Professional Documents
Culture Documents
Analisis Karakteristik Bio-Optik Genera Karang Keras Berdasarkan Respon Spektral
Analisis Karakteristik Bio-Optik Genera Karang Keras Berdasarkan Respon Spektral
ABSTRACT
RINGKASAN
Terumbu karang merupakan salah satu sumber daya alam yang berperan
penting dalam ekosistem laut tropis. Sebagaimana fungsinya sebagai spawning,
nursery, dan feeding ground ikan. Dalam bidang kelautan, teknologi penginderaan
jauh telah lama digunakan untuk pemetaan habitat dasar perairandan substrat
dasar perairan. (e.g., Lyzenga 1978, 1981; Jupp et al., 1985; Bour et al., 1986;
Ackleson and Klemas, 1987; Clark et al., 1997; Mumby et al., 1998; Myers et al.,
1999; Green et al, 2000; Siregar et al, 2010).
Setiap benda pada dasarnya mempunyai struktur partikel yang berbeda, baik
mikro maupun makro. Perbedaan struktur ini mempengaruhi pola spektral
responnya. Oleh karena itu, pengenalan atas perbedaan spektral respon ini
dijadikan landasan bagi pembedaan obyek (Danoedoro, 1996). Cara benda
memberikan respons terhadap gelombang elektromagnetik yang mengenainya
berbeda-beda, dari satu genera ke genera yang lain dan dari satu spektrum ke
spektrum yang lain. Karena tiap obyek ternyata mempunyai respon yang relatif
serupa pada tiap spektrum, maka respon elektromagnetik obyek sering dinyatakan
sebagai respon spektral (Swain dan Davis, 1978 dalam Danoedoro, 1996).
Spektrum cahaya tampak (visible light) pada umumnya dibagi dalam enam sub
spektrum yaitu : Red (0.620 - 0.75m); Orange (0.592 - 0.620 m); Yellow (0.578
- 0.592 m); Green (0.500 - 0.578 m); Blue (0.446 - 0.500 m); Violet (0.4 -
0.446 m).
Stambler dan Shashar (2007), menyatakan bahwa indentifikasi spesies
karang berdasarkan spektrum reflektansi adalah mungkin dalam beberapa kasus,
namun masih terbatas untuk morfologi dan warna karang tertentu. Dalam
perkembangannya, spektral optik tidak hanya digunakan untuk membedakan antar
genera tetapi juga digunakan untuk melihat kesehatan karang (Clark et al, 2000).
Dalam penelitian Clark disimpulkan bahwa penggunaan teknologi hyperspektral
bisa digunakan untuk mengidentifikasi kejadian Coral Bleaching dengan fokus
melihat pada panjang gelombang 515-572 nm dan sekitar 596 nm.
Untuk pengkajian sampai tingkat genera karang diperlukan spectral
signature genera karang. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari karakteristik
bio-optik genera karang dan mengetahui faktor apa saja yang mempengaruhi pola
reflektansi dari genera karang.
Pengambilan data dilapangan dilaksanakan pada tanggal 8 13 Juni 2011
dengan lokasi di Kepulauan Seribu. Secara total terdapat 7 stasiun titik sampling
yang tersebar di perairan Pulau Pramuka dengan jumlah sampel mencapai 65.
Analisis data dilaksanakan di Laboratorium Remote Sensing and Ecology
SEAMEO BIOTROP, Bogor.
Alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah: Kapal, Global
Positioning System (GPS), Spektrometer tipe USB 4000, Alat selam SCUBA,
Kamera, Notebook yang sudah dilengkapi software Spectra Suite, solar panel, aki
dan inverter.
Pengukuran nilai reflektansi, iradiansidan absorbansi dari sampel dilakukan
dengan menggunakan Spektrometer tipe USB 4000, yang dilakukan langsung
dilapangan. Setelah memperoleh data reflektansi, iradiansi dan absorbansi langkah
awal sebelum melakukan tahap analisis lebih lanjut, adalah raw data difilter
terlebih dahulu dengan cara melakukan pemotongan panjang gelombang dari 400
v
750 nm (visibe) dan curvitting data dengan metode moving averange. Adapun
langkah pengolahan dan analisis yang dilakukan adalah Analisis Pola Reflektansi,
Iradiansi, dan Absorbansi Spektral; Analisis Pengelompokan Berdasarkan
Kemiripan Nilai Spektral Spesies Karang (Cluster analysis); Analisis
Karakteristik Spektral pada Berbagai Panjang Gelombang.
Dalam penelitian ini diamati 19 genera karang (genus) yakni Acropora,
Ctenactis, Cyphastrea, Diploastrea heliopora, Favites, Fungia, Galaxea,
Goniopora, Herpholitha, Helliopora, Millepora, Montipora, Platygyra,
Pocillopora, Porites, Psammocora, Styllophora, dan Symphyllia (Veron, 2002).
Selain itu, dilihat juga habitat bentik lainnya seperti dead coral algae,
macroalgae, rubble, sand, dan softcoral.
Berdasarkan data reflektansi karang, dilakukan perbandingkan dengan data
reflektansi habitat lainnya. Terlihat pola yang berbeda antara tipe bentik terumbu
yang bersifat biotik dan abiotik, khususnya pada panjang gelombang 515-570 nm
(hijau-kuning), 600-650 nm (merah), dan 690 730 nm (infra merah tepi). Obyek
biotik cenderung mempunyai dua puncak gelombang, sedangkan obyek abiotik
memiliki pola reflektansi yang cenderung mendatar.
