisme

penyebab penyakit,baik ketika ia sedang sakit atau sedang dalam masa

penyembuhan.

Pada masa penyembuhan, penderita masih mengandung Salmonella spp

didalam kandung empedu atau di dalam ginjal. Sebanyak 5% penderita demam

tifoid kelak akan menjadi karier sementara, sedang 2 % yang lain akan menjadi

karier yang menahun.Sebagian besar dari karier tersebut merupakan karier


intestinal (intestinal type) sedang yang lain termasuk urinary type. Kekambuhan

yang ringan pada karier demam tifoid,terutama pada karier jenis intestinal,sukar

diketahui karena gejala dan keluhannya tidak jelas.

Penyebab Kuman

Demam tifoid adalah penyakit yang penyebarannya melalui saluran cerna

(mulut, esofagus, lambung, usus 12 jari, usus halus, usus besar, dstnya). S typhi

masuk ke tubuh manusia bersama bahan makanan atau minuman yang tercemar.

Cara penyebarannya melalui muntahan, urin, dan kotoran dari penderita yang

kemudian secara pasif terbawa oleh lalat (kaki-kaki lalat). Lalat itu

mengontaminasi buah-buahan segar. Saat kuman masuk ke saluran pencernaan

manusia, sebagian kuman mati oleh asam lambung dan sebagian kuman masuk

ke usus halus.

Dari usus halus itulah kuman beraksi sehingga bisa menjebol usus

halus. Setelah berhasil melampaui usus halus, kuman masuk ke kelenjar getah

bening, ke pembuluh darah, dan ke seluruh tubuh (terutama pada organ hati,

empedu, dan lain-lain).Jika demikian keadaannya, kotoran dan air seni penderita

bisa mengandung kuman S typhi yang siap menginfeksi manusia lain melalui

makanan atau pun minuman yang dicemari. Pada penderita yang tergolong carrier

(pengidap kuman ini namun tidak menampakkan gejala sakit), kuman Salmonella

bisa ada terus menerus di kotoran dan air seni sampai bertahuntahun.

S. thypi hanya berumah di dalam tubuh manusia. Oleh karena itu, demam

tifoid sering ditemui di tempat-tempat di mana penduduknya kurang menjaga

kebersihan pribadi dan sanitasi lingkungan. Sekali bakteria S. thypi dimakan atau
diminum, ia akan masuk ke dalam saluran darah dan tubuh akan merespons

dengan menunjukkan beberapa gejala seperti demam.

GAMBARAN KLINIK

Masa Inkubasi

Masa inkubasi dapat berlangsung 7-21 hari, walaupun pada umumnya

adalah 10-12 hari. Pada awal penyakit keluhan dan gejala penyakit tidaklah khas,

berupa :

anoreksia

rasa malas

sakit kepala bagian depan

nyeri otot

lidah kotor

gangguan perut (perut kembung

dan sakit)

Gambaran klasik demam tifoid (Gejala Khas)

Biasanya jika gejala khas itu yang tampak, diagnosis kerja pun bisa

langsung ditegakkan. Yang termasuk gejala khas Demam tifoid adalah sebagai

berikut

-Minggu Pertama (awal terinfeksi)

Setelah melewati masa inkubasi 10-14 hari, gejala penyakit itu pada

awalnya sama dengan penyakit infeksi akut yang lain, seperti demam tinggi yang

berpanjangan yaitu setinggi 39c hingga 40c, sakit kepala, pusing, pegal-pegal,
anoreksia, mual, muntah, batuk, dengan di antara 80-100 kali permenit, denyut

lemah, pernapasan semakin cepat dengan gambaran bronkitis kataral, perut

kembung dan merasa tak enak,sedangkan diare dan sembelit silih berganti. Pada

akhir minggu pertama,diare lebih sering terjadi. Khas lidah pada penderita adalah

kotor di tengah, tepi dan ujung merah serta bergetar atau tremor.

Epistaksis dapat dialami oleh penderita sedangkan tenggorokan terasa

kering dan beradang. Jika penderita ke dokter pada periode tersebut, akan

menemukan demam dengan gejala-gejala di atas yang bisa saja terjadi pada

penyakit-penyakit lain juga. Ruam kulit (rash) umumnya terjadi pada hari ketujuh

dan terbatas pada abdomen disalah satu sisi dan tidak merata, bercak-bercak ros

(roseola) berlangsung 3-5 hari, kemudian hilang dengan sempurna. Roseola

terjadi terutama pada penderita golongan kulit putih yaitu berupa makula merah

tua ukuran 2-4 mm, berkelompok, timbul paling sering pada kulit perut, lengan

atas atau dada bagian bawah, kelihatan memucat bila ditekan. Pada infeksi yang

berat, purpura kulit yang difus dapat dijumpai. Limpa menjadi teraba dan

abdomen mengalami distensi.

