You are on page 1of 91

PENGARUH PENAMBAHAN SLUDGE PADA KONVERSI

JERAMI PADI MENJADI BIOGAS

SKRIPSI

NUR ZAKIYAH
F34070117

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR
2011

36
INFLUENCE OF SLUDGE ADDITION ON RICE STRAW CONVERSION TO BIOGAS

Nurzakiyah, Muhammad Romli, and Suprihatin


Departement of Agroindustrial Technology, Faculty of Agricultural Technology,
Bogor Agricultural University, IPB Dramaga Bogor, PO Box 220, Bogor, West Java, Indonesia
Phone +62 857 191 464 06, e-mail: nurzakiyah28@yahoo.com

ABSTRACT

The principal problems which have become the main focus of society are
environmental problem and energy scarce. The main cause of the problems is the high
consumption of fossil fuels. The purpose of this research is to find out effect of sludge
composition on rice straw convertion to biogas. The fermentation were conducted with 1.5 L
reactors and fermentation during 30 days. This aims to determine the effect of the use of sludge
on the conversion of rice straw into biogas. Activated sludge were use as additional substrate
with two composition, 225 g on the composition rice straw:sludge 5:3 and 375 g in composition
rice straw:sludge 3:5. The maximum gas production was reached 18.382 L/kg TS in 1st running
and 11.602 L/kg TS in 2nd running or 27.67816 L/g VS (1st running) and 18.93871 L/g VS (2nd
running) by composition rice straw:sludge 3:5. The highest phosphate levels produced by rice
straw:sludge 5:3 was 0.60 %, the carbon highest in rice straw:sludge 3:5 was 38.40 %, and
nitrogen in rice straw:sludge 5:3 was 1.80 %.

Keywords: rice straw, sludge, biogas, digestate, leachate

37
Nurzakiyah. F34070117. Pengaruh Penambahan Sludge pada Konversi Jerami Padi
Menjadi Biogas. Dibawah bimbingan Muhammad Romli dan Suprihatin. 2011.

RINGKASAN

Salah satu limbah pertanian adalah jerami. Jerami merupakan bagian vegetatif dari
tanaman padi (batang, daun, dan tangkai malai). Jumlah produksi jerami padi cukup banyak,
bergantung pada luas tanam padi. Di Indonesia pada umumnya, jerami belum dinilai sebagai
produk yang memiliki nilai ekonomi. Peningkatan nilai manfaat jerami perlu dilakukan,
mengingat potensi yang sangat besar dan tidak akan habis-habisnya selama padi (beras) masih
menjadi salah satu makanan pokok manusia.
Salah satu peningkatan yang dilakukan adalah dengan mengkonversi jerami menjadi
sumber energi alternatif biogas. Pengkonversian ini dilakukan sehubungan dengan
permasalahan yang kini menjadi fokus bersama yaitu lingkungan hidup dan kelangkaan energi.
Ketersediaan bahan bakar fosil yang irrenewable menjadi faktor utama kelangkaan energi.
Biogas menjadi jawaban sebagai altenatif pilihan sumber energi.
Biogas memberikan solusi alternatif sumber energi terbarukan. Biogas merupakan gas
yang dilepaskan oleh bahan-bahan organik (kotoran ternak, kotoran manusia, jerami, sekam,
dan daun-daun hasil sortiran kayu) yang mengalami proses metanisasi (Hambali, et al. 2007).
Biogas tidak hanya menjawab permasalahan krisis energi tetapi juga menjawab permasalahan
lingkungan hidup. Berdasarkan IPCC (Intergovernmental Panel on Climate Change) diketahui
secara molekuler efek rumah kaca metana 20 kali lebih kuat daripada karbondioksida. Namun
dengan pemakaian biogas sebagai bahan bakar berarti mengkonversi metana menjadi
karbondioksida yang lebih rendah efeknya terhadap pemanasan global.
Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh penggunaan sludge pada konversi
jerami padi menjadi biogas. Activated sludge digunakan sebagai substrat tambahan dengan dua
komposisi yaitu 225 g pada jerami:sludge komposisi 5:3 dan 375 g pada jerami:sludge
komposisi 3:5. Penelitian dilakukan secara batch selama 30 hari di dalam botol AMDK 600 ml
dan dibuat terendam dalam aquarium dengan suhu terkontrol (32 C). Parameter harian yaitu
volume gas, 3 hari sekali (TS-TVS, COD, pH digestat dan lindi), dan berkala (Kadar C, N, dan
P di awal dan akhir proses). Rancangan penelitian yang digunakan yaitu RAL dengan satu
faktorial (komposisi) serta dua kali ulangan.
Berdasarkan hasil penelitian terhadap fermentasi anaerobik jerami dengan starter
sludge yang berasal dari instalasi pengolahan limbah cair (IPAL) industri dengan dua komposisi
starter yang berbeda terhadap parameter volume, TS-TVS, COD, pH, kadar C, kadar N, dan
kadar P didapatkan hasil sebagai berikut:
Gas terbesar dihasilkan oleh jerami:sludge komposisi 3:5 yaitu sebesar 3.29714 L/kg
Biomassa pada proses 1 dan 1.608 L/kg Biomassa pada proses 2. Adapun gas yang dihasilkan
oleh penelitian Prajayana (2011) dengan bahan yang sama yaitu jerami padi menghasilkan gas
sebesar 1.60 L/kg biomassa. Pada penelitian ini ternyata menghasilkan gas yang melebihi hasil
tersebut. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh kondisi sludge yang telah mengalami berbagai proses

38
di dalam unit pengelolaan limbah. Sama halnya dengan kotoran yang telah mengalami
pemasakan di dalam perut ruminansia. Sludge banyak mengandung zat pengurai yang baik
untuk menghidrolisis bahan yang masih baru serta kondisi bahan yang lebih berair berpengaruh
pada peningkatan produksi gas. Kondisi jerami yang hampir busuk juga berdampak pada
peningkatan produksi gas ditambah lagi dengan adanya pengecilan ukuran karena berarti
mengurangi kerja mikroorganisme dalam fase aklimatisasi (penyesuaian).
Pupuk organik dengan kadar fosfat tertinggi dihasilkan oleh digestat jerami:sludge
komposisi 5:3 yaitu sebesar 0.60%, karbon tertingi dihasilkan pada digestat jerami:sludge
komposisi 3:5 yaitu sebesar 38.4%, dan nitrogen tertinggi pada digestat jerami:sludge
komposisi 5:3 yaitu sebesar 1.8%. Hal ini masih jauh dari syarat mutu pupuk organik yang
dianjurkan. Oleh karena itu diperlukan sistem composting lanjutan untuk mendapatkan mutu
pupuk organik yang sesuai. Dengan begitu sludge bisa dijadikan alternatif substrat dalam
fermentasi anaerob dimana perlakuan terbaik terdapat pada jerami:sludge komposisi 3:5.

39
PENGARUH PENAMBAHAN SLUDGE PADA KONVERSI
JERAMI PADI MENJADI BIOGAS

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departeman Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor

Oleh
NURZAKIYAH
F34070117

FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN


INSTITUT PERTANIAN BOGOR
BOGOR

40
2011
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
FAKULTAS TEKNOLOGI PERTANIAN

PENGARUH PENAMBAHAN SLUDGE PADA KONVERSI


JERAMI PADI MENJADI BIOGAS

SKRIPSI
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA TEKNOLOGI PERTANIAN
Pada Departeman Teknologi Industri Pertanian,
Fakultas Teknologi Pertanian,
Institut Pertanian Bogor

Oleh
NURZAKIYAH
F34070117

Dilahirkan di Jakarta, 28 Februari 1989


Tanggal Lulus :
30 Oktober 2011

Disetujui,
Bogor, 20 Desember 2011

Prof. Dr. Ir. Muhammad Romli, MSc.St Prof. Dr-Ing. Ir. Suprihatin
Dosen Pembimbing I Dosen Pembimbing II

41
Judul Skripsi : Pengaruh Penambahan Sludge pada Konversi Jerami Padi Menjadi Biogas
Nama : Nurzakiyah
NIM : F34070117

Menyetujui,

Pembimbing I, Pembimbing II,

Prof. Dr. Ir. Muhammad Romli, M.Sc. St. Prof. Dr. -Ing. Ir. Suprihatin

NIP 19601205 1986091 1 001 NIP 19631221 199003 1 002

Mengetahui :
Ketua Departemen,

Prof. Dr. Ir. Nastiti Siswi Indrasti


NIP 19621009 198903 2 001

Tanggal lulus :
30 Oktober 2011

42
PERNYATAAN MENGENAI SKRIPSI DAN SUMBER INFORMASI

Saya menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi dengan judul Pengaruh


Penambahan Sludge pada Konversi Jerami Padi Menjadi Biogas adalah hasil karya saya
sendiri dengan arahan Dosen Pembimbing Akademik. Sumber informasi yang berasal atau
dikutip dari karya yang telah diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah
disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Bogor, 20 Desember 2011


Yang membuat pernyataan

Nurzakiyah
F34070117

43
Hak cipta milik Nurzakiyah, tahun 2011
Hak cipta dilindungi

Dilarang mengutip dan memperbanyak tanpa izin tertulis dari


Institut Pertanian Bogor, sebagian atau seluruhnya dalam bentuk apapun, baik cetak, fotokopi,
microfilm, dan sebagainya

44
BIODATA PENULIS

Penulis bernama Nur zakiyah, dilahirkan di Jakarta, 28 Februari


1989. Ayah bernama Rafles Maas dan Ibu bernama Haryati. Penulis
merupakan putri kedua dari tujuh (7) bersaudara. Pendidikan dasar
hingga menengah penulis selesaikan di Jakarta, SDN Cijantung 07,
SLTPN 49 Jakarta, dan SMAN 14 Jakarta. Penulis diterima di IPB
melalui jalur Seleksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPMB) pada
tahun 2007 dan bergabung dengan Departemen Teknologi Industri
Pertanian IPB (TIN). Selama menempuh pendidikan menengah
pertama (SMP) dan menengah atas (SMA) penulis aktif di Organisasi
Intra Sekolah (OSIS) sebagai sekretaris (2005-2006) dan berbagai
kegiatan ekstra sekolah seperti PRAMUKA dan Bulutangkis. Selama kuliah penulis aktif di
Himpunan Mahasiswa Teknologi Industri Pertanian (HIMALOGIN) Departemen Teknologi
Industri Pertanian periode 2009-2010 sebagai staf departemen Pengabdian Masyarakat dan aktif
di berbagai kepanitian pada kegiatan yang diselengarakan di Fakultas Teknologi Pertanian.
Pada bulan Juli 2010 penulis melakukan kegiatan praktek lapang di PT. Dua Kelinci, Pati, Jawa
Tengah, dengan tema Mempelajari Aspek Teknologi Proses Produksi dan Pengawasan Mutu
Produk Kacang Garing di PT Dua Kelinci Pati. Pada tahun 2011, penulis melakukan penelitian
sebagai tugas akhir dengan judul Pengaruh Penambahan Sludge Pada Proses Konversi Jerami
Padi Menjadi Biogas di Laboratorium Teknologi dan manajemen Lingkungan Departemen
TIN IPB.

45
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT senantiasa dipanjatkan tak terbatas atas
karunia dan limpahan rahmat iman, islam, serta sehat walafiat sehingga penulis dapat
menyelesaikan Tugas Akhir skripsi dengan judul Pengaruh Penambahan Sludge pada Konversi
Jerami Padi Menjadi Biogas. Shalawat teriring salam akan selalu tercurah kepada Sang lentera
zaman, Rasulullah SAW, beserta keluarga, sahabat, dan umatnya yang setia mengikuti
syariatnya hingga zaman menemui akhir.
Penulis sangat menyadari bahwa dalam penyelesaian Tugas Akhir ini tidak terlepas
dari bantuan semua pihak. Oleh karena itu dalam kesempatan ini, penulis ingin menyampaikan
rasa terima kasih yang setinggi-tingginya kepada :
1. Prof. Dr. Ir. Muhammad Romli, MSc. St, selaku dosen pembimbing I yang telah
memberikan waktu, tenaga, dan pikiran dalam mengarahkan tugas akhir ini.
2. Prof. Dr-Ing. Ir. Suprihatin selaku pembimbing II yang telah bersedia meluangkan
waktu, pikiran, petunjuk, serta arahan kepada penulis.
3. Seluruh staff dan laboran Departemen TIN yang tidak dapat disebutkan satu per
satu.
4. Bapak Rafles Maas.Bba selaku ayah yang telah memberikan banyak masukan pada
penelitian ini.
5. Ibu Haryati, ibu tercinta serta kakak dan adik tercinta yang selalu menyuntikkan
semangat dan doa yang tiada putus untuk kebaikan dan kelancaran penelitian ini.
6. Ian Mulyadi yang telah banyak memberikan kontribusi pada penelitian ini.
7. Yumiyati selaku teman satu bimbingan atas bantuannya selama penelitian.
8. Ayu, Dede, Niken, Gita serta teman-teman TIN 44 yang tidak bisa disebutkan satu
per satu atas bantuan, kritik, dukungan, informasi, dan kebersamaannya selama ini.

Bogor, Oktober 2011

Nur Zakiyah

46
DAFTAR ISI

Halaman

KATA PENGANTAR ........................................................................................................


................................................................................................................................................ vi
DAFTAR TABEL ...............................................................................................................
................................................................................................................................................ viii
DAFTAR GAMBAR ..........................................................................................................
................................................................................................................................................ ix
DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................................... x
I. ................................................................................................................................. PEN
DAHULUAN ............................................................................................................... 1
1.1. .......................................................................................................................
LATAR BELAKANG ........................................................................................... 1
1.2. .......................................................................................................................
TUJUAN ................................................................................................................ 2
2. ................................................................................................................................. TIN
JAUAN PUSTAKA ..................................................................................................... 3
2.1. .......................................................................................................................
BIOGAS ................................................................................................................ 3
2.2. .......................................................................................................................
KOMPOSISI BIOGAS .......................................................................................... 3
2.3. .......................................................................................................................
BAHAN BAKU BIOGAS ..................................................................................... 5
2.4. .......................................................................................................................
FERMENTASI ANAEROBIK .............................................................................. 5
2.5. .......................................................................................................................
BAKTERI METANOGEN .................................................................................... 6
2.6. .......................................................................................................................
MEKANISME PEMBENTUKAN BIOGAS ........................................................ 7
2.7. .......................................................................................................................
FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI .................................................... 8
2.8. .......................................................................................................................
JERAMIPADI ........................................................................................................
................................................................................................................................. 11
2.9. .......................................................................................................................
SLUDGE ................................................................................................................
................................................................................................................................. 12
2.10. PUPUK ORGANIK .............................................................................................
........................................................................................................................................ 14
3. ................................................................................................................................. ME
TODE PENELITIAN .................................................................................................
........................................................................................................................................ 17
3.1. .......................................................................................................................
WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN ..............................................................
................................................................................................................................. 17
3.2. .......................................................................................................................
ALAT DAN BAHAN ............................................................................................
................................................................................................................................. 17

47
3.3. .......................................................................................................................
TAHAPAN PENELITIAN ....................................................................................
................................................................................................................................. 17
3.3.1. ............................................................................................................ Kara
kterisasi Bahan ...........
................................................................................................................... 17
3.3.2. ............................................................................................................ Fer
mentasi Anaerob.........
................................................................................................................... 17
4. ................................................................................................................................. HAS
IL DAN PEMBAHASAN ...........................................................................................
........................................................................................................................................ 20
4.1. .......................................................................................................................
KARAKTERISTIK BAHAN AWAL ...................................................................
................................................................................................................................. 20
4.2. .......................................................................................................................
PENGARUH KOMPOSISI SLUDGE ....................................................................
................................................................................................................................. 22
4.2.1. ............................................................................................................ Prod
uksi Biogas ..............................................................................................
................................................................................................................... 22
4.2.2. ............................................................................................................ Penu
runan Padatan Organik TVS (db) ............................................................
................................................................................................................... 25
4.2.3. ............................................................................................................ Peru
bahan COD ..............................................................................................
................................................................................................................... 27
4.3. .......................................................................................................................
KARAKTERISTIK DIGESTAT DAN LINDI ......................................................
................................................................................................................................. 30
5. ................................................................................................................................. KES
IMPULAN DAN SARAN .............................................................................................
........................................................................................................................................ 32
DAFTAR PUSTAKA ...........................................................................................................
................................................................................................................................................ 33

48
DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 1. Komposisi biogas .............................................................................................. 4


Tabel 2. Kesetaraan biogas dengan energi lain ............................................................... 4
Tabel 3. Aplikasi energi biogas ....................................................................................... 4
Tabel 4. Produksi biogas dan waktu tinggal dari berbagai bahan .................................... 5
Tabel 5. Keuntungan dan kerugian fermentasi anaerobik ............................................... 6
Tabel 6. Species bakteri metanogen ................................................................................ 6
Tabel 7. Kandungan C dan N beberapa jenis bahan ........................................................ 9
Tabel 8. Kondisi pengoperasian proses anaerobik ..........................................................
................................................................................................................................................ 10
Tabel 9 Data perkiraan produksi jerami diberbagai Negara .............................................
................................................................................................................................................ 12
Tabel 10. Syarat mutu pupuk organik cair dan padat ........................................................
................................................................................................................................................ 15
Tabel 11. Karakteristik sludge ...........................................................................................
................................................................................................................................................ 20
Tabel 12. Karakteristik jerami ...........................................................................................
................................................................................................................................................ 20
Tabel 13. Kondisi sludge biogas .......................................................................................
................................................................................................................................................ 31
Tabel 14. Karakteristik digestat hasil fermentasi ..............................................................
................................................................................................................................................ 31
Tabel 15. Karakteristik air lindi hasil fermentasi .............................................................
................................................................................................................................................ 31
Tabel 16. Standar kualitas kompos ...................................................................................
................................................................................................................................................ 32

49
DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Bioreaktor terendam ......................................................................................


................................................................................................................................................ 18
Gambar 2. Diagram alir penelitian ..................................................................................
................................................................................................................................................ 19
Gambar 3. Produksi gas ..................................................................................................
................................................................................................................................................ 23
Gambar 4. Produksi gas ..................................................................................................
................................................................................................................................................ 26
Gambar 5. Perubahan COD digestat ..............................................................................
................................................................................................................................................ 28
Gambar 6. Perubahan COD Lindi ..................................................................................
................................................................................................................................................ 29

50
DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1. Prosedur analisis kimia ...............................................................................


................................................................................................................................................ 36
Lampiran 2. Produksi gas komposisi 3:5 ukuran 0.1-0.5 cm (1st running) ......................
................................................................................................................................................ 38
Lampiran 3. Produksi gas komposisi 3:5 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running) .....................
................................................................................................................................................ 43
Lampiran 4. Produksi gas komposisi 5:3 ukuran 0.1-0.5 cm (1st running) .....................
................................................................................................................................................ 48
Lampiran 5. Produksi gas komposisi 5:3 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running) .....................
................................................................................................................................................ 53
Lampiran 6. Nilai TS komposisi 3:5 ukuran 0.1-0.5 cm (1st running) ............................
................................................................................................................................................ 58
Lampiran 7. Nilai TVS komposisi 3:5 ukuran 0.1-0.5 cm (1st running) .........................
................................................................................................................................................ 59
Lampiran 8. Nilai COD komposisi 3:5 ukuran 0.1-0.5 cm (1st running) .........................
................................................................................................................................................ 60
Lampiran 9. Nilai pH komposisi 3:5 ukuran 0.1-0.5 cm (1st running) ............................
................................................................................................................................................ 61
Lampiran 10. Nilai TS komposisi 3:5 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running) ...........................
................................................................................................................................................ 62
Lampiran 11. Nilai TVS komposisi 3:5 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running) .........................
................................................................................................................................................ 63
Lampiran 12. Nilai pH komposisi 3:5 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running) ............................
................................................................................................................................................ 64
Lampiran 13. Nilai COD komposisi 3:5 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running) ........................
................................................................................................................................................ 65
Lampiran 14. Nilai TS komposisi 5:3 ukuran 0.1-0.5 cm (1st running) ............................
................................................................................................................................................ 66
Lampiran 15. Nilai TVS komposisi 5:3 ukuran 0.1-0.5 cm (1st running) .........................
................................................................................................................................................ 67
Lampiran 16. Nilai pH komposisi 5:3 ukuran 0.1-0.5 cm (1st running) ............................
................................................................................................................................................ 68
Lampiran 17. Nilai COD komposisi 5:3 ukuran 0.1-0.5 cm (1st running) .........................
................................................................................................................................................ 69
Lampiran 18. Nilai TS komposisi 5:3 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running) .............................
................................................................................................................................................ 70
Lampiran 19. Nilai TVS komposisi 5:3 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running) .........................
................................................................................................................................................ 71
Lampiran 20. Nilai pH komposisi 5:3 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running) ............................
................................................................................................................................................ 72
Lampiran 21. Nilai COD komposisi 5:3 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running) ........................
................................................................................................................................................ 73

51
I. PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG

Limbah pertanian dan perindustrian memiliki dua potensi yang bertolak belakang,
yaitu potensi yang merugikan dan potensi yang menguntungkan bagi manusia. Limbah
tersebut berpotensi untuk memberi nilai tambah ekonomi bagi masyarakat petani jika
dikelola dengan baik. Namun limbah tersebut juga akan menjadi masalah bagi masyarakat
sekitar area pertanian khususnya dan manusia pada umumnya, jika pengelolaannya
dilakukan dengan serampangan atau bahkan tidak.
Salah satu limbah pertanian adalah jerami. Jerami merupakan bagian vegetatif
dari tanaman padi (batang, daun, dan tangkai malai). Jumlah produksi jerami padi cukup
banyak, bergantung pada luas tanam padi. Perbandingan antara bobot gabah yang dipanen
dengan jerami padi (grain straw ratio) pada saat panen pada umumnya 2:3. Pada saat
produksi gabah nasional 54 juta ton pada tahun 2005, berarti terdapat 81 juta ton jerami
yang dihasilkan pada tahun tersebut, pada tahun 2010 diperkirakan produksi jerami padi
sampai 84 juta ton (Makarim 2007).
Salah satu peningkatan yang dilakukan adalah dengan mengkonversi jerami
menjadi sumber energi alternatif biogas. Pengkonversian ini dilakukan sehubungan
dengan permasalahan yang kini menjadi fokus bersama yaitu lingkungan hidup dan
kelangkaan energi. Perubahan iklim yang tidak menentu (global warming) menyebabkan
penurunan kualitas lingkungan. Seperti disimpulkan oleh kelompok peneliti di bawah
naungan Badan Perserikatan Bangsa Bangsa (PBB), Panel Antar Pemerintah tentang
Perubahan Iklim atau disebut International Panel on Climate Change (IPCC), emisi 6 gas
rumah kaca yang menjadi penyebab pemanasan global (global warming) yaitu
karbondioksida, metan, nitrous oxide, sulfur heksa fluorida, HFC, dan PFC. Emisi gas
tersebut disebabkan oleh tingginya ketergantungan manusia terhadap bahan bakar fosil,
hanya saja tidak diimbangi dengan ketersediaannya. Ketersediaan bahan bakar fosil yang
irrenewable menjadi faktor utama kelangkaan energi. Biogas menjadi jawaban sebagai
altenatif pilihan sumber energi.
Biogas itu sendiri merupakan fase gas dari peristiwa degradasi bahan organik
secara biologi yang berlangsung anaerobik. Polprassert (1989) mengatakan bahwa gas
terbesar yang dihasilkan teknologi biogas yaitu metan dengan nilai kalor sebesar 1,012
BTU/ft3 (9005 kcal/m3) pada suhu 15.5 C dan tekanan 1 atm. Nilai kalor biogas rata-rata
500-700 BTU/ft3 (4450-6230 kcal/m3). Ketersediaan bahan serta kemudahan untuk
mendapatkannya menjadi keunggulan biogas lainnya. Pada dasarnya, tiga komponen
yamg diperlukan untuk dapat memproduksi biogas yaitu enclosed reaction tank (reaktor),
naturally occurring bacteria (biakan starter), dan organic material/sludge (limbah).

