You are on page 1of 15

makalah zona ekonomi eksklusif (ZEE)

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Semenjak berakhirnya Perang Dunia II, hukum laut yang merupakan cabang hukum

internasional telah mengalami perubhan-perubahan yang mendalam.Bahkan, dapat dikatakan

telah mengalami revolusi sesuai dengan perkembangan dan tuntuan zaman. Peran hukum laut

bukam saja karena 70% atau 140 juta mil persegi dari permukaan bumi terdiri dari laut, bukan

saja karena laut merupakan jalan raya yang menghubungkan suatu bangsa dengan bangsa yang

lain ke seluruh pelosok dunia untuk segala macam kegiatan, bukan saja karena kekayaannya

dengan segala macam jenis ikan yang vital bagi kehidupan manusia, tetapi juga dan terutama

karena kekayaan mineral yang terkandung di dasar laut itu sendiri.

Bila dulu hukum laut pada pokonya hanya mengurus kegiatan-kegiatan di atas

permukaan laut,tetapi sekarang ini juga telah diarahkan pada dasar laut dan kekayaan mineral

yang terkandung di dalamnya. Hukum laut yang dulunya bersifat unidimensional sekarang

telah berubah menjadi pluridimensional yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum

laut di masa lalu.

Pada tanggal 21 Maret 1980 Indonesia mengumumkan ZEE.Batas Zona Ekonomi

Eksklusif adalah wilayah laut Indonesia selebar 200 mil yang diukur dari garis pangkal laut

wilayah Indonesia. Apabila ZEE suatu negara berhimpit dengan ZEE negara lain maka

penetapannya didasarkan kesepakatan antara kedua negara tersebut. Sebab dalam batas ZEE

suatu negara berhak melakukan ekslpoitasi, eksplorasi, pengelolaan dan pelestarian sumber

daya alam yang berada di dalamnya baik di dasar laut maupun air laut di atasnya.Oleh karena
itu, Indonesia bertanggung jawab untuk melestarikan dan melindungi sumber daya alam dari

kerusakan.

1.2 Rumusan Masalah

1) Apa yang dimaksud dengan Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE) ?

2) Bagaimana sejarah perkembangan ZEE di Indonesia ?

3) Bagaimana Hak berdaulat, kewajiban yurisdiksi dan hak-hak lain di ZEE ?

4) Bagaimana penentuan Batas Luar dan Lebarnya ZEE ?

5) Apa manfaat dari adanya penentuan Batas ZEE ?

1.3 Tujuan

1) Untuk mengetahui pengertian dari ZEE .

2) Untuk mengetahui bagaimana sejarah perkembangan ZEE di Indonesia.

3) Untuk mengetahui hak dan kewajiban apa saja yang ada di ZEE.

4) Untuk mengetahui bagaimana penentuan batas luar dan lebarnya ZEE.

5) Untuk mengetahui manfaat dari penentuan batas ZEE.

BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Zona Ekonomi Eksklusif (ZEE)


Zona Ekonomi Eklusif adalah zona yang luasnya 200 mil laut dari garis dasar pantai,

yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai hak atas kekayaan alam di

dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan bernavigasi, terbang di

atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa. Konsep dari ZEE muncul dari

kebutuhan yang mendesak. Sementara akar sejarahnya berdasarkan pada kebutuhan yang

berkembang semenjak tahun 1945 untuk memperluas batas jurisdiksi negara pantai atas

lautnya, sumbernya mengacu pada persiapan untuk UNCLOS III.

Konsep dari ZEE telah jauh diletakkan di depan untuk pertama kalinya oleh Kenya

pada Asian-African Legal Constitutive Committee pada Januari 1971, dan pada Sea Bed

Committee PBB pada tahun berikutnya. Proposal Kenya menerima dukungan aktif dari banyak

Negara Asia dan Afrika. Dan sekitar waktu yang sama banyak Negara Amerika Latin mulai

membangun sebuah konsep serupa atas laut patrimonial. Dua hal tersebut telah muncul secara

efektif pada saat UNCLOS dimulai, dan sebuah konsep baru yang disebut ZEE telah dimulai.