-Minggu Kedua

Jika pada minggu pertama, suhu tubuh berangsur-angsur meningkat setiap

hari, yang biasanya menurun pada pagi hari kemudian meningkat pada sore atau

malam hari. Karena itu, pada minggu kedua suhu tubuh penderita terus menerus

dalam keadaan tinggi (demam). Suhu badan yang tinggi, dengan penurunan

sedikit pada pagi hari berlangsung. Terjadi perlambatan relatif nadi penderita.

Yang semestinya nadi meningkat bersama dengan peningkatan suhu, saat ini

relatif nadi lebih lambat dibandingkan peningkatan suhu tubuh.


Gejala toksemia semakin berat yang ditandai dengan keadaan penderita

yang mengalami delirium. Gangguan pendengaran umumnya terjadi. Lidah

tampak kering,merah mengkilat. Nadi semakin cepat sedangkan tekanan darah

menurun, sedangkan diare menjadi lebih sering yang kadang-kadang berwarna

gelap akibat terjadi perdarahan. Pembesaran hati dan limpa. Perut kembung dan

sering berbunyi. Gangguan kesadaran. Mengantuk terus menerus, mulai kacau

jika berkomunikasi dan lain-lain.

- Minggu Ketiga

Suhu tubuh berangsung-angsur turun dan normal kembali di akhir minggu.

Hal itu jika terjadi tanpa komplikasi atau berhasil diobati. Bila keadaan membaik,

gejala gejala akan berkurang dan temperatur mulai turun. Meskipun demikian

justru pada saat ini komplikasi perdarahan dan perforasi cenderung untuk terjadi,

akibat lepasnya kerak dari ulkus. Sebaliknya jika keadaan makin memburuk,

dimana toksemia memberat dengan terjadinya tanda-tanda khas berupa delirium

atau stupor,otot-otot bergerak terus, inkontinensia alvi dan

inkontinensia urin. Meteorisme dan timpani masih terjadi, juga tekanan abdomen

sangat meningkat diikuti dengan nyeri perut. Penderita kemudian mengalami

kolaps.

Jika denyut nadi sangat meningkat disertai oleh peritonitis lokal maupun

umum, maka hal ini menunjukkan telah terjadinya perforasi usus sedangkan

keringat dingin,gelisah,sukar bernapas dan kolaps dari nadi yang teraba denyutnya

memberi gambaran adanya perdarahan. Degenerasi miokardial toksik merupakan

penyebab umum dari terjadinya kematian penderita demam tifoid pada minggu

ketiga.
-Minggu keempat

Merupakan stadium penyembuhan meskipun pada awal minggu ini dapat

dijumpai adanya pneumonia lobar atau tromboflebitis vena femoralis.

KOMPLIKASI

1. Komplikasi Intestinal

Perdarahan usus

Perforasi usus

Ileus paralitik

2. Komplikasi Ekstra Intestinal

-Komplikasi Kardiovaskuler :

Kegagalan sirkulasi perifer (renjatan septik),miokarditis,trombosis dan

tromboflebitis

-Komplikasi darah :

anemia hemolitik ,trombositopenia, dan /atau Disseminated Intravascular

Coagulation (DIC) dan Sindrom uremia hemolitik

-Komplikasi paru :

Pneumonia,empiema,dan pleuritis

-Komplikasi hepar dan kandung empedu :

hepatitis dan kolesistitis

-Komplikasi ginjal :

glomerulonefritis,pielonefritis, dan perinefritis

-Komplikasi tulang :

osteomielitis,periostitis,spondilitis dan Artritis

-Komplikasi Neuropsikiatrik :
Delirium, meningismus, meningitis, polineuritis perifer, sindrom guillain-

barre, psikosis dan sindrom katatonia.

DIAGNOSIS

Anamnesis

Demam naik secara bertahap tiap hari, mencapai suhu tertinggi pada akhir

minggu pertama, minggu kedua demam terus menerus tinggi

Anak sering mengigau (delirium), malaise, letargi, anoreksia, nyeri kepala,

nyeri perut, diare, atau konstipasi muntah, perut kembung

Pada demam tifoid berat dapat di jumpai penurunan kesadaran, kejang

dan ikterus.

Pemeriksaan fisis

Gejala klinis bervariasi dari yang ringan sampai berat dengan komplikasi.

Kesadaran menurun, delirium, sebagian besar anak mempunyai lidah tifoid

yaitu di bagian tengah kotor dan bagian pinggir hiperemis, meteorismus,

hepatomegali lebih sering dijumpai daripada splenomegali. Kadang-kadang

terdengar ronki pada pemeriksaan paru.

