You are on page 1of 7

Media Gizi Pangan, Vol.

X, Edisi 2, Juli Desember 2010 KADARZI, status gizi balita

HUBUNGAN KELUARGA SADAR GIZI DENGAN STATUS GIZI BALITA


DI KABUPATEN TAKALAR SULAWESI SELATAN

1)
Nadimin, SKM, M.Kes
1)
Jurusan Gizi Poltekkes Makassar

ABSTRACT

Background : Prevalence of malnutrition in the Takalar District was highest in South


Sulawesi, which is about 27.1%. The problem of malnutrition was related by behavior and
family awareness in applying balanced nutrition. The District of Takalar had coverage of
KADARZI indicators are still low such as exclusive breastfeeding, the consumption of diverse
foods, the use of iodized salt.

Objective : This study aims to determine the relationship between growth monitoring of
infants, exclusive breastfeeding, the consumption of diverse foods, the use of iodized salt
and vitamin A capsule intake with nutritional status among children in the District Takalar.

Methods : Analytic survey, data were obtained from data KADARZI and nutritional status
survey in the District of Takalar conducted from January to February 2010. Total sample
were 881 people selected by purposive sampling from target families who had children 6-56
months which had complete data KADARZI and anthropometric.

Results : Number of infants who weighed regularly were 79.9%, infants who received
exclusive breastfeeding were 39.6%, children who consume a diverse diet were 25.0%,
families using iodized salt were 72.9%, and children who consume vitamin A
capsules regularly were 43.1%. Malnutrition among children were 32.2%.

Conclusion : There is a relationship between growth monitoring, exclusive breastfeeding,


consumption of diverse foods, use of iodized salt, consumption of vitamin A capsules to the
nutritional status of children in the District Takalar.

Keywords : KADARZI, nutritional status

PENDAHULUAN

Masalah gizi kurang dan gizi buruk di Kabupaten Status gizi kurang dan gizi buruk
Takalar merupakan salah satu masalah gizi disebabkan oleh berbagai factor yang saling
utama yang perlu mendapat perhatian yang terkait, diantaranya adalah factor perilaku
serius. Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar keluarga dalam penyediaan makanan, pemberian
(Riskesda) 2007, prevalensi gizi buruk dan gizi ASI dan MP-ASI, dan upaya-upaya pelayanan
kurang pada balita yang dinilai menggunakan gizi. Seiring dengan masalah gizi tersebut, maka
indeks berat badan umur (BB/U) di Kabupaten untuk meningkatkan status anak balita
Takalar sebesar 27.1%. Angka gizi kurang dan pemerintah melalui Departemen Kesehatan
gizi buruk tersebut merupakan yang paling tinggi telah menetapakan rencana strategis
diantara kabupaten/kota lain di Sulsel, jauh lebih Departemen Kesehatan dengan empat strategi
tinggi dari angka Sulsel (17.6%) dan angka utama mempunyai 17 sasaran prioritas, satu
nasional yang hanya mencapai 18.4% diantaranya adalah seluruh keluarga menjadi
(Balitbangkes, 2008). Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) (Depkes, 2007).

1
Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi 2, Juli Desember 2010 KADARZI, status gizi balita

Kadarzi adalah suatu keluarga yang rendah untuk beberapa indikator, diantaranya
mampu mengenal, mencegah dan mengatasi pemberian ASI eksklusif baru mencapai 48.1%,
masalah gizi setiap anggotanya. Suatu keluarga konsumsi makanan sumber hewani baru
disebut Kadarzi apabila telah berperilaku gizi mencapai 48.1% dan sumber nabati baru
yang baik secara terus menerus yaitu mencapai 46.2%, penggunaan garam beryodium
menimbang balita secara teratur setiap bulan, 60.1%, dan konsumsi kapsul vitamin baru
memberikan ASI eksklusif pada bayi usia 0-6 mencapai 81.3% (Dinkes Sulsel, 2009).
bulan, mengkonsumsi makanan beraneka ragam, Berdasarkan hal tersebut maka perlu
memnggunakan garam beryodium, dan dilakukan penelitian untuk mengetahui hubungan
mengkonsumsi suplemen gizi (Depkes, 2007). antara keluarga sadar gizi dengan status balita
Berdasarkan hasil Survei Kadarzi Sulsel di Kabupaten Takalar.
tahun 2009, Kabupaten Takalar mempunyai
angka-angka pencapaian kadarzi yang masih