Pola reflektansi, iradiansi, dan absorbansi karang keras untuk genus
Acropora, Ctenactis, Cyphastrea, Diploastrea heliopora, Favites, Fungia,
Galaxea, Goniopora, Herpholitha, Helliopora, Millepora, Montipora, Platygyra,
Pocillopora, Porites, Psammocora, Styllophora, dan Symphyllia cenderung sama,
namun besaran nilai pada selang panjang gelombang tertentu tidak sama.
Perbedaan respon bio-optik untuk tiap genus karang keras dipengaruhi oleh warna
koloni (kandungan zooxanthellae) dan tipe koralitnya. Pengelompokan
berdasarkan parameter bio-optik reflektansi dan absorbansi memiliki
kecenderungan yang sama. Terlihat pola yang berbeda signifikan antara
komponen bentik terumbu yang bersifat biotik (karang keras, karang lunak)
dengan abiotik (DCA, rubble dan pasir). Untuk melihat perbedaan ke 19 genera
karang yang memiliki pola bio-optik sama, bisa difokuskan pada panjang
gelombang 515-572 nm (hijau- kuning) dan 600 650 nm (merah). Untuk
penerapan pada akurasi klasifikasi citra satelit, analisis spektral untuk
membedakan karang keras sampai tingkat genus atau spesies masih sulit
dilakukan, namun sangat mungkin untuk membedakan karang keras dengan tipe
bentik terumbu lain yang menyusun habitat dasar di perairan laut dangkal.
Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan
atau menyebut sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan,
penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik atau
tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan
yang wajar IPB.
Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis
dalam bentuk apapun tanpa ijin IPB.
vii
HALAMAN PENGESAHAN
Disetujui
Komisi Pembimbing
Diketahui
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
kasih dan karunia yang Dia berikan sehingga tesisyang berjudul Analisis
Karakteristik Bio-Optik Genera Karang Keras Berdasarkan Respon
Spektral dapat diselesaikan.
Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Dr. Vincentius P. Siregar, DEA dan Dr. Akhiruddin Maddu, M.Si selaku
dosen pembimbing yang telah memberikan saran dan kritik atas
penyelesaian tesis ini.
2. Kepada kedua orang tua, saudara,dan teman-teman seperjuangan yang tak
henti-hentinya memberikan dukungan kepada penulis baik dalam doa
maupun nasihat dan motivasi.
3. Dr. Neviati P. Zamani, M.Sc atas kesediaannya sebagai penguji tamu.
4. Dr. Djisman Manurung, M.Sc selaku koordinator mayor Teknologi
Kelautan (TEK).
5. Syamsul Bahri Agus, M.Si dan tim DIPA Biotrop 2011 atas bantuan dan
kerjasamanya selama penelitian.
6. Roshyana Wahyu NJ, S.Ik atas semangat, dukungan dan batuan yang tiada
henti-hentinya untuk penulis menyelesaikan tesis ini.
7. Kepada banyak pihak yang mendukung demi pencapaian tesis ini.
Penulis menyadari thesis ini jauh dari kesempurnaan, namun secara ilmiah
penulis telah melakukannya sesuai dengan kaidah keilmiahan yang dianut
sekarang ini. Menyadarai hal itu saran dan kritik sangat diharapkan demi
kesempurnaan thesis ini. Akhir kata penulis berharap agar thesis ini berguna bagi
diri sendiri maupun orang lain.
Penulis
x
RIWAYAT HIDUP
Halaman
DAFTAR TABEL ....................................................................................... xiii
DAFTAR GAMBAR ................................................................................... xiv
1 PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1 Latar Belakang ..................................................................................... 1
1.2 Perumusan Masalah ............................................................................. 2
1.3 Kerangka Penelitian ............................................................................. 3
1.4 Tujuan Penelitian ................................................................................. 5
1.5 Manfaat Penelitian ................................................................................ 5
2 TINJAUAN PUSTAKA ........................................................................ 6
2.1 Terumbu Karang .................................................................................. 6
2.2 Spektrum Elektromagnetik ................................................................... 11
2.3 Reflektansi Spektral .............................................................................. 13
2.4 Spektrometer ........................................................................................ 16
3 METODOLOGI .................................................................................... 19
3.1 Waktu dan Tempat ................................................................................ 19
3.2 Alat dan Bahan ..................................................................................... 20
3.3 Pengukuran Spektral ............................................................................. 20
3.4 Analisis Data ........................................................................................ 23
4 HASIL DAN PEMBAHASAN ............................................................. 26
4.1 Analisis Karakteristik Spektral Genera Karang ................................. 26
4.1.1 Pola Reflektansi......................................................................... 26
4.1.2 Pola Irradian .............................................................................. 33
4.1.3 Pola Absorbansi......................................................................... 39
4.2 Pengelompokan Berdasarkan Kemiripan Nilai Optik Karang
(Cluster Analisis)................................................................................ 45
4.2.1 Analisis Pengelompokan dari Nilai Reflektansi........................ 45
4.2.2 Analisis Pengelompokan dari Nilai Irradian (relative).............. 47
4.2.3 Analisis Pengelompokan dari Nilai Absorbansi ....................... 49
4.2.4 Analisis Pengelompokan Genera Karang Dengan Habitat
Bentik Lain ................................................................................ 52
xi
4.3 Analisis Perbandingan Nilai Reflektansi pada Berbagai Panjang
Gelombang ...................................................................................... 54
5 KESIMPULAN DAN SARAN............................................................ 57
5.1 Kesimpulan ........................................................................................ 57
