Professional Documents
Culture Documents
BAB 1
PENDAHULUAN
Semenjak berakhirnya Perang Dunia II, hukum laut yang merupakan cabang hukum
telah mengalami revolusi sesuai dengan perkembangan dan tuntuan zaman. Peran hukum laut
bukam saja karena 70% atau 140 juta mil persegi dari permukaan bumi terdiri dari laut, bukan
saja karena laut merupakan jalan raya yang menghubungkan suatu bangsa dengan bangsa yang
lain ke seluruh pelosok dunia untuk segala macam kegiatan, bukan saja karena kekayaannya
dengan segala macam jenis ikan yang vital bagi kehidupan manusia, tetapi juga dan terutama
Bila dulu hukum laut pada pokonya hanya mengurus kegiatan-kegiatan di atas
permukaan laut,tetapi sekarang ini juga telah diarahkan pada dasar laut dan kekayaan mineral
yang terkandung di dalamnya. Hukum laut yang dulunya bersifat unidimensional sekarang
telah berubah menjadi pluridimensional yang sekaligus merombak filosofi dan konsepsi hukum
Eksklusif adalah wilayah laut Indonesia selebar 200 mil yang diukur dari garis pangkal laut
wilayah Indonesia. Apabila ZEE suatu negara berhimpit dengan ZEE negara lain maka
penetapannya didasarkan kesepakatan antara kedua negara tersebut. Sebab dalam batas ZEE
suatu negara berhak melakukan ekslpoitasi, eksplorasi, pengelolaan dan pelestarian sumber
daya alam yang berada di dalamnya baik di dasar laut maupun air laut di atasnya.Oleh karena
itu, Indonesia bertanggung jawab untuk melestarikan dan melindungi sumber daya alam dari
kerusakan.
1.3 Tujuan
3) Untuk mengetahui hak dan kewajiban apa saja yang ada di ZEE.
BAB 2
PEMBAHASAN
yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai hak atas kekayaan alam di
atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa. Konsep dari ZEE muncul dari
kebutuhan yang mendesak. Sementara akar sejarahnya berdasarkan pada kebutuhan yang
berkembang semenjak tahun 1945 untuk memperluas batas jurisdiksi negara pantai atas
Konsep dari ZEE telah jauh diletakkan di depan untuk pertama kalinya oleh Kenya
pada Asian-African Legal Constitutive Committee pada Januari 1971, dan pada Sea Bed
Committee PBB pada tahun berikutnya. Proposal Kenya menerima dukungan aktif dari banyak
Negara Asia dan Afrika. Dan sekitar waktu yang sama banyak Negara Amerika Latin mulai
membangun sebuah konsep serupa atas laut patrimonial. Dua hal tersebut telah muncul secara
efektif pada saat UNCLOS dimulai, dan sebuah konsep baru yang disebut ZEE telah dimulai.
Ketentuan utama dalam Konvensi Hukum Laut yang berkaitan dengan ZEE terdapat
dalam bagian ke-5 konvensi tersebut. Sekitar tahun 1976 ide dari ZEE diterima dengan antusias
oleh sebagian besar anggota UNCLOS, mereka telah secara universal mengakui adanya ZEE
tanpa perlu menunggu UNCLOS untuk mengakhiri atau memaksakan konvensi. Penetapan
universal wilayah ZEE seluas 200 mil laut akan memberikan setidaknya 36% dari seluruh total
area laut. Walaupun ini porsi yang relatif kecil, di dalam area 200 mil laut yang diberikan
menampilkan sekitar 90% dari seluruh simpanan ikan komersial, 87% dari simpanan minyak
Lebih jauhnya, sebuah porsi besar dari penelitian scientific kelautan mengambil
tempat di jarak 200 mil laut dari pantai, dan hampir seluruh dari rute utama perkapalan di dunia
melalui ZEE negara pantai lain untuk mencapai tujuannya. Melihat begitu banyaknya aktivitas
di zona ZEE, keberadaan rezim legal dari ZEE dalam Konvensi Hukum Laut sangat penting
adanya.