52
Sampah organik, limbah pertanian, dan limbah peternakan merupakan material yang
umum digunakan untuk menghasilkan biogas.
Revolusi industri pada kenyataannya berkontribusi pada permasalahan
lingkungan. Limbah (buangan) industri yang tidak dikelola dengan baik, berpotensi
mengurangi kemampuan lingkungan. Limbah industri berupa sludge merupakan lumpur
aktif yang berasal dari lubang pengeluaran unit pengelolaan limbah pada suatu industri.
Tidak banyak industri yang memanfaatkan limbahnya menjadi produk-produk potensial,
melainkan diserahkan kepada pihak lain. Sejauh ini telah dilakukan penelitian untuk
memanfaatkan lumpur industri sebagai bahan bangunan seperti batako. Alternatif lain
terhadap pemanfaatan sludge dengan mengelolanya menjadi biogas mengingat limbah
tersebut adalah limbah organik.
Pada umumnya, pembuatan biogas dari jerami maupun sludge telah dilakukan.
Nilai konversi jerami menjadi biogas mencapai 250-350 liter/kg berat kering (Arati 2009).
Pada penelitian ini, akan dilakukan pencampuran kedua bahan untuk mendapatkan volume
gas yang optimum.
Lebih jauh pemanfaatan jerami dan sludge dapat tidak hanya sebatas konversi
menjadi biogas, namun juga terdapat potensi perolehan kembali unsur hara melalui daur
ulang bahan pasca terkonversi menjadi biogas dalam bentuk pupuk padat organik dan air
lindi (pupuk cair) hasil proses anaerobik. Melalui fermentasi media padat pada fermentasi
limbah padat jerami padi dengan campuran sludge diharapkan bisa menghasilkan biogas
dan pupuk organik.

1.2 TUJUAN

Penelitian ini bertujuan untuk :

1. Mengetahui pengaruh penambahan sludge pada proses konversi jerami padi menjadi
biogas.
2. Mendapatkan rasio pencampuran terbaik dalam kinerja fermentasi limbah padat jerami
padi dan sludge menjadi biogas.
3. Melakukan karakterisasi produk hasil proses fermentasi berupa pupuk kompos.

53
II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 BIOGAS

Biogas didefinisikan sebagai gas yang dilepaskan jika bahan-bahan organik


(seperti kotoran ternak, kotoran manusia, jerami, sekam, dan daun-daun hasil sortiran
sayur) difermentasi atau mengalami proses metanisasi (Hambali et al. 2007). Menurut
Wahyuni (2009) biogas merupakan campuran gas yang dihasilkan oleh bakteri
metanogenik yang terjadi pada material-material yang dapat terurai secara alami dalam
kondisi anaerobik.
Menurut Widodo et al (2006), teknologi biogas di Indonesia telah berkembang
sejak lama namun aplikasi penggunaannya sebagai sumber energi alternatif belum
berkembang secara luas. Beberapa kendalanya yaitu kekurangan technical expertise,
reaktor biogas tidak berfungsi akibat bocor atau kesalahan konstruksi, desain tidak user
friendly, penanganan masih secara manual, dan biaya konstruksi yang mahal. Kendala
tersebut dapat disikapi dengan cara merawat unit instalasi biogas, diantaranya:
1. Mengaduk campuran kotoran dan air yang terdapat pada digester setiap hari dengan
menggunakan bambu panjang agar kerak yang terdapat pada permukaan campuran
tidak menghambat produksi gas.
2. Agar digester dapat terus menghasilkan gas secara optimal, maka secara periodik
digester perlu dikuras/dibersihkan. Pembersihan digester dapat dilakukan setiap 5 atau
6 tahun sekali. Pembersihan digester dilakukan dengan terlebih dahulu membuang gas
metan dalam digester. Setelah tutup bagian atas dibuka, digester dikuras, kemudian
ditutup kembali dan kotoran dapat dimasukkan kembali (Anonim 2009).

2.2 KOMPOSISI BIOGAS

Teknologi biogas menghasilkan gas yang sebagian besar mengandung gas


metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) serta beberapa kandungan gas lain yang
jumlahnya kecil diantaranya hidrogen sulfida (H2S), ammonia (NH3), hidrogen (H2), dan
nitrogen (N2). Pambudi (2008) menyebutkan bahwa energi yang terkandung dalam biogas
tergantung dari konsentrasi metana (CH4). Kandungan metana yang tinggi mempunyai
energi (nilai kalor) yang besar, sedangkan kandungan metana yang rendah mempunyai
energi (nilai kalor) yang rendah. Pembentukan gas metana biasanya terjadi pada hari ke
10-14 sebesar 54 % dan karbondioksida (CO2) sebesar 27%. Selanjutnya biogas dapat
dimanfaatkan untuk menyalakan kompor (Wahyuni 2009). Penjelasan mengenai
komposisi biogas ditunjukkan oleh table 1 berikut:

54
Tabel 1. Komposisi biogas
Komponen Jumlah

Metana (CH4) 55-75%

Karbon dioksida (CO2) 25-45%

Karbon Monoksida (CO) 0-0,3%

Nitrogen (N2) 1-5%

Hidrogen (H2) 0-3%

Hidrogen sulfida (H2S) 0,1-0,5%

Oksigen (O2) Sedikit


Sumber : Karellas et.al (2010)

Pemanfatan gas metan sebagai sumber energi berperan positif dalam upaya
mengatasi masalah global (efek rumah kaca) yang berakibat pada perubahan iklim global.
Kesetaraan energi dan pemanfaatannya yang dihasilkan oleh teknologi biogas dalam 1 m3
digambarkan oleh tabel 2 berikut:
Tabel 2. Kesetaraan biogas dengan energi lain
Sumber energi Kapasitas
Elpiji 0.46 kg
Minyak tanah 0.62 liter
Minyak solar 0.52 liter
Bensin 0.80 liter
Gas kota 1.50 m
Kayu bakar 3.50 kg
Sumber : Wahyuni (2009)

Tabel 3. Aplikasi energi biogas


Aplikasi 1m3 biogas setara dengan
Penerangan 60-100 watt lampu bohlam selama 6 jam
Memasak dapat memasak 3 jenis masakan untuk
keluarga (5-6 orang)
Pengganti bahan bakar 0.7 kg minyak tanah dapat menjalankan satu
tenaga motor tenaga kuda selama 2 jam
Pembangkit tenaga listrik Dapat menghasilkan 1.25 kWh listrik
Sumber: Kristoferson dan Bakalders 1991 dalam Hambali (2007)

Peningkatan kualitas biogas dapat dilakukan dengan beberapa parameter yaitu


menghilangkan hidrogen sulfur, kandungan air, dan karbon dioksida. Hidrogen sulfur
mengandung racun dan zat yang menyebabkan korosi. Apabila gas ini dibakar, maka akan

55
membentuk senyawa baru bersama oksigen yaitu sulfur dioksida (SO2) atau sulfur
trioksida (SO3) dan pada saat yang sama akan membentuk sulfur acid (H2SO3) yaitu
senyawa yang lebih korosif. Konsentrasi hidrogen sulfur yang masih ditoleransi yaitu 5
ppm. Penghilangan karbondioksida bertujuan untuk meningkatkan kualitas biogas
sehingga gas tersebut dapat juga digunakan untuk bahan bakar kendaraan, sedangkan
kandungan air berpotensi pada menurunnya titik penyalaan biogas serta dapat
menimbulkan korosif (Switenia, dkk 2008).

2.3 BAHAN BAKU BIOGAS


Pada umumnya semua bahan organik yang mudah membusuk seperti jerami
padi yang memiliki rasio C/N 68, kotoran hewan, serta kotoran manusia dapat dijadikan
biogas. Hanya saja biogas kotoran manusia terkendala pada aspek kepantasan (sosial).
Kotoran unggas maupun hewan ternak dipilih karena ketersediaannya yang melimpah,
memiliki keseimbangan nutrisi, mudah dicerna, dan relatif dapat diproses secara biologi.
Hardyanti (2007) menyebutkan bahwa biogas dengan zat penyusun yang
berbeda (variasi bahan baku) akan menghasilkan nilai kalor yang berbeda pula, tergantung
pada mutu substrat. Potensi biogas berbagai jenis bahan diperlihatkan oleh Tabel 4.

Tabel 4. Produksi biogas dan waktu tinggal dari berbagai bahan


Bahan Produksi Biogas Kadar Metana Waktu Tinggal
(L/kg TS) (%) (hari)
Pisang (Buah dan daun) 940 53 15
Rumput 450-530 55-57 20
Jagung (batang secara 350-500 50 20
keseluruhan)
Jerami (dicacah) 250-350 58 30
Tanaman rawa 380 56 20
Kotoran ayam 300-450 57-70 20
Kotoran sapi 190-220 68 20
Sampah (fraksi organik) 380 56 25
Sumber : Arati (2009), modifikasi. *)TS= total solids/ bahan kering

2.4 FERMENTASI ANAEROBIK


Fermentasi anaerob berarti selama proses fermentasi tidak ada udara yang
masuk di dalam reaktor. Analognya, proses ini meniru mekanisme proses yang terjadi
pada perut ruminansia yaitu proses pencernaan secara anaerobik. Produk akhir dari proses
fermentasi ini adalah gas metana (CH4). Beberapa alasan yang dipakai untuk penggunaan
proses anaerobik dalam penanganan limbah antara lain tingginya laju reaksi dibandingkan
dengan proses aerobik, kegunaan dari produk akhirnya, stabilisasi dari komponen organik
dan memberikan karakteristik tertentu pada daya ikat air produk yang menyebabkan
produk dapat dikeringkan dengan mudah (Jenie 1993). Hal ini diperkuat oleh pernyataan
Metcalf dan Eddy (2003) mengenai keuntungan dan kerugian fermentasi anaerob yaitu:

56
Tabel 5. Keuntungan dan kerugian fermentasi anaerobik
Keuntungan Kerugian
Energi yang dibutuhkan sedikit Membutuhkan waktu pembiakan yang lama
Manfaat produk yang dihasilkan Membutuhkan penambahan senyawa alkalinity
Nutrisi yang dibutuhkan sedikit Tidak mendegradasi senyawa nitrogen dan
fosfor
Dapat menghasilkan senyawa metana Sangat sensitif terhadap efek perubahan
sebagai sumber energi potensial temperature
Hanya membutuhkan reaktor dengan Menghasilkan senyawa yang beracun seperti
volume yang kecil H2S

2.5 BAKTERI METANOGEN


Jenie (1993) mengatakan bahwa saat ini telah dikenal berbagai jenis bakteri
metana di alam. Namun pengetahuan mengenai mekanisme bakteri metana tersebut dalam
proses metabolismenya masih belum terungkap secara rinci. Kesulitannya adalah
melakukan pengisolasian dan mengidentifikasi karena karakteristik yang dimilikinya
beragam. Bakteri metana yang telah berhasil diidentifikasi terdiri dari empat genus yaitu :
1. Methanobacterium, bakteri bentuk batang dan tidak berspora
2. Methanobacillus, bakteri bentuk batang dan berspora
3. Methanococcus, bakteri bentuk kokus atau kelompok koki yang
membagi diri
4. Methanoosarcina, bakteri bentuk sarcina pada sudut 90 dan
tumbuh dalam kotak yang terdiri dari 9 sel.
Bakteri metanogenik berkembang lambat dan sensitif terhadap perubahan
mendadak pada kondisi-kondisi fisik dan kimiawi. Penurunan 2 oC secara mendadak pada
slurry mungkin secara signifikan berpengaruh pada pertumbuhannya dan laju produksi
gas. Tidak hanya itu, tingginya materi pereduksi seperti nitrit atau nitrat dapat
menghambat pertumbuhan bakteri metanogen.
Yani dan Darwis (1990) menerangkan bahwa bakteri metanogen sangat
restriktif terhadap alkohol dan asam organik, yang dijadikan sumber karbon. Oksidasi
substrat secara tunggal oleh salah satu species bakteri seringkali tidak sempurna, oleh
karena itu produk degradasi parsial dapat dijadikan sumber substrat oleh species lainnya
untuk pembentukan gas metana. Sejumlah species dan senyawa organik yang dapat
berperan sebagai substrat serta produk (senyawa-senyawa) yang dihasilkan terdapat pada
Tabel 6.

Tabel 6. Species bakteri metanogen


Bakteri Substrat Produk
Metanobacterium formicum CO2 CH4
M. mobilis Format CH4
M. propionicum H2O + CO2 CO2 + Asetat

57
M. sohngenii Propionat CH4
M. suboxydans Kaproat, Butirat CH4 + CO2
Metanococcus mazei Asetat, Butirat Asetat, Propionat
M. vanielii H20 + CO2, Format CH4 + CO2
Metanosarcina bakteri H2O + CO2, Metanol, Asetat CH4, CH4, CH4 + CO2
M. metanica Butirat CH4 + CO2
Sumber: Price dan Cheremisinoff (1981)
2.6 MEKANISME PEMBENTUKAN BIOGAS
Secara umum proses pembentukan biogas yaitu fermentasi bahan organik
kompleks menjadi gas oleh mikroorganisme anaerob. Berdasarkan aliran bahan baku,
reaktor biogas (biodigester) dibedakan menjadi:
1. Bak (batch) Pada tipe ini, bahan baku reaktor ditempatkan di dalam wadah (ruang
tertentu) dari awal hingga selesainya proses digesti. Umumnya digunakan pada tahap
eksperimen untuk mengetahui potensi gas dari limbah organik.
2. Mengalir (continuous) Untuk tipe ini, aliran bahan baku masuk dan residu keluar
pada selang waktu tertentu. Lama bahan baku selama dalam reaktor disebut waktu
retensi hidrolik (hydraulic retention time/HRT).
Bapat et al. (2006) di dalam Prasetio (2010) menambahkan satu jenis fermentasi yaitu feed
batch. Fermentasi feed batch merupakan proses fermentasi dengan penambahan nutrien
pada interval waktu tertentu dan tak ada media yang dipindahkan, berbeda dengan
fermentasi kontinyu yang dilakukan penambahan feed secara terus-menerus serta
produknya dipindahkan secara bersamaan.
Menurut Haq dan Soedjono (2009) penguraian bahan-bahan organik menjadi
biogas dibagi menjadi 4 tahap yaitu hidrolisis, asidogenesis, asetogenesis, dan
metanogenesis yang berlangsung terus secara berantai sampai pada suatu keadaan dimana
tidak ada lagi bahan organik yang dapat dihidrolisa.
1. Hidrolisis
Grup mikroorganisme hydrolytic mengurai senyawa organik kompleks
menjadi molekul-molekul sederhana dengan rantai pendek. Senyawa tersebut
diantaranya adalah glukosa, asam amino, asam organik, etanol, karbon dioksida, dan
hidrokarbon yang dimanfaatkan sebagai sumber karbon dan energi bagi bakteri untuk
melakukan fermentasi. Proses hidrolisis dikatalis oleh enzim yang dikeluarkan bakteri
seperti selullase, protease, dan lipase.
Bakteri selulotik memecah atau memotong molekul selulosa yang merupakan
molekul dengan berat yang tinggi menjadi selulobiose (glukosa-glukosa) dan menjadi
glukosa bebas (free glucose). Glukosa kemudian difermentasi secara anaerob
menghasilkan bermacam-macam produk fermentasi seperti asetat, propionat, butirat,
H2, dan CO2.
Protein dan lemak juga dapat mengalami proses fermentasi anaerob yang
menghasilkan metana. Meskipun kandungan protein dan lemak lebih sedikit daripada
karbohidrat, tetapi metana yang dihasilkan dari fermentasi protein dan lemak dapat
menambah jumlah metana yang digunakan untuk biogas. Semakin banyak kandungan

58
bahan organik yang terdapat dalam slurry maka mikroorganisme dapat tumbuh dan
berkembang dengan baik serta semakin banyak bahan organik yang dapat diubah
menjadi metana.
2. Asidogenesis
Tahap hidrolisis segera dilanjutkan oleh pembentukan asam pada proses
asidogenesis. Pada proses ini bakteri acidogenesis mengubah hasil dari tahap hidrolisis
menjadi bahan organik sederhana (kebanyakan dari rantai pendek, keton, dan alkohol).
3. Asetogenesis (Tahap Pembentukan Asam)
Pada tahap ini terjadi pembentukan senyawa asetat, CO2, dan hidrogen dari
molekul-molekul sederhana yang tersedia oleh bakteri aseton penghasil hidrogen.
Bakteri pembentuk asam antara lain Pseudomonas, Escherichia, Flavobacterium, dan
Alcaligenes yang mendegradasi bahan organik menjadi asam-asam lemak (Radar
Tarakan online 2008). Asam lemak yang teruapkan dari hasil asidogenesis akan
digunakan sebagai energi oleh beberapa bakteri obligat anaerobik. Tetapi bakteri-
bakteri tersebut hanya mampu mendegradasi asam lemak menjadi asam asetat. Salah
satunya adalah degradasi asam propionate oleh Synthophobacter wolinii (Weismann
1991).
4. Metanogenesis (Tahap Pembentukan Metan)
Tahapan metanogenesis merupakan tahapan konversi anaerobik terakhir dan
paling menentukan, yaitu dilakukan penguraian dan sintesis produk tahap sebelumnya
untuk menghasilkan gas methana (CH4). Hasil lain dari proses ini berupa karbon
dioksida, air, dan sejumlah kecil senyawa gas lainnya. Bakteri yang terlibat pada
proses ini yaitu bakteri metanogenik dari sub divisi acetocalstic methane bacteria yang
terdiri atas Methanobacterium, Methanosarcina, dan Methanococcus (Radar Tarakan
online 2008). Pada proses di dalam reaktor, pertumbuhan bakteri ini bergantung pada
temperatur, keasaman, serta jumlah material organik yang akan dicerna. Pada tahap
awal pertumbuhannya, bakteri metanogenik bergantung pada ketersediaan nitrogen
dalam bentuk ammonia dan jumlah substrat yang digunakan. Bakteri metanogenik
mensintesis senyawa dengan berat molekul rendah menjadi senyawa dengan berat
molekul tinggi, misalnya bakteri ini menggunakan hidrogen, CO2, dan asam asetat
untuk membentuk metana dan CO2 (Amaru 2004). Haq dan Soedjono (2009)
menyebutkan bahwa bakteri ini memiliki pertumbuhan yang lebih lambat
dibandingkan dengan bakteri yang ada pada tahap satu dan dua. Bakteri methanogen
sangat tergantung pada bakteri lainnya yang terdapat pada tahap sebelumnya untuk
menghasilkan nutrien dalam bentuk yang sesuai. Bakteri methanogen secara alami
dapat diperoleh dari berbagai sumber seperti: air bersih, endapan air laut, sapi,
kambing, lumpur (sludge) kotoran anaerob ataupun TPA (Tempat Pembuangan Akhir).

2.7 FAKTORFAKTOR YANG MEMENGARUHI TEKNOLOGI


PROSES BIOGAS
Menurut Wahyuni (2009), proses fermentasi mengacu pada berbagai reaksi dan
interaksi yang terjadi diantara bakteri metanogen dan non-metanogen serta bahan yang

59
diumpankan ke dalam digester sebagai input. Hal ini adalah phisiko-kimia yang kompleks
dan proses biologis yang melibatkan berbagai faktor dan tahapan bentuk dan dinamakan
sebagai faktor abiotis. Faktor-faktor yang memengaruhi proses fermentasi bahan organik
menjadi biogas meliputi:
1. Starter
Starter yang mengandung bakteri metana diperlukan untuk mempercepat
proses fermentasi anaerob. Beberapa jenis starter antara lain:
Starter alami, yaitu lumpur aktif sebagai lumpur kolam ikan, air comberan atau
cairan septic tank, sludge, timbunan kotoran, dan timbunan sampah organik.
Starter semi buatan, yaitu dari fasilitas biodigester dalam stadium aktif.
Starter buatan, yaitu bakteri yang dibiakkan secara laboratoriun dengan media
buatan.

2. Komposisi nutrien
Menurut Hartono (2009), parameter penting pada proses anaerobik adalah
total bahan organik yang merupakan ukuran suatu material seperti karbohidrat, protein,
dan lemak. Seluruh substrat itu dapat dikonversi menjadi asam-asam teruapkan dan
metan. Ketersediaan nutrisi yang cukup berpengaruh pada gas metan yang akan
dihasilkan.

3. Ukuran Bahan
Laju produksi biogas dapat ditingkatkan melalui pemberian pretreatment
substrat. Maksudnya yaitu menghancurkan struktur organik kompleks menjadi
molekul sederhana sehingga mikroorganisme lebih mudah mendegradasi bahan
tersebut. Bahan dengan ukuran lebih kecil akan lebih cepat terdekomposisi daripada
bahan dengan ukuran yang lebih besar. Hal tersebut dikarenakan bahan dengan ukuran
lebih kecil memiliki luas kontak permukaan yang lebih besar dibandingkan bahan
berukuran besar (Sulaeman 2007). Wahyuni (2009) menguatkan bahwa degradasi dan
potensi produksi biogas dari limbah berserat dapat secara signifikan meningkat dengan
perlakuan awal yaitu memperkecil ukuran partikel.