5.2 Saran .................................................................................................. 58
DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. 59
LAMPIRAN ................................................................................................ 62
xii
DAFTAR TABEL
Halaman
1. Kategori Kode Dan Lifeform Tipe Substrat Dasar .................................. 9
2. Spesifikasi Ocean Optics USB 4000 ....................................................... 16
3. Interval Panjang Gelombang yang digunakan ........................................ 25
4. Hasil Penggelompokkan Genera Karang Berdasarkan Nilai Spektral .... 51
5. Perbandingan Reflektansi Pada Panjang Gelombang Penciri ................. 55
xiii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
1. Skema Alur Penelitian ........................................................................... 4
2. Anatomi Polip Karang ........................................................................... 6
3. Tipe-tipe Koralit Karang Keras .............................................................. 10
4. Gelombang Elektromagnetik ................................................................. 11
5. Kurva Pantulan Spektral yang Mencirikan Obyek Vegetasi,
Tanah dan Air ......................................................................................... 12
6. Panjang Gelombang Cahaya Tampak .................................................... 13
7. Kurva Spektral Karang GeneraStylophora pistillata dalam beberapa
Kondisi .................................................................................................... 15
8. Kurva Spektral Karang Hidup, Karang Baru Mati, dan Karang Sudah
Lama Mati .............................................................................................. 15
9. Ocean OpticsUSB 4000 VIS-NIR ......................................................... 16
10. Lokasi Penelitian .................................................................................... 19
11. Rangkaian Peralatan yang digunakan (Spektrometer tipr USB 4000) ... 20
12. Cara Pengukuran Menggunakan Spektrometer ..................................... 22
13. Pola reflektansi spektral pada genera karang .......................................... 28
14. Pola reflektansi spektral pada habitat dasar lainnya ............................... 32
15. Pola Irradian (relative) spektral pada genera karang .............................. 35
16. Pola Irradian (relative) spektral pada habitat dasar lainnya .................... 38
17. Pola Absorbansi spektral pada genera karang......................................... 40
18. Pola Absorbansi spektral pada habitat dasar lainnya .............................. 43
19. Kurva Reflektansi Spektral 19 Genera Karang ....................................... 45
20. Grafik Dendogram ke 19 Genera Karang Berdasarkan Nilai
Reflektansi .............................................................................................. 46
21. Kurva Irradian (relative) ke 19 Genera Karang ...................................... 48
22. Grafik Dendogram ke 19 Genera Karang Berdasarkan Nilai Irradian.... 48
23. Kurva Absorbansi ke 19 Genera Karang ................................................ 50
24. Grafik Dendogram ke 19 Genera Karang Berdasarkan Nilai
Absorbansi .............................................................................................. 50
25. Kurva Reflektansi Spektral Antar Habitat Bentik................................... 53
xiv
26. Grafik Dendogram ke Antar Habitat Bentik .......................................... 53
27. Kurva Reflektaksi Spektral Karang (Panjang Gelombang Penciri) ....... 55
xv
1. PENDAHULUAN
Terumbu karang merupakan salah satu sumber daya alam yang berperan
penting dalam ekosistem laut tropis. Fungsinya antara lain sebagai spawning,
nursery, dan feeding ground ikan. Wilayah perairan Indonesia yang memiliki
luas terumbu karang sekitar 51.000 Km2menyumbang 18% luas total terumbu
karang dunia dan 65% luas total di coral triangle (Reefbase, 2011). Kajian
terhadap keberadaan ekosistem terumbu karang masih terus dilakukan hingga saat
digunakan untuk memperoleh informasi tentang obyek, daerah, atau gejala dengan
jalan menganalisis data yang diperoleh dengan menggunakan alat tanpa kontak
langsung terhadap obyek, daerah, atau gejala yang dikaji. Dalam bidang kelautan
teknologi penginderaan jauh telah lama digunakan untuk pemetaan habitat dasar
perairan dan substrat dasar perairan. (e.g., Lyzenga 1978, 1981; Jupp et al., 1985;
Bour et al., 1986; Ackleson and Klemas, 1987; Clark et al., 1997; Mumby et al.,
yang diolah menjadi informasi tersebut akan direkam oleh sebuah alat yang
obyek maka akan terjadi interaksi fisis berupa pemantulan (refleksi), penyerapan
2
pantulan, penyerapan, dan transmisi ini diketahui bahwa setiap obyek di bumi
mempunyai Spektral respond (reaksi spektral) yang berbeda. Hal ini tentunya
dapat dimanfaatkan oleh sistem penginderaan jauh melalui sistem sensor pada
Namun, yang perlu diperhatikan adalah bahwa untuk obyek tertentu, bahkan
untuk obyek yang sama, bagian energi yang dipantulkan, diserap dan diteruskan
akan berbeda pada panjang gelombang tertentu, sehingga obyek yang tidak dapat
dibedakan pada suatu rentang panjang gelombang mungkin akan dapat dibedakan
pada rentang panjang gelombang yang lain. Dalam hal ini perlu diketahui rentang
panjang gelombang tertentu yang sesuai dengan obyek kajian, agar dapat
dibedakan dengan obyek lainnya yang terliput oleh citra. Maka dalam hal ini bisa
penginderaan jauh adalah sejauh mana kita dapat membedakan suatu objek
dengan objek lain pada citra satelit. Sampai saat ini dalam hal memetakan sebaran
3
(sudah banyak penelitian sampai aspek-aspek habitat, kondisi dan lainnya namun
belum spesifik hingga genera karang). Seperti yang telah kita ketahui bahwa pola
reflektansi objek suatu benda berbeda-beda, dengan asumsi ini diharapkan bila
kita sudah dapat karakteristik bio-optik suatu objek maka kita bisa membedakan
berbagai cara antara lain melihat bentuk pertumbuhan dan tipe koralitnya, melihat
struktur kandungan yang ada di dalamnya, dan melihat pola spektral yang
dipantulkan oleh karang. Dalam penelitian kali ini akan dilihat pola spektral yang
genera karang dengan melihat pola spektral bisa dilihat pada Gambar 1.