Pada tanggal 28 September 1945 Presiden Amerika Seriakt Harry S. Truman telah
mengeluarkan suatu proklamasi No. 2667, Policy of the United States with respect to the
Natural Resources of the Subsoil and Seabed of the Continental Shelf. Dengan proklamasi
Presiden Truman tahun 1945 di atas dimulailah suatu perkembangan dalam hukum Laut yakni
pengertian geologi continental shelf atau daratan kontinen. Tindakan Presiden Amerika
serikat ini bertujuan mencadangkan kekayaan alam pada dasar laut dan tanah dibawahnya yang
berbatasan dengan pantai Amerika Serikat untuk kepentingan rakyat dan bangsa Amerika
Serikat, terutama kekayaan mineral khususnya minyak dan gas bumi. Hal tersebut sesuai
dengan isi dari proklamasi tersebut yang pada pokoknya adalah : Sudah selayaknya tindakan
demikian diambil oleh negara pantai karena continental shelf dapat dianggap sebagai
kelanjutan alamiah daripada wilayah daratan dan bagaimanapun juga usaha-usaha untuk
mengelola kekayaan alam yang terdapat didalamnya memerlukan kerjasama dan perlindungan
dari pantai. Dnagn demikian maka demi keamanan penguasaaan sember daya alam yang
terdapat dari dalam continental shelf, seyogyanya kekuasaan untuk mengaturnya ada pada
sebagaimana disebutkan di atas, berpengaruh terhadap perkembangan rezim hukum ZEE 200
mil tersebut. Hal ini terbukti bahwa negara-negara Amerika Latin dalam mengajukan tuntutan
mereka telah mengemukakan beberapa argumentasi yang bertujuan untuk melindungi sumber-
sumber kekayaan alam yang banyak terdapat diperairan sejauh 200 mil, termasuk dasar laut
dan tanah di abwahnya. Argentina menagjukan teori Epi Continental Sea, kemudian
Ekuador, Chili dan Peru mengemukakan teori Bloma, yang selanjutnya diikuti oleh
negaranegara Amerika Latin lainnya, yakni Meksiko (1946), Honduras (1950), Costa Rica
Sebagai tindak lanjut dari tuntutan negara-negara Amerika Latin maka pada tahun
1952 lahirlah suatu deklarasi baru yakni Deklarasi Santiago yang ditandatangani oleh
Negara-Negara : Chili, Ekuador dan Peru: sebagai motivasi utama tuntutan ketiga Negara
peserta deklarasi Santiago ini adalah pelaksanaan jurisdiksi ekslusif terhadap sumber-sumber
kekayaan alam (daya hayati maupun non hayati) yang terdapat diperairannya yang sejauh 200
mil laut.
Selanjutnya Winston C.E. menjelaskan bahwa dalam lingkaran sejauh 200 mil itu
hak-hak lintas damai (innocent passage) tidak terganggu (inoffensive) dan tetap diakui
sebagaimana mestinya. Sehubungan dengan klaim beberapa negara mengenai ZEE 200 mil laut
ini, PBB telah menyelenggarakan Konferensi Hukum Laut (UNCLOS) 1 tahun 1958 UNCLOS
II tahun 1960 di Jenewa, terutama bertujuan untuk menetapkan lebar laut wilayah, namun usaha
PBB tersebut ternyata gagal. Kegagalan ini mengakibatkan meluasnya praktek Negara-negara
klaim yurisdiksi 200 mil. Klaim-klaim ini berkembang (meluas) sekitar tahun 1960-1970,
terutama yang mengklaim jurisdiksi 200 mil dan tidak terbatas hanay pada Nnegara-negara
Amerika Latin saja, melainkan juga meluas sampai pada negara-negara asia Afrika.