Ketentuan utama dalam Konvensi Hukum Laut yang berkaitan dengan ZEE terdapat

dalam bagian ke-5 konvensi tersebut. Sekitar tahun 1976 ide dari ZEE diterima dengan antusias

oleh sebagian besar anggota UNCLOS, mereka telah secara universal mengakui adanya ZEE

tanpa perlu menunggu UNCLOS untuk mengakhiri atau memaksakan konvensi. Penetapan

universal wilayah ZEE seluas 200 mil laut akan memberikan setidaknya 36% dari seluruh total

area laut. Walaupun ini porsi yang relatif kecil, di dalam area 200 mil laut yang diberikan

menampilkan sekitar 90% dari seluruh simpanan ikan komersial, 87% dari simpanan minyak

dunia, dan 10% simpanan mangan.

Lebih jauhnya, sebuah porsi besar dari penelitian scientific kelautan mengambil

tempat di jarak 200 mil laut dari pantai, dan hampir seluruh dari rute utama perkapalan di dunia

melalui ZEE negara pantai lain untuk mencapai tujuannya. Melihat begitu banyaknya aktivitas
di zona ZEE, keberadaan rezim legal dari ZEE dalam Konvensi Hukum Laut sangat penting

adanya.

2.2 Sejarah Perkembangan ZEE di Indonesia

Pada tanggal 28 September 1945 Presiden Amerika Seriakt Harry S. Truman telah

mengeluarkan suatu proklamasi No. 2667, Policy of the United States with respect to the

Natural Resources of the Subsoil and Seabed of the Continental Shelf. Dengan proklamasi

Presiden Truman tahun 1945 di atas dimulailah suatu perkembangan dalam hukum Laut yakni

pengertian geologi continental shelf atau daratan kontinen. Tindakan Presiden Amerika

serikat ini bertujuan mencadangkan kekayaan alam pada dasar laut dan tanah dibawahnya yang

berbatasan dengan pantai Amerika Serikat untuk kepentingan rakyat dan bangsa Amerika

Serikat, terutama kekayaan mineral khususnya minyak dan gas bumi. Hal tersebut sesuai

dengan isi dari proklamasi tersebut yang pada pokoknya adalah : Sudah selayaknya tindakan

demikian diambil oleh negara pantai karena continental shelf dapat dianggap sebagai

kelanjutan alamiah daripada wilayah daratan dan bagaimanapun juga usaha-usaha untuk

mengelola kekayaan alam yang terdapat didalamnya memerlukan kerjasama dan perlindungan

dari pantai. Dnagn demikian maka demi keamanan penguasaaan sember daya alam yang

terdapat dari dalam continental shelf, seyogyanya kekuasaan untuk mengaturnya ada pada

negara pantai yang berbatasan dengan daratan yang bersangkutan.

Tindakan sepihak Amerika Serikat mengenai landas Kontinen dan perikanan

sebagaimana disebutkan di atas, berpengaruh terhadap perkembangan rezim hukum ZEE 200

mil tersebut. Hal ini terbukti bahwa negara-negara Amerika Latin dalam mengajukan tuntutan

mereka telah mengemukakan beberapa argumentasi yang bertujuan untuk melindungi sumber-

sumber kekayaan alam yang banyak terdapat diperairan sejauh 200 mil, termasuk dasar laut

dan tanah di abwahnya. Argentina menagjukan teori Epi Continental Sea, kemudian

Ekuador, Chili dan Peru mengemukakan teori Bloma, yang selanjutnya diikuti oleh
negaranegara Amerika Latin lainnya, yakni Meksiko (1946), Honduras (1950), Costa Rica

(1950), El Salvador (1950).

Sebagai tindak lanjut dari tuntutan negara-negara Amerika Latin maka pada tahun

1952 lahirlah suatu deklarasi baru yakni Deklarasi Santiago yang ditandatangani oleh

Negara-Negara : Chili, Ekuador dan Peru: sebagai motivasi utama tuntutan ketiga Negara

peserta deklarasi Santiago ini adalah pelaksanaan jurisdiksi ekslusif terhadap sumber-sumber

kekayaan alam (daya hayati maupun non hayati) yang terdapat diperairannya yang sejauh 200

mil laut.