4
Respon Spektral
Permasalahan
Analisis Data
reflektansi spektralnya.
karang.
dari berbagai genera karang. Manfaat yang bisa didapat dari penelitian ini adalah
karbonat yang dihasilkan terutama oleh hewan karang. Karang adalah hewan tak
atau Cnidaria. Disebut sebagai karang (coral) mencakup karang dari Ordo
Hydrozoa. Satu individu karang atau disebut polip karang memiliki ukuran yang
bervariasi mulai dari yang sangat kecil 1 mm hingga yang sangat besar yaitu lebih
dari 50 cm. Namun yang pada umumnya polip karang berukuran kecil. Polip
(Sumber :www.terangi.or.id)
Gambar 2. Anatomi Polip Karang
(gastrovascular)
7
3. Dua lapisan tubuh yaitu ektodermis dan endodermis yang lebih umum
pada hewan, seperti karang, anemon, moluska dan lainnya. Sebagian besar
skema:
banyak
anorganik, 70% didapat dari karang (Tomascik et al. 1997). Anorganik itu
merupakan sisa metabolisme karang dan hanya sebagian kecil anorganik diambil
dari perairan.
karang akan mendapatkan zooxanthellae langsung dari induk atau secara tidak
akan langsung dipindahkan ke koloni baru atau ikut bersama potongan koloni
pertumbuhan dari karang (lifeform) dapat dilihat pada Tabel 1 dan tipe koralitnya
dapat dilihat pada Gambar 3. Penelitian bentuk lifeforms adalah suatu persyaratan
Tabel 1. Kategori Kode dan Lifeform Tipe Substrat Dasar(English et al., 1994).
KATEGORI KODE KETERANGAN
HARD CORAL
Karang mati, warna dari putih sampai putih
Dead Coral DC
kotor
Koloni karang masih utuh, struktur skeleton
Dead Coral with Algae DCA
masih terlihat
Branching ACB Pada koloni terdapat percabangan sekunder
Encrusting ACE Bentuk pertumbuhan mengkerak
Bentuk pertumbuhan koloni berupa bonggol
Acropora Submassive ACS
bonggol
Digitate ACD Bentuk pertumbuhan menjari
Tabular ACT Bentuk pertumbuhan seperti meja
Branching CB Pada koloni terdapat percabangan sekunder
Encrusting CE Bentuk pertumbuhan mengkerak
Foliose CF Bentuk pertumbuhan koloni berupa lembaran
Bentuk pertumbuhan koloni berupa bonggol
Submassive CS
Non-Acropora bonggol
Mushroom CMR Bentuk koloni soliter
Heliopora CHL Karang biru
Millepora CME Karang api
Tubipora CTU Karang pipa, karang merah
NON-HARD CORAL AND ALGAE
Soft Coral SC Karang lunak
Sponge SP Spons
Zoanthids ZO Contoh: Platythoa
Others OT Organisme bentik lain, mis. anemon
Algal
AA Terdiri dari banyak jenis alga
Assemblage
Halimeda HA Alga makro berkapur
Algae Coraline Alga CA Alga makro berangka kapur lainnya
Macroalge MA Alga makro tidak berkapur, mis. Caulerpa.
Turf Alga TA Kumpulan alga yang menyerupai semak
ABIOTIC
Abiotic Sand S Pasir
10
Cerioid Dendroid
Flabellate Flabelo-mendroid
Meandroid Hydnoporoid
Phaceloid Plocoid
Thamnaseroid
oleh suatu sensor. Dengan demikian, suatu benda dapat dideteksi berdasarkan
pantulan atau pancaran elektromagnetik yang dilakukan oleh benda itu, jika
ini dapat diperoleh dari kurva reflektansi spektral yang terbentuk dari masing-
Gambar 5. Kurva Pantulan Spektral yang Mencirikan Obyek Vegetasi, Tanah dan
Air (Lillesand dan Kiefer, 1987)
Setiap benda pada dasarnya mempunyai struktur partikel yang berbeda, baik
lain dan dari satu spektrum ke spektrum yang lain. Karena tiap obyek ternyata
mempunyai respon yang relatif serupa pada tiap spektrum, maka respon
Respon spektral suatu obyek dapat dipengaruhi oleh warna dari obyek
tersebut. Setiap objek di permukaan bumi mempunyai warna tertentu, artinya bila
objek berwarna biru maka sesungguhnya objek ini memantulkan warna biru,
demikian juga warna hijau dan merah. Jika objek berwarna kuning maka objek
Spektrum cahaya tampak (visible light) pada umumnya dibagi dalam enam
pantulan ini dapat menjadi suatu informasi untuk karakteristik setiap benda.