Guinea, panama, Peru, Siera Leone dan Somalia tetap mengklaim jurisdiksi 200 mil laut
sebagai laut wilayah, negara-negara seperti: Argentina, Bangladesh, Chili, Costa Rica, El
Salvador, Guatemala, Honduras, India, Iceland, Meksiko, Nicaragua, Uruguay dan Amerika
serikat mengajukan klaim mereka yang sejalan dan selaras dengan tuntunan yang telah
diajukan oleh Negara-negara peserta deklarasi Santiago tahun 1952 (Chili, Ekuador, Peru).
Perlu dijelaskan dalam studi ini bahwa dalam perkembangannya, delegasi Kenya secara resmi
telah mengajukan usul draft article yang mengatur tentang ZEE dalam persidangan Seabed
Committee 18 Agustus 1972, yang selanjutnya dimasukkan dalam List of Subjects and
Issues dan dibahas dalam UNCLOS III 1974. Ternyata diantara negara-negara yang
mengklaim yurisdiksi laut 200 mil tersebut mempunyai pendapat-pendapat yang berbeda
tentang apa yang telah dideklarasikan sebelumnya. Hal ini terbukti dengan terjadinya
perdebatan sengit diantara negara-negara peserta UNCLOS III, masing-masing negara dengan
dimaksud merupakan bagian laut bebas, ataukah memiliki rezim hukum spesifik.
Dalam hal ini negara-negara maritim yang kuat, seperti Amerika Serikat, Uni Soviet,
Inggris, Jepang dan Jerman Barat bersitegang dengan pendapatnya bahwa ZEE 200 mil harus
dengan gigih pula tetap mempertahankan pendapatnya bahwa konsep ZEE merupakan suara
konsepsi suigeneris yang memiliki rezim khusus mengenai hak-hak dan kewajiban-kewajiban
negaranya. Dengan demikian negara-negara yang tergabung dalam kelompok 77 dengan tetap
menentang dipertahankannya status laut bebas bagi ZEE, walaupun mengakui beberapa
kebebasan dilaut lepas dengan ketentuan bahwa hak-hak tersebut harus diperinci secara jelas
dan tegas.
Laut. Meyatakan bahwa, negara-negara tak berpantai (landlocked States) dan negar-negara
tidak dapat diambil oleh negara-negara pantai, dalam hal ini negara-negara yang tergolong
landlocked dan geographically disanvantage yang mendasarkan tuntutan mereka atas dasar
prinsip common heritage of mankind yang mengklaim hak yang sama dengan negara-negara
pantai untuk mengambil kekayaan alam di ZEE tersebut. Sebagai ilustrasi disini, negara-
negara tak berpantai dan secara geografis tidak beruntung misalnya Singapura, Nepal, dan
Zambia, sedangkan ketiga lainnya yang termasuk dalam ketegori distant. Penyelesaian yang
selalu menjadi tujuan hukum pada akhirnya perbedaan dan pertentangan pendapat yang pada
mulanya tegang itu, dengan jalan perundingan dan mufakat kemudian dapat dipertemukan,
sehingga perjuangan mengenai rezim hukum ZEE 200 mil akhirnay dapat dirumuskan,
kepentingan semua pihak dapat dapat ditampung tanpa saling merugikan. ZEE 200 mil dengan
demikian tidak dikualifikasikan sebagai laut bebas dan tidak pula sebagai laut wilayah, namun
sebagai suatu rezim sul generis, yang diartikan ZEE mempunyai ketentuan hukum sendiri.
Negotiating Text (INST) dan Revised Singel Negotiating Text (RSNT), ketentuan-ketentuan
mengenai ZEE 200 mil dimuat dalam pasal 55-75 Bab V Informal Composite Negotiating Text.