4. Rasio C/N
Hubungan antara jumlah karbon dan nitrogen yang terdapat pada bahan
organik dinyatakan dalam rasio karbon/nitrogen (C/N). Apabila rasio C/N sangat
tinggi, nitrogen akan dikonsumsi sangat cepat oleh bakteri metan sampai batas
persyaratan protein dan tidak lama bereaksi ke arah kiri pada kandungan karbon pada
bahan. Sebagai akibatnya produksi metan akan menjadi rendah, sebaliknya apabila
rasio C/N sangat rendah, nitrogen akan bebas dan akan terakumulasi dalam bentuk
amonia (NH4) yang berdampak pada meningkatnya pH pada digester (Wahyuni 2009).
Syarat ideal C/N untuk proses digesti sebesar 2530. Oleh karena itu, untuk
mendapatkan produksi biogas yang tinggi, maka penambangan bahan yang

60
mengandung karbon (C) seperti jerami atau N (misalnya urea) perlu dilakukan untuk
mencapai rasio C/N tersebut. Berikut tabel 7 yang menunjukkan kadar N dan rasio
C/N dari beberapa jenis bahan organik:

Tabel 7. Kandungan C dan N beberapa jenis bahan


Bahan organik Rasio C/N Kadar N (%) Kekeringan bahan (%)
Kotoran ayam 15 6.3 25
Kotoran kuda 25 2.8 -
Kotoran sapi, kerbau 18 1.7 18
Tinja manusia 6-10 5.5-6.5 11
Buangan BPH 2 7-10 -
Sampah kota 54 1.05 -
Jerami jelai 68 1.05 -
Sayuran 12 3.6 -
Rumput muda 12 4 -
Sumber : Care (2011)

Dalam sistem biodigesti yang bekerja dengan baik, karbon adalah satu-
satunya unsur yang hilang dalam jumlah besar. Nitrogen dan fosfor akan tersisa dalam
jumlah yang sama tapi dalam konsentrasi yang lebih tinggi karena bahan lain sudah
terdigesti.
5. Temperatur
Hampir seluruh aktivitas biologi dipengaruhi oleh temperatur. Temperatur
dapat menghambat atau mempercepat pertumbuhan mikroba, penguraian bahan
organik, produksi gas, penggunaan substrat, dan banyak aktivitas biologi lainnya.
Salah satu alasannya adalah karena berbagai aktivitas biologi melibatkan reaksi-reaksi
berbantuan enzim, sedangkan enzim sangat sensitif terhadap perubahan temperatur
(Hartono 2009).
Hartono (2009) menyatakan bahwa berdasarkan temperatur operasinya,
proses anaerob secara garis besar diklasifikasikan menjadi tiga yaitu psycrofil, mesofil,
dan termofil. Pada umumnya digester anaerob beroperasi pada temperatur mesofil
yaitu 20-45C. Kondisi ini dipilih karena mikroba-mikroba di alam lebih banyak yang
bersifat mesofil daripada psychrofil dan termofil. Selain itu, sludge retention time
(SRT) dalam digester mesofil (4-6 minggu) juga lebih pendek daripada dalam digester
psychrofil (12 minggu) dengan suhu 5-25C, sedangkan temperatur termofil yaitu 50-
70C. Laju degradasi bahan organik pada temperatur termofil lebih cepat daripada
sistem psychrofil dan mesofil. Oleh karena itu SRT termofil juga sangat singkat,
namun pengendalian temperatur termofil lebih sulit dan mahal daripada mesofil dan
psycrhofil. Kondisi pengoperasian proses anaerobik tersebut diperlihatkan oleh Tabel
8.

Tabel 8. Kondisi pengoperasian proses anaerobik


Parameter Nilai

61
Suhu
Mesofilik 35 C
Termofilik 54 C
pH 7-8
Waktu retensi 10-30 hari
Laju pembebanan 0.15-0.35 kg VS/m3/hari
Hasil biogas 4.5-11 m3/kg VS
Kandungan metana 60-70 %
Sumber : Engler et al. (2000)
Dalam seluruh jenis temperatur anaerob, sangat penting untuk menjaga
konsistensi temperatur di seluruh bagian tangki. Jika terjadi variasi temperatur, maka
akan menghambat atau menonaktifkan bakteri anaerob tertentu termasuk bakteri
metanogen yang memiliki rentang adaptasi temperatur sangat sempit.

7. Nilai pH
Perubahan pH akan membawa perubahan pada sistem biologis. Hal ini karena
aktivitas enzim sangat dipengaruhi oleh pH. Pada umumnya mikroba anaerob
beraktivitas pada pH optimum antara 6-7.5. Rentang pH ini dapat dikontrol oleh buffer
alami berupa amonium (NH+4) dan bikarbonat (HCO-3). Ion amonium diperoleh dari
deaminasi asam-asam amino dan material yang mengandung nitrogen dan amino
lainnya seperti DNA, RNA, Adenosin Tri Phosphat (ATP), dan enzim. Ion bikarbonat
diperoleh dari karbondiokasida yang diproduksi selama hidrolisis, pembentukan asam
dan metanogenesis (Hartono 2009).
Wahyuni (2009) menyebutkan bahwa derajat keasaman (pH) di dalam
digester merupakan fungsi waktu di dalam digester tersebut. Pada tahap awal proses
fermentasi, asam organik dalam jumlah besar diproduksi oleh bakteri pembentuk
asam, sehingga pH di dalam digester bisa mencapai di bawah 5. Kemudian proses
pencernaan berlangsung dan nilai pH berangsur normal seiring dengan pembentukan
NH4 hasil dari penguraian nitrogen.

8. Kadar Air
Menurut Haq dan Soedjono (2009), dekomposisi bahan organik oleh
mikroorganisme tergantung kadar air. Kelembaban 36-99 % akan menaikkan produksi
gas 67 %. Kenaikan tersebut dicatat pada rentang kelembaban 60-78 % dan cenderung
sama pada kelembaban yang lebih tinggi. Sisa kelembaban dapat menghambat
aktivitas methanogen. Menurut Triyanto (1992), bahan umpan yang baik mempunyai
kandungan padatan 7 %-9 %.
Rahman (2007) mengatakan bahwa mikroorganisme pembusuk akan tumbuh
subur pada bahan yang memiliki kadar air sekitar 90%. Hal ini menunjukkan bahwa
bahan sangat mudah mengalami proses pembusukkan atau pendegradasian secara
mikrobiologi.

9. Inhibitor
Menurut Wahyuni (2009), ion mineral, logam berat, dan detergen merupakan
beberapa material racun yang memengaruhi pertumbuhan bakteri. Bakteri metanogen

62
lebih sensitif terhadap racun daripada bakteri penghasil asam. Amonia (NH4) pada
konsentrasi 50-200 mg/l dapat merangsang pertumbuhan mikroba. Namun apabila
konsentrasinya diatas 1500 mg/l akan mengakibatkan keracunan.

10. Pengadukan
Proses pengadukan ditujukan untuk mendapatkan campuran substrat dan
bakteri fermentasi yang homogen dengan ukuran partikel yang kecil. Pengadukan
selama proses dekomposisi untuk mencegah terjadinya benda-benda mengapung pada
permukaan cairan. Di samping itu, pengadukan akan memberikan kondisi temperatur
yang seragam untuk proses tersebut.
11. Waktu tinggal di dalam digester
Waktu tinggal di dalam digester adalah rata-rata periode waktu saat input
masih berada dalam digester dan proses fermentasi oleh bakteri metanogen. Waktu
tinggal juga dipengaruhi oleh suhu. Suhu di atas 35 C mengakibatkan produksi gas
menjadi rendah (Wahyuni 2009). Anonim (2006) menyebutkan bahwa pada umumnya
biogas masing-masing variasi mulai terbentuk pada hari pertama setelah pengisian dan
terus meningkat secara signifikan hingga akhirnya mencapai kondisi statis.
Pengetahuan mengenai waktu pencapaian kondisi statis berimplikasi pada pengetahuan
waktu tinggalnya (HRT). Hal ini berguna untuk jadwal pengisian substrat jika akan
diaplikasikan di lapangan.

2.8 JERAMI PADI


Jerami merupakan bagian vegetatif dari tanaman padi (batang, daun, dan
tangkai malai). Pada waktu tanaman dipanen, jerami adalah bagian tanaman yang tidak
diambil. Bobot Jerami padi merupakan fungsi dari ketersediaan air, varietas, nisbah
gabah/jerami, cara budidaya, kesuburan tanah, musim, iklim dan ketinggian tempat.
Jerami terdiri atas daun, pelepah daun, ruas atau buku. Ketiga unsur ini relatif kuat karena
mengandung silika dan selulosa yang tinggi sehingga pelapukanya memerlukan waktu.
Namun jika diberi perlakuan tertentu akan mempercepat terjadi perubahan strukturnya
(Makarim 2007).
Produksi jerami padi di Indonesia juga merupakan salah satu yang terbesar.
Pada Tabel 9 berikut dapat dilihat data produksi jerami padi diberbagai negara.
Tabel 9. Data perkiraan produksi jerami diberbagai negara
Negara Luas Produksi Prakiraan
Panen (000 Ton) Produksi
(000 Jerami
ha) (000 Ton))
Cina 30.503 190.168 285.252
India 44.600 161.500 242.250
Indonesia 11.523 51.000 76.500
Bangladesh 10.700 35.821 53.732
Vietnam 7.655 32.554 48.831
Thailand 10.048 23.403 35.105
Myanmar 6.211 20.125 30.188
Filipina 4.037 12.415 18.623

63
Jepang 1.770 11.863 17.796
Brasil 3.672 11.168 16.752
Amerika 1.232 8.669 13.004
Serikat
Korea 1.072 7.067 10.600
Selatan
Pakistan 2.312 7.000 10.500
Nepal 1.550 4.030 6.045
Nigeria 2.061 3.277 4.916
) angka perkiraan, berdasarkan grain ratio 2:3
Sumber : Maclean et al. (2002) didalam Makarim (2007)

Di Indonesia rata-rata kadar hara jerami padi adalah 0.4% N, 0.02%P, 1.4%K
dan 5.6% Si (Makarim 2007). Jerami padi mengandung 40-43% C (Makarim 2007).
Fermentasi biogas dapat dibuat dari berbagai residu tanaman dan sumber bahan
organik, termasuk jerami padii. Setiap kilogram jerami dihasilkan 0,25 m3 gas metan dan
residunya mengandung 38% C (Makarim 2007). Jerami relatif sulit terdekomposisi.
Hanya 9-16% dari produksi total, sehingga untuk mempercepat produksi gas jerami perlu
dikomposkan terlebih dahulu (Makarim 2007). Makarim (2007) juga menyatakan bahwa
dari sisi kuantitas, jerami padi merupakan salah satu limbah pertanian yang belum banyak
dimanfaatkan di Indonesia. Jerami padi harganya sangat murah dan memiliki kandungan
selulosa yang cukup tinggi yaitu mencapai 39%. Komposisi kimia lainnya yaitu
hemiselulosa 27.5%, lignin 23.5% dan abu 10%. Potensi jerami kurang lebih 1.4 kali dari
hasil panen.

2.9 SLUDGE
Limbah adalah buangan yang kehadirannya pada suatu saat dan tempat tertentu
tidak dikehendaki lingkungan karena tidak memiliki nilai ekonomi. Namun berdasarkan
nilai ekonomisnya, limbah dibedakan menjadi limbah yang mempunyai nilai ekonomis
dan limbah yang tidak memiliki nilai ekonomis. Limbah yang memiliki nilai ekonomis
yaitu limbah yang melalui suatu proses lanjut sehingga memberikan suatu nilai tambah,
sedangkan limbah non-ekonomis adalah suatu limbah walaupun telah dilakukan proses
lanjut dengan cara apapun tidak akan memberikan nilai tambah kecuali sekedar untuk
mempermudah sistem pembuangan. Limbah yang mengandung bahan polutan yang
memiliki sifat racun dan berbahaya dikenal dengan limbah B-3 yang dinyatakan sebagai
bahan yang dalam jumlah relatif sedikit tetapi berpotensi untuk merusak lingkungan hidup
dan sumber daya (Kristanto 2002).
Limbah padat industri pangan terutama terdiri dari bahan-bahan organik seperti
karbohidrat, protein, lemak, serat kasar, dan air merupakan bahan-bahan yang mudah
terdegradasi secara biologis dalam sebuah bioreaktor baik secara aerob maupun anaerob
serta menyebabkan pencemaran lingkungan, terutama menimbulkan bau busuk.
Limbah organik yang akan diterima pada umumnya berupa lumpur endapan
dari proses pengolahan air limbah industri. Lumpur banyak mengandung zat pengurai
sehingga sangat baik untuk memakan bahan organik yang masih baru (Kristanto, 2002).

64
Sludge merupakan endapan padat yang secara alami berada di dalam air dan air limbah,
atau benda yang bukan endapan padat tetapi secara pengentalan kimia dan flokulasi
biologi dapat mengendap dan dialirkan dari tangki pembuangan limbah. Sementara
menurut Sugiharto (1987), lumpur (sludge) yang dihasilkan dari pengolahan limbah cair
perlu dilakukan pengolahan secara khusus agar lumpur tersebut dapat dimanfaatkan
kembali untuk keperluan kehidupan manusia.
Sistem pengolahan air limbah aerobik secara konvensional dengan
menggunakan lumpur aktif merupakan pengolahan air limbah yang paling populer
dilakukan baik pada instalasi pengolahan air limbah domestik atau pada industri. Namun
proses pengolahan ini kurang begitu menguntungkan karena menghasilkan banyak lumpur
aktif dan hingga saat ini belum ada penyelesaian secara terintegrasi. Biasanya lumpur
dikeringkan dan selanjutnya dibuat sebagai tanah urukan atau dibakar. Sehingga
pembuangan lumpur aktif dari tahun ke tahun semakin meningkat, padahal lahan yang
dipergunakan untuk menampung buangan lumpur aktif (landfill) sangat terbatas.
Pengolahan lumpur aktif dengan pembakaran biasanya menggunakan alat incinerator
yang membutuhkan biaya mahal. Disamping itu proses aerobik memerlukan lahan yang
luas, capital cost tinggi (sistem mekanik atau aerasi dilakukan dengan sistem difusi), dan
biaya operasional tinggi (kebutuhan nutrien dan kebutuhan energi selama aerasi adalah
tinggi). Pengolahan limbah secara anaerobik dapat menghasilkan gas yang terdiri atas
metana (CH4) dan karbon dioksida (CO2) yang dikenal sebagai biogas.
Di samping limbah cair, industri juga menghasilkan limbah padat. Berdasarkan
sifatnya, pengolahan limbah padat industri terbagi menjadi dua yaitu limbah padat dengan
pengolahan dan limbah padat tanpa pengolahan. Limbah padat tanpa pengolahan dapat
dibuang ke tempat tertentu yang difungsikan sebagai tempat pembuangan akhir karena
limbah tersebut tidak mengandung unsur kimia yang beracun dan berbahaya. Berbeda
dengan limbah padat yang mengandung senyawa kimia berbahaya dan beracun atau yang
setidak-tidaknya menimbulkan reaksi baru, limbah semacam ini harus diolah terlebih
dahulu sebelum dibuang ke tempat pembuangan akhir. Selain itu, secara garis besar
limbah padat dapat diklasifikasikan sebagai berikut: limbah padat yang mudah terbakar,
limbah padat yang sukar terbakar, limbah padat yang mudah membusuk, debu, lumpur
(sludge), dan limbah yang dapat di daur ulang (Kristanto 2002).
Lumpur aktif (activated sludge) adalah proses pertumbuhan mikroba
tersuspensi. Proses ini pada dasarnya merupakan pengolahan aerobik yang mengoksidasi
material organik menjadi CO2 dan H2O, NH4, serta sel biomassa baru. Proses ini
menggunakan udara yang disalurkan melalui pompa blower (diffused) atau melalui aerasi
mekanik. Sel mikroba membentuk flok yang akan mengendap di tangki penjernihan.
Kemampuan bakteri dalam membentuk flok menentukan keberhasilan pengolahan limbah
secara biologi, karena akan memudahkan pemisahan partikel dan air limbah. Semua air
buangan yang biodegradable dapat diolah secara biologi. Pengolahan secara biologi
(pengolahan sekunder) dipandang sebagai pengolahan yang paling murah dan efisien
(Anonim 2011).
Lebih dari 300 jenis bakteri yang dapat ditemukan dalam lumpur aktif. Bakteri
tersebut bertanggung jawab terhadap oksidasi material organik dan tranformasi nutrient.

65
Bakteri juga menghasilkan polisakarida dan material polimer yang membantu flokulasi
biomassa mikrobiologi. Genus yang umum dijumpai adalah Zooglea, Pseudomonas,
Flavobacterium, Alcaligenes, Bacillus, Achromobacter, Corynebacterium, Comomonas,
Brevibacterium, dan Acinetobacter. Di samping itu ada pula mikroorganisme berfilamen
yaitu Sphaerotilus dan Beggiatoa, Vitreoscilla. Jumlah bakteri aktif aerobik menurun
karena ukuran flok meningkat yang disebabkan oleh tingkat oksigen dalam difusi. Bagian
dalam flok yang relatif besar membuat kondisi berkembangnya bakteri anaerobik seperti
metanogen. Kehadiran metanogen dapat dijelaskan dengan pembentukan beberapa
kantong anaerobik didalam flok atau dengan metanogen tertentu terhadap oksigen (Wu et
al., 1987). Oleh karena itu lumpur aktif cukup baik dan cocok untuk material bibit bagi
pengoperasian awal reaktor anaerobik.
Sludge memiliki manfaat yang sama dengan pupuk kandang terutama dalam
memperbaiki struktur tanah dan memberikan kandungan unsur hara yang diperlukan oleh
tanaman. Sludge memiliki kelebihan lain yaitu setelah keluar dari digester biasanya sludge
telah matang karena telah mengalami proses penguraian di dalam alat (Setiawan 1996).

2.10 PUPUK ORGANIK


Jerami Padi dapat digunakan langsung pada tanah karena mengandung nutrient
organik. Namun, nutrien tersebut tidak langsung memberikan hasil yang optimal pada
tanah dalam bentuk inorganik seperti nitrat (NO3-) dan fosfat (PO3-) melainkan perlu
aktivitas bakteri untuk memecah nutrient organik kompleks menjadi sederhana dan
akhirnya menjadi nutrient inorganik (Polprasert, 1989). Fermentasi anaerobik tidak
menghilangkan banyak nutrien dari jerami maupun peternakan tetapi menyediakan nutrien
yang dibutuhkan. Menurut Kristanto (2002), bahan kimia yang terdapat di dalam limbah
diuraikan secara biokimia, sehingga menghasilkan bahan organik baru yang lebih
bermanfaat.
Menurut Murbandono (2002), pupuk merupakan bahan-bahan yang diperlukan
tanah baik langsung maupun tidak langsung. Hasil pengomposan dapat digunakan untuk
pupuk tanaman yang dikenal sebagai pupuk organik. Secara umum, pupuk organik adalah
pupuk yang terbuat dari bahan-bahan organik yang didegradasi secara organik.
Pengomposan banyak dilakukan terhadap limbah yang mudah membusuk, limbah padat
perkotaan, buangan industri, lumpur pabrik, dan sebagainya. Sludge yang berasal dari
biogas sangat baik untuk dijadikan pupuk karena mengandung berbagai mineral yang
dibutuhkan oleh tumbuhan seperti fosfor (P), magnesium (Mg), kalsium (Ca), kalium (K),
tembaga (Cu), dan seng (Zn).
Berdasarkan bentuknya pupuk organik dibedakan menjadi dua yaitu pupuk
organik padat dan pupuk organik cair. Pupuk organik cair yang merupakan keluaran
(effluent) dari instalasi biogas baik digunakan untuk tanaman darat maupun tanaman air
(Capah 2006). Pupuk organik yang baik memiliki beberapa ciri yaitu N harus berada
dalam bentuk persenyawaan organik, tidak meninggalkan sisa asam organik di dalam
tanah, dan mempunyai persenyawaan C yang tinggi. Syarat mutu pupuk organik padat dan
cair yang direkomendasikan oleh Direktorat Jenderal Bina Sarana Pertanian, Departemen
Pertanian RI, diperlihatkan pada tabel berikut.

66
Tabel 10. Syarat mutu pupuk organik padat dan cair
Kandungan Pupuk Organik
No Parameter Satuan
Padat Cair
1 C-Organik % Min 15 4.5
2 C/N ratio 12-25 -
3 Bahan ikutan (karikil, beling, plastik) % Maks 2 -

4 Kadar air % 20 x 35 -
5 Logam berat : 100 100
Pb ppm 20 20
Cd ppm 2 2
Hg ppm 20 20
As ppm

6 pH 4-8 4-8
7 Kadar total (N + P2O5 + K2O) % Dicantumkan Dicantumkan
8 Mikroba pathogen (E. coli, cell/ml Dicantumkan Dicantumkan
Salmonella)
9 Unsur mikro (Zn, Cu, Mn, Co, Fe) ppm Dicantumkan Dicantumkan
Sumber: Soekiman (2005)
Banyak penelitian yang telah dilakukan untuk meningkatkan kandungan unsur
hara, baik pada pupuk padat melalui ekskresi metabolisme cacing tanah, ataupun pada
pupuk organik cair melalui penambahan kandungan nitrogen dengan penggunaan urin
ternak. Polprassert (1980) menyebutkan bahwa di dalam sludge gas bio terdapat 50%
nitrogen (N) berada dalam bentuk ammonia, dan unsur hara fosfor serta kalium tidak
mengalami perubahan.

67
III. METODE PENELITIAN

3.1 WAKTU DAN TEMPAT PENELITIAN


Penelitian dilakukan di Laboratorium Teknologi dan Manajemen Lingkungan,
Departemen Teknologi Industri Pertanian, Fakultas Teknologi Pertanian, Institut Pertanian
Bogor, Bogor dan dimulai pada bulan April 2011 sampai Juli 2011.

3.2 ALAT DAN BAHAN


Bahan utama yang digunakan dalam penelitian ini adalah limbah padat
pertanian berupa jerami padi dari persawahan di Desa Cikarawang wilayah lingkar
kampus IPB Dramaga, serta sludge (lumpur aktif) yang diambil dari unit pengolahan
limbah (effluent tank) PT. Sinar Meadow International Indonesia, Jakarta. Kotoran sapi
yang digunakan berasal dari Fakultas Peternakan IPB.
Bahan kimia untuk analisis yang digunakan adalah H2SO4 0,02N, NaOH 6N,
Asam Borat 2%, CuSO4.5H2O, K2SO4, H2SO4 pekat, larutan amonium molibdat, larutan
SnCl2, larutan K2Cr2O7 0.0167 M, reagen H2SO4, larutan FAS 0.1 M, indikator ferroin,
larutan buffer 4, larutan buffer 7, dan aquades.
Peralatan utama yang digunakan dalam penelitian ini meliputi reaktor biogas
kapasitas 1.5 liter (botol AMDK), akuarium, selang akuarium, tali rafia, pemberat, dan
thermostat. Peralatan uji yang digunakan pH meter, gelas ukur, gelas piala, erlenmeyer,
buret, pipet, alat destilasi, labu ukur, labu kjeldhal, oven, tanur, cawan, desikator, gegep,
dan timbangan digital.