METODE PENELITIAN

Penelitian ini menggunakan metode survei (BB/U) yang dinterpretasikan dengan standar
analitik, dengan mengolah dan mengalanalisis WHO. Kuesioner, sebagai pedoman wawancara
data hasil survei Kadarzi dan PSG Sulawesi yang digunakan untuk memperoleh data atau
Selatan Tahun 2010. Berdasarkan data hasil informasi tentang pemantauan
survei tersebut kemudian dipilih secara purposive pertumbuhan/penimbangan berat badan balita,
sampling sebanyak 881 sampel keluarga di pemberian ASI eksklusif pada bayi, konsumsi
Kabupaten Takalar yang mempunyai anak balita makanan beragam pada balita, konsumsi
umur 6-56 bulan yang memiliki data kadarzi dan suplemen gizi pada balita. Tes yodium, untuk
data antropometri yang lengkap. mengetahui kandungan yodium garam yang
Pelaksanaan Survei Kadarzi dan PSG digunakan keluarga.
Sulsel Tahun 2010 dilakukan oleh Tenaga Gizi Data yang dikumpulkan kemudian diolah
Puskesmas (TGP) dengan cara pengukuran secara elektronik dengan menggunakan
antropometri, wawancara dan tes yodium. komputer program SPSS. Analisis data
Pengukuran antropometri digunakan untuk menggunakan uji statistik yaitu uji Chi Square
mengetahui status gizi balita, dengan dengan tingkat kepercayaan 95%.
menggunakan indeks berat badan menurut umur

HASIL

Karakteristik balita
Tabel 1
Distribusi Balita Menurut Umur dan jenis kelamin

Karakteristik n (%)
Umur (bulan)
82 9,3
6-11
250 28,4
12-23
239 27,1
24-35
193 21,9
36-47
117 13,3
48-59
Jenis kelamin
449 51,0
Laki-laki
432 49,0
Perempuan
Jumlah 881 100,0

2
Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi 2, Juli Desember 2010 KADARZI, status gizi balita

Berdasarkan tabel 1 terlihat bahwa dari 881 sebanyak 82 balita (9,3%). Dilihat dari
balita, paling banyak yang berumur 12-23 jeniskelamin, terlihat proporsi balita laki-laki
bulan yaitu sebanyak 250 balita (28,4%), dan sebanyak 51% dan perempuan 49%.
paling sedikit berumur 6-11 bulan yaitu

Kadarzi dan Status Gizi

Tabel 2
Hubungan Keluarga Sadar Gizi (Kadarzi) dengan Status Gizi

Status Gizi Balita


Jumlah
Indikator Kadarzi Kurang Baik Nilai
n % n % n %
Penimbangan BB balita
Kurang 69 39,0 108 61,0 177 20.1 0,043
Baik 216 30,7 488 69,3 704 79.9
Pemberian ASI Eksklusif
Kurang 213 40,0 319 60,0 532 60.4 0,000
Baik 72 20,6 277 79,4 349 39.6
Konsumsi makanan beraneka ragam
234 35,3 428 64,7 662 75.0
Kurang 0,001
51 23,3 168 76,7 219 25.0
Baik
Penggunaan garam beryodium
99 41,4 140 58,6 239 27.1
Kurang 0,001
186 29,0 456 71,0 642 72.9
Baik
Konsumsi suplemen vitamin A
174 34,7 327 65,3 501 56.9
Kurang 0,097
111 29,2 269 70,8 380 43.1
Baik
Jumlah 285 32,3 596 67,7 881 100