Informasi tentang nilai pantulan dan serapan panjang gelombang dari setiap obyek
dipadukan dengan informasi dari sensor optis lainnya, baik sensor multispektral
Indonesia, baik yang berbasis satelit maupun airborne. Perpaduan informasi ini
14
sinyal yang berasal dari berbagai obyek yang berbeda pada area yang sama (mixed
signals), untuk kemudian dilakukan analisis spektral lebih lanjut, misalnya dengan
metode Spektral angle mapper, binary encoding, linear unmixing, atau dengan
metode klasifikasi citra lainnya, baik yang terbimbing maupun yang tidak
kanal sensor yang jauh lebih banyak daripada multispektral dengan resolusi
panjang gelombang yang lebih sempit. Contohnya, jika pada sensor multispektral
2006).
air antara lain kedalaman, jenis substrat dasar, dan panjang gelombang itu sendiri
Dari hasil penelitian yang dilakukan Stambler dan Shashar tahun 2007
membedakan antar jenis tetapi juga digunakan untuk melihat kesehatan karang
dengan fokus melihat pada panjang gelombang 515-572 nm dan sekitar 596 nm
(Gambar 8).
Gambar 8. Kurva Spektral Karang Hidup, Karang Baru Mati, dan Karang Sudah
Lama Mati. (Clark et al, 2000)
16
2.4. Spektrometer
digunakan pada penelitian kali ini adalah Ocean Optics USB 4000. USB4000
adalah generasi berikutnya dari spektrometer USB 2000 yang flexsibel, dimana
fitur baru yang ditanamkan terdiri dari detector 3.648-elemen dengan rana,
Spectroscopic
Wavelength range: Grating dependent
Optical resolution: ~0.3-10.0 nm FWHM (grating dependent)
Signal-to-noise ratio: 300:1 (at full signal)
A/D resolution: 16 bit
Dark noise: 50 RMS counts
Integration time: 3.8 ms - 10 seconds
Dynamic range: 2 x 108 (system), 1300:1 for a single acquisition
Stray light: <0.05% at 600 nm; 0.10% at 435 nm
Electronics
Power consumption: 250 mA @ 5 VDC
Data transfer speed: Full spectrum to memory every 4 ms with USB 2.0 port
Inputs/Outputs: Yes, 8 onboard digital user-programmable GPIOs
Analog channels: No
Auto nulling: Yes
Breakout box Yes, with the USB-ADP-BB adapter
compatible:
Trigger modes: 4 modes
Strobe functions: Yes
18
Computer
Operating systems: Windows 98/Me/2000/XP, Mac OS X and Linux with USB
port; Any 32-bit Windows OS with serial port
Computer interfaces: USB 2.0 @ 480 Mbps (USB1.1 compatible); RS-232 (2-
wire) @ 115.2 K baud
Peripheral interfaces: SPI (3-wire); I2C inter-integrated circuit
19
3. METODOLOGI
reflektansi spektral sampel terumbu karang dilakukan secara insitu. Total terdapat
7 stasiun titik sampling yang tersebar di perairan Pulau Pramuka dengan jumlah
pada lokasi kajian. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 tahapan, yaitu pertama
Adapun alat dan bahan yang digunakan dalam penelitian ini yaitu :
Gambar 11. Rangkaian Peralatan yang digunakan (Spektrometer tipe USB 4000)
mengkalibrasi alat. Kalibrasi alat ini disebut dengan reference spectra dan dark
spectra. Kalibrasi alat ini dilakukan untuk mendapatkan nilai referensi spektrum
secara bergantian untuk setiap sampel karang hidup yang ada. Masing-masing
sampel diukur nilai optiknya dengan cara menyorotkan sensor spektrometer pada
bagian permukaan sampel dan mengusahakan agar spot dari cahaya sensor
tersebut fokus atau tidak menyebar. Langkah terakhir yaitu menyimpan hasil
grafik reflektansi, irradian dan absorbansi yang telah tercatat oleh spektrometer
tersebut. Spectra Suite menghitung refleksi, irradian, dan absorbansi dari objek
% = 100% . . (1)
() = 100% (2)
% = 10 100% (3)
menurut English et al, (1994) dan jenis karang keras. Teknis pengambilan data
Sementara pada saat yang bersamaan, dua penyelam berada di bawah air,
satu penyelam bertugas untuk merekam gambar dari obyek yang terukur
untuk analisa selanjutnya. Posisi kapal diatur pada posisi yang stabil
sehingga sensor berada tepat di atas target dan perahu tidak menghalangi
Pengambilan data optik dilakukan pada saat kondisi perairan tenang dan
cuaca cerah agar hasil yang didapat sedikit noise (gangguan) dan
lokasi target.
pemotongan panjang gelombang dari 400 750 nm (visibe) dan curvitting data
24
dengan metode moving averange. Metode ini digunakan untuk menghaluskan data
prakiraan jangka pendek. Prosedur ini bisa menjadi pilihan ketika data tidak
karakterisasi optik melalui nilai spektral secara tepat dan lebih akurat pada karang.
sampel karang diharapkan akan memberikan kelompok nilai yang berbeda pula
absorbansi yang terbentuk oleh masing-masing spesies karang lunak. Analisis ini
merupakan analisis deskriptif dengan melihat nilai panjang gelombang (X) dan
nilai reflektansi/ irradian/ absorbansi (Y) yang terbentuk pada kurva reflektansi
spektral.
Karang
dengan jarak yang lebih pendek antara mereka akan lebih mirip satu sama lain
dibandingkan dengan obyek yang memilki jarak lebih panjang (Supranto, 2004).