Selanjutnya Winston C.E. menjelaskan bahwa dalam lingkaran sejauh 200 mil itu

hak-hak lintas damai (innocent passage) tidak terganggu (inoffensive) dan tetap diakui

sebagaimana mestinya. Sehubungan dengan klaim beberapa negara mengenai ZEE 200 mil laut

ini, PBB telah menyelenggarakan Konferensi Hukum Laut (UNCLOS) 1 tahun 1958 UNCLOS

II tahun 1960 di Jenewa, terutama bertujuan untuk menetapkan lebar laut wilayah, namun usaha

PBB tersebut ternyata gagal. Kegagalan ini mengakibatkan meluasnya praktek Negara-negara

dalam mengklaim kedaulatan mereka di laut yang berbatasan dengan pantainya.Termasuk

klaim yurisdiksi 200 mil. Klaim-klaim ini berkembang (meluas) sekitar tahun 1960-1970,

terutama yang mengklaim jurisdiksi 200 mil dan tidak terbatas hanay pada Nnegara-negara

Amerika Latin saja, melainkan juga meluas sampai pada negara-negara asia Afrika.

Menurut Winston C.E., walaupun Negara-negara seperti Benin, Brazilia, Ekuador,

Guinea, panama, Peru, Siera Leone dan Somalia tetap mengklaim jurisdiksi 200 mil laut

sebagai laut wilayah, negara-negara seperti: Argentina, Bangladesh, Chili, Costa Rica, El

Salvador, Guatemala, Honduras, India, Iceland, Meksiko, Nicaragua, Uruguay dan Amerika

serikat mengajukan klaim mereka yang sejalan dan selaras dengan tuntunan yang telah

diajukan oleh Negara-negara peserta deklarasi Santiago tahun 1952 (Chili, Ekuador, Peru).

Perlu dijelaskan dalam studi ini bahwa dalam perkembangannya, delegasi Kenya secara resmi
telah mengajukan usul draft article yang mengatur tentang ZEE dalam persidangan Seabed

Committee 18 Agustus 1972, yang selanjutnya dimasukkan dalam List of Subjects and

Issues dan dibahas dalam UNCLOS III 1974. Ternyata diantara negara-negara yang

mengklaim yurisdiksi laut 200 mil tersebut mempunyai pendapat-pendapat yang berbeda

tentang apa yang telah dideklarasikan sebelumnya. Hal ini terbukti dengan terjadinya

perdebatan sengit diantara negara-negara peserta UNCLOS III, masing-masing negara dengan

gigih mempertahankan kepentingannya yang menjadi latar belakang klaimnya itu.Perdebatan

dimaksud merupakan bagian laut bebas, ataukah memiliki rezim hukum spesifik.

Dalam hal ini negara-negara maritim yang kuat, seperti Amerika Serikat, Uni Soviet,

Inggris, Jepang dan Jerman Barat bersitegang dengan pendapatnya bahwa ZEE 200 mil harus

merupakan laut bebas dengan ketentuan :

a. Negara-negara pantai diberi wewenang tertentu kekayaan alamnya.

b. Kebebasan lautan, termasuk kebebasan menggunakannya untuk kepentingan militer, tetap

terjamin bagi semua bangsa.

Sedangkan Negara-negara pantai terutama negara-negara yang tergabung dalam kelompok 77

dengan gigih pula tetap mempertahankan pendapatnya bahwa konsep ZEE merupakan suara

konsepsi suigeneris yang memiliki rezim khusus mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban

negaranya. Dengan demikian negara-negara yang tergabung dalam kelompok 77 dengan tetap

menentang dipertahankannya status laut bebas bagi ZEE, walaupun mengakui beberapa

kebebasan dilaut lepas dengan ketentuan bahwa hak-hak tersebut harus diperinci secara jelas

dan tegas.

Menurut Hasjim Djalal dalam bukunya Perjuangan Indonesia dibidang Hukum

Laut. Meyatakan bahwa, negara-negara tak berpantai (landlocked States) dan negar-negara

secara geografis tidak beruntung (geographically disadvantaged States) menuntut hak-hak


yang sama dengan negara-negara pantai, tidak saja dibidang perikanan tetapi juga terhadap

sumber-sumber kekayaan laut lainnya di dasar laut.