Tabel 2 di atas menunjukkan bahwa Berdasarkan tabel 2 memperlihatkan


berdasarkan hasil analisis status gizi diperoleh hubungan antara berbagai variabel kadarzi yaitu
jumlah balita 6-59 bulan di Kabupaten Takalar dengan status gizi balita. Terlihat bahwa balita
yang mengalami gizi kurang sebanyak 32.3%. usia 6-59 bulan yang ditimbang secara teratur
Angka gizi kurang tersebut termasuk yang setiap bulan lebih banyak yang mempunyai
mengalami gizi buruk. status gizi baik (69.3%). Hasil uji statistik
Data pada tabel 2 juga memperlihatkan menunjukkan ada hubungan pemantauan berat
lima pencapaian indikator Kadarzi, pemantauan badan secara teratur dengan status gizi balita
pertumbuhan balita, pemberian ASI eksklusif, (p=0,043). Demikian juga dengan pemberian
konsumsi makanan beraneka ragam, ASI Eksklusif, balita yang mendapatkan ASI
penggunaan garaam beryodium dan konsumsi secara eksklusif kebanyakan mempunyai status
suplemen/kapsul vitamin A. Jumlah keluarga gizi baik (79.4%). Hasil uji statistik menunjukkan
yang melakukan pemantauan ada hubungan yang bermakna antara pemberian
pertumbuhan/berat badan balita secara teratur ASI eksklusif dengan status gizi balita (p=0.000).
setiap bulan sebanyak 79.9%. Keluarga yang Balita yang diberikan makanan yang
memberikan ASI secara eksklusif kepada bayi beraneka ragam kebanyakan mempunyai status
usia 0-6 bulan masih rendah (38.6%). Dalam gizi baik (76.7%). Hasil uji statistik menunjukkan
hal pola makan anak, terlihat bahwa keluarga ada hubungan yang bermakna antara pemberian
yang mampu memberikan makanan yang makanan yang beraneka ragam dengan status
beraneka ragam masih sangat rendah, yaitu gizi balita (p=0.001). Demikian juga dengan
baru mencapai 25%. Namun, kesadaran hubungan antara penggunaan garam beryodium
keluarga dalam menggunakan garam beryodium dengan status gizi, terlihat bahwa sebagian
sudah mencapai 72.9%. Cakupan pemberian besar keluarga yang menggunakan garam
kapsul vitamin pada balita baru mencapai beryodium memiliki balita yang berstatus gizi
43.1%. baik. Hasil uji statistik juga menunjukkan

3
Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi 2, Juli Desember 2010 KADARZI, status gizi balita

hubungan yang bermakna antara penggunaan gizi baik. Namun, hasil uji statistik menunjukkan
garam beryodium dengan status gizi balita tidak ada hubungan bermakna antara konsumsi
(p=0.001). Dilihat dari pemberian kapsul vitamin kapsul vitamin A dengan status gizi balita
A, terlihat bahwa balita yang mendapatkan (p=0.097).
kapsul vitamin A secara rutin setiap 6 bulan
sesuai umurnya kebanyakan mempunyai status

PEMBAHASAN

Hubungan Pemantauan Berat Badan Balita sehingga tidak sempat menyebabkan gizi
dengan Status Gizi Balita Usia 6-59 Bulan kurang. Untuk mengetahui pertumbuhan
Pemantauan pertumbuahan dalam tersebut, Pemantauan balita setiap bulan sangat
penelitian ini dikelompokkan menjadi diperlukan. Keluarga yang selalu memantau

Pemantauan tidak teratur atau kurang dan pertumbuhan berat badan anaknya di posyandu