3.3 TAHAPAN PENELITIAN


3.3.1 KARAKTERISASI BAHAN
Analisis awal dilakukan untuk mengetahui karakteristik bahan yang digunakan
yaitu sludge dan jerami. Karakterisasi yang dilakukan terdiri atas kadar air, kadar abu, TS
(Total Solids), TVS (Total Volatile Solids) dan rasio C/N yang ditujukan untuk
menentukan variasi komposisi bahan. Setelah didapat formula bahan yang tepat,
dilanjutkan dengan persiapan campuran kedua bahan tersebut.

3.3.2 FERMENTASI ANAEROB


Bahan jerami yang digunakan adalah jerami yang didapatkan dari persawahan
disekitar Kampus IPB Darmaga, dengan jarak dua minggu setelah dipanen. Bahan jerami
padi dicacah terlebih dahulu dengan ukuran 0.1-0.5 cm. Selanjutnya jerami dicampur
dengan lumpur aktif (activated sludge) dengan perbandingan jerami: sludge 5:3 dan
jerami:sludge 3:5 dan berat total 500 gram berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh
Anonim (2011) dengan basis limbah cair dan lumpur aktif sebanyak 15 liter : 9 liter

68
menghasilkan penurunan COD terbesar yaitu 15.83 %. Inokulum yang digunakan adalah
kotoran sapi fresh sebanyak 200 g yang didapat dari peternakan sapi Fakultas Peternakan
IPB. Penambahan kotoran sapi dimaksudkan untuk starter pada proses fermentasi.
Campuran jerami padi, lumpur aktif, dan kotoran sapi bertujuan agar bakteri dapat tumbuh
dan hidup sehingga dapat menguraikan senyawa organik yang nantinya menghasilkan
metana. Banyaknya kotoran sapi yang ditambahkan didasarkan pada penelitian Hardyanti
(2007).
Proses berlangsung secara anaerob pada botol 1,5 liter dan suhu operasi diatur
konstan yaitu 32 oC dengan menggunakan thermostat yang diletakkan di dalam akuarium.
Botol dibuat terendam di dalam akuarium. Gas yang terbentuk dialirkan ke dalam gelas
ukur yang diletakkan terbalik berisi air penuh, sehingga jumlah gas yang terbentuk adalah
jumlah ruang udara yang terdapat di dalam gelas ukur tersebut. Setiap harinya dilakukan
pengukuran volume gas yang terbentuk. Pengukuran produksi biogas harian dilakukan
untuk mengetahui perlakuan komposisi sludge yang dapat menghasilkan gas terbanyak
atau optimum. Rancangan bioreaktor akan diperlihatkan pada Gambar 1.

Gambar 1. Bioreaktor

Setiap 3 hari sekali dilakukan pengukuran pH lindi dan bahan padat, COD
(Chemical Oxygen Demand) lindi dan bahan padat, serta TS (Total Solids)-TVS (Total
Volatile Solids) untuk mengetahui tingkat degradasi bahan organik. Analisis kadar karbon,
nitrogen, dan fosfat dilakukan pada awal dan akhir proses. Proses akan berlangsung secara
batch selama 30 hari. Asumsi substrat yang digunakan dianggap substrat tunggal dan
pertumbuhan biomassa yang teramati merupakan pertumbuhan neto (net growth) total
untuk semua jenis bakteri. Diagram alir penelitian dijelaskan pada Gambar 2.

69
70
Jerami Padi

Pengecilan ukuran : 0.1-0.5 cm

Jerami 0.1-0.5 cm Sludge perbandingan


Kotoran sapi
perbandingan 3:5 (225 gr) 3:5 (225 gr) dan 5:3
200 gr
dan 5:3 (375 gr) (375 gr)

Fermentasi anaerobik pada suhu 32oC selama 30 hari

Biogas Kompos

Pengukuran volume biogas Pengukuran TS-TVS, COD, pH Pengukuran kadar karbon,


yang terbentuk setiap hari bahan padat dan lindi setiap 3 nitrogen, dan fosfat
hari sekali (awal dan akhir)

Gambar 2. Diagram alir penelitian

71
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. KARAKTERISTIK BAHAN AWAL


Bahan utama yang digunakan pada penelitian ini terdiri atas jerami padi dan
sludge. Pertimbangan atas penggunaan bahan tersebut yaitu jumlahnya yang melimpah
serta kemudahan dalam mendapatkannya. Romli (2010) menerangkan bahwa sludge
merupakan produk samping yang dihasilkan dari proses penanganan limbah cair, berupa
suspensi padatan anorganik dan organik (antara 1-5%), yang bercampur dalam cairan
(efluen) yang mengandung berbagai jenis padatan terlarut. Hasil yang diperoleh dari
analisis sludge dan jerami ditunjukkan pada tabel 11 dan table 12 di bawah ini:

Tabel 11. Karakteristik sludge


Kadar air Kadar pH % TS %TVS % TVS C N Rasio
(%) abu (%) (wet) (dry) (%) (%) C/N
96.66 1.05 6.23 3.34 2.29 68.55 45.8 2.4 19.08

Tabel 12. Karakteristik jerami


Bahan Baku Karakteristik Nilai
Jerami Kering Kadar Air (%) 17.41
Kadar Abu (%) 28.31
C (%) 38
N (%) 0.5
Rasio C/N 76
Total Solid (%) 82.59
Total Volatile Solid (wb) (%) 54.28
Total Volatile Solid (db) (%) 65.72
Campuran Jerami dan sludge Kadar Air (%) 81.36
(bahan yang digunakan), dengan Kadar Abu (%) 6.28
komposisi 3:5 C (%) 32.15
N (%) 0.90
Rasio C/N 35.7
Total Solid (%) 18.64
Total Volatile Solid (wb) (%) 12.36
Total Volatile Solid (db) (%) 66.32
Campuran Jerami dan sludge Kadar Air (%) 78.10
(bahan yang digunakan), dengan Kadar Abu (%) 6.97
komposisi 5:3 C (%) 40.64
N (%) 1.26
Rasio C/N 32.17

72
Total Solid (%) 21.90
Total Volatile Solid (wb) (%) 14.93
Total Volatile Solid (db) (%) 68.18

Dari hasil analisis pada tabel di atas menunjukkan bahwa jerami kering yang
digunakan memiliki kadar air yang rendah, sedangkan pada campuran jerami dan sludge
dengan komposisi 3:5 kadar air cukup tinggi yaitu sebesar 81.36% dan pada jerami:sludge
komposisi 5:3 sebesar 78.10%. Berkaitan dengan produksi biogas, Price (1981)
menjelaskan bahwa perbedaan kadar air 36-99% akan meningkatkan produksi biogas
sebesar 67%. Kandungan air dalam substrat dan homogenitas sistem memengaruhi proses
kerja mikroorganisme. Kandungan air yang tinggi akan memudahkan proses penguraian,
sedangkan homogenitas sistem menbuat kontak antar mikroorganisme dengan substrat
menjadi lebih intim.
Van Buren (1979) juga menguatkan bahwa agar dapat beraktivitas normal,
bakteri penghasil biogas memerlukan substrat dengan kadar air 90% dan kadar padatan 8-
10%. Jika bahan yang digunakan merupakan bahan berjenis kering, maka perlu ditambah
air, tetapi jika substratnya berbentuk lumpur, maka tidak perlu banyak penambahan air.
Penambahan air akan meningkatkan konsentrasi oksigen yang bersifat racun bagi bakteri
anaerob, sedangkan kadar air yang rendah mengakibatkan terjadinya akumulasi asam
asetat yang bersifat menghambat pertumbuhan bakteri metanogen. Kandungan air akan
berkaitan langsung dengan ketersediaan oksigen untuk aktivitas mikroorganisme aerobik.
Bila kadar bahan berada kisaran 40-60% maka mikroorganisme pengurai aerobik akan
bekerja secara optimal dan menyebabkan dekomposisi bahan berjalan cepat. Namun jika
di atas 60%, yang berperan adalah bakteri anaerobik. Hasil analisis menunjukkan padatan
total hasil karakterisasi bahan awal pada jerami kering sebesar 82.59% sedangkan pada
jerami:sludge komposisi 3:5 sebesar 18.64% dan pada jerami:sludge komposisi 5:3
sebesar 21.90%. Nilai ini sesuai dengan kondisi kadar padatan optimum fermentasi biogas.
Kriteria lain yang juga sering digunakan pada proses fermentasi anaerobik
adalah kandungan Volatile Solid atau padatan organik. Siregar (2005) menerangkan bahwa
padatan-padatan (TS, SS, DS, serta fraksi volatile dan fixed) dapat digunakan untuk
menetukan kepekatan air limbah, efisiensi proses, dan beban unit proses. Nilai tersebut
menunjukkan seberapa besar proses degradasi atau penguraian suatu bahan oleh
mikroorganisme. Padatan organik atau volatile solid dari hasil analisis menunjukkan nilai
yang cukup besar yaitu 65.72% pada bahan jerami kering. Padatan organik mengalami
kenaikan setelah dicampurkan dengan sludge yaitu 66.32% pada jerami:sludge komposisi
3:5 dan 68.18% pada jerami:sludge komposisi 5:3. Kenaikan tersebut menunjukkan
peluang yang cukup besar untuk dikonversikan menjadi sejumlah biogas hasil proses
fermentasi anaerobik karena persentase teruapkannya padatan organik yang besar.
Di samping karakterisasi jerami, juga dilakukan karakterisasi sludge yang
digunakan dalam proses ini. Menurut Boopathy (1986) dalam Rohim (1991), sumber
inokulum mempunyai pengaruh yang nyata terhadap persen reduksi selulosa, kadar asam
lemak menguap, persen reduksi padatan total, padatan menguap total, padatan organik,
dan produksi biogas. Berdasarkan hasil analisis, sludge yang akan digunakan memiliki

73
kadar air yang tinggi yaitu 96.66%, kadar abu 1.05%, padatan total 3.34%, serta padatan
organik (db) sebesar 68.55% dan 2.29% (wb). Selain itu, sludge juga memiliki nilai COD
yang besar yaitu 71200 mg/l. Penambahan air pada campuran jerami dan sludge tetap
diperlukan walaupun sludge mengandung kadar air yang tinggi karena jerami yang
digunakan memiliki kadar air yang rendah. Selanjutnya dilakukan penambahan kotoran
sapi sebagai inokulum awal. Selain untuk mendapatkan padatan total yang sesuai, juga
rasio C/N yang tepat sehingga pertumbuhan mikroorganisme pada proses ini dapat
maksimal.
Sulaeman (2007) menyebutkan bahwa unsur C/N merupakan karakteristik
terpenting dalam bahan organik dan berguna untuk mendukung proses pengomposan.
Unsur N banyak terbentuk dari protein sedangkan unsur C banyak dibentuk oleh
karbohidrat, selulosa, lemak, asam-asam organik, dan alkohol (Susanto,dkk 1988). Dalam
hal ini jerami berperan sebagai penyedia karbon dan sludge sebagai penyedia nitrogen. .
Di Indonesia rata-rata kadar hara jerami padi adalah 0.4% N, 0.02 %P, 1.4 %K dan
5.6% Si dan jerami padi mengandung 40-43% C (Makarim 2007). Dari hasil karakterisasi
awal diperoleh rasio C/N sebesar 76 untuk jerami kering. Rasio C/N jerami mengalami
penurunan setelah dicampur sludge. Penurunan pada jerami:sludge komposisi 3:5 menjadi
35.7 dan pada jerami:sludge komposisi 5:3 menjadi 32.17. Nilai tersebut masih terlalu
tinggi dan tidak sesuai dengan rasio yang ditetapkan untuk proses anaerobik (digesti) yaitu
25-30.
Selain sebagai sumber nitrogen bagi mikroorganisme, kotoran sapi digunakan
sebagai sumber inokulum bagi bakteri metanogen yang akan merombak asam asetat, CO2,
dan H2 menjadi metana. Keberadaan bakteri di dalam usus besar ruminansia membantu
proses fermentasi sehingga proses pembentukan biogas dapat dilakukan lebih cepat
(Sufyandi 2001).

4.2. PENGARUH KOMPOSISI SUBSTRAT


4.2.1 PRODUKSI BIOGAS
Biogas yang dihasilkan dari masing-masing perlakuan dapat dilihat di lampiran.
Adapun produksi gas disajikan oleh Gambar 3. Berdasarkan gambar tersebut, terlihat
bahwa jerami:sludge komposisi 3:5 memiliki produksi gas yang lebih banyak baik pada
proses 1 maupun proses 2. Banyaknya gas yag dihasilkan sebesar 3.29714 L/kg Biomassa
pada proses 1 dan 1.608 L/kg Biomassa pada proses 2. Perbedaan ini bisa jadi disebabkan
oleh kondisi lingkungan yang berbeda, karena tidak dilakukan kontrol apapun terhadap
faktor lingkungan, hanya saja suhu dijaga stabil pada rentang mesofilik. Menurut
penelitian Hartono dan Kurniawan (2009), laju produksi biogas yang terbuat dari
komposisi bahan jerami (75%) dan kotoran kerbau (25%) menghasilkan gas 6,5 ml/jam
atau 0,156 liter/hari dengan waktu fermentasi selama 60 hari. Menurut Arati (2009)
produksi biogas dengan bahan jerami berkisar antara 250-350 liter/kg TS dengan waktu
fermentasi 30 hari.
Adapun gas yang dihasilkan oleh penelitian Prajayana (2011) dengan bahan
yang sama yaitu jerami menghasilkan gas sebesar 1.60 L/kg biomassa. Pada penelitian ini

74
ternyata menghasilkan gas yang melebihi hasil tersebut. Hal ini bisa jadi disebabkan oleh
kondisi sludge yang telah mengalami berbagai proses di dalam unit pengelolaan limbah.
Sama halnya dengan kotoran yang telah mengalami pemasakan di dalam perut ruminansia.
Sludge banyak mengandung zat pengurai yang baik untuk menghidrolisis bahan yang
masih baru. Selain itu, kondisi bahan yang lebih berair berpengaruh pada peningkatan
produksi gas seperi yang telah dibahas sebelumnya. Adanya pengecilan ukuran juga
berdampak pada peningkatan produksi gas ditambah karena berarti mengurangi kerja
mikroorganisme dalam fase aklimatisasi (penyesuaian).
Menurut Sulaeman (2007), bahan dengan ukuran lebih kecil akan lebih cepat
terdekomposisi daripada bahan dengan ukuran yang lebih besar. Hal tersebut dikarenakan
bahan dengan ukuran lebih kecil memiliki luas kontak permukaan yang lebih besar
dibandingkan bahan berukuran besar. Pengecilan ukuran sebagai perlakuan awal
berpotensi menghasilkan biogas yang secara signifikan meningkat. Agar didapat
keseragaman kecepatan penguraian, maka ukuran bahan dapat dibuat menjadi lebih kecil
dengan cara dicacah manual atau mekanis (menggunakan mesin). Dengan begitu akses
bagi substrat terhadap enzim akan lebih baik (Romli 2010).
Yadvika et al. (2004) menyatakan bahwa untuk meningkatkan hasil biogas
dalam proses fermentasi anaerobik, maka bahan baku substrat perlu dilakukan pre-
treatment. Pre-treatment ini dimaksudkan untuk menghancurkan struktur organik
kompleks menjadi molekul sederhana, sehingga mikroba lebih mudah mendegradasinya.
Salah satu pre-treatment adalah pre-digestion bahan baku. Semakin kecil ukuran suatu
bahan maka bidang sentuh bahan akan semakin luas sehingga akan mempercepat laju
reaksi karena banyak bagian bahan yang saling bertumbukan secara efektif (intim) yang
menyebabkan proses degradasi bahan organik menjadi optimum. Berdasarkan literature
tersebut, maka jerami yang digunakan diberikan pre-treatment berupa pencacahan dengan
ukuran 0.1-0.5 cm.

(a) 1st running

75
(b) 2nd running

Gambar 3. Produksi gas

Gambar tersebut juga menerangkan bahwa produksi gas rata-rata kumulatif


semakin lama meningkat. Pada jerami:sludge komposisi 3:5 gas sudah mulai dihasilkan
pada hari pertama dan pada jerami:sludge komposisi 5:3 pada hari kedua. Namun,
produksi gas yang besar diawal proses bukan berarti memiliki kandungan metan (CH4)
yang besar. Bisa jadi gas yang dihasikan adalah CO2 atau H2S. Mengacu pada pernyataan
Care (2011), gas yang pertama terbentuk belum bisa dimanfaatkan karena didominasi oleh
CO2, selanjutnya biogas terbentuk pada hari ke 45 sesudah biodigester terisi penuh dan
mencapai puncak pada hari ke 2025. Paimin (2000) juga menyebutkan bahwa biogas
terbentuk setelah hari ke-5. Oleh karena itu, untuk memastikan kandungan gas yang
terbentuk perlu dilakukan gas chromatography. Alternatif lain untuk mengetahui
kandungan metan yaitu melalui uji bakar. Hanya saja pada penelitian ini gas yang
terbentuk tidak ditampung melainkan dibuang begitu saja sehingga ketika dilakukan uji
bakar, tidak mencukupi. Produksi gas optimum pada jerami:sludge komposisi 3:5
cenderung lebih tidak stabil jika dibandingkan dengan jerami:sludge komposisi 5:3.
Menurut penelitian Kota (2009), produksi gas optimum dari bahan jerami padi
berlangsung pada selang hari ke tujuh hingga hari ke 21.
Produksi biogas juga bervariasi disebabkan oleh variasi sifat-sifat biokimia.
Dua atau lebih bahan-bahan dapat digunakan bersama-sama dengan beberapa persyaratan
produksi gas atau pertumbuhan normal bakteri metan yang sesuai. Beberapa sifat input ini
mempunyai dampak yang nyata pada tingkat produksi gas, seperti nisbah C/N,
pengadukan dan konsistensi input, dan padatan tak stabil (Abdullah, dkk 1998).
Di samping itu, perlu diketahui bahwa proses degradasi bahan organik tak larut
(partikulat) seringkali dibatasi oleh laju proses hidrolisis bahan tersebut. Oleh karena itu
perlu dilakukan proses penanganan awal yang tepat untuk mengubah karakteristik sludge
maupun substrat yang digunakan sehingga lebih mudah diakses oleh bakteri anaerobik

76
(Romli 2010). Hipotesis menunjukkan bahwa kadar substrat yang tinggi seharusnya
mengakibatkan efisiensi perombakan bahan yang tinggi sehingga biogas yang dihasilkan
harusnya semakin banyak. Hal ini bisa saja terjadi karena menurut Gijzen (1987) di dalam
Rohim (1991), ternyata tingkat konversi asam lemak menguap makin rendah pada tingkat
kadar substrat yang lebih tinggi. Namun penelitian menunjukkan jerami:sludge komposisi
3:5 yang menghasilkan gas terbanyak. Hal ini disebabkan tingginya produksi asam dalam
tahapan proses yang cukup lama yang menyebabkan kondisi lingkungan menjadi asam.
Romli (2010) memperkuat pernyataan tersebut bahwa secara eksperimental telah
dibuktikan bahwa akumulasi asam laktat terjadi ketika reaktor anaerobik mengalami
lonjakan beban organik. Pada kondisi demikian, berpengaruh juga pada nilai pH yakni
dibawah netral yang berakibat bakteri metanogenik tidak dapat bekerja dengan baik,
bahkan mati.
Menurut Buyukkamaci dan Fillibeli (2004), nilai pH pada awal perlakuan
menunjukkan proses pengasaman dan perubahan bahan organik. Keasaman ini
kemungkinan terjadi karena aktivitas bakteri asetogenik. Perubahan pH menjadi basa
menandakan adanya perombakan bahan organik, yaitu proses metagonesis yang
menggunakan asam asetat, CO2, dan hidrogen untuk menghasilkan metana sehingga nilai
keasaman berangsur-angsur akan menuju pH yang lebih basa. Perubahan pH menjadi 8.5
masih dalam taraf optimum produksi biogas, karena bakteri metanogen bisa tumbuh pada
pH 6.5-8.5. Perolehan nilai pH bahan selama fermentasi diperlihatkan pada lampiran yang
menunjukkan bahwa pH semakin asam dengan bertambahnya waktu.
Pembentukan biogas yang kecil bisa juga dipengaruhi oleh padatan total bahan.
Romli (2010) menyebutkan bahwa total solid merupakan padatan terlarut dan tersuspensi,
organik dan anorganik dalam limbah, berupa bahan kering (residu) dari proses penguapan
sampel pada suhu 105 C selama 48 jam (bobot konstan). Penurunan padatan menguap
total terjadi karena pembentukan asam yang berlangsung cepat. Beberapa hari menjelang
berakhirnya proses fermentasi biasanya dicapai kondisi yang lebih stabil sehingga
meningkatkan laju produksi gas kumulatif. Hal ini menunjukkan efisiensi perombakan
padatan menguap sudah mencapai maksimal, meskipun belum semua padatan menguap
terdekomposisi. Beberapa penyebab terjadinya tidak semua padatan terdekomposisi
karena adanya penghambatan substrat atau inhibitor di dalam substrat.
Namun menurut Romli (2010), sulit menetapkan batas nilai konsentrasi tertentu
suatu bahan bersifat toksik atau inhibitif, karena efek ini tidak hanya dipengaruhi oleh
konsentrasinya tetapi juga oleh kondisi lingkungan, misalnya pH, suhu, dan konsentrasi
bahan-bahan lain yang mungkin bersifat sinergis atau antagonis terhadap bahan toksik
yang dimaksud.
Penelitian yang dilakukan oleh Karim (2005) dengan menggunakan fermentasi
anaerobik disebutkan bahwa nilai TS akan mengalami penurunan antara 3.1-3.5% selama
proses produksi biogas. Adapun nilai TS yang dihasilkan selama proses fermentasi
berlangsung dapat dilihat pada lampiran. Penurunan TS yang tidak konsisten ini, bahkan
ada yang mengalami peningkatan berdampak pada gas yang dihasilkan. Adapun nilai TS
yang dihasilkan berkisar antara 13-57 % dengan persen penurunan yang fluktuatif.