Namun negara-negara pantai hanya bersedia memberikan surplus perikanan yang

tidak dapat diambil oleh negara-negara pantai, dalam hal ini negara-negara yang tergolong

landlocked dan geographically disanvantage yang mendasarkan tuntutan mereka atas dasar

prinsip common heritage of mankind yang mengklaim hak yang sama dengan negara-negara

pantai untuk mengambil kekayaan alam di ZEE tersebut. Sebagai ilustrasi disini, negara-

negara tak berpantai dan secara geografis tidak beruntung misalnya Singapura, Nepal, dan

Zambia, sedangkan ketiga lainnya yang termasuk dalam ketegori distant. Penyelesaian yang

selalu menjadi tujuan hukum pada akhirnya perbedaan dan pertentangan pendapat yang pada

mulanya tegang itu, dengan jalan perundingan dan mufakat kemudian dapat dipertemukan,

sehingga perjuangan mengenai rezim hukum ZEE 200 mil akhirnay dapat dirumuskan,

kepentingan semua pihak dapat dapat ditampung tanpa saling merugikan. ZEE 200 mil dengan

demikian tidak dikualifikasikan sebagai laut bebas dan tidak pula sebagai laut wilayah, namun

sebagai suatu rezim sul generis, yang diartikan ZEE mempunyai ketentuan hukum sendiri.

Kemudian setelah mengalami amandemen-amandemen dalam Informal Single

Negotiating Text (INST) dan Revised Singel Negotiating Text (RSNT), ketentuan-ketentuan

mengenai ZEE 200 mil dimuat dalam pasal 55-75 Bab V Informal Composite Negotiating Text.

(ICNT). Menlu RI Mochtar Kusumaatmadja, dalam penjelasannya mengenai Pengumuman

Pemerintah tentang ZEE Indonesia pada tanggal 21 Maret 1980, telah menegaskan bahwa

walaupun ketentuan-ketentuan tentang ZEE dalam bab V ICNT ini belum berhasil diresmikan

menjadi suatu konvensi Hukum Laut Internasional, dengan makin banyaknya negara-negara

yang mengumumkan ZEE 200 mil, maka rezim itu melalui proses pembentukan hukum

kebiasaan internasional, dewasa ini telah menjadi Hukum Laut Internasional yang abru,
Konvensi Hukum laut III ini telah ditandatangani di Montego Bay, Jama tanggal 10 Desember

1982.

2.3 Hak Berdaulat, Kewajiban Yurisdiksi dan hak-hak lain di ZEE

Hal ini di atur dalam Bab III pasal 4 UU no.5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi

Eksklusif Indonesia yang menyebutkan bahwa :

1. Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, Republik Indonesia mempunyai dan melaksanakan:

a. Hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, pengelolaan dan konservasi

sumber daya alam hayati dan non hayati dari dasar laut dan tanah di bawahnya serta air di

atasnya dan kegiatan-kegiatan lainnya untuk eksplorasi dan eksploitasi ekonomis zona

tersebut, seperti pembangkitan tenaga dari air, arus dan angin.

b. Yurisdiksi yang berhubungan dengan :

1) pembuatan dan penggunaan pulau-pulau buatan, instalasi-instalasi dan bangunan-bangunan

lainnya.

2) penelitian ilmiah mengenai kelautan;.

3) perlindungan dan pelestarian lingkungan laut.

c. Hak-hak lain dan kewajiban-kewajiban lainnya berdasarkan Konvensi Hukum Laut yang

berlaku.

2. Sepanjang yang bertalian dengan dasar laut dan tanah di bawahnya, hak berdaulat, hak hak

lain, yurisdiksi dan kewajiban-kewajiban Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)

dilaksanakan menurut peraturan perundang-undangan Landas Kontinen Indonesia,

persetujuan-persetujuan antara Republik Indonesia dengan negara-negara tetangga dan

ketentuan-ketentuan hukum internasional yang berlaku.