Pemantauan teratur atau baik. Batasan atau unit pelayanan kesehatan akan selalu
frekwensi Pemantauan yang dikatakan teratur mendapat motivasi dari para petugas kesehatan,
adalah minimal 4 kali berturut-turut dalam enam sehingga mendorongnya untuk selalu
bulan terakhir. memperhatikan status gizi anaknya.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa
proporsi keluarga yang teratur melakukan Hubungan Pemberian ASI Eksklusif dengan
pemantauan pertumbuhan balita secara teratur Status Gizi Balita Usia 6-59 bulan
telah mencapai 80%. Artinya, cakupan Kesadaran keluarga dalam memberikan
penimbangan atau pemantauan berat badan ASI Eksklusif di wilayah penelitian ini masih
anak secara teratur di Kabupaten Takalar telah sangat rendah yaitu baru mencapai 39.6%.
mencapai target. Angka tersebut lebih tinggi Artinya, cakupan pemberian ASI eksklusif di
dari angka pemantauan pertumbuhan balita Kabupaten Bulukumba lebih rendah dari daerah-
tingkat Sulsel tahun 2009 yang mencapai 67.7% daerah lain di Sulawesi Selatan yang rata-rata
(Dinkes Sulsel, 2009), maupun cakupan sudah mencapai 48.4% (Dinkes, 2009).
pemantauan pertumbuhan anak tingkat nasional Dibandingkan target pemerintah, pencapaian
yang hanya mencapai 45.4%. (LIPI, 2007). pemberian ASI eksklusif di kabupaten tersebut
Berdasarkan hasil analisis Uji Chi square masih sangat jauh dari target nasional (80%).
menunjukkan ada hubungan yang bermakna Berbagai penelitian telah menunjukkan bahwa
antara keteratuaran memantau pertumbuhan pemberian ASI eksklusif berhubungan dengan
berat badan dengan status gizi anak balita status gizi anak. Data Rikesda 2007
(p=0.043). Keluarga yang teratur melakukan menunjukkan bahwa kabupaten Takalar
pemantauan berat badan anak mempunyai termasuk yang paling tinggi prevalensi gizi
anak yang kebanyakan berstatus gizi baik. kurang (18.7%) dan gizi buruk (8.4%)
Penelitian ini sama dengan penelitian dibandingkan kabupaten lain di Sulsel (LIPI,
yang telah dilakukan oleh Octaviani U, (2008) 2008).
yang menyimpulkan bahwa penimbangan balita Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa
secara rutin setiap bulan di posyandu dalam kebanyakan balita mempunyai status gizi kurang
waktu tiga bulan dapat meningkatkan status gizi tidak mendapat ASI Eksklusif. Berdasarkan hasil
balita dengan tingkat keberhasilan 50%, bahkan analisis Uji Chi square menunjukkan ada
lebih. hubungan yang bermakna antara pemberian ASI
Pemantauan berat badan pada anak eksklusif dengan status gizi balita usia 6-59
balita secara teratur setiap bulan akan bulan (p<0.005). Hasil penelitian ini senada
menggambarkan keadaan pertumbuhan anak. dengan kesimpulan penelitian Sri Hartati, 2003
Pemantauan pertumbuhan balita sangat penting yang menyimpulkan ada hubungan antara
dilakukan untuk mengetahui adanya hambatan pemberian ASI Eksklusif dengan status gizi anak
pertumbuhan (growth faltering) secara dini. 4-11 bulan baik di wilayah pedesaan maupun
Artinya, ketika orang tua mengetahui anaknya perkotaan Kabupaten Tumanggung.
tidak naik berat badannya, maka akan dapat Air Susu Ibu (ASI) merupakan makanan
melakukan upaya penanganan secara cepat, utama bagi anak sampai anak berusia dua
tahun. ASI mengandung berbagai zat gizi yang

4
Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi 2, Juli Desember 2010 KADARZI, status gizi balita