77
4.2.2 PENURUNAN PADATAN ORGANIK (TVS (db))
Produksi gas yang dihasilkan berdasarkan nilai VS ditunjukkan oleh Gambar 4.
Berdasarkan gambar tersebut, gas yang dihasilkan semakin lama semakin meningkat
hingga akhirnya kembali turun yang menandakan bahwa bahan organik telah habis
dihidrolisis oleh mikroorganisme. Produksi gas terbanyak baik proses 1 maupun proses 2
dihasilkan oleh jerami:sludge komposisi 3:5 yakni 27.67816 L/kg VS (proses 1) dan
18.93871 L/kg VS (proses 2). Prajayana (2011) dalam penelitiannya menghasilkan gas
sebesar 8.4890 L/g VS. Jika dibandingkan, maka produksi gas campuran jerami dengan
sludge berdasarkan padatan tak jenuh memiliki hasil yang lebih tinggi. Hal ini disebabkan
karena tingginya padatan organik tak stabil yang terkandung dalam sludge. Hal ini sesuai
dengan Widodo dkk (2006) yang menjelaskan bahwa potensi produksi biogas dari bahan-
bahan organik, dapat dikalkulasi berdasarkan kandungan padatan tak stabil. Semakin
tinggi kandungan padatan tak stabil dalam satu unit volume dari kotoran sapi segar akan
menghasilkan produksi gas yang lebih banyak.
Fraksi Volatile Solid (VS) dalam digester anaerob merupakan parameter yang
penting dan dapat digunakan untuk perhitungan pembebanan. Semakin tinggi kosentrasi
VS semakin tinggi pula pembebanan. VS merupakan bahan makanan untuk proses
hidrolisis dan pembentukan asam secara anaerob (Hartono 2009). Volatie solid (VS)
adalah jumlah padatan yang menguap pada bahan dalam pembakaran di atas suhu 550 C
atau disebut padatan tidak stabil. Padatan yang menguap berasal dari kandungan organik
bahan. Menurut Boullaghui et al. (2003) dalam Rahman (2007) menjelaskan bahwa pada
proses produksi biogas secara anaerobik, terjadi penurunan kandungan TVS dengan
efisiensi pendegradasian antara 58-75% pada akhir proses. Penurunan nilai TVS
menunjukkan bahwa kandungan padatan organik telah dirombak menjadi senyawa volatile
fatty acid, alkohol, CO2 dan H2 pada tahap asidogenesis, kemudian menjadi CH4 dan CO2
pada tahap metanogenesis.

(a) 1st running

78
(b) 2nd running
Gambar 4. Produksi gas

Menurut Palupi (1994), proses pengubahan substrat menjadi senyawa-senyawa


pembentuk biogas akan menurunkan bahan padatan organik dalam sistem. Nilai padatan
volatile dapat berkurang antara 2.07-10.5% pada proses pembuatan biogas secara
anaerobik. Persen penurunan TVS yang cukup besar mengindikasikan bahan organik
tersebut dapat didegradasi secara baik oleh mikroorganisme dan berpotensi menghasilkan
biogas.
Ketidaksesuaian bakteri asam dan metan dapat menyebabkan produksi gas tidak
optimal. Hal ini diperkuat oleh Romli (2010) bahwa masalah utama dalam proses konversi
anaerobik adalah kemungkinan tidak seimbangnya populasi mikroorganisme dalam
reaktor. Bakteri pembentuk metana memiliki laju pertumbuhan yang jauh lebih rendah
dibanding bakteri pembentuk asam. Dominasi bakteri pembentuk asam menyebabkan
kondisi asam pada reaktor yang dapat menurunkan aktivitas bakteri pembentuk metana
atau bahkan menginhibisi.
Pengukuran nilai pH menunjukkan bahwa nilai pH pada komposisi 3:5 pada
awal dimasukkan sampel adalah 6.2. Nilai pH ini lebih tinggi dari nilai pH pada
percobaan yang dilakukan oleh Prajayana (2011) karena terdapat campuran sludge yang
memiliki pH tinggi pada perlakuan jerami:sludge komposisi 3:5. Nilai pH terus naik
hingga hari ke 24 (8.6) dan turun hingga hari ke-30 menjadi 8.2. pH lindi pada
jerami:sludge komposisi 3:5 cenderung lebih stabil, diawali dengan nilai pH 7.3 dan
relatif konstan pada kisaran 7.5-8.5 hingga hari ke 30.
Nilai pH jerami:sludge jerami:sludge komposisi 5:3 pada awal dimasukkan
sampel adalah 6. Nilai pH awal ini relatif sama dengan jerami:sludge komposisi 3:5. Nilai
pH terus naik hingga hari ke 30 menjadi 7.3. Nilai pH awal lindi dari perlakuan ini pada
hari pertama hingga hari ke 3 mengalami kenaikan dari 6.5 menjadi 6.7. Pada hari ke 6
mengalami penurunan dan kembali stabil sampai hari ke 30 menjadi 7.9. Pada selang pH
ini, bakteri yang tumbuh dengan baik adalah bakteri metanogen yang tumbuh pada pH

79
optimum 7.8-8.2. Oleh karena itu laju pembentukan metan jauh lebih cepat dibandingkan
laju pembentukan asam sehingga gas yang dihasilkan akan meningkat.
Nilai pH pada awal perlakuan pertama menunjukan proses pengasaman dan
perombakan bahan organik. Keasaman ini kemungkinan terjadi karena aktivitas bakteri
asetogenik (Buyukkamaci dan Filibeli 2004). Pembentukan asam asetat oleh bakteri
asetogenik penting untuk kelanjutan produksi gas metana pada proses selanjutnya. Hal ini
menunjukkan bahwa masih berada dalam tahap asidifikasi, dimana bakteri asetonik
mendominasi proses dekomposisi bahan.
Perubahan pH menjadi basa menandakan adanya perombakan bahan organik,
yaitu proses metanogenesis yang menggunakan asam asetat, CO2 dan hidrogen untuk
menghasilkan metana, sehingga nilai keasaman berangsus-angsur akan menuju pH yang
lebih basa. Perubahan pH menjadi 8.5 masih dalam taraf optimum produksi biogas, karena
bakteri methanogen bisa tumbuh pada pH 6.5-8.5 (Buyukkamaci dan filibeli 2004).
Dalam proses yang baik, bakteri asam dan bakteri metan memiliki hubungan
yang saling menguntungkan. Asetogenesis dapat terjadi hanya jika tekanan parsial
hidrogen dijaga tetap rendah oleh aktivitas bakteri pembentuk metana (Siregar 2005). Pada
penelitian ini tidak dilakukan kontrol tekanan. Solusi yang ditawarkan pada permasalahan
ini yaitu perlu dilakukannya pengendalian tingkat alkalinitas dan konsentrasi VFA agar
dapat mencegah terjadinya situasi tersebut (Romli 2010).

4.2.3 PERUBAHAN COD (Chemical Oxygen Demand)


Pengukuran COD dilakukan terhadap dua produk fermentasi ini yaitu digestat
dan lindi karena keduanya berperan dalam menggambarkan pembentukan biogas.
Selengkapnya mengenai kandungan COD bahan dapat dilihat pada lampiran. Berdasarkan
hasil pengamatan pada perubahan nilai COD pada digestat, seperti pada Gambar 5, tampak
dari semua perlakuan nilai COD bahan padat jerami mengalami mengalami penurunan
pada awal hingga pertengahan waktu percobaan. Penurunan ini menunjukan terjadi
penguraian substrat oleh bakteri ataupun mikroorganisme lainya. Pada selang waktu
tersebut bakteri berkembang biak untuk mengurai bahan organik. Pertengahan hingga
akhir perlakuan terlihat adanya perubahan kecenderungan, yaitu mengalami kenaikan pada
semua perlakuan. Kenaikan ini kemungkinan disebabkan oleh bertambahnya kandungan
senyawa organik yang baru terdegradasi pada pertengahan perlakuan anaerob. Hal ini
didukung dengan berkurangnya laju penurunan VS pada pertengahan hingga akhir
perlakuan, dibanding dengan awal hingga pertengahan perlakuan. Kenaikan nilai COD
bahan ini bukan berarti konsumsi senyawa organik oleh bakteri berhenti, namun laju
penguraian senyawa organik kompleks menjadi senyawa sederhana lebih cepat daripada
konsumsi substrat oleh bakteri. Menurut Triyanto (1992), kenaikan nilai COD disebabkan
oleh hadirnya senyawa-senyawa organik sederhana akibat hidrolisis polimer organik tetapi
senyawa tersebut belum dirombak lebih lanjut oleh bakteri menjadi biogas.
Fermentasi anaerob mampu mengolah beban cemaran organik hingga 80 kg
3
COD/m .hari dibandingkan dengan proses aerob yang hanya mampu mengolah beban
cemaran organik kurang dari 1 kg COD/m3.hari. Pada tahap awal terjadi perombakan

80
bahan organik yang mudah terdekomposisi seperti karbohidrat, lemak, dan protein yang
dilanjutkan dengan perombakan bahan organik sederhana hasil dekomposisi bahan-bahan
seperti gula, asam lemak, dan asam amino yang terdapat pada substrat. Perombakan ini
akan menyebabkan penurunan COD. Sebaliknya, hidrolisis polimer organik yang berjalan
lambat akan menghasilkan senyawa-senyawa sederhana yang justru akan menaikkan nilai
COD. Namun jika senyawa tersebut dirombak menjadi biogas, COD akan kembali turun.
Semakin lama waktu fermentasi, kontak antara bakteri dengan limbah dan lumpur akan
semakin lama dan waktu untuk menguraikan senyawa organik juga semakin lama.
Penelitian yang dilakukan oleh Anonim (2011) dengan memfermentasikan activated
sludge dan limbah cair selama 30 hari didapat penurunan COD sebesar 15.83 %. Romli
(2010) menerangkan bahwa metode yang paling sederhana untuk memperkirakan
perolehan biogas adalah melalui suatu analisa neraca masa berdasarkan nilai COD semua
komponen yang masuk ke dalam dan keluar reaktor, termasuk biogas.

(a) 1st running

(b) 2nd running


Gambar 5. Perubahan COD digestat

81
(a) 1st running

(b) 2nd running

Gambar 6. Perubahan COD Lindi


Pada pengamatan nilai COD lindi, seperti tampak pada Gambar 6, pada semua
perlakuan mengalami penurunan dari awal hingga akhir perlakuan. Hal ini berbeda
dibandingkan dengan nilai COD pada bahan padat jerami, dimana pada pertengahan
hingga akhir percobaan perlakuan mengalami kenaikan nilai COD. Hal ini menunjukkan
adanya proses perombakan substrat oleh bakteri.
Dohanyos dan Zabranska (2001) di dalam Romli (2010) menyatakan bahwa
nilai COD dapat dikorelasikan dengan kandungan VS suatu sampel. Nilai VS dapat
digunakan untuk memperkirakan produksi biogas. Namun, hubungan COD dan VS
bersifat empiris, bervariasi dari satu sampel ke sampel lainnya. Nilai rasio COD/VS untuk
sludge proses lumpur aktif berkisar antara 1.35-1.60 dan untuk sludge primer berkisar
antara 1.0-1.6. Dengan demikian estimasi produksi biogas akan lebih tepat bila dihitung
dari neraca masa berbasis COD.
Selain mendapatkan perkiraan mengenai bahan organik yang dapat direduksi
oleh mikroorganisme, nilai COD dapat juga digunakan untuk menghitung kadar karbon
substrat. Perhitungannya adalah sebagai berikut: 1 gr COD = 0.5 gr C.

82
4.3. KARAKTERISTIK DIGESTAT DAN LINDI
Di samping mengurangi volume buangan, teknologi biogas juga memberikan
keuntungan lain berupa lumpur yang dikeluarkan dari effluent biogas yang dapat
dimanfaatkan sebagai pupuk organik. Romli (2010), digestat merupakan lumpur yang
terdiri dari padatan tak tercerna, massa sel, nutrient terlarut, bahan inert, dan air. Digestat
dengan kualitas baik dapat digunakan untuk perbaikan struktur tanah dan yang kurang
baik dapat digunakan untuk landfilling atau bioremediasi tanah. Lindi adalah larutan dari
hasil pembusukan bahan-bahan organik yang berasal dari tanaman, kotoran hewan, dan
manusia yang kandungan unsur haranya lebih dari satu unsur. Menurut Schmidt (2005),
kondisi sludge biogas mempunyai karakteristik sebagai berikut:

Tabel 13. Kondisi sludge biogas


COD (mg/l) BOD/COD % Kandungan unsur hara (utama)
N P K
500-2500 0.5
1.45 1.10 1.10

Dari proses fermentasi ini selain dihasikan gas juga dihasilkan digestat
(kompos) dan lindi. Limbah padat jerami padi yang difermentasi telah mengalami proses
dekomposisi anaerobik. Secara teoritis digestat hasil fermentasi bahan bisa digunakan
sebagai pupuk organik yang berguna bagi tanaman, sehingga dapat menggembalikan
kembali (daur ulang) unsur hara kedalam tanaman. Karakteristik kualitas digestat dapat
dilihat pada Tabel 14.

Tabel 14. Karakteristik digestat hasil fermentasi


No Sampel Kadar Kadar N K P pH
Air (%) Abu (%) (%) (%)
(%)
1 Perlakuan awal 76.9 8.1 0.7 36.3 0.2 7.3
2 Komposisi Jerami 3:5 72.0 13.2 1.4 38.4 0.4 8.2
3 Komposisi Jerami 5:3 67.8 13.6 1.8 31.7 0.6 8.6

Berdasarkan hasil pengamatan, seperti pada Tabel 14, karakteristik digestat


hasil fermentasi pada perlakuan awal memiliki kadar air 76.9%, kadar abu 8.1%, N 0.7%,
C 36.3%, P 0.2%, dan pH 7.3. Pada jerami:sludge komposisi 3:5 memiliki karakteristik,
yaitu : kadar air 72.0%, kadar abu 13.2%, N 1.4%, C 38.4%, P 0.4%, dan pH 8.2. Pada
jerami:sludge komposisi 5:3 memiliki karakteristik, yaitu : kadar air 67.8%, kadar abu
13.6%, N 1.8%, C 31.7%, P 0.6% dan pH 8.6.

Tabel 15. Karakteristik air lindi hasil fermentasi

83
No Sampel N (ppm) K (%) P pH
(ppm)
1 Perlakuan awal 2700 0,2 68 8,2
2 Perbandingan Jerami 3:5 315 3,2 94 8,6
3 Perbandingan Jerami 5:3 124 1,2 72 8,0

Hasil pengamatan pada lindi hasil fermentasi, untuk perlakuan awal memiliki
karakteristik yaitu : N 0.27%, C 0.2%, P 68 ppm dan pH 8.2. Pada jerami:sludge
komposisi 3:5 memiliki karakteristik yaitu : N 315 ppm, C 3.2%, P 94 ppm dan pH 8.6.
Pada jerami:sludge komposisi 5:3 memiliki karakteristik yaitu: N 124 ppm, C 1.2%, P 72
ppm dan pH 8.0. Standar kualitas pupuk organik adalah seperti tampak pada Tabel 16
berikut:

Tabel 16. Standar kualitas kompos

Parameter Satuan SNI 19-7030-2004 (Standar


mutu kompos)

Total N % 0.4
Nisbah C/N - 10-25
P2O5 % 0,1
K2O % 0,2
pH - 6,8-7,5
KTK Meq --
P Kadar air. % 50

Ada beberapa parameter kualitas pupuk kompos, dari hasil pengamatan pada
digestat hasil fermentasi, pada beberapa parameter mendekati kualitas standar pupuk
kompos sesuai SNI 19-7030-2004. Pada parameter kadar P dan N sesuai dengan standar.
Namun, pada kadar air serta pH nilainya masih lebih besar dari pada standar pupuk
kompos. Pada lindi hasil fermentasi nilai kandungan P dan N masih terlalu kecil
dibandingkan dengan standar yang ada. Proses fermentasi limbah padat jerami padi
menjadi selain menghasilkan biogas, juga kompos hasil fermentasinya pun dapat
dimanfaatkan kembali dan dapat mendaur ulang unsur hara kedalam tanah. Berdasarkan
nilai tersebut, sludge yang dihasilkan belum cukup memenuhi baku mutu yang ditetapkan
untuk dapat digunakan sebagai pupuk organik. Oleh karena itu, perlu dilakukan proses
composting lanjutan untuk mendapatkan pupuk yang mendekati standar mutu.

84
V. KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil penelitian terhadap fermentasi anaerobik jerami padi dengan


penambahan sludge yang berasal dari instalasi pengolahan limbah cair (IPAL) industri dengan
dua komposisi yang berbeda terhadap parameter volume gas, TS-TVS, COD, pH, kadar C,
kadar N, dan kadar P didapatkan hasil sebagai berikut:
Gas terbesar dihasilkan oleh jerami:sludge komposisi 3:5 yaitu 3.29714 L/kg biomassa
pada proses 1 dan 1.608 L/kg biomassa pada proses 2 atau 27.67816 L/kg VS (proses 1) dan
18.93871 L/kg VS (proses 2). Adapun gas yang dihasilkan oleh penelitian Prajayana (2011)
dengan bahan yang sama yaitu jerami padi menghasilkan gas sebesar 1.60 L/kg biomassa. Pada
penelitian ini ternyata menghasilkan gas yang melebihi hasil tersebut. Hal ini bisa jadi
disebabkan oleh kondisi sludge yang telah mengalami berbagai proses di dalam unit
pengelolaan limbah. Sama halnya dengan kotoran yang telah mengalami pemasakan di dalam
perut ruminansia. Sludge banyak mengandung zat pengurai yang baik untuk menghidrolisis
bahan yang masih baru serta kondisi bahan yang lebih berair berpengaruh pada peningkatan
produksi gas. Kondisi jerami yang telah busuk juga berdampak pada peningkatan produksi gas
ditambah lagi dengan adanya pengecilan ukuran karena berarti mengurangi kerja
mikroorganisme dalam fase aklimatisasi (penyesuaian). Berdasarkan hasil penelitian dapat
disimpulkan bahwa penambahan sludge pada proses konversi jerami padi menjadi biogas
memberikan dampak positif terhadap peningkatan volume gas yang dihasilkan. Namun
berdasarkan padatan yang menguap, gas yang diproduksi tidak optimum dikarenakan
banyaknya air yang terkandung pada bahan serta lingkungan yang semakin asam seiring
bertambahnya waktu.
Pupuk organik dengan kadar fosfat tertinggi dihasilkan oleh digestat jerami:sludge
komposisi 5:3 yaitu sebesar 0.60%, karbon tertingi pada digestat jerami:sludge komposisi 3:5
yaitu sebesar 38.4%, dan nitrogen pada digestat jerami:sludge komposisi 5:3 yaitu sebesar1.8%.

5.2 SARAN

Penggunaan sludge pada proses konversi jerami menjadi biogas belum menghasilkan
hasil yang optimal. Untuk itu perlu dilakukan beberapa perbaikan yaitu:
1. Perlu dilakukan penambahan variasi perbandingan jerami dan sludge sehingga di dapat
rasio C/N yang sesuai dengan standar pembentukan biogas yang optimal.
2. Perlu dilakukan kajian lebih lanjut mengenai komposisi gas yang dihasilkan yang
terkandung didalam biogas.
3. Perlu dilakukan perbaikan dalam kinerja reaktor biogas yang digunakan, sehingga
meminimalisir kontak bahan dengan oksigen luar.

85
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah KI,. Siregar K. A, dan N. Agustina, S. E. dkk. 1998. Energi dan Elektrifikasi
Pertanian. Buku Diktat Kuliah. Institut Pertanian Bogor. Tidak diterbitkan.
Amaru K. 2004. Rancang bangun dan uji kinerja bioreaktor plastik polyethilene skala kecil
(Studi Kasus Ds. Cidatar Kec. Cisurupan Kab. Garut). [Skripsi]. Universitas
Padjajaran, Bandung. Tidak Diterbitkan
Anonim. 2006. Heating value. www.en.wikipedia.org/wiki/Heating_value (Diakses pada
Januari 2011)
______. 2006. Biogas Production. www.habmigern, 2003. Html (Diakses Januari 2011)
______. 2009. http://bertani.wordpress.com/peternakan/operating-procedure-biogas/ (Diakses
18 Mei 2011)
______. 2011. http://onlinebuku.com/2009/01/15/limbah-tahu-cair-menjadi-biogas/comment-
page-1/#comment-1393.
APHA. 1992. Standard Methods for The Examination of Water and Wastewater Treatment.
American Public Health Association, NewYork.
Arati JM. 2009. Evaluating the economic feasibility of anaerobic digestion of kawangware
market waste. [Thesis]. Kansas State University, Manhattan, Kansas.
Buyukkamaci N, Fillibeli A. 2004. Volatile fatty acid formation in an anaerobic hybrid reactor.
Process Biochemistry39: 1040-1047.
Capah RL. 2006. Kandungan nitrogen dan fosfor pupuk organik cair dari sludge instalasi gas
bio dengan penambahan tepung tulang ayam dan tepung darah sapi. [Skripsi]. Program
Studi Teknologi Produksi Ternak. Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Care K. 2011. Cara Mudah Membuat Digester Biogas.
Departemen Jenderal Listrik dan Pemanfaatan Energi Pokok-pokok Pikiran dan Permasalahan
Pemanfaatan Biofuel. 2006. Seminar Nasional Biofuel Implementasi Biofuel sebagai
Energi Alternatif.
Engler CR, M.J. MC. Farland, dan RD. Lacewell. 2000. Economic and Environmental Impact
of Biogas Production and Use. http//:dallas.edu/biogas/eaei.html. (6 Mei 2011).
Gijzen HJ. 1987. Anaerobic Digestion of Cellulatic Waste by Rumen Derived Process.
Bibliotech., Den Haag.
Hambali E, Mujdalipah S, Tambunan AH, Pattiwiri AW, Hendroko R. 2007. Teknologi
Bioenergi. Jakarta : Agromedia Pustaka.
Haq PS dan Soedjono ES. 2009. Potensi lumpur tinja manusia sebagai penghasil biogas.
Jurusan Teknik Lingkungan. FTSP-ITS, Surabaya.
Hardyanti N dan Endro S. 2007. Uji pembuatan biogas dari kotoran gajah dengan variasi
penambahan urine gajah dan air. Jurnal Presipitasi Vol.3 No.2 2007. ISSN: 1907-
187X.
Hartono R dan Teguh K. 2009. Produksi biogas dari jerami padi dengan penambahan kotoran
kerbau. Prosiding Seminar Nasional Teknik Kimia Indonesia SNTKI 2009 ISBN
978-979-98300-1-2.
Jenie BSL. dan W.P. Rahayu. 1991. Penanganan Limbah Industri Pangan. PT. Trubus
Agriwidya, Ungaran.
Karellas SB. 2010. Development of an investment decision tool for biogas production from
agricultural waste. Jurnal Renewable and Sustainable Energy Reviews 14 : 1273-1282.
Karim K, K. T. Klasson, R. Hoffman, S. R. Drescher, D. W. DePaoli. dan M. H.Al-Dahlan.
2005. Anaerobic Digestion of Animal Waste: Effect of Mixing. J. Biores. Technol. Vol
96: 1607-1612.
Kota P.R. 2009. Pengembangan Teknologi Biogas Dengan pemanfaatan Kotoran Ternak dan
Jerami Padi Sebagai Alternatif Energi Pedesaan. Bogor: IPB.
Kristanto P. 2002. Ekologi Industri. Yogyakarta : Penerbit Andi.
Makarim. 2007. Jerami Padi : Pengelolaan dan Pemanfaatan. Bogor: Pusat Penelitian dan
Pengembangan Tanaman Pangan.