Pemerintah tentang ZEE Indonesia pada tanggal 21 Maret 1980, telah menegaskan bahwa
walaupun ketentuan-ketentuan tentang ZEE dalam bab V ICNT ini belum berhasil diresmikan
menjadi suatu konvensi Hukum Laut Internasional, dengan makin banyaknya negara-negara
yang mengumumkan ZEE 200 mil, maka rezim itu melalui proses pembentukan hukum
kebiasaan internasional, dewasa ini telah menjadi Hukum Laut Internasional yang abru,
Konvensi Hukum laut III ini telah ditandatangani di Montego Bay, Jama tanggal 10 Desember
1982.
Hal ini di atur dalam Bab III pasal 4 UU no.5 Tahun 1983 Tentang Zona Ekonomi
a. Hak berdaulat untuk melakukan eksplorasi dan eksploitasi, pengelolaan dan konservasi
sumber daya alam hayati dan non hayati dari dasar laut dan tanah di bawahnya serta air di
atasnya dan kegiatan-kegiatan lainnya untuk eksplorasi dan eksploitasi ekonomis zona
lainnya.
c. Hak-hak lain dan kewajiban-kewajiban lainnya berdasarkan Konvensi Hukum Laut yang
berlaku.
2. Sepanjang yang bertalian dengan dasar laut dan tanah di bawahnya, hak berdaulat, hak hak
lain, yurisdiksi dan kewajiban-kewajiban Indonesia sebagaimana dimaksud dalam ayat (1)
serta kebebasan pemasangan kabel dan pipa bawah laut diakui sesuai dengan prinsip -
Di Zona Ekonomi Eksklusif setiap Negara pantai seperti Indonesia ini mempunyai
hak berdaulat untuk tujuan eksplorasi, eksploitasi, konservasi, dan mengelola sumber daya
alama baik hayati maupun nonhayati di perairannya, dasar hukum laut dan tanah dibawahnya
serta untuk keperluan ekonomi di zona tersebut seperti produksi energi dari air, arus, dan
angin.
Hak berdaulat Indonesia yang dimaksud oleh undang-undang ini tidak sama atau
tidak dapat disamakan dengan kedaulatan penuh yang dimiliki dan dilaksanakan oleh Indonesia
atas laut wilayah, perairan Nusantara dan perairan pedalaman Indonesia. Berdasarkan hal
tersebut diatas maka sanksi-sanksi yang diancam di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia
berbeda dengan sanksi-sanksi yang diancam di perairan yang berada dibawah kedaulatan
menggunakan pulau buatan, instalasi, dan bangunan, riset ilmiah kelautan, perlindungan dan
pelestarian lingkungan laut. Dalam melaksanakan hak berdaulat dan jurisdiksinya di zona
ekonomi eksklusif itu, Indonesia harus memperhatikan hak dan kewajiban Negara lain.Hal
yang tidak kalah pentingnya adalah kewajiban menetapkan batas-batas zona ekonomi eksklusif
Indonesia dengan negara tetangga berdasarkan perjanjian, pembuatan peta dan koordinat
Hak dan kewajiban negara lain di zona ekonomi eksklusif diatur oleh Pasal 58 Konvensi
a. Di zona ekonomi eksklusif, semua negara, baik negara berpantai atau tak berpantai,
menikmati, dengan tunduk pada ketentuan yang relevan konvensi ini, kebebasan-kebebasan
pelayaran dan penerbangan, serta kebebasan meletakkan kebel dan pipa bawah laut yang
disebutkan dalam pasal 87 dan penggunaan laut yang berkaitan dengan pengoperasian kapal,
pesawat udara, dan kebel serta pipa di bawah laut, dan sejalan dengan ketentuan-ketentuan lain
konvensi ini.
b. Pasal 88 sampai pasal 115 dan ketentuan hukum internasional lain yang berlaku diterapkan
bagi zona ekonomi eksklusif sepanjang tidak bertentangan dengan bab ini.