lengkap dalam jumlah sesuai kebutuhan (Roesli sama sehingga saling memiliki kekurangan dan
U, 2005 dan Alkatiri S, 1996). Disamping itu, ASI kelebihan. Makanan yang beraneka ragam
juga mengandung berbagai zat antibodi yang menggunakan berbagai jenis bahan makanan
sangat diperlukan bayi atau anak untuk dapat memberikan manfaat yang besar bagi
pertahanan tubuh bayi dari berbagai penyakit kesehatan. Sebab kelebihan kandungan zat gizi
infeksi. tertentu pada bahan makanan tertentu akan
Sampai usia enam bulan kebutuhan gizi melengkapi kekurangan zat gizi yang sama dari
bayi dapat dipenuhi oleh bayi, sehingga bayi bahan makanan lainnya (Depkes, 1995)
tidak perlu diberi makanan atau minuman selain Suatu makanan dikatakan beraneka
ASI. Sebelum usia enam bulan anak tidak perlu ragam apabila dalam suatu hidangan makanan
diberikan makanan atau minuman apapun, terdiri dari unsur zat penghasil energi, zat
karena kebutuhan gizi bayi dapat dipenuhi oleh pembangun dan pemelihara jaringan, dan zat
ASI. Menurut Soekirman, 2006 sebelum usia pengatur. Makanan sumber energi dalam
enam bulan sistem pencernaan bayi belum hidangan sehari-hari berasal dari makanan
dapat mencerna makanan atau minuman selain pokok seperti nasi, mie, jagung, umbia-umbian,
ASI, sehingga apabila dipaksakan maka bayi sagu, roti, dan lain-lain. Makanan sumber zat
berpotensi menderita infeksi terutama pada pembangun dan pemelihara jaringan barasal
sistem pencernaan. Anak-anak yang mengalami dari lauk-pauk, meliputi lauk hewani seperti ikan,
infeksi sangat mudah mengalami penurunan daging, telur, unggas, dan susu, dan lauk nabati
status gizi. seperti tahu, tempe, kacang-kacangan.
Sedangkan makanan sumber zat pengatur
Hubungan Konsumsi Makanan Beragam pada berasal dari sayuran dan buah-buahan. Oleh
Balita dengan Status Gizi Balita Usia 6-59 Bulan karena itu makanan dikatakan beraneka ragam
Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa minimal terdiri dari makanan pokok (misalnya
kesadaran keluarga dalam menyediakan nasi), lauk (hewani atau nabati) dan sayuran
makanan beragam pada anak balita masih atau buah. Indikator makanan yang beraneka
sangat rendah. Sebagian besar anak balita ragam dalam penelitian ini hanya dilihat dari
pada penelitian ini mempunyai pola makanan konsumsi lauk hewani dan sayuran/buah. Jika
yang kurang beragam (75%). Artinya, seseorang sudah dapat mengkonsumsi kedua
kebanyakan diantara mereka mengkonsumsi kelompok bahan makanan tersebut
hidangan dengan komposisi yang tidak kemungkinan besar sudah dapat juga memenuhi
memenuhi gizi seimbang. Dilihat dari keragaman unsur makanan pokok (Sunita Almatsier, 2002).
susunan hidangan makanan, pola makanan
yang memenuhi gizi seimbang jika mengandung Penggunaan garam beryodium
unsur zat tenaga yaitu makanan pokok, zat Informasi mengenai konsumsi garam
pembangun dan pemelihara jaringan yaitu lauk- beriodium pada penelitian ini diperoleh dari hasil
pauk, dan zat pengatur yaitu sayur dan atau isian pada kuesioner yang diisi dari hasil tes
buah (Soekirman, dkk, 2006). cepat garam iodium. Tes cepat dilakukan oleh
Asupan makanan yang kurang beragam petugas pengumpul data dengan menggunakan
secara terus menerus dalam waktu yang lama kit tes cepat (garam ditetesi larutan tes) pada
berisiko mengalami kekurangan gizi atau gizi garam yang digunakan di rumah tangga.
kurang. Hasil penelitian membuktikan bahwa Rumah tangga dinyatakan mempunyai
sebagian besar balita yang menderita gizi kualitas garam iodium tergolong baik atau
kurang mempunyai pola makan yang kurang garam cukup iodium (>30 ppm KIO3), bila hasil
beragam (82.1%). Hasil analisis Chi Square tes cepat garam berwarnga biru/ungu tua;
menunjukkan ada hubungan yang bermakna mempunyai garam tidak cukup iodium atau
antara konsumsi makanan yang beragam kualitas kurang (< 30 ppm KIO3) bila hasil tes
dengan status gizi anak balita. Anak balita yang cepat garam berwarna biru/ungu muda atau
mengkonsumsi makanan beragam cenderung tidak berwarna.
memiliki status gizi baik. Hasil penelitian ini menunjukkan proporsi
Diketahui bahwa tidak ada satu pun jenis rumah tangga yang mempunyai garam cukup
makanan yang mengandung semua zat gizi iodium (> 30 ppm KIO3) Kabupaten Takalar baru
secara lengkap. Setiap jenis bahan makanan mencapai 72.87%. Angka tersebut masih lebih
mengandung jenis dan jumlah zat yang tidak rendah dari cakupan garam beryodium tingkat