86
Metcalf dan Eddy. 2003. Waste Water Engineering Second Edition. Mcgraw-Hill Company
Murbandono LH. 2002. Membuat Kompos. PT. Penebar Swadaya. Jakarta
Paimin FB. 2000. Alat Pembuat Biogas dari Batubata. Jakarta: Penebar Swadaya, Cetakan ke-3
Palupi. 1994. Studi Pembuatan Biogas dari Tandan Kosong Kelapa Sawit, Perikarp, dan
Lumpur Limbah Pabrik Kelapa Sawit Melalui Fermentasi Media Padat. [Skripsi].
Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.
Pambudi NA. 2008. Pemanfaatan Biogas Sebagai Energi Alternatif. Fakultas Teknik Mesin dan
Industri, Sekolah Pascasarjana, Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.
Polprassert C. 1989. Organic Waste Recycling. John Wiley and Sons Ltd, New York.
Prasetio B. 2010. Optimasi porduksi xilitol oleh sel amobil candida tropicalis melalui
fermentasi batch. [Skripsi]. Fakultas Matematika dan Ilmu pengetahuan Alam. IPB,
Bogor.
Price EC dan Cheremisinoff PN. 1981. Biogas Productin and Utilization. Michigan : Ann
Arbor Science Publishers, Inc.
Rahman AN. 2007. Pembuatan biogas dari sampah buah-buahan melalui fermentasi aerobik dan
anaerobik. [Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian. IPB, Bogor.
Rohim A. 1991. Pengaruh kadar substrat pada perombakan pod kakao secara anaerobik untuk
pembentukan biogas. [Skripsi]. Fateta, IPB.
Romli M. 2010. Teknologi Penanganan Limbah Anaerobik. Bogor: TML Publikasi.
Schmidt A. 2005. Biogas Process for Sustainable Development. Food and Agriculture
Organization of TheUnited Nation, Viale delle Terme di Caracalla, 00100 Rome, Italy.
Setiawan, 1996. Memanfaatkan Kotoran Ternak. Penebar Swadaya, Jakarta.
Siregar SA. 2005. Instalasi Pengolahan Air Limbah. Kanisius, Yogyakarta.
Soekirman S. 2005. Peluang Pasar Pemanfaatan Kompos Hasil Pengomposan Sampah Pasar
DKI Jakarta. Direktorat Jenderal Bina Sarana Pertanian, Departemen Pertanaian.
Jakarta.
Sufyandi A. 2001. Teknologi Tepat Guna untuk Pedesaan. Bandung. Tidak dipublikasikan.
Sugiharto. 1987. Dasar-dasar Pengolahan Air Limbah. UI Press, Jakarta.
Sulaeman D. 2007. Pengomposan: salah satu alternatif pengolahan sampah organik dalam
http://agribisnis.Deptan.go.id/Pustaka/dede. (Diakses 4 Januari 2011)
Susanto, Joko P dan Hendra Tjahjono. 1988. Penelitian pembuatan biogas dari batang pisang.
Majalah Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi No. XXIX
Switenia SV, Karina N, Fajar DP, M. Reza PDP, Jaka T, dan Allan R. 2008. Proses
pembentukan gas bio. [Laporan Praktikum]. Universitas Padjadjaran, Bandung.
Triyanto. 1992. Mempelajari Cara Pembuatan Biogas Melalui Proses Rumen Derived
Anaerobic Digestion (RUDAD). [Skripsi]. Fateta, IPB. Bogor.
Van Buren A. 1979. A Chinese Biogas Manual. London: Intermediate Technology Publication
Ltd.
Wahyuni. 2009. Biogas. Jakarta : Penebar Swadaya.
Weismann U. 1991. Anaerobic Tratment of Industrial Wastewater. Institut fur
Verhahrentechnik, Berlin.
Widodo TW, et al. 2006. rekayasa dan pengujian reaktor biogas skala kelompok tani ternak
(design and development of biogas reactor for farmer group scale). Jurnal
engineering pertanian. Vol. iv. No. 1: 1-52
Prajayana Febri Isni. 2011. Kajian Konversi Jerami Padi dengan Sistem Fermentasi Media
Padat Menjadi Biogas dan Pupuk Organik. [Skripsi]. Fakultas Teknologi Pertanian,
IPB, Bogor.
Wu C. 1987. A Performance Bound for Real OTEC heat Angines. Ocean Engineering, 24, 349.
Yadvika S, Sreekrishnan T.R, Sangeta K, dan Vineet R. 2004. Enchancement of Biogas
Production From Solid Substrat Using Different Techniques- A Riview. J Biore
Technol 95:1-10
Yani M dan Darwis AA. 1990. Diktat Teknologi Biogas. Pusat Antar Universitas Bioteknologi-
IPB. Bogor

87
Lampiran 1.
Prosedur Analisis Kimia
a. Kadar Nitrogen (Metode Kjeldahl) (JICA, 1978)

Sebanyak 25 ml sampel diambil kemudian ditambahkan 50 ml NaOH 6 N lalu dipanaskan


dengan labu Kjeldahl. Amonia yang terbentuk kemudian ditampung, lalu ditambahkan 50 ml
asam borat 2% hingga terbentuk warna hijau. Selanjutnya larutan kemudian dititrasi dengan
H2SO4 0.02 N hingga berwarna ungu. Prosedur tersebut dilakukan juga pada blanko. Kadar
nitrogen organik dihitung dengan persamaan sebagai berikut.

Dengan 0.0211 adalah konsentrasi H2SO4 yang dipakai untuk titrasi, sedangkan 14.007 adalah
konsentrasi air nitrogen.

b. Kadar Fosfor (Metode Ortofosfat/Stannous Chloride) (APHA, 1998)

Sebelum melakukan analisis ortofosfat terlebih dahulu dibuat kurva kalibrasi dengan cara
sebagai berikut. Larutan standar fosfat diencerkan hingga konsentrasi bervariasi dari 0.0 2.0
mg/L PO4. Dari masing-masing standar dipipet sebanyak 25 ml dan diukur intensitas warna biru
yang terbentuk akibat pencampurannya dengan larutan amonium molibdat dan SnCl2 pada
panjang gelombang yang sama (660 690 nm). Dibuat kurva kalibrasi antara konsentrasi dan
absorbansi. Kemudian dapatkan persamaan regresi linier dari kurva tersebut.
Untuk mengetahui kadar ortofosfat pada sampel, sebanyak 25 ml sampel diambil kemudian
ditambahkan 1 ml amonium molibdat serta 0.125 ( 3 tetes) SnCl2. Larutan kemudian dikocok
hingga merata, kemudian didiamkan selama 10 menit. Warna biru yang terjadi diukur
intensitasnya pada panjang gelombang 660 690 nm. Kadar ortofosfat ditentukan dengan
memasukkan nilai absorbansi hasil pengukuran sampel ke dalam persamaan linier kurva
kalibrasi.

c. Pengukuran pH

Pengukuran pH dilakukan dengan pH meter yang telah dikalibrasi.

d. Kadar Abu (SNI 01-2891-1992)

Sampel sebanyak 2 3 gram ditimbang dalam cawan porselen yang kering dan telah diketahui
beratnya. Sampel kemudian dipijarkan di dalam tanur pada suhu 550oC sampai diperoleh warna
abu keputih-putihan. Selanjutnya sampel didinginkan pada desikator lalu ditimbang.

e. Kadar Air (SNI 01-2891-1992)

Sampel sebanyak 3 5 gram ditimbang di dalam cawan aluminium kering yang telah diketahui
beratnya. Kemudian dipanaskan di dalam oven pada suhu 105oC sampai kering (3-5 jam).
Setelah kering, cawan berisi sampel kemudian didinginkan di dalam desikator. Setelah dingin,
cawan berisi sampel yang telah kering ditimbang beberapa kali ulangan hingga diperoleh bobot
tetap. Perhitungan kadar air sebagai berikut:
Kadar air dalam basis basah:

88
Kadar air dalam basis kering:

Dimana W adalah bobot contoh sebelum dikeringkan, W1 adalah bobot contoh dan cawan
setelah dikeringkan, sedangkan W2 adalah bobot cawan kosong.
f. Total Padatan (TS) dan Bahan organik (TVS)

Total padatan merupakan hasil pengurangan dari total bahan terhadap kandungan air bahan,
sedangkan Bahan organik adalah kandungan total bahan dikurangi kandungan air bahan dan
kadar abu bahan.
Total padatan (%) = 100 - Kadar air bahan
Total Padatan organic = 100 - (kadar air + kadar abu)

g. Kadar Chemical Oxygen Demand (COD) (APHA, 1998)

Sebanyak 2.5 ml sampel dimasukkan ke dalam tabung COD mikro, kemudian ditambahkan 1.5
ml larutan K2Cr2O7 dan 3.5 ml pereaksi H2SO4 (asam COD). Setelah itu dipanaskan selama 2
jam pada suhu 148oC. Setelah dingin, larutan dituang ke erlenmeyer 100 ml, kemudian
ditambahkan dengan indikator ferroin 1 2 tetes. Larutan kemudian dititrasi dengan larutan
Ferro Aluminium Sulfat (FAS) 0.1 M hingga warna kecoklatan. Proses diulangi pada blanko
akuades. Perhitungan kadar COD dilakukan dengan rumus berikut.

Dimana A adalah ml FAS untuk titrasi blanko, B adalah ml FAS untuk titrasi sampel, dan M
adalah molaritas FAS.
Sebelum digunakan untuk titrasi, larutan FAS perlu distandarisasi. Standarisasi dilakukan sama
seperti langkah-langkah penentuan COD, namun sampelnya adalah akuades, serta tanpa adanya
pemanasan.

89
90
Lampiran 2. Produksi gas komposisi 3:5 ukuran 0.1-0.5 cm (1st running)
Volume gas harian (ml)
Hari
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 Botol 7 Botol 8 Botol 9 Botol 10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 24 12 42 64 98 26 93 16 80 55
2 63 83 72 87 73 96 74 64 85 93
3 20 64 86 117 85 94 116 97 124 77
4 - 40 63 84 96 77 104 91 82 73
5 - 15 0 44 81 0 27 0 34 49
6 - 189 138 160 230 105 201 212 176 169
7 - - 175 221 138 175 142 137 154 158
8 - - 34 85 106 74 29 0 20 32
9 - - 72 124 88 136 71 67 123 219
10 - - - 174 163 102 118 82 136 95
11 - - - 186 178 194 203 162 201 196
12 - - - 174 218 190 172 168 218 0
13 - - - - 106 203 104 188 140 93
14 - - - - 213 0 147 169 236 187
15 - - - - 220 197 172 94 106 111
16 - - - - - 61 193 121 215 80
17 - - - - - 60 123 66 182 99
18 - - - - - 39 74 70 118 30
19 - - - - - - 81 70 92 27
20 - - - - - - 53 24 83 0
21 - - - - - - 29 0 74 27
22 - - - - - - - 24 51 45
23 - - - - - - - 49 0 71
24 - - - - - - - 12 22 16
25 - - - - - - - - 14 16
26 - - - - - - - - 5 9
27 - - - - - - - - 18 0
28 - - - - - - - - - 0
29 - - - - - - - - - 0
30 - - - - - - - - - 0
Keterangan :
Jerami:sludge = 3:5
Bobot = 225 g jerami, 375 g sludge, 200 g kotoran sapi
Kadar air = 81.36%

91
Hari Volume gas harian (L/kg TS.hari)
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 Botol 7 botol 8 botol 9 botol 10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0.183 0.092 0.321 0.489 0.748 0.198 0.710 0.122 0.611 0.420
2 0.481 0.634 0.550 0.664 0.557 0.733 0.565 0.489 0.649 0.710
3 0.153 0.489 0.656 0.893 0.649 0.718 0.885 0.740 0.947 0.588
4 - 0.305 0.481 0.641 0.733 0.588 0.794 0.695 0.626 0.557
5 - 0.115 0.000 0.336 0.618 0.000 0.206 0.000 0.260 0.374
6 - 1.443 1.053 1.221 1.756 0.802 1.534 1.618 1.344 1.290
7 - - 1.336 1.687 1.053 1.336 1.084 1.046 1.176 1.206
8 - - 0.260 0.649 0.809 0.565 0.221 0.000 0.153 0.244
9 - - 0.550 0.947 0.672 1.038 0.542 0.511 0.939 1.672
10 - - - 1.328 1.244 0.779 0.901 0.626 1.038 0.725
11 - - - 1.420 1.359 1.481 1.550 1.237 1.534 1.496
12 - - - 1.328 1.664 1.450 1.313 1.282 1.664 0.000
13 - - - - 0.809 1.550 0.794 1.435 1.069 0.710
14 - - - - 1.626 0.000 1.122 1.290 1.802 1.427
15 - - - - 1.679 1.504 1.313 0.718 0.809 0.847
16 - - - - - 0.466 1.473 0.924 1.641 0.611
17 - - - - - 0.458 0.939 0.504 1.389 0.756
18 - - - - - 0.298 0.565 0.534 0.901 0.229
19 - - - - - - 0.618 0.534 0.702 0.206
20 - - - - - - 0.405 0.183 0.634 0.000
21 - - - - - - 0.221 0.000 0.565 0.206
22 - - - - - - - 0.183 0.389 0.344
23 - - - - - - - 0.374 0.000 0.542
24 - - - - - - - 0.092 0.168 0.122
25 - - - - - - - - 0.107 0.122
26 - - - - - - - - 0.038 0.069
27 - - - - - - - - 0.137 0.000
28 - - - - - - - - - 0.000
29 - - - - - - - - - 0.000
30 - - - - - - - - - 0.000

92
Volume gas kumulatif (L/kgTS)
Hari Rata-
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 botol 7 botol 8 botol 9 botol 10 rata
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.000
1 0.183 0.092 0.321 0.489 0.748 0.198 0.710 0.122 0.611 0.420 0.389
2 0.664 0.725 0.870 1.153 1.305 0.931 1.275 0.611 1.260 1.130 0.992
3 0.817 1.214 1.527 2.046 1.954 1.649 2.160 1.351 2.206 1.718 1.664
4 - 1.519 2.008 2.687 2.687 2.237 2.954 2.046 2.832 2.275 2.360
5 - 1.634 2.008 3.023 3.305 2.237 3.160 2.046 3.092 2.649 2.573
6 - 3.076 3.061 4.244 5.061 3.038 4.695 3.664 4.435 3.939 3.913
7 - - 4.397 5.931 6.115 4.374 5.779 4.710 5.611 5.145 5.258
8 - - 4.656 6.580 6.924 4.939 6.000 4.710 5.763 5.389 5.620
9 - - 5.206 7.527 7.595 5.977 6.542 5.221 6.702 7.061 6.479
10 - - - 8.855 8.840 6.756 7.443 5.847 7.740 7.786 7.610
11 - - - 10.275 10.198 8.237 8.992 7.084 9.275 9.282 9.049
12 - - - 11.603 11.863 9.687 10.305 8.366 10.939 9.282 10.292
13 - - - - 12.672 11.237 11.099 9.802 12.008 9.992 11.135
14 - - - - 14.298 11.237 12.221 11.092 13.809 11.420 12.346
15 - - - - 15.977 12.740 13.534 11.809 14.618 12.267 13.491
16 - - - - - 13.206 15.008 12.733 16.260 12.878 14.017
17 - - - - - 13.664 15.947 13.237 17.649 13.634 14.826
18 - - - - - 13.962 16.511 13.771 18.550 13.863 15.331
19 - - - - - - 17.130 14.305 19.252 14.069 16.189
20 - - - - - - 17.534 14.489 19.885 14.069 16.494
21 - - - - - - 17.756 14.489 20.450 14.275 16.742
22 - - - - - - - 14.672 20.840 14.618 16.710
23 - - - - - - - 15.046 20.840 15.160 17.015
24 - - - - - - - 15.137 21.008 15.282 17.142
25 - - - - - - - - 21.115 15.405 18.260
26 - - - - - - - - 21.153 15.473 18.313
27 - - - - - - - - 21.290 15.473 18.382
28 - - - - - - - - - 15.473 15.473
29 - - - - - - - - - 15.473 15.473
30 - - - - - - - - - 15.473 15.473

93
Volume gas harian (L/kg TVS.hari)
Hari
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 Botol 7 botol 8 botol 9 botol 10
0 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
1 0.27586 0.13793 0.48276 0.73563 1.12644 0.29885 1.06897 0.18391 0.91954 0.63218
2 0.72414 0.95402 0.82759 1.00000 0.83908 1.10345 0.85057 0.73563 0.97701 1.06897
3 0.22989 0.73563 0.98851 1.34483 0.97701 1.08046 1.33333 1.11494 1.42529 0.88506
4 - 0.45977 0.72414 0.96552 1.10345 0.88506 1.19540 1.04598 0.94253 0.83908
5 - 0.17241 0.00000 0.50575 0.93103 0.00000 0.31034 0.00000 0.39080 0.56322
6 - 2.17241 1.58621 1.83908 2.64368 1.20690 2.31034 2.43678 2.02299 1.94253
7 - - 2.01149 2.54023 1.58621 2.01149 1.63218 1.57471 1.77011 1.81609
8 - - 0.39080 0.97701 1.21839 0.85057 0.33333 0.00000 0.22989 0.36782
9 - - 0.82759 1.42529 1.01149 1.56322 0.81609 0.77011 1.41379 2.51724
10 - - - 2.00000 1.87356 1.17241 1.35632 0.94253 1.56322 1.09195
11 - - - 2.13793 2.04598 2.22989 2.33333 1.86207 2.31034 2.25287
12 - - - 2.00000 2.50575 2.18391 1.97701 1.93103 2.50575 0.00000
13 - - - - 1.21839 2.33333 1.19540 2.16092 1.60920 1.06897
14 - - - - 2.44828 0.00000 1.68966 1.94253 2.71264 2.14943
15 - - - - 2.52874 2.26437 1.97701 1.08046 1.21839 1.27586
16 - - - - - 0.70115 2.21839 1.39080 2.47126 0.91954
17 - - - - - 0.68966 1.41379 0.75862 2.09195 1.13793
18 - - - - - 0.44828 0.85057 0.80460 1.35632 0.34483
19 - - - - - - 0.93103 0.80460 1.05747 0.31034
20 - - - - - - 0.60920 0.27586 0.95402 0.00000
21 - - - - - - 0.33333 0.00000 0.85057 0.31034
22 - - - - - - - 0.27586 0.58621 0.51724
23 - - - - - - - 0.56322 0.00000 0.81609
24 - - - - - - - 0.13793 0.25287 0.18391
25 - - - - - - - - 0.16092 0.18391
26 - - - - - - - - 0.05747 0.10345
27 - - - - - - - - 0.20690 0.00000
28 - - - - - - - - - 0.00000
29 - - - - - - - - - 0.00000
30 - - - - - - - - - 0.00000

94
Hari Volume gas kumulatif (L/kg TVS) Rata-
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 botol 7 botol 8 botol 9 botol 10 rata
0 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
1 0.27586 0.13793 0.48276 0.73563 1.12644 0.29885 1.06897 0.18391 0.91954 0.63218 0.58621
2 1.00000 1.09195 1.31034 1.73563 1.96552 1.40230 1.91954 0.91954 1.89655 1.70115 1.49425
3 1.22989 1.82759 2.29885 3.08046 2.94253 2.48276 3.25287 2.03448 3.32184 2.58621 2.50575
4 - 2.28736 3.02299 4.04598 4.04598 3.36782 4.44828 3.08046 4.26437 3.42529 3.55428
5 - 2.45977 3.02299 4.55172 4.97701 3.36782 4.75862 3.08046 4.65517 3.98851 3.87356
6 - 4.63218 4.60920 6.39080 7.62069 4.57471 7.06897 5.51724 6.67816 5.93103 5.89144
7 - - 6.62069 8.93103 9.20690 6.58621 8.70115 7.09195 8.44828 7.74713 7.91667
8 - - 7.01149 9.90805 10.42529 7.43678 9.03448 7.09195 8.67816 8.11494 8.46264
9 - - 7.83908 11.33333 11.43678 9.00000 9.85057 7.86207 10.09195 10.63218 9.75575
10 - - - 13.33333 13.31034 10.17241 11.20690 8.80460 11.65517 11.72414 11.45813
11 - - - 15.47126 15.35632 12.40230 13.54023 10.66667 13.96552 13.97701 13.62562
12 - - - 17.47126 17.86207 14.58621 15.51724 12.59770 16.47126 13.97701 15.49754
13 - - - - 19.08046 16.91954 16.71264 14.75862 18.08046 15.04598 16.76628
14 - - - - 21.52874 16.91954 18.40230 16.70115 20.79310 17.19540 18.59004
15 - - - - 24.05747 19.18391 20.37931 17.78161 22.01149 18.47126 20.31418
16 - - - - - 19.88506 22.59770 19.17241 24.48276 19.39080 21.10575
17 - - - - - 20.57471 24.01149 19.93103 26.57471 20.52874 22.32414
18 - - - - - 21.02299 24.86207 20.73563 27.93103 20.87356 23.08506
19 - - - - - - 25.79310 21.54023 28.98851 21.18391 24.37644
20 - - - - - - 26.40230 21.81609 29.94253 21.18391 24.83621
21 - - - - - - 26.73563 21.81609 30.79310 21.49425 25.20977
22 - - - - - - - 22.09195 31.37931 22.01149 25.16092
23 - - - - - - - 22.65517 31.37931 22.82759 25.62069
24 - - - - - - - 22.79310 31.63218 23.01149 25.81226
25 - - - - - - - - 31.79310 23.19540 27.49425
26 - - - - - - - - 31.85057 23.29885 27.57471
27 - - - - - - - - 32.05747 23.29885 27.67816
28 - - - - - - - - - 23.29885 23.29885
29 - - - - - - - - - 23.29885 23.29885
30 - - - - - - - - - 23.29885 23.29885