3. Di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia, kebebasan pelayaran dan penerbangan internasional

serta kebebasan pemasangan kabel dan pipa bawah laut diakui sesuai dengan prinsip -

prinsip hukum laut internasional yang berlaku.

Di Zona Ekonomi Eksklusif setiap Negara pantai seperti Indonesia ini mempunyai

hak berdaulat untuk tujuan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan mengelola sumber daya

alama baik hayati maupun nonhayati di perairannya, dasar hukum laut dan tanah dibawahnya

serta untuk keperluan ekonomi di zona tersebut seperti produksi energi dari air, arus, dan

angin.

Hak berdaulat Indonesia yang dimaksud oleh undang-undang ini tidak sama atau

tidak dapat disamakan dengan kedaulatan penuh yang dimiliki dan dilaksanakan oleh Indonesia

atas laut wilayah, perairan Nusantara dan perairan pedalaman Indonesia. Berdasarkan hal

tersebut diatas maka sanksi-sanksi yang diancam di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia

berbeda dengan sanksi-sanksi yang diancam di perairan yang berada dibawah kedaulatan

Republik Indonesia tersebut.

Sedangkan jurisdiksi Indonesia di zona itu adalah jurisdiksi membuat dan

menggunakan pulau buatan, instalasi, dan bangunan, riset ilmiah kelautan, perlindungan dan

pelestarian lingkungan laut. Dalam melaksanakan hak berdaulat dan jurisdiksinya di zona

ekonomi eksklusif itu, Indonesia harus memperhatikan hak dan kewajiban Negara lain.Hal

yang tidak kalah pentingnya adalah kewajiban menetapkan batas-batas zona ekonomi eksklusif

Indonesia dengan negara tetangga berdasarkan perjanjian, pembuatan peta dan koordinat

geografis serta menyampaikan salinannya ke Sekretaris Jenderal PBB.

Hak dan kewajiban negara lain di zona ekonomi eksklusif diatur oleh Pasal 58 Konvensi

Hukum Laut 1982, yaitu sebagai berikut:

a. Di zona ekonomi eksklusif, semua negara, baik negara berpantai atau tak berpantai,

menikmati, dengan tunduk pada ketentuan yang relevan konvensi ini, kebebasan-kebebasan
pelayaran dan penerbangan, serta kebebasan meletakkan kebel dan pipa bawah laut yang

disebutkan dalam pasal 87 dan penggunaan laut yang berkaitan dengan pengoperasian kapal,

pesawat udara, dan kebel serta pipa di bawah laut, dan sejalan dengan ketentuan-ketentuan lain

konvensi ini.

b. Pasal 88 sampai pasal 115 dan ketentuan hukum internasional lain yang berlaku diterapkan

bagi zona ekonomi eksklusif sepanjang tidak bertentangan dengan bab ini.

c. Dalam melaksanakan hak-hak memenuhi kewajiban berdasarkan konvensi ini dizona ekonomi

eksklusif, negara-negara harus memperhatikan sebagaimana mestinya hak-hak dan kewajiban

negara pantai dan harus mentaati peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh negara

pantai sesuai dengan ketentuan konvensi ini dan peraturan hukum internasional sepanjang

ketentuan tersebut tidak bertentangan dengan ketentuan bab ini.

Di zona ekonomi eksklusif Indonesia, semua Negara baik Negara pantai maupun

tidak berpantai mempunyai hak kebebasan pelayaran dan penerbangan, kebebasan memasang

kabel dan pipa bawah laut dan penggunaan sah lainnya menurut hukum internasional dan

Konvensi Hukum Laut 1982. Dalam melaksanakan hak-hak dan kebebasan tersebut, Negara

lain harus menghormati peraturan perundang-undangan Indonesia sebagai negara pantai yang

mempunyai zona ekonomi eksklusif tersebut.

Negara pantai dapat menegakan peraturan perundang-undangannya sebagaimana di

cantumkan dalam pasal 73 yaitu:

1) Negara pantai dapat, dalam melaksanakan hak berdaulatnya untuk melakukan eksplorasi,

eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan hayati di zona ekonomi eksklusif

mengambil tindakan demikian, termasuk menaiki kapal, memeriksa, menangkap dan

melakukan proses peradilan, sebagaimana diperlukan untuk menjamin ditaatinya peraturan

perundang-undangan yang ditetapkannya sesuai dengan ketentuan konvensi ini.