Pemeriksaan penunjang

Darah tepi perifer :

Anemia, pada umumnya terjadi karena suspensi sumsum tulang,

defisiensi Fe, atau perdarahan usus

Leukopenia, namun jarang kurang dari 3000 /ul

Limfositosis relatif

Trombositopenia, terutama pada demam tifoid berat


Pemeriksaan serologi :

Serologi Widal : kenaikan titer S.typhi titer O 1:200 atau kenaikan 4 kali

titer fase akut ke fase konvalesens

Kadar igM dan igG (Typhi-dop)

Pemeriksaan biakan salmonela :

Biakan darah terutama pada minggu 1-2 dari perjalanan penyakit

Biakan sumsum tulang masih positif sampai minggu ke 4

Pemeriksaan radiologi:

Foto toraks, apabila di duga terjadi komplikasi pneumonia

Foto abdomen, apabila diduga terjadi komplikasi intraintestinal seperti

perforasi usus atau perdarahan saluran cerna

Pada perforasi usus tampak :

Distribusi udara tak merata

Airfluid level

Bayangan radiolusen di daerah hepar

Udara bebas pada abdomen

Tata laksana

Antibiotik

Kloramfenikol (drug of choice) 50100 mg/kgbb/hari, oral atau

IV, dibagi dalam 4 dosis selama 10-14 hari

Amoksisilin 100 mg/kgbb/hari, oral atau intravena, selama 10 hari

Kotrimoksasol 6 mg/kgbb/hari, oral selama 10 hari

Seftriakson 80mg/kgbb/hari, intravena atau intramuskulkar,sekali

sehari, selama 5 hari


Sefiksim 10 mg/kgbb/hari,oral,dibagi dalam 2 dosis, selama 10

hari

Cefotaxime 100-150 mg/kgbb/hari dalam 2-4 dosis, di tingkatkan

sampai 200mg/kgbb/hari jika pada infeksi berat.

Kortikosteroid diberikan pada kasus berat dengan gangguan kesadaran

Deksametason 1-3mg/kgbb/hari intravena,dibagi 3 dosis hingga kesadaran

membaik.

Antipiretik

Novalgin 10 mg/kgBB/6-8 jam

Paracetamol 10-15 mg/kgBB/ 6-8 jam

Bedah

Tindakan bedah diperlukan pada penyulit perforasi usus

Suportif

Demam tifoid ringan dapat dirawat di rumah

Tirah baring

Isolasi memadai

Kebutuhan cairan dan kalori dicukupi

Indikasi rawat

Demam tifoid berat harus di rawat inap di rumah sakit.

Cairan dan kalori

Terutama pada demam tinggi, muntah atau diare, bila perlu asupan

cairan dan kalori diberikan melalui sonde lambung

Pada ensefalopati, jumlah kebutuhan cairan di kurangi menjadi 4/5

kebutuhan dengan kadar natrium rendah


Penuhi kebutuhan volume cairan intravaskular dan jaringan

Pertahankan fungsi sirkulasi dengan baik

Pertahankan oksigenasi jaringan, bila perlu berikan O2

pelihara keadaan nutrisi

pengobatan ganggusn asam basa dan elektrolit

Antipiretik, diberikan apabila demam > 390C, kecuali pada pasien dengan

riwayat kejang demam dapat diberikan lebih awal

Diet

Makanan tidak berserat dan mudah dicerna

Setelah demam reda, dapat segera diberikan makanan yang lebih

padat dengan kalori cukup

Transfusi darah : kadang-kadang di perlukan pada perdarahan saluran

cerna dan perforasi usus

Pemantauan

Terapi

Evaluasi demam dengan memonitor suhu. Apabila pada hari ke 4- 5

setelah pengobatan demam tidak reda, maka harus segera kembali di

evaluasi adakah komplikasi, sumber infeksi lain, resistensi S.typhi

terhadap antibiotik, atau kemungkinan salah menegakkan diagnosis.

Pasien dapat dipulangkan apabila tidak demam selama 24 jam tanpa

antipiretik, nafsu makan membaik, klinis perbaikan, dan tidak dijumpai

komplikasi. Pengobatan dapat dilanjutkan dirumah.

Penyulit
Intraintestinal : perforasi usus atau perdarahan saluran cerna : suhu

menurun, nyeri abdomen, muntah, nyeri tekan pada palpasi, bising usus

menurun sampai menghilang, defance musculaire positif, dan pekak hati

menghilang.

Ekstraintestinal : tifoid ensefalopati, hepatitis tifosa, meningitis,

pneumonia, syok septik, pielonefritis, osteomielitis,dll.


Daftar Pustaka

1. American Academy of Pediatrics. Salmonella infection. Dalam : Pickering

Lk,Baker CJ, Long SS, McMillan JA, penyunting. Red Book:2006 report

of the committee in infectious diseases. Edisi ke-27 Elk Grove Village,

IL.American Academy of Pediatrics;2006,h.579-84

2. Cleary TG. Salmonella species. Dalam:Dalam : Long SS, Pickering LK ,

Prober CG, penyunting. Principles and Practice of Pediatric Infectious

Disease. Edisi ke -2. Philadelphia, PA: Elsevier Science; 2003. H.30-5.

3. Cleary TG. Salmonella. Dalam: Behrman RE, Kliegman RM, Jenson HB,

penyunting. Nelson textbook of pediatrics. Edisi ke-17 . Philadelphia:

Saunders; 2004, h. 912-9.

4. Pickering LK dan Cleary TG. Infections of the gastrointestinal tract.

Dalam: Anne AG, Peter JH, Samuel LK, penyunting. Krugmans

infectious diseases of children. Edisi ke-11. Philadelphia; 2004,h. 212-3.

You might also like