25
Analisis yang digunakan dalam menentukan similaritas spektral karang ini adalah
karang. Jika terdapat perbedaan yang nyata maka dilanjutkan dengan uji Tuckey
Dalam analisis karakteristik spektral genera karang dilihat tiga pola yakni
reflektansi, Irradian, dan Absorbansi. Hasil tampilan dari ketiga pola tersebut
terkecil. Dalam penelitian kali ini didapat 19 genera karang (genus) yakni
Selain itu, dilihat juga habitat bentik lainnya seperti dead coral algae,
tampakyakni dari 400 750 nm menghasilkan 1729 nilai reflektansi (n= 1729),
dengan interval antar panjang gelombang yaitu 0.21 nm. Kurva reflektansi
memiliki dua puncak yakni pada panjang gelombang 550-585 nm dengan nilai 8%
dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 5%. Pada Ctenactis
memiliki dua puncak yakni pada panjang gelombang 550-585 nm dengan nilai
20% dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 32%. Pada
dengan nilai 15% dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 11%.
Pada Diploastrea heliopora memiliki dua puncak yakni pada panjang gelombang
550-585 nm dengan nilai 15.5% dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan
nilai 18%. Pada Favites memiliki dua puncak yakni pada panjang gelombang 550-
585 nm dengan nilai 27% dan pada panjang gelombang 700-720 dengan nilai
22%. Pada Fungia memiliki dua puncak yakni pada panjang gelombang 550-585
nm dengan nilai 11% dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai
16%. Pada Galaxea memiliki dua puncak yakni pada panjang gelombang 550-585
nm dengan nilai 7% dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 12%.
dengan nilai 14% dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 13 %.
dengan nilai 3% dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 4%.
dengan nilai 5% dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 2.7%.
dengan nilai 17% dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 10%.
dengan nilai 12% dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 9%.
dengan nilai 30% dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 13%.
dengan nilai 14% dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 9%.
Porites Brown memiliki dua puncak yakni pada panjang gelombang 550-585 nm
28
dengan nilai 7% dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 5%.
Porites Purple memiliki tiga puncak yakni pada panjang gelombang 510-550 nm
dengan nilai 17.5% pada panjang gelombang 620-650 nm dengan nilai 19% dan
dua puncak yakni pada panjang gelombang 550-585 nm dengan nilai 7.5% dan
pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 5%. Stylophora memiliki dua
puncak yakni pada panjang gelombang 550-585 nm dengan nilai 8% dan pada
puncak yakni pada panjang gelombang 550-585 nm dengan nilai 19.5% dan pada
Acropora Ctenactis
Favites Fungia
Galaxea Goniopora
Platygyra Pocillopora
Psammocora Stylophora
Symphyllia
31
pada genera karang hampir sama dimana memiliki dua puncak pada panjang
nm) kecuali pada genera karang Porites yang berwarna ungu dimana memiliki 3
puncak pada kurva reflektansinya. Hal ini yang menjadi alasan kenapa genera
ini bukan berarti menunjukkan bahwa semua genera karang ini memiliki besaran
nilai reflektansi tertinggi yang sama pula karena pada dasarnya menurut Lillesand
dan Kiefer (1987) pantulan spektral satu spesies dengan spesies yang lain tidak
pernah sama karena pantulan spektral agak berbeda bagi satu kelas material
tertentu, dan ini terbukti pada penelitian ini dengan adanya nilai reflektansi
tertinggi untuk ke 19 spesies yang terjadi pada panjang gelombang yang sama
Habitat dasar lain turut diambil nilai spektralnya untuk melihat apakah ada
memiliki satu puncak pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 3%.
Macro Algae (MA) memiliki dua puncak yakni pada panjang gelombang 550-585
nm dengan nilai 11% dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai
8.5%. Others (OT) memiliki dua puncak yakni pada panjang gelombang 550-585
nm dengan nilai 4.6% dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai
3.9%. Rubble memiliki satu puncak cenderung turun yakni pada panjang
32
gelombang 550-585 nm dengan nilai 11%. Sand memiliki satu puncak cenderung
turun yakni pada panjang gelombang 550-585 nm dengan nilai 36%. Soft Coral
memiliki dua puncak yakni pada panjang gelombang 550-585 nm dengan nilai
Others Rubble
biotik dan abiotik. Kelompok abiotik (DCA, Sand, Rubble) cenderung hanya
dengan genera karang dimana memiliki dua puncak pada panjang gelombang
Irradian juga dibatasi pada panjang gelombang sinar tampak yakni dari 400 750
nm menghasilkan 1729 nilai Irradian (n= 1729), dengan interval antar panjang
gelombang yaitu 0.21 nm. Kurva Irradian masing-masing genera karang dapat
dua puncak yakni pada panjang gelombang 550-620 nm dengan nilai 4 dan pada
puncak yakni pada panjang gelombang 550-620 nm dengan nilai 9 dan pada
panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 22. Pada Cyphastrea memiliki dua
puncak yakni pada panjang gelombang 550-620 nm dengan nilai 2.5 dan pada
memiliki dua puncak yakni pada panjang gelombang 550-620 nm dengan nilai 5.5
dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 9. Pada Favites memiliki
dua puncak yakni pada panjang gelombang 550-620 nm dengan nilai 7 dan pada
panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 10. Fungia memiliki dua puncak
34
yakni pada panjang gelombang 550-620 nm dengan nilai 5 dan pada panjang
gelombang 700-720 nm dengan nilai 13. Galaxea memiliki dua puncak yakni
pada panjang gelombang 550-620 nm dengan nilai 1.7 dan pada panjang
gelombang 700-720 nm dengan nilai 5.3. Goniopora memiliki dua puncak yakni
pada panjang gelombang 550-620 nm dengan nilai 8.5 dan pada panjang
gelombang 700-720 nm dengan nilai 12. Heliopora memiliki dua puncak yakni
pada panjang gelombang 550-620 nm dengan nilai 1.2 dan pada panjang
gelombang 700-720 nm dengan nilai 3.2. Herpholitha memiliki satu puncak yakni
pada panjang gelombang 550-585 nm dengan nilai 3.2. Millepora memiliki dua
puncak yakni pada panjang gelombang 550-620 nm dengan nilai 8.5 dan pada
yakni pada panjang gelombang 550-620 nm dengan nilai 4.8 dan pada panjang
gelombang 700-720 nm dengan nilai 6.8. Platygyra memiliki dua puncak yakni
pada panjang gelombang 550-620 nm dengan nilai 6 dan pada panjang gelombang
700-720 nm dengan nilai 8. Pocillopora memiliki dua puncak yakni pada panjang
gelombang 550-620 nm dengan nilai 1.5 dan pada panjang gelombang 700-720
nm dengan nilai 3. Porites Brown memiliki dua puncak yakni pada panjang
gelombang 550-620 nm dengan nilai 4.7 dan pada panjang gelombang 700-720
nm dengan nilai 5.8. Porites Purple memiliki tiga puncak yakni pada panjang
dengan nilai 4.2 dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 7.6.