2) Kapal-kapal yang ditangkap dan awaknya kapalnya harus segera dibebaskan setelah diberikan

suatu uang jaminan yang layak atau bentuk jaminan lainya

3) Hukuman negara pantai yang dijatuhkan terhadap pelanggaran peraturan perundang-undangan

perikanan di zona ekonomi eksklusif tidak boleh mencakup pengurungan, jika tidak ada

perjanjian sebaliknya antara negara-negara yang bersangkutan, atau setiap bentuk hukuman

badan lainya

4) Dalam hal penangkapan atau penahanan kapal asing negara pantai harus segera

memberitahukan kepada negara bendera, melalui saluran yang tepat, mengenai tindakan yang

diambil dan mengenai setiap hukuman yang kemudiandijatuhkan

Aparatur penegak hukum di bidang penyidikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah

Perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut yang ditunjuk oleh Panglima Angkatan

Bersenjata Republik Indonesia. Pengadilan yang berwenang mengadili pelanggaran terhadap

ketentuan undang-undang ini adalah pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi

pelabuhan dimana dilakukan penahanan terhadap kapal dan/atau orang-orang.

2.4 Batas luar dan Lebarnya zona ekonomi eksklusif

Angka yang dikemukakan mengenai lebarnya zona ekonomi eksklusif adalah 200 mil

atau 370,4 km. kelihatannya angka ini tidak menimbulkan kesukaran dan dapat diterima oleh

negara-negara berkembang dan negara-negara maju.semenjak dikemukakannya gagasan zona

ekonomi, angka 200 mil dari garis pangkal sudah menjadi pegangan.sekiranya lebar laut

wilayah 12 mil sudah diterima, seperti kenyataannya sekarang ini, sebenarnya lebar zona

ekonomi eksklusif adalah 200-12 = 188 mil. Sebagaimana telah dikemukakan hak-hak negara

pantai atas kedua laut tersebut berbeda yaitu kedaulatan penuh atas laut wilayah(teritorial) dan
hak-hak berdaulat atas zona ekonomi untuk tujuan eksploitasi sumber kekayaan yang terdapat

di daerah laut tersebut.

Batas dalam ZEE adalah batas luar dari laut territorial.Zona batas luas tidak boleh

melebihi kelautan 200 mil dari garis dasar dimana luas pantai territorial telah ditentukan. Kata-

kata dalam ketentuan ini menyarankan bahwa 200 mil adalah batas maksimum dari ZEE,

sehingga jika ada suatu negara pantai yang menginginkan wilayahnya ZEE-nya kurang dari

itu, negara itu dapat mengajukannya. Di banyak daerah tentu saja negara-negara pantai tidak

akan memilih mengurangi wilayah ZEEnya kurang dari 200 mil, karena kehadiran wilayah

ZEE negara tetangga. Kemudian timbul pertanyaan mengapa luas 200 mil menjadi pilihan

maksimum untuk ZEE. Alasannya adalah berdasarkan sejarah dan politik : 200 mil tidak

memiliki geographis umum, ekologis dan biologis nyata.

Pada awal UNCLOS zona yang paling banyak di klaim oleh negara pantai adalah 200

mil, diklaim negara-negara amerika latin dan Afrika. Lalu untuk mempermudah persetujuan

penentuan batas luar ZEE maka dipilihlah figur yang paling banyak mewakili klaim yang telah

ada. Tetapi tetap mengapa batas 200 mil dipilih sebagai batas luar jadi pertanyaan. Menurut

Prof. Hollick, figure 200 mil dipilih karena suatu ketidaksengajaan, dimulai oleh negara Chili.

Awalnya negara Chili mengaku termotifasi pada keinginan untuk melindungi operasi paus

lepas pantainya. Industri paus hanya menginginkan zona seluas 50 mil, tapi disarankan bahwa

sebuah contoh diperlukan.Dan contoh yang paling menjanjikan muncul dalam perlindungan

zona adalah diadopsi dari Deklarasi Panama 1939.Zona ini telah disalahpahami secara luas

bahwa luasnya adalah 200 mil, padahal faktanya luasnya beranekaragam dan tidak lebih dari

300 mil.