95
Lampiran 3. Produksi gas komposisi 3:5 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running)
Volume gas harian (ml)
Hari
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 Botol 7 Botol 8 Botol 9 Botol 10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 10 0 0 0 6 15 0 4 0 0
2 12 15 8 14 21 9 13 0 5 5
3 28 30 19 32 11 10 20 24 34 19
4 - 54 37 30 23 42 7 13 10 57
5 - 28 84 49 34 60 25 47 23 24
6 - 43 50 12 31 65 42 83 59 27
7 - - 8 29 13 9 36 112 70 14
8 - - 31 81 8 73 87 61 72 39
9 - - 93 75 57 104 84 23 64 62
10 - - - 98 74 115 79 57 81 65
11 - - - 102 94 87 25 122 100 93
12 - - - 88 147 213 93 100 38 132
13 - - - - 195 202 108 184 17 58
14 - - - - 68 174 51 93 29 87
15 - - - - 72 205 94 21 0 42
16 - - - - - 109 193 5 36 113
17 - - - - - 71 209 40 20 89
18 - - - - - 80 147 37 6 55
19 - - - - - - 79 16 11 12
20 - - - - - - 23 0 0 15
21 - - - - - - 4 10 0 23
22 - - - - - - - 10 5 12
23 - - - - - - - 0 5 17
24 - - - - - - - 13 7 8
25 - - - - - - - - 0 10
26 - - - - - - - - 3 11
27 - - - - - - - - 0 0
28 - - - - - - - - - 4
29 - - - - - - - - - 0
30 - - - - - - - - - 0
Keterangan :
Jerami:sludge = 3:5
Bobot = 225 g jerami, 375 g sludge, 200 g kotoran sapi
Kadar air = 79.08%

96
Volume gas harian (L/kg TS.hari)
Hari
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 Botol 7 botol 8 botol 9 botol 10
0 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1 0.103 0.000 0.000 0.000 0.062 0.155 0.000 0.041 0.000 0.000
2 0.124 0.155 0.082 0.144 0.216 0.093 0.134 0.000 0.052 0.052
3 0.289 0.309 0.196 0.330 0.113 0.103 0.206 0.247 0.351 0.196
4 - 0.557 0.381 0.309 0.237 0.433 0.072 0.134 0.103 0.588
5 - 0.289 0.866 0.505 0.351 0.619 0.258 0.485 0.237 0.247
6 - 0.443 0.515 0.124 0.320 0.670 0.433 0.856 0.608 0.278
7 - - 0.082 0.299 0.134 0.093 0.371 1.155 0.722 0.144
8 - - 0.320 0.835 0.082 0.753 0.897 0.629 0.742 0.402
9 - - 0.959 0.773 0.588 1.072 0.866 0.237 0.660 0.639
10 - - - 1.010 0.763 1.186 0.814 0.588 0.835 0.670
11 - - - 1.052 0.969 0.897 0.258 1.258 1.031 0.959
12 - - - 0.907 1.515 2.196 0.959 1.031 0.392 1.361
13 - - - - 2.010 2.082 1.113 1.897 0.175 0.598
14 - - - - 0.701 1.794 0.526 0.959 0.299 0.897
15 - - - - 0.742 2.113 0.969 0.216 0.000 0.433
16 - - - - - 1.124 1.990 0.052 0.371 1.165
17 - - - - - 0.732 2.155 0.412 0.206 0.918
18 - - - - - 0.825 1.515 0.381 0.062 0.567
19 - - - - - - 0.814 0.165 0.113 0.124
20 - - - - - - 0.237 0.000 0.000 0.155
21 - - - - - - 0.041 0.103 0.000 0.237
22 - - - - - - - 0.103 0.052 0.124
23 - - - - - - - 0.000 0.052 0.175
24 - - - - - - - 0.134 0.072 0.082
25 - - - - - - - - 0.000 0.103
26 - - - - - - - - 0.031 0.113
27 - - - - - - - - 0.000 0.000
28 - - - - - - - - - 0.041
29 - - - - - - - - - 0.000
30 - - - - - - - - - 0.000

97
Volume gas kumulatif (L/kgTS)
Hari Rata-
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 botol 7 botol 8 botol 9 botol 10 rata
0 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1 0.103 0.000 0.000 0.000 0.062 0.155 0.000 0.041 0.000 0.000 0.036
2 0.227 0.155 0.082 0.144 0.278 0.247 0.134 0.041 0.052 0.052 0.141
3 0.515 0.464 0.278 0.474 0.392 0.351 0.340 0.289 0.402 0.247 0.375
4 - 1.021 0.660 0.784 0.629 0.784 0.412 0.423 0.505 0.835 0.672
5 - 1.309 1.526 1.289 0.979 1.402 0.670 0.907 0.742 1.082 1.101
6 - 1.753 2.041 1.412 1.299 2.072 1.103 1.763 1.351 1.361 1.573
7 - - 2.124 1.711 1.433 2.165 1.474 2.918 2.072 1.505 1.925
8 - - 2.443 2.546 1.515 2.918 2.371 3.546 2.814 1.907 2.508
9 - - 3.402 3.320 2.103 3.990 3.237 3.784 3.474 2.546 3.232
10 - - - 4.330 2.866 5.175 4.052 4.371 4.309 3.216 4.046
11 - - - 5.381 3.835 6.072 4.309 5.629 5.340 4.175 4.963
12 - - - 6.289 5.351 8.268 5.268 6.660 5.732 5.536 6.158
13 - - - - 7.361 10.351 6.381 8.557 5.907 6.134 7.448
14 - - - - 8.062 12.144 6.907 9.515 6.206 7.031 8.311
15 - - - - 8.804 14.258 7.876 9.732 6.206 7.464 9.057
16 - - - - - 15.381 9.866 9.784 6.577 8.629 10.047
17 - - - - - 16.113 12.021 10.196 6.784 9.546 10.932
18 - - - - - 16.938 13.536 10.577 6.845 10.113 11.602
19 - - - - - - 14.351 10.742 6.959 10.237 10.572
20 - - - - - - 14.588 10.742 6.959 10.392 10.670
21 - - - - - - 14.629 10.845 6.959 10.629 10.765
22 - - - - - - - 10.948 7.010 10.753 9.570
23 - - - - - - - 10.948 7.062 10.928 9.646
24 - - - - - - - 11.082 7.134 11.010 9.742
25 - - - - - - - - 7.134 11.113 9.124
26 - - - - - - - - 7.165 11.227 9.196
27 - - - - - - - - 7.165 11.227 9.196
28 - - - - - - - - - 11.268 11.268
29 - - - - - - - - - 11.268 11.268
30 - - - - - - - - - 11.268 11.268

98
Volume gas harian (L/kg TVS.hari)
Hari
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 Botol 7 botol 8 botol 9 botol 10
0 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
1 0.16129 0.00000 0.00000 0.00000 0.09677 0.24194 0.00000 0.06452 0.00000 0.00000
2 0.19355 0.24194 0.12903 0.22581 0.33871 0.14516 0.20968 0.00000 0.08065 0.08065
3 0.45161 0.48387 0.30645 0.51613 0.17742 0.16129 0.32258 0.38710 0.54839 0.30645
4 - 0.87097 0.59677 0.48387 0.37097 0.67742 0.11290 0.20968 0.16129 0.91935
5 - 0.45161 1.35484 0.79032 0.54839 0.96774 0.40323 0.75806 0.37097 0.38710
6 - 0.69355 0.80645 0.19355 0.50000 1.04839 0.67742 1.33871 0.95161 0.43548
7 - - 0.12903 0.46774 0.20968 0.14516 0.58065 1.80645 1.12903 0.22581
8 - - 0.50000 1.30645 0.12903 1.17742 1.40323 0.98387 1.16129 0.62903
9 - - 1.50000 1.20968 0.91935 1.67742 1.35484 0.37097 1.03226 1.00000
10 - - - 1.58065 1.19355 1.85484 1.27419 0.91935 1.30645 1.04839
11 - - - 1.64516 1.51613 1.40323 0.40323 1.96774 1.61290 1.50000
12 - - - 1.41935 2.37097 3.43548 1.50000 1.61290 0.61290 2.12903
13 - - - - 3.14516 3.25806 1.74194 2.96774 0.27419 0.93548
14 - - - - 1.09677 3.25806 1.74194 2.96774 0.27419 0.93548
15 - - - - 1.16129 2.80645 0.82258 1.50000 0.46774 1.40323
16 - - - - - 3.30645 1.51613 0.33871 0.00000 0.67742
17 - - - - - 1.75806 3.11290 0.08065 0.58065 1.82258
18 - - - - - 1.14516 3.37097 0.64516 0.32258 1.43548
19 - - - - - - 2.37097 0.59677 0.09677 0.88710
20 - - - - - - 1.27419 0.25806 0.17742 0.19355
21 - - - - - - 0.37097 0.00000 0.00000 0.24194
22 - - - - - - - 0.16129 0.00000 0.37097
23 - - - - - - - 0.16129 0.08065 0.19355
24 - - - - - - - 0.00000 0.08065 0.27419
25 - - - - - - - - 0.11290 0.12903
26 - - - - - - - - 0.00000 0.16129
27 - - - - - - - - 0.04839 0.17742
28 - - - - - - - - - 0.00000
29 - - - - - - - - - 0.06452
30 - - - - - - - - - 0.00000

99
Volume gas kumulatif (L/kg TVS)
Hari
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 botol 7 botol 8 botol 9 botol 10 Rata-rata
0 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
1 0.16129 0.00000 0.00000 0.00000 0.09677 0.24194 0.00000 0.06452 0.00000 0.00000 0.05645
2 0.35484 0.24194 0.12903 0.22581 0.43548 0.38710 0.20968 0.06452 0.08065 0.08065 0.22097
3 0.80645 0.72581 0.43548 0.74194 0.61290 0.54839 0.53226 0.45161 0.62903 0.38710 0.58710
4 - 1.59677 1.03226 1.22581 0.98387 1.22581 0.64516 0.66129 0.79032 1.30645 1.05197
5 - 2.04839 2.38710 2.01613 1.53226 2.19355 1.04839 1.41935 1.16129 1.69355 1.72222
6 - 2.74194 3.19355 2.20968 2.03226 3.24194 1.72581 2.75806 2.11290 2.12903 2.46057
7 - - 3.32258 2.67742 2.24194 3.38710 2.30645 4.56452 3.24194 2.35484 3.01210
8 - - 3.82258 3.98387 2.37097 4.56452 3.70968 5.54839 4.40323 2.98387 3.92339
9 - - 5.32258 5.19355 3.29032 6.24194 5.06452 5.91935 5.43548 3.98387 5.05645
10 - - - 6.77419 4.48387 8.09677 6.33871 6.83871 6.74194 5.03226 6.32949
11 - - - 8.41935 6.00000 9.50000 6.74194 8.80645 8.35484 6.53226 7.76498
12 - - - 9.83871 8.37097 12.93548 8.24194 10.41935 8.96774 8.66129 9.63364
13 - - - - 11.51613 16.19355 9.98387 13.38710 9.24194 9.59677 11.65323
14 - - - - 12.61290 19.45161 11.72581 16.35484 9.51613 10.53226 13.36559
15 - - - - 13.77419 22.25806 12.54839 17.85484 9.98387 11.93548 14.72581
16 - - - - - 25.56452 14.06452 18.19355 9.98387 12.61290 16.08387
17 - - - - - 27.32258 17.17742 18.27419 10.56452 14.43548 17.55484
18 - - - - - 28.46774 20.54839 18.91935 10.88710 15.87097 18.93871
19 - - - - - - 22.91935 19.51613 10.98387 16.75806 17.54435
20 - - - - - - 24.19355 19.77419 11.16129 16.95161 18.02016
21 - - - - - - 24.56452 19.77419 11.16129 17.19355 18.17339
22 - - - - - - - 19.93548 11.16129 17.56452 16.22043
23 - - - - - - - 20.09677 11.24194 17.75806 16.36559
24 - - - - - - - 20.09677 11.32258 18.03226 16.48387
25 - - - - - - - - 11.43548 18.16129 14.79839
26 - - - - - - - - 11.43548 18.32258 14.87903
27 - - - - - - - - 11.48387 18.50000 14.99194
28 - - - - - - - - - 18.50000 18.50000
29 - - - - - - - - - 18.56452 18.56452
30 - - - - - - - - - 18.56452 18.56452

100
Lampiran 4. Produksi gas komposisi 5:3 ukuran 0.1- 0.5 cm (1st running)
Volume gas harian (ml)
Hari
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 Botol 7 Botol 8 Botol 9 Botol 10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 10 11 15 13 0 0 6 10 5
2 14 21 0 17 17 0 11 13 18 9
3 33 59 21 53 44 25 34 52 32 47
4 - 92 50 30 47 10 37 86 64 44
5 - 90 67 52 51 36 48 103 52 51
6 - 102 76 59 74 41 58 115 51 64
7 - - 71 53 0 0 79 107 0 60
8 - - 102 81 152 97 114 168 93 88
9 - - 127 106 155 111 142 171 98 70
10 - - - 165 174 136 170 233 134 128
11 - - - 201 165 178 197 214 136 99
12 - - - 219 186 142 180 220 83 0
13 - - - - 154 194 103 196 147 106
14 - - - - 0 101 28 59 105 97
15 - - - - 86 71 9 0 104 136
16 - - - - - 55 13 0 81 79
17 - - - - - 0 21 65 87 87
18 - - - - - 37 0 74 69 94
19 - - - - - - 0 52 47 66
20 - - - - - - 15 76 50 68
21 - - - - - - 8 51 0 49
22 - - - - - - - 32 37 0
23 - - - - - - - 36 25 39
24 - - - - - - - 0 11 21
25 - - - - - - - - 0 10
26 - - - - - - - - 6 14
27 - - - - - - - - 8 12
28 - - - - - - - - - 0
29 - - - - - - - - - 0
30 - - - - - - - - - 0
Keterangan :
Jerami:sludge = 5:3
Bobot = 375 g jerami, 225 g sludge, 200 g kotoran sapi
Kadar air = 78.10%

101
Volume gas harian (L/kg TS.hari)
Hari
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 Botol 7 botol 8 botol 9 botol 10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0.000 0.065 0.072 0.098 0.085 0.000 0.000 0.039 0.065 0.033
2 0.092 0.137 0.000 0.111 0.111 0.000 0.072 0.085 0.118 0.059
3 0.216 0.386 0.137 0.346 0.288 0.163 0.222 0.340 0.209 0.307
4 - 0.601 0.327 0.196 0.307 0.065 0.242 0.562 0.418 0.288
5 - 0.588 0.438 0.340 0.333 0.235 0.314 0.673 0.340 0.333
6 - 0.667 0.497 0.386 0.484 0.268 0.379 0.752 0.333 0.418
7 - - 0.464 0.346 0.000 0.000 0.516 0.699 0.000 0.392
8 - - 0.667 0.529 0.993 0.634 0.745 1.098 0.608 0.575
9 - - 0.830 0.693 1.013 0.725 0.928 1.118 0.641 0.458
10 - - - 1.078 1.137 0.889 1.111 1.523 0.876 0.837
11 - - - 1.314 1.078 1.163 1.288 1.399 0.889 0.647
12 - - - 1.431 1.216 0.928 1.176 1.438 0.542 0.000
13 - - - - 1.007 1.268 0.673 1.281 0.961 0.693
14 - - - - 0.000 0.660 0.183 0.386 0.686 0.634
15 - - - - 0.562 0.464 0.059 0.000 0.680 0.889
16 - - - - - 0.359 0.085 0.000 0.529 0.516
17 - - - - - 0.000 0.137 0.425 0.569 0.569
18 - - - - - 0.242 0.000 0.484 0.451 0.614
19 - - - - - - 0.000 0.340 0.307 0.431
20 - - - - - - 0.098 0.497 0.327 0.444
21 - - - - - - 0.052 0.333 0.000 0.320
22 - - - - - - - 0.209 0.242 0.000
23 - - - - - - - 0.235 0.163 0.255
24 - - - - - - - 0.000 0.072 0.137
25 - - - - - - - - 0.000 0.065
26 - - - - - - - - 0.039 0.092
27 - - - - - - - - 0.052 0.078
28 - - - - - - - - - 0.000
29 - - - - - - - - - 0.000
30 - - - - - - - - - 0.000

102
Volume gas kumulatif (L/kgTS)
Hari Rata-
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 botol 7 botol 8 botol 9 botol 10 rata
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0.000
1 0.000 0.065 0.072 0.098 0.085 0.000 0.000 0.039 0.065 0.033 0.046
2 0.092 0.203 0.072 0.209 0.196 0.000 0.072 0.124 0.183 0.092 0.124
3 0.307 0.588 0.209 0.556 0.484 0.163 0.294 0.464 0.392 0.399 0.386
4 - 1.190 0.536 0.752 0.791 0.229 0.536 1.026 0.810 0.686 0.728
5 - 1.778 0.974 1.092 1.124 0.464 0.850 1.699 1.150 1.020 1.128
6 - 2.444 1.471 1.477 1.608 0.732 1.229 2.451 1.484 1.438 1.593
7 - - 1.935 1.824 1.608 0.732 1.745 3.150 1.484 1.830 1.788
8 - - 2.601 2.353 2.601 1.366 2.490 4.248 2.092 2.405 2.520
9 - - 3.431 3.046 3.614 2.092 3.418 5.366 2.732 2.863 3.320
10 - - - 4.124 4.752 2.980 4.529 6.889 3.608 3.699 4.369
11 - - - 5.438 5.830 4.144 5.817 8.288 4.497 4.346 5.480
12 - - - 6.869 7.046 5.072 6.993 9.725 5.039 4.346 6.442
13 - - - - 8.052 6.340 7.667 11.007 6.000 5.039 7.351
14 - - - - 8.052 7.000 7.850 11.392 6.686 5.673 7.776
15 - - - - 8.614 7.464 7.908 11.392 7.366 6.562 8.218
16 - - - - - 7.824 7.993 11.392 7.895 7.078 8.437
17 - - - - - 7.824 8.131 11.817 8.464 7.647 8.776
18 - - - - - 8.065 8.131 12.301 8.915 8.261 9.135
19 - - - - - - 8.131 12.641 9.222 8.693 9.672
20 - - - - - - 8.229 13.137 9.549 9.137 10.013
21 - - - - - - 8.281 13.471 9.549 9.458 10.190
22 - - - - - - - 13.680 9.791 9.458 10.976
23 - - - - - - - 13.915 9.954 9.712 11.194
24 - - - - - - - 13.915 10.026 9.850 11.264
25 - - - - - - - - 10.026 9.915 9.971
26 - - - - - - - - 10.065 10.007 10.036
27 - - - - - - - - 10.118 10.085 10.101
28 - - - - - - - - - 10.085 10.085
29 - - - - - - - - - 10.085 10.085
30 - - - - - - - - - 10.085 10.085

103
Volume gas harian (L/kg TVS.hari)
Hari
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 Botol 7 botol 8 botol 9 botol 10
0 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
1 0.00000 0.09524 0.10476 0.14286 0.12381 0.00000 0.00000 0.05714 0.09524 0.04762
2 0.13333 0.20000 0.00000 0.16190 0.16190 0.00000 0.10476 0.12381 0.17143 0.08571
3 0.31429 0.56190 0.20000 0.50476 0.41905 0.23810 0.32381 0.49524 0.30476 0.44762
4 - 0.87619 0.47619 0.28571 0.44762 0.09524 0.35238 0.81905 0.60952 0.41905
5 - 0.85714 0.63810 0.49524 0.48571 0.34286 0.45714 0.98095 0.49524 0.48571
6 - 0.97143 0.72381 0.56190 0.70476 0.39048 0.55238 1.09524 0.48571 0.60952
7 - - 0.67619 0.50476 0.00000 0.00000 0.75238 1.01905 0.00000 0.57143
8 - - 0.97143 0.77143 1.44762 0.92381 1.08571 1.60000 0.88571 0.83810
9 - - 1.20952 1.00952 1.47619 1.05714 1.35238 1.62857 0.93333 0.66667
10 - - - 1.57143 1.65714 1.29524 1.61905 2.21905 1.27619 1.21905
11 - - - 1.91429 1.57143 1.69524 1.87619 2.03810 1.29524 0.94286
12 - - - 2.08571 1.77143 1.35238 1.71429 2.09524 0.79048 0.00000
13 - - - - 1.46667 1.84762 0.98095 1.86667 1.40000 1.00952
14 - - - - 0.00000 0.96190 0.26667 0.56190 1.00000 0.92381
15 - - - - 0.81905 0.67619 0.08571 0.00000 0.99048 1.29524
16 - - - - - 0.52381 0.12381 0.00000 0.77143 0.75238
17 - - - - - 0.00000 0.20000 0.61905 0.82857 0.82857
18 - - - - - 0.35238 0.00000 0.70476 0.65714 0.89524
19 - - - - - - 0.00000 0.49524 0.44762 0.62857
20 - - - - - - 0.14286 0.72381 0.47619 0.64762
21 - - - - - - 0.07619 0.48571 0.00000 0.46667
22 - - - - - - - 0.30476 0.35238 0.00000
23 - - - - - - - 0.34286 0.23810 0.37143
24 - - - - - - - 0.00000 0.10476 0.20000
25 - - - - - - - - 0.00000 0.09524
26 - - - - - - - - 0.05714 0.13333
27 - - - - - - - - 0.07619 0.11429
28 - - - - - - - - - 0.00000
29 - - - - - - - - - 0.00000
30 - - - - - - - - - 0.00000

104
Volume gas kumulatif (L/kg TVS)
Hari Rata-
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 botol 7 botol 8 botol 9 botol 10 rata
0 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
1 0.00000 0.09524 0.10476 0.14286 0.12381 0.00000 0.00000 0.05714 0.09524 0.04762 0.06667
2 0.13333 0.29524 0.10476 0.30476 0.28571 0.00000 0.10476 0.18095 0.26667 0.13333 0.18095
3 0.44762 0.85714 0.30476 0.80952 0.70476 0.23810 0.42857 0.67619 0.57143 0.58095 0.56190
4 - 1.73333 0.78095 1.09524 1.15238 0.33333 0.78095 1.49524 1.18095 1.00000 1.06138
5 - 2.59048 1.41905 1.59048 1.63810 0.67619 1.23810 2.47619 1.67619 1.48571 1.64339
6 - 3.56190 2.14286 2.15238 2.34286 1.06667 1.79048 3.57143 2.16190 2.09524 2.32063
7 - - 2.81905 2.65714 2.34286 1.06667 2.54286 4.59048 2.16190 2.66667 2.60595
8 - - 3.79048 3.42857 3.79048 1.99048 3.62857 6.19048 3.04762 3.50476 3.67143
9 - - 5.00000 4.43810 5.26667 3.04762 4.98095 7.81905 3.98095 4.17143 4.83810
10 - - - 6.00952 6.92381 4.34286 6.60000 10.03810 5.25714 5.39048 6.36599
11 - - - 7.92381 8.49524 6.03810 8.47619 12.07619 6.55238 6.33333 7.98503
12 - - - 10.00952 10.26667 7.39048 10.19048 14.17143 7.34286 6.33333 9.38639
13 - - - - 11.73333 9.23810 11.17143 16.03810 8.74286 7.34286 10.71111
14 - - - - 11.73333 10.20000 11.43810 16.60000 9.74286 8.26667 11.33016
15 - - - - 12.55238 10.87619 11.52381 16.60000 10.73333 9.56190 11.97460
16 - - - - - 11.40000 11.64762 16.60000 11.50476 10.31429 12.29333
17 - - - - - 11.40000 11.84762 17.21905 12.33333 11.14286 12.78857
18 - - - - - 11.75238 11.84762 17.92381 12.99048 12.03810 13.31048
19 - - - - - - 11.84762 18.41905 13.43810 12.66667 14.09286
20 - - - - - - 11.99048 19.14286 13.91429 13.31429 14.59048
21 - - - - - - 12.06667 19.62857 13.91429 13.78095 14.84762
22 - - - - - - - 19.93333 14.26667 13.78095 15.99365
23 - - - - - - - 20.27619 14.50476 14.15238 16.31111
24 - - - - - - - 20.27619 14.60952 14.35238 16.41270
25 - - - - - - - - 14.60952 14.44762 14.52857
26 - - - - - - - - 14.66667 14.58095 14.62381
27 - - - - - - - - 14.74286 14.69524 14.71905
28 - - - - - - - - - 14.69524 14.69524
29 - - - - - - - - - 14.69524 14.69524
30 - - - - - - - - - 14.69524 14.69524