dengan nilai 6 dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 7.5.
dengan nilai 5 dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 9.8.
dengan nilai 5.7 dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 6.3.
Acropora Ctenactis
Favites Fungia
36
Galaxea Goniopora
Platygyra Pocillopora
37
Psammocora Stylophora
Symphyllia
Gambar 15. Pola Irradian (relative) spektral pada genera karang
dimana ada yang memiliki satu puncak saja pada panjang gelombang hijau-kuning
(510-685 nm) yakni Herpholita, ada yang memiliki dua puncak pada panjang
Habitat bentik lainnya juga dilihat pola irradiant (relative) untuk masing-
masing genera. Kurva irradian masing-masing habitat dasar dapat dilihat pada
Gambar 16.
Others Rubble
Sand
Gambar 16. Pola Irradian (relative) spektral pada habitat dasar lainnya
39
memiliki satu puncak pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 2.4,
Macro Algae (MA) memiliki dua puncak yakni pada panjang gelombang 550-620
nm dengan nilai 5.3 dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 7.4,
Others (OT) memiliki dua puncak yakni pada panjang gelombang 550-620 nm
dengan nilai 1.8 dan pada panjang gelombang 550-620 nm dengan nilai 2.5,
Rubble memiliki dua puncak yakni pada panjang gelombang 550-620 nm dengan
nilai 3.2 dan pada panjang gelombang 700-720 nm dengan nilai 3, Sand memiliki
satu puncak yakni pada panjang gelombang 550-585 nm dengan nilai 11.4
Pola irradian genera habitat dasar terlihat berbeda antar satu dengan yang
lain. Untuk kelompok biotik terlihat ada kesamaan pola yakni memiliki dua
puncak pada pada panjang gelombang 550-620 nm dan pada panjang gelombang
550-620 nm.
panjang gelombang sinar tampak yakni dari 400 750 nm menghasilkan 1729
nilai Absorbansi (n= 1729), dengan interval antar panjang gelombang yaitu 0.21
nm. Kurva Absorbansi masing-masing genera karang dapat dilihat pada Gambar
17.
tertinggi pada Acropora mencapai 1.9% pada panjang gelombang 700-750 nm.
Pada Ctenactis mencapai 1.5% pada panjang gelombang 400-450 nm. Pada
40
Pada Favites mencapai 1.9% pada panjang gelombang 700-750 nm. Fungia
mencapai 1.7% pada panjang gelombang 450-500 nm. Galaxea mencapai 1.8%
pada panjang gelombang 450-500 nm. Goniopora mencapai 1.7% pada panjang
pada panjang gelombang 700-750 nm. Pocillopora mencapai 1.7% pada panjang
700-750 nm. Porites Purple mencapai 1.9% pada panjang gelombang 700-750
mencapai 1.5% pada panjang gelombang 700-750 nm. Symphyllia mencapai 1.9%
Acropora Ctenactis
41
Favites Fungia
Galaxea Goniopora
Platygyra Pocillopora
Psammocora Stylophora
43
Symphyllia
Gambar 17. Pola Absorbansi spektral pada genera karang
Nilai absorbansi pada setiap genera karang rata-rata berkisar antara 0.5
2.5%. Dari hasil plot kurva kontinu absorbansi terlihat bahwa perbedaan antar
setiap genera karang masih kurang signifikan atau sulit dibedakan. Pola
absorbansi antar genera karang hampir mirip satu sama lain. Hanya pada genera
mendekati sama pada setiap panjang gelombang). Untuk pola absorbansi habitat
Others Rubble
Sand
Gambar 18. Pola Absorbansi spektral pada habitat dasar lainnya
pada Dead coral with algae mencapai 2% pada panjang gelombang 450-500 nm
dengan pola absorbansi yang cenderung datar, pada macroalgae mencapai 1.8%
cenderung datar, pada rubble mencapai 1.8% pada panjang gelombang 700-750
nm, dan pada sand mencapai 2.5% pada panjang gelombang 700-750 nm dengan
ke-19 karang keras (Gambar 19), terlihat pola yang terbentuk antara semua
spesies cenderung sama yakni memiliki 2 puncak pada panjang gelombang 500-
650 nm dan 700 750 nm. Selain itu, terlihat pula bahwa terdapat beberapa
spesies yang memilki kedekatan dalam hal besaran nilai reflektansi dan
Hasil visualisasi pada kurva pola reflektansi tersebut sesuai dengan hasil
dimana obyek dengan jarak yang lebih pendek antara sampel akan lebih mirip satu
46
sama lain dibandingkan dengan obyek yang memilki jarak yang lebih panjang.