2.5 Manfaat dari adanya Batas ZEE


1. Negara pantai berhak memanfaatkan sumberdaya alam yang terkandung di dalam zona

tersebut.

2. Negara pantai juga bisa mengelola dan mengembang seluruh sumber daya yang terdapat dalam

zona tersebut baik didasar laut ataupun dibawah perairan.

3. Agar negara asing atau negara lain tidak memanfaatkan atau mengambil sumber daya alam

yang ada di wilayah tersebut.

4. Bertambah luasnya wilayah laut yang dimiliki oleh suatu negara pantai.

5. Negara pantai berhak menggunakan kebijakan hukum, kebebasan bernavigasi atau melakukan

penanaman kabel dan pipa pada wilayah tersebut.

6. Tiap negara pantai dapat memiliki setidaknya 90% dari keseluruhan cadangan ikan yang bisa

dijual, 84% cadangan minyak dunia, dan 1% cadangan mangan.

7. Dapat membantu dalam memelihara dan mempertegas batas wilayah suatu negara.

8. Negara dapat melakukan penelitian dan pengembangan sumber daya alam pada zona tersebut.

9. Dapat meningkatkan pemasukan negara jika wilayah tersebut bisa dikelola dengan baik.

Seperti menjadin sebuah destinasi wisata, hal tersebut akan memberikan pemasukan bagi

negara.

Manfaat tersebut hanya beberapa dari banyak manfaat lainnya jika ada batas ZEE

bagi sebuah wilayah. Sebagai contoh pada negara kita, belakangan ini banyak sekali terdengar

pemberitaan tentang kapal-kapal asing dari negara lain berlayar tanpa izin di wilayah perairan

negara kita. Kapal asing tersebut datang untuk mengambil hasil kekayaan laut Indonesia tanpa

izin dari negara kita, mereka melakukan hal tersebut secara ilegal. Oleh sebab itu, pemerintah

berhak penuh untuk menggunakan kebijakan-kebijakan hukum yang mengatur tentang hal

tersebut.
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Zona Ekonomi Eklusif adalah zona yang luasnya 200 mil laut dari garis dasar pantai,

yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai hak atas kekayaan alam di

dalamnya, dan berhak menggunakan kebijakan hukumnya, kebebasan bernavigasi, terbang di

atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa. Konsep dari ZEE muncul dari

kebutuhan yang mendesak. Sementara akar sejarahnya berdasarkan pada kebutuhan yang

berkembang semenjak tahun 1945 untuk memperluas batas jurisdiksi negara pantai atas

lautnya, sumbernya mengacu pada persiapan untuk UNCLOS III.

Ketentuan utama dalam Konvensi Hukum Laut yang berkaitan dengan ZEE terdapat

dalam bagian ke-5 konvensi tersebut.Sekitar tahun 1976 ide dari ZEE diterima dengan antusias

oleh sebagian besar anggota UNCLOS, mereka telah secara universal mengakui adanya ZEE

tanpa perlu menunggu UNCLOS untuk mengakhiri atau memaksakan konvensi. Penetapan

universal wilayah ZEE seluas 200 mil laut akan memberikan setidaknya 36% dari seluruh total

area laut. Walaupun ini porsi yang relatif kecil, di dalam area 200 mil laut yang diberikan

menampilkan sekitar 90% dari seluruh simpanan ikan komersial, 87% dari simpanan minyak

dunia, dan 10% simpanan mangan. Lebih jauhnya, sebuah porsi besar dari penelitian scientific

kelautan mengambil tempat di jarak 200 mil laut dari pantai, dan hampir seluruh dari rute utama

perkapalan di dunia melalui ZEE negara pantai lain untuk mencapai tujuannya.

DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/pengertian-zona-ekonomi-eksklusif
http://mutiasari2.blogspot.com/2015/03/makalah-hukum-laut-internasional.html
(diakses tanggal Jumat, 30 juni 2016, pukul 20:55)
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/laut/manfaat-dari-adanya-batas-zee

You might also like