5
Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi 2, Juli Desember 2010 KADARZI, status gizi balita

Provinsi Sulawesi Selatan yang sudah mencapai Vitamin A merupakan zat gizi yang sangat
75,0% (Dinkes Sulsel, 2009), namun sudah lebih penting bagi anak balita. Vitamin A berfungsi
tinggi dari cakupan garam yodium tingkat dalam proses penglihatan, pertumbuhan dan
nasional yang hanya mencapai 62,3% (Rikesda, memberikan kekebalan. Kekurangan vitamin A
2007). Pencapaian ini masih jauh dari target sering ditemukan pada golongan balita. Akibat

nasional 2010 garam beriodium untuk semua kekurangan vitamin A yang paling sering
yaitu minimal 90% rumah-tangga menggunakan ditemukan pada anak balita adalah terjadinya
garam cukup iodium. kebutaan yang biasa disebut dengan
Masih rendahnya cakupan garam Xeropthalmia. Masalah kebutaan akibat
beryodium di Kabupaten Takalar diduga di kekurangan vitamin A sampai saat ini masih
sebabkan oleh beberapa faktor, yaitu masih menjadi masalah gizi utama di Indonesia.
beredar bebasnya garam rakyat, keadaan Salah satu cara untuk mencegah adalah
ekonomi masyarakat, tingkat pendidikan dan dengan memberikan kapsul vitamin A dosis
belum adanya kebijakan pemerintah yang tinggi secara gratis pada setiap balita. Saat ini
mengatur distribusi garam. Garam rakyat program pemberian kapsul vitamin A dilakukan 6
mempunyai harga yang lebih murah, sehingga bulan sekali yaitu setiap bulan Pebruari dan
rumah tangga pada level pendidikan dan Agustus di setiap posyandu dan unit pelayanan
keadaan ekonomi yang pas-pasan lebih memilih kesehatan seperti puskesmas dan rumah sakit.
garam rakyat. Disisi lain ketersediaan garam Cakupan pemberian kapsul vitamin A
beryodium hanya terbatas di daerah-daerah pada balita di Kabupaten Takalar masih sangat
tertentu, sementara garam rakyat dijual dari rendah yaitu baru mencapai 43.1%, masih
rumah ke rumah dan selalu tersedia di kios-kios sangat jauh dari target pendistribusian kapsul
di seluruh pelosok desa. Tidak semua kios-kios vitamin A (90%). Berdasarkan hasil penelitian ini
desa menjual garam beryodium. menunjukkan bahwa balita yang mendapatkan
Berdasarkan hasil analisis Uji Chi square kapsul vitamin secara teratur dalam satu tahun
menunjukkan ada hubungan yang bermakna terakhir kebanyakan mempunyai status gizi baik.
antara konsumsi makanan beragam pada balita Namun hasil uji statistik menunjukkan hubungan
dengan status gizi balita usia 6-59 bulan yang kurang bermakna antara konsumsi kapsul
(p=0,001). Artinya, keluarga yang menggunakan vitamin A dengan status gizi balita di Kabupaten
garam beryodium status gizi balitanya Takalar.
cenderung lebih baik. Hasil ini sama dengan Disamping berperan dalam proses
dilakukan oleh Evawani dan Evinaria (2004). penglihatan, vitamin A diperlukan untuk
Penggunaan garam beryodium pertumbuhan dan meningkatkan kekebalan
dimaksudkan untuk memenuhi kebutuhan tubuh anak. Pada balita, defisiensi vitamin A
yodium setiap anggota rumah tangga, terutama mengakibatkan terjadinya hambatan
anak yang masih dalam proses pertumbuhan. pertumbuhan, sabagai akibat terhambatnya
Yodium adalah jenis elemen mineral mikro sintesa protein (Muchtadi D, 2009). Vitamin A
kedua sesudah zat besi yang dianggap penting dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel
bagi kesehatan manusia walaupun epitel yang membentuk email gigi. Pada orang
sesungguhnya jumlah kebutuhan tidak sebanyak yang kekurangan vitamin A, pertumbuhan tulang
zat-zat gizi lainnya (Djokomoeldjanto, 1993 terhambat dan bentuk tulang tidak normal. Pada
dalam Picauly, 2002). Yodium dalam tubuh anak-anak yang kekurangan vitamin A, terjadi
diperlukan untuk produksi hormone tiroksin. kegagalan pertumbuhan (Astawan. 2010)
Tiroksin sangat penting untuk pertumbuhan fisik Vitamin A berpengaruh terhadap fungsi
dan perkembangan motorik dan mental anak kekebalan tubuh manusia dan hewan. Sistem
(Muchtadi D,2009). Hal senada juga kekebalan membantu mencegah atau melawan
diungkapkan oleh Arisman (2010) bahwa infeksi dengan cara membuat sel darah putih
rendahnya kadar hormon tiroid dalam aliran yang dapat menghancurkan berbagai bakteri
darah yang disebabkan oleh kekurangan yodium dan virus berbahaya. Retinol berpengaruh
dapat menyebabkan penghambatan terhadap pertumbuhan dan diferensiasi limfosit
pertumbuhan serta perkembangan manusia. B, yaitu leukosit yang berperan dalam proses
kekebalan humoral.
Hubungan Konsumsi Kapsul Vitamin A pada
Balita dengan Status Gizi Balita Usia 6-59 Bulan