c. Dalam melaksanakan hak-hak memenuhi kewajiban berdasarkan konvensi ini dizona ekonomi
negara pantai dan harus mentaati peraturan perundang-undangan yang ditetapkan oleh negara
pantai sesuai dengan ketentuan konvensi ini dan peraturan hukum internasional sepanjang
Di zona ekonomi eksklusif Indonesia, semua Negara baik Negara pantai maupun
tidak berpantai mempunyai hak kebebasan pelayaran dan penerbangan, kebebasan memasang
kabel dan pipa bawah laut dan penggunaan sah lainnya menurut hukum internasional dan
Konvensi Hukum Laut 1982. Dalam melaksanakan hak-hak dan kebebasan tersebut, Negara
lain harus menghormati peraturan perundang-undangan Indonesia sebagai negara pantai yang
1) Negara pantai dapat, dalam melaksanakan hak berdaulatnya untuk melakukan eksplorasi,
eksploitasi, konservasi dan pengelolaan sumber kekayaan hayati di zona ekonomi eksklusif
perikanan di zona ekonomi eksklusif tidak boleh mencakup pengurungan, jika tidak ada
perjanjian sebaliknya antara negara-negara yang bersangkutan, atau setiap bentuk hukuman
badan lainya
4) Dalam hal penangkapan atau penahanan kapal asing negara pantai harus segera
memberitahukan kepada negara bendera, melalui saluran yang tepat, mengenai tindakan yang
Aparatur penegak hukum di bidang penyidikan di Zona Ekonomi Eksklusif Indonesia adalah
Perwira Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut yang ditunjuk oleh Panglima Angkatan
ketentuan undang-undang ini adalah pengadilan negeri yang daerah hukumnya meliputi
Angka yang dikemukakan mengenai lebarnya zona ekonomi eksklusif adalah 200 mil
atau 370,4 km. kelihatannya angka ini tidak menimbulkan kesukaran dan dapat diterima oleh
ekonomi, angka 200 mil dari garis pangkal sudah menjadi pegangan.sekiranya lebar laut
wilayah 12 mil sudah diterima, seperti kenyataannya sekarang ini, sebenarnya lebar zona
ekonomi eksklusif adalah 200-12 = 188 mil. Sebagaimana telah dikemukakan hak-hak negara
pantai atas kedua laut tersebut berbeda yaitu kedaulatan penuh atas laut wilayah(teritorial) dan
hak-hak berdaulat atas zona ekonomi untuk tujuan eksploitasi sumber kekayaan yang terdapat
Batas dalam ZEE adalah batas luar dari laut territorial.Zona batas luas tidak boleh
melebihi kelautan 200 mil dari garis dasar dimana luas pantai territorial telah ditentukan. Kata-
kata dalam ketentuan ini menyarankan bahwa 200 mil adalah batas maksimum dari ZEE,
sehingga jika ada suatu negara pantai yang menginginkan wilayahnya ZEE-nya kurang dari
itu, negara itu dapat mengajukannya. Di banyak daerah tentu saja negara-negara pantai tidak
akan memilih mengurangi wilayah ZEEnya kurang dari 200 mil, karena kehadiran wilayah
ZEE negara tetangga. Kemudian timbul pertanyaan mengapa luas 200 mil menjadi pilihan
maksimum untuk ZEE. Alasannya adalah berdasarkan sejarah dan politik : 200 mil tidak
Pada awal UNCLOS zona yang paling banyak di klaim oleh negara pantai adalah 200
mil, diklaim negara-negara amerika latin dan Afrika. Lalu untuk mempermudah persetujuan
penentuan batas luar ZEE maka dipilihlah figur yang paling banyak mewakili klaim yang telah
ada. Tetapi tetap mengapa batas 200 mil dipilih sebagai batas luar jadi pertanyaan. Menurut
Prof. Hollick, figure 200 mil dipilih karena suatu ketidaksengajaan, dimulai oleh negara Chili.