105
`Lampiran 5. Produksi gas komposisi 5:3 ukuran 0.1- 0.5 cm (2nd running)
Volume gas harian (ml)
Hari
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 Botol 7 Botol 8 Botol 9 Botol 10
0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
1 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0
2 12 0 19 21 0 0 10 23 7 8
3 17 13 32 31 0 10 11 26 16 24
4 - 10 30 25 6 8 10 5 12 27
5 - 21 43 25 15 10 10 0 18 35
6 - 27 40 18 26 12 9 18 30 38
7 - - 62 22 25 20 18 37 25 41
8 - - 54 28 36 0 24 31 28 62
9 - - 73 47 52 15 0 12 36 18
10 - - - 94 64 19 20 27 40 39
11 - - - 78 135 23 37 74 116 0
12 - - - 40 150 42 35 165 90 21
13 - - - - 86 45 107 68 10 130
14 - - - - 176 60 64 38 44 17
15 - - - - 77 61 59 11 17 23
16 - - - - - 134 73 8 34 11
17 - - - - - 49 47 10 23 39
18 - - - - - 68 49 23 16 18
19 - - - - - - 16 0 8 4
20 - - - - - - 0 15 5 0
21 - - - - - - 28 5 0 12
22 - - - - - - - 29 0 7
23 - - - - - - - 16 3 0
24 - - - - - - - 32 0 5
25 - - - - - - - - 10 13
26 - - - - - - - - 5 12
27 - - - - - - - - 14 10
28 - - - - - - - - - 0
29 - - - - - - - - - 0
30 - - - - - - - - - 0
Keterangan :
Jerami:sludge = 5:3
Bobot = 375 g jerami, 225 g sludge, 200 g kotoran sapi
Kadar air = 79.77%

106
Volume gas harian (L/kg TS.hari)
Hari
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 Botol 7 botol 8 botol 9 botol 10
0 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
2 0.075 0.000 0.119 0.132 0.000 0.000 0.063 0.145 0.044 0.050
3 0.107 0.082 0.201 0.195 0.000 0.063 0.069 0.164 0.101 0.151
4 - 0.063 0.189 0.157 0.038 0.050 0.063 0.031 0.075 0.170
5 - 0.132 0.270 0.157 0.094 0.063 0.063 0.000 0.113 0.220
6 - 0.170 0.252 0.113 0.164 0.075 0.057 0.113 0.189 0.239
7 - - 0.390 0.138 0.157 0.126 0.113 0.233 0.157 0.258
8 - - 0.340 0.176 0.226 0.000 0.151 0.195 0.176 0.390
9 - - 0.459 0.296 0.327 0.094 0.000 0.075 0.226 0.113
10 - - - 0.591 0.403 0.119 0.126 0.170 0.252 0.245
11 - - - 0.491 0.849 0.145 0.233 0.465 0.730 0.000
12 - - - 0.252 0.943 0.264 0.220 1.038 0.566 0.132
13 - - - - 0.541 0.283 0.673 0.428 0.063 0.818
14 - - - - 1.107 0.377 0.403 0.239 0.277 0.107
15 - - - - 0.484 0.384 0.371 0.069 0.107 0.145
16 - - - - - 0.843 0.459 0.050 0.214 0.069
17 - - - - - 0.308 0.296 0.063 0.145 0.245
18 - - - - - 0.428 0.308 0.145 0.101 0.113
19 - - - - - - 0.101 0.000 0.050 0.025
20 - - - - - - 0.000 0.094 0.031 0.000
21 - - - - - - 0.176 0.031 0.000 0.075
22 - - - - - - - 0.182 0.000 0.044
23 - - - - - - - 0.101 0.019 0.000
24 - - - - - - - 0.201 0.000 0.031
25 - - - - - - - - 0.063 0.082
26 - - - - - - - - 0.031 0.075
27 - - - - - - - - 0.088 0.063
28 - - - - - - - - - 0.000
29 - - - - - - - - - 0.000
30 - - - - - - - - - 0.000

107
Volume gas kumulatif (L/kgTS)
Hari Rata-
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 botol 7 botol 8 botol 9 botol 10 rata
0 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
1 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000 0.000
2 0.075 0.000 0.119 0.132 0.000 0.000 0.063 0.145 0.044 0.050 0.063
3 0.182 0.082 0.321 0.327 0.000 0.063 0.132 0.308 0.145 0.201 0.176
4 - 0.145 0.509 0.484 0.038 0.113 0.195 0.340 0.220 0.371 0.268
5 - 0.277 0.780 0.642 0.132 0.176 0.258 0.340 0.333 0.591 0.392
6 - 0.447 1.031 0.755 0.296 0.252 0.314 0.453 0.522 0.830 0.544
7 - - 1.421 0.893 0.453 0.377 0.428 0.686 0.679 1.088 0.753
8 - - 1.761 1.069 0.679 0.377 0.579 0.881 0.855 1.478 0.960
9 - - 2.220 1.365 1.006 0.472 0.579 0.956 1.082 1.591 1.159
10 - - - 1.956 1.409 0.591 0.704 1.126 1.333 1.836 1.279
11 - - - 2.447 2.258 0.736 0.937 1.591 2.063 1.836 1.695
12 - - - 2.698 3.201 1.000 1.157 2.629 2.629 1.969 2.183
13 - - - - 3.742 1.283 1.830 3.057 2.692 2.786 2.565
14 - - - - 4.849 1.660 2.233 3.296 2.969 2.893 2.983
15 - - - - 5.333 2.044 2.604 3.365 3.075 3.038 3.243
16 - - - - - 2.887 3.063 3.415 3.289 3.107 3.152
17 - - - - - 3.195 3.358 3.478 3.434 3.352 3.364
18 - - - - - 3.623 3.667 3.623 3.535 3.465 3.582
19 - - - - - - 3.767 3.623 3.585 3.491 3.616
20 - - - - - - 3.767 3.717 3.616 3.491 3.648
21 - - - - - - 3.943 3.748 3.616 3.566 3.719
22 - - - - - - - 3.931 3.616 3.610 3.719
23 - - - - - - - 4.031 3.635 3.610 3.759
24 - - - - - - - 4.233 3.635 3.642 3.836
25 - - - - - - - - 3.698 3.723 3.711
26 - - - - - - - - 3.730 3.799 3.764
27 - - - - - - - - 3.818 3.862 3.840
28 - - - - - - - - - 3.862 3.862
29 - - - - - - - - - 3.862 3.862
30 - - - - - - - - - 3.862 3.862

108
Volume gas harian (L/kg TVS.hari)
Hari
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 Botol 7 botol 8 botol 9 botol 10
0 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
1 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
2 0.11321 0.00000 0.17925 0.19811 0.00000 0.00000 0.09434 0.21698 0.06604 0.07547
3 0.16038 0.12264 0.30189 0.29245 0.00000 0.09434 0.10377 0.24528 0.15094 0.22642
4 - 0.09434 0.28302 0.23585 0.05660 0.07547 0.09434 0.04717 0.11321 0.25472
5 - 0.19811 0.40566 0.23585 0.14151 0.09434 0.09434 0.00000 0.16981 0.33019
6 - 0.25472 0.37736 0.16981 0.24528 0.11321 0.08491 0.16981 0.28302 0.35849
7 - - 0.58491 0.20755 0.23585 0.18868 0.16981 0.34906 0.23585 0.38679
8 - - 0.50943 0.26415 0.33962 0.00000 0.22642 0.29245 0.26415 0.58491
9 - - 0.68868 0.44340 0.49057 0.14151 0.00000 0.11321 0.33962 0.16981
10 - - - 0.88679 0.60377 0.17925 0.18868 0.25472 0.37736 0.36792
11 - - - 0.73585 1.27358 0.21698 0.34906 0.69811 1.09434 0.00000
12 - - - 0.37736 1.41509 0.39623 0.33019 1.55660 0.84906 0.19811
13 - - - - 0.81132 0.42453 1.00943 0.64151 0.09434 1.22642
14 - - - - 0.81132 0.42453 1.00943 0.64151 0.09434 1.22642
15 - - - - 1.66038 0.56604 0.60377 0.35849 0.41509 0.16038
16 - - - - - 0.57547 0.55660 0.10377 0.16038 0.21698
17 - - - - - 1.26415 0.68868 0.07547 0.32075 0.10377
18 - - - - - 0.46226 0.44340 0.09434 0.21698 0.36792
19 - - - - - - 0.46226 0.21698 0.15094 0.16981
20 - - - - - - 0.15094 0.00000 0.07547 0.03774
21 - - - - - - 0.00000 0.14151 0.04717 0.00000
22 - - - - - - - 0.04717 0.00000 0.11321
23 - - - - - - - 0.27358 0.00000 0.06604
24 - - - - - - - 0.15094 0.02830 0.00000
25 - - - - - - - - 0.00000 0.04717
26 - - - - - - - - 0.09434 0.12264
27 - - - - - - - - 0.04717 0.11321
28 - - - - - - - - - 0.09434
29 - - - - - - - - - 0.00000
30 - - - - - - - - - 0.00000

109
Volume gas kumulatif (L/kg TVS)
Hari Rata-
Ke- Botol 1 Botol 2 Botol 3 Botol 4 Botol 5 Botol 6 botol 7 botol 8 botol 9 botol 10 rata
0 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
1 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000 0.00000
2 0.11321 0.00000 0.17925 0.19811 0.00000 0.00000 0.09434 0.21698 0.06604 0.07547 0.09434
3 0.27358 0.12264 0.48113 0.49057 0.00000 0.09434 0.19811 0.46226 0.21698 0.30189 0.26415
4 - 0.21698 0.76415 0.72642 0.05660 0.16981 0.29245 0.50943 0.33019 0.55660 0.40252
5 - 0.41509 1.16981 0.96226 0.19811 0.26415 0.38679 0.50943 0.50000 0.88679 0.58805
6 - 0.66981 1.54717 1.13208 0.44340 0.37736 0.47170 0.67925 0.78302 1.24528 0.81656
7 - - 2.13208 1.33962 0.67925 0.56604 0.64151 1.02830 1.01887 1.63208 1.12972
8 - - 2.64151 1.60377 1.01887 0.56604 0.86792 1.32075 1.28302 2.21698 1.43986
9 - - 3.33019 2.04717 1.50943 0.70755 0.86792 1.43396 1.62264 2.38679 1.73821
10 - - - 2.93396 2.11321 0.88679 1.05660 1.68868 2.00000 2.75472 1.91914
11 - - - 3.66981 3.38679 1.10377 1.40566 2.38679 3.09434 2.75472 2.54313
12 - - - 4.04717 4.80189 1.50000 1.73585 3.94340 3.94340 2.95283 3.27493
13 - - - - 5.61321 1.92453 2.74528 4.58491 4.03774 4.17925 3.84748
14 - - - - 6.42453 2.34906 3.75472 5.22642 4.13208 5.40566 4.54874
15 - - - - 8.08491 2.91509 4.35849 5.58491 4.54717 5.56604 5.17610
16 - - - - - 3.49057 4.91509 5.68868 4.70755 5.78302 4.91698
17 - - - - - 4.75472 5.60377 5.76415 5.02830 5.88679 5.40755
18 - - - - - 5.21698 6.04717 5.85849 5.24528 6.25472 5.72453
19 - - - - - - 6.50943 6.07547 5.39623 6.42453 6.10142
20 - - - - - - 6.66038 6.07547 5.47170 6.46226 6.16745
21 - - - - - - 6.66038 6.21698 5.51887 6.46226 6.21462
22 - - - - - - - 6.26415 5.51887 6.57547 6.11950
23 - - - - - - - 6.53774 5.51887 6.64151 6.23270
24 - - - - - - - 6.68868 5.54717 6.64151 6.29245
25 - - - - - - - - 5.54717 6.68868 6.11792
26 - - - - - - - - 5.64151 6.81132 6.22642
27 - - - - - - - - 5.68868 6.92453 6.30660
28 - - - - - - - - - 7.01887 7.01887
29 - - - - - - - - - 7.01887 7.01887
30 - - - - - - - - - 7.01887 7.01887

110
Lampiran 6. Nilai TS komposisi 3:5 ukuran 0,1-0,5 cm (1st running)

Hari
Ke- % TS
0 18.64 18.64 18.64 18.64 18.64 18.64 18.64 18.64 18.64 18.64
3 19.29
6 25.17
9 21.17
12 26.41
15 26.23
18 25.29
21 30.07
24 34.2
27 34.07
30 37.94
Hari
Ke- TS (kg)
0 0.131 0.131 0.131 0.131 0.131 0.131 0.131 0.131 0.131 0.131
3 0.135
6 0.176
9 0.148
12 0.185
15 0.184
18 0.177
21 0.210
24 0.239
27 0.238
30 0.266

i
Lampiran 7. Nilai TVS komposisi 3:5 ukuran 0,1-0,5 cm (1st running)

Hari
Ke- % TVS
0 66.32 66.32 66.32 66.32 66.32 66.32 66.32 66.32 66.32 66.32
3 57.00
6 50.93
9 44.22
12 43.42
15 42.75
18 43.76
21 42.81
24 41.97
27 43.28
30 40.02
Hari
Ke- TVS (kg)
0 464.21 464.21 464.21 464.21 464.21 464.21 464.21 464.21 464.21 464.21
3 399.00
6 356.48
9 309.56
12 303.96
15 299.22
18 306.35
21 299.69
24 293.79
27 302.97
30 280.17

ii
Lampiran 8. Nilai COD komposisi 3:5 ukuran 0,1-0,5 cm (1st running)

Hari
Ke- Nilai COD Digestat (g/kg)
0 9400 9400 9400 9400 9400 9400 9400 9400 9400 9400
3 8880
6 8600
9 8320
12 6720
15 7920
18 6560
21 6680
24 7000
27 4560
30 3400
Hari
Ke- Nilai COD Digestat (mg/l)
0 33500 33500 33500 33500 33500 33500 33500 33500 33500 33500
3 30500
6 28500
9 23500
12 22500
15 21500
18 20000
21 19000
24 15000
27 13750
30 11000

iii
Lampiran 9. Nilai pH komposisi 3:5 ukuran 0.1-0.5 cm (1st running)

Hari
Ke- Nilai pH digestat
0 6.6 6.6 6.6 6.6 6.6 6.6 6.6 6.6 6.6 6.6
3 7
6 7.4
9 7.8
12 7.6
15 8.4
18 8.6
21 8.6
24 8.9
27 8.7
30 8.2
Hari
Ke- Nilai pH lindi
0 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
3 7.6
6 7.8
9 7.8
12 7.9
15 8.1
18 8.2
21 8.1

24 8.5
27 8.8
30 8.5

iv
Lampiran 10. Nilai TS komposisi 3:5 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running)

Hari
Ke- % TS
0 13.87 13.87 13.87 13.87 13.87 13.87 13.87 13.87 13.87 13.87
3 19.29
6 23.87
9 24.23
12 30.61
15 35.70
18 38.29
21 39.55
24 47.40
27 48.20
30 47.94
Hari
Ke- TS (kg)
0 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10 0.10
3 0.14
6 0.17
9 0.17
12 0.21
15 0.25
18 0.27
21 0.28
24 0.33
27 0.34
30 0.34

v
Lampiran 11. Nilai TVS komposisi 3:5 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running)

Hari
Ke % TVS
0 63.91 63.91 63.91 63.91 63.91 63.91 63.91 63.91 63.91 63.91
3 55.50
6 43.48
9 42.31
12 41.72
15 44.96
18 42.33
21 42.48
24 35.02
27 36.17
30 34.82
Hari
Ke- TVS (kg)
0 447.37 447.37 447.37 447.37 447.37 447.37 447.37 447.37 447.37 447.37
3 388.50
6 304.37
9 296.19
12 292.03
15 314.71
18 296.34
21 297.35
24 245.15
27 253.19
30 243.75

vi
Lampiran 12. Nilai pH komposisi 3:5 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running)

Hari
Ke- Nilai pH digestat
0 5.85 5.85 5.85 5.85 5.85 5.85 5.85 5.85 5.85 5.85
3 6.2
6 6.6
9 6.9
12 7.2
15 7.7
18 7.75
21 8
24 8.2
27 8.2
30 8.1
Hari
Ke- Nilai pH lindi
0 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5 7.5
3 7.5
6 7.7

9 7.5
12 7.8
15 8
18 8
21 8.2
24 8.2
27 8.5
30 8.6

vii
Lampiran 13. Nilai COD komposisi 3:5 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running)

Hari
Ke- Nilai COD Digestat (g/kg)
0 8440 8440 8440 8440 8440 8440 8440 8440 8440 8440
3 8240
6 6600
9 8320
12 6360
15 5920
18 6920
21 6680
24 6200
27 4560
30 3400
Hari
Ke- Nilai COD Digestat (mg/l)
0 31500 31500 31500 31500 31500 31500 31500 31500 31500 31500
3 30000
6 27000
9 25000
12 22500
15 19500
18 15000
21 14500
24 11800
27 13000
30 9000

viii
Lampiran 14. Nilai TS komposisi 5:3 ukuran 0,1-0,5 cm (1st running)

Hari
Ke- % TS
0 21.90 21.90 21.90 21.90 21.90 21.90 21.90 21.90 21.90 21.90
3 22.20
6 29.62
9 30.28
12 29.33
15 28.32
18 28.01
21 30.94
24 33.87
27 36.73
30 36.58
Hari
Ke- TS (kg)
0 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15 0.15
3 0.16
6 0.21
9 0.21
12 0.21
15 0.20
18 0.20
21 0.22
24 0.24
27 0.26
30 0.26

ix
Lampiran 15. Nilai TVS komposisi 5:3 ukuran 0,1-0,5 cm (1st running)

Hari
Ke- % TVS
0 68.18 68.18 68.18 68.18 68.18 68.18 68.18 68.18 68.18 68.18
3 64.87
6 48.42
9 48.35
12 47.05
15 49.18
18 49.9
21 47.24
24 44.19
27 43.13
30 42.7
Hari
Ke- TVS (kg)
0 477.24 477.24 477.24 477.24 477.24 477.24 477.24 477.24 477.24 477.24
3 454.07
6 338.91
9 338.46
12 329.33
15 344.24
18 349.33
21 330.66
24 309.33
27 301.93
30 298.89

x
Lampiran 16. Nilai pH komposisi 5:3 ukuran 0,1-0,5 cm (1st running)

Hari
Ke- Nilai pH digestat
0 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
3 6.6
6 7
9 7
12 7
15 7.2
18 7.35
21 7.5
24 7.9
27 8.45
30 8.5
Hari
Ke- Nilai pH lindi
0 7 7 7 7 7 7 7 7 7 7
3 7.1
6 7.5
9 7.6
12 7.6
15 7.5
18 7.7
21 7.8
24 7.8
27 7.8
30 7.9

xi
Lampiran 17. Nilai COD komposisi 5:3 ukuran 0,1-0,5 cm (1st running)

Hari
Ke- Nilai COD Digestat (g/kg)
0 8400 8400 8400 8400 8400 8400 8400 8400 8400 8400
3 8120
6 7600
9 6800
12 6320
15 5866.667
18 5520
21 4880
24 6960
27 3733.333
30 2000
Hari
Ke- Nilai COD Digestat (mg/l)
0 22500 22500 22500 22500 22500 22500 22500 22500 22500 22500
3 20000
6 10000
9 17500
12 17500
15 14000
18 16500
21 12500
24 18500
27 12500
30 8650

xii
Lampiran 18. Nilai TS komposisi 5:3 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running)

Hari
Ke- % TS
0 22.70 22.70 22.70 22.70 22.70 22.70 22.70 22.70 22.70 22.70
3 30.20
6 29.92
9 34.68
12 35.75
15 48.36
18 48.81
21 52.62
24 49.84
27 52.73
30 56.58
Hari
Ke- TS (kg)
0 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16 0.16
3 0.21
6 0.21
9 0.24
12 0.25
15 0.34
18 0.34
21 0.37
24 0.35
27 0.37
30 0.40

xiii
Lampiran 19. Nilai TVS komposisi 5:3 ukuran 0,1-0,5 cm (2nd running)

Hari
Ke- % TVS
0 66.50 66.50 66.50 66.50 66.50 66.50 66.50 66.50 66.50 66.50
3 68.98
6 66.01
9 65.69
12 66.55
15 66.22
18 63.19
21 59.94
24 59.74
27 58.28
30 62.08
Hari
Ke- TVS (kg)
0 465.48 465.48 465.48 465.48 465.48 465.48 465.48 465.48 465.48 465.48
3 482.84
6 462.07
9 459.81
12 465.88
15 463.57
18 442.34
21 419.57
24 418.17
27 407.99
30 434.55

xiv
Lampiran 20. Nilai pH komposisi 5:3 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running)

Hari
Ke- Nilai pH digestat
0 6 6 6 6 6 6 6 6 6 6
3 6.2
6 6.15
9 6.7
12 7.3
15 7.5
18 7.9
21 8.3
24 8.5
27 8.55
30 8.65
Hari
Ke- Nilai pH lindi
0 7 7 7 7 7 7 7 7 7
3 7.2
6 7.6
9 7.6
12 7.8
15 7.7
18 7.6
21 7.8
24 7.5
27 7.8
30 8

xv
Lampiran 21. Nilai COD komposisi 5:3 ukuran 0.1-0.5 cm (2nd running)

Hari
Ke- Nilai COD Digestat (g/kg)
0 7360 7360 7360 7360 7360 7360 7360 7360 7360 7360
3 7400
6 8120
9 7440
12 5600
15 5333.333
18 5600
21 5120
24 5680
27 3066.667

30 2000
Hari
Ke- Nilai COD Digestat (mg/l)
0 21000 21000 21000 21000 21000 21000 21000 21000 21000 21000
3 20000
6 18000
9 14500
12 15000
15 13500
18 13500
21 12500
24 15000
27 14500

30 8450

xvi

You might also like