6
Media Gizi Pangan, Vol. X, Edisi 2, Juli Desember 2010 KADARZI, status gizi balita

KESIMPULAN

1. Ada hubungan yang bermakna antara 4. Ada hubungan yang bermakna antara
pemantauan berat badan dengan status gizi penggunaan garam beryodium dengan status
balita usia 6-59 bulan. gizi belita usia 6-59 bulan.
2. Ada hubungan yang bermakna antara 5. Tida terdapat hubungan yang bermakna
pemberian ASI eksklusif dengan status gizi antara konsumsi kapsul vitamin A dengan
balita usia 6-tara 59. status gizi balita usia 6-59 bulan.
3. Ada hubungan yang bermakna antara
konsumsi makanan beragam dengan status
gizi balita usia 6-59.

DAFTAR PUSTAKA

Almatsier, Sunita. 2009. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Padangko Kab.Barru Tahun 2003.
Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama. FKMUH. Makassar.
Arisman. 2010. Gizi dalam Daur Kehidupan. Hesti. 2008. Keluarga Sadar Gizi. (Online).
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran www.kadarzi.htm. Diakses tanggal 04
EGC. Januari 2009.
Balitbangkes. 2008. Riset Kesehatan Dasar Kep.Menkes RI No.747/MENKES/SK/VI/2007.
(RISKESDAS) Tahun 2007. Laporan Pedoman Operasional Keluarga Sadar
Nasional. Badan Penelitian Dan Gizi Di Desa Siaga. Jakarta: Direktorat
Pengembangan Kesehatan, Bina Gizi Masyarakat.
Departemen Kesehatan, RI 2008. Made Astawan. 2010. Vitamin A bukan hanya
Depkes RI. Kebijakan Departemen Kesehatan untuk mata /ksupointer.com/2010
Tentang Peningkatan Pemberian Asi Sri Hartati , 2003. Pengaruh pemberian ASI
Susu Ibu (ASI) Pekerja Wanita. Eksklusif terhadap status gizi bayi usia
Depkes RI. Pedoman Strategi KIE Keluarga 4-11 bulan di daerah perkotaan dan
Sadar Gizi (KADARZI). Direktorat Bina pedesaan Kabupaten Tumenggung.
Gizi Mayarakat. http://eprints.undip.ac.id
Dinas Kesehatan Provinsi Sulawesi Selatan. Soekirman, dkk. 2006. Hidup sehat; Gizi
2007. Profil Dinas Kesehatan Provinsi seimbang dalam siklus kehidupan
Sulawesi Selatan manusia. PT. Primamedia Pustaka,
Hasni. 2004. Studi Kualitatif Faktor-faktor Yang Jakarta.
Mempengaruhi Konsumsi Garam Muchtadi, Deddy. 2009. Pengantar Ilmu Gizi.
Beryodium Di Wilayah Kerja Puskesmas Bandung: Penerbit Alfabeta..

You might also like