Awalnya negara Chili mengaku termotifasi pada keinginan untuk melindungi operasi paus
lepas pantainya. Industri paus hanya menginginkan zona seluas 50 mil, tapi disarankan bahwa
sebuah contoh diperlukan.Dan contoh yang paling menjanjikan muncul dalam perlindungan
zona adalah diadopsi dari Deklarasi Panama 1939.Zona ini telah disalahpahami secara luas
bahwa luasnya adalah 200 mil, padahal faktanya luasnya beranekaragam dan tidak lebih dari
300 mil.
tersebut.
2. Negara pantai juga bisa mengelola dan mengembang seluruh sumber daya yang terdapat dalam
3. Agar negara asing atau negara lain tidak memanfaatkan atau mengambil sumber daya alam
4. Bertambah luasnya wilayah laut yang dimiliki oleh suatu negara pantai.
5. Negara pantai berhak menggunakan kebijakan hukum, kebebasan bernavigasi atau melakukan
6. Tiap negara pantai dapat memiliki setidaknya 90% dari keseluruhan cadangan ikan yang bisa
7. Dapat membantu dalam memelihara dan mempertegas batas wilayah suatu negara.
8. Negara dapat melakukan penelitian dan pengembangan sumber daya alam pada zona tersebut.
9. Dapat meningkatkan pemasukan negara jika wilayah tersebut bisa dikelola dengan baik.
Seperti menjadin sebuah destinasi wisata, hal tersebut akan memberikan pemasukan bagi
negara.
Manfaat tersebut hanya beberapa dari banyak manfaat lainnya jika ada batas ZEE
bagi sebuah wilayah. Sebagai contoh pada negara kita, belakangan ini banyak sekali terdengar
pemberitaan tentang kapal-kapal asing dari negara lain berlayar tanpa izin di wilayah perairan
negara kita. Kapal asing tersebut datang untuk mengambil hasil kekayaan laut Indonesia tanpa
izin dari negara kita, mereka melakukan hal tersebut secara ilegal. Oleh sebab itu, pemerintah
berhak penuh untuk menggunakan kebijakan-kebijakan hukum yang mengatur tentang hal
tersebut.
BAB 3
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Zona Ekonomi Eklusif adalah zona yang luasnya 200 mil laut dari garis dasar pantai,
yang mana dalam zona tersebut sebuah negara pantai mempunyai hak atas kekayaan alam di
atasnya, ataupun melakukan penanaman kabel dan pipa. Konsep dari ZEE muncul dari
kebutuhan yang mendesak. Sementara akar sejarahnya berdasarkan pada kebutuhan yang
berkembang semenjak tahun 1945 untuk memperluas batas jurisdiksi negara pantai atas
Ketentuan utama dalam Konvensi Hukum Laut yang berkaitan dengan ZEE terdapat
dalam bagian ke-5 konvensi tersebut.Sekitar tahun 1976 ide dari ZEE diterima dengan antusias
oleh sebagian besar anggota UNCLOS, mereka telah secara universal mengakui adanya ZEE
tanpa perlu menunggu UNCLOS untuk mengakhiri atau memaksakan konvensi. Penetapan
universal wilayah ZEE seluas 200 mil laut akan memberikan setidaknya 36% dari seluruh total
area laut. Walaupun ini porsi yang relatif kecil, di dalam area 200 mil laut yang diberikan
menampilkan sekitar 90% dari seluruh simpanan ikan komersial, 87% dari simpanan minyak
dunia, dan 10% simpanan mangan. Lebih jauhnya, sebuah porsi besar dari penelitian scientific
kelautan mengambil tempat di jarak 200 mil laut dari pantai, dan hampir seluruh dari rute utama
perkapalan di dunia melalui ZEE negara pantai lain untuk mencapai tujuannya.
DAFTAR PUSTAKA
http://id.wikipedia.org/pengertian-zona-ekonomi-eksklusif
http://mutiasari2.blogspot.com/2015/03/makalah-hukum-laut-internasional.html
(diakses tanggal Jumat, 30 juni 2016, pukul 20:55)
http://ilmugeografi.com/ilmu-bumi/laut/manfaat-dari-adanya-batas-zee