Porites (purple) dan Helliopora menjadi kelompok tersendiri karena dilihat secara
visual warna karang tersebut adalah ungu dan biru berbeda dengan genera karang
dan lifeform massive. Dengan pola reflektansi yang didapat,bisa dilihat adanya
pengelompokan dari genera karang sehingga kita bisa bedakan antar genera. Hal
ini sesuai dengan penelitian Stambler dan Shashar tahun 2007 menunjukkan
mungkin dalam beberapa kasus, namun mungkin terbatas untuk morfologi warna
tertentu.
Berdasarkan nilai Irradian dan pembentukan pola kurva spektral pada ke-
19 karang keras, terlihat pola yang terbentuk antara semua spesies cenderung
sama seperti kurva reflektansi yakni memiliki 2 puncak pada panjang gelombang
500-670 nm dan 700 750 nm (Gambar 21). Selain itu, terlihat pula bahwa
terdapat beberapa spesies yang memilki kedekatan dari besaran nilai irradiant dan
Hasil visualisasi pada kurva pola irradian tersebut sesuai dengan hasil analisis
pengelompokan (cluster analysis) yang dilakukan pada ke-19 genus karang keras.
Tampilan hasil dendogram ke-19 genera karang berdasarkan nilai irradian bisa
dan Porites (brown) tergolong kelompok kedua. Kelompok ketiga dengan tingkat
tinggi artinya dalam antar genera karang mempunyai kemiripan spektral yang
sama sehingga untuk membedakan antar genera karang akan sedikit sulit.
ke-19 karang keras, terlihat pola yang terbentuk antara semua spesies cenderung
sama yakni memiliki 3 puncak pada panjang gelombang 400-500 nm, 650- 700
nmdan 730 750 nm (Gambar 23). Selain itu, terlihat pula bahwa terdapat
beberapa spesies yang memilki kedekatan dalam hal besaran nilai reflektansi dan
Hasil visualisasi pada kurva pola absorbansi tersebut sejalan dengan hasil analisis
pengelompokan (cluster analysis) yang dilakukan pada ke-19 genus karang keras.
kedua. Kelompok ketiga dengan tingkat similaritas mencapai 94.54% terdiri dari
similaritasnya tidak terlalu tinggi dibanding dengan nilai spektral lainnya. Hanya
genera karang tertentu yang memiliki tingkat similaritas yang sangat tinggi. Dari
absorbansi sama. Dari data tersebut bisa disimpulkan bahwa data reflektansi dan
karang.
Herpholitha,
Diploastrea
helipora, dan
Porites
(brown).
Irradian Acropora, Pocilopora, Ctenactis, Herpholitta
(93.15%) Millepora, Stylophora, Fungia,
Psammocora, dan Porites Galaxea,
Cyphastrea, (brown) Helliopora,
Favites, dan Porites
Montipora, (purple)
Goniopora,
Symphyllia,
Diploastrea
helipora,
Platygyra.
Absorbansi Acropora, Stylophora, Ctenactis, Helliopora
(78.68% Diploastrea dan Porites Fungia, dan
helipora, (purple) Galaxea
Montipora,
Pocilopora,
Symphyllia,
Cyphastrea,
Millepora,
Favites
Goniopora,
Herpholitta ,
Porites
(brown),
Psammocora,
dan Platygyra.
dengan data reflektansi habitat lainnya. Dari Gambar 25, terlihat pola yang
berbeda antar kelompok habitat (lifeform), untuk membedakan antar objek habitat
650 nm (merah), dan 690 730 nm (merah tepi). Objek biotik cenderung
mempunyai dua puncak, dan objek abiotik datar. Dari hasil dendrogram analisis
53
Kelompok pertama yakni karang keras, karang lunak, makroalga dengan tingkat
similaritas mencapai 99.84%. Kelompok kedua yakni Others dan karang mati
tingkat similaritas mencapai 95.92% yakni rubble (patahan karang) dan pasir.
54
Dendrogram
Single Linkage, Correlation Coefficient Distance
92.49
95.00
Similarity
97.50
100.00
as na
k ga r s A le nd
Ke
r al he DC bb Sa
Lu ro Ot Ru
an
g
an
g ak
r r M
Ka Ka
Variables
mengidentifikasi berbagai substrat yang ada pada terumbu karang yakni karang
sehat, karang mati (dca), rubble, dan pasir. Hasil penelitian ini juga menunjukkan
perbedaan yang signifikan antar genera habitat bentik. Tetapi pada genera karang
keras, karang lunak, dan makroalga menunjukkan korelasi yang begitu kuat
sebagai indikasi bahwa hanya terdapat sedikit perbedaan reflektansi antara ketiga
genera ini.
penciri sudah banyak dilakukan, seperti hasil penelitian Holden dan LeDrew
karang hidup dan karang mati panjang gelombang penciri bisa difokuskan pada
55
panjang gelombang penciri adalah pada sekitar panjang gelombang 570 nm, 600
Dari hasil plot kurva reflektansi dan perbandingan nilai panjang gelombang
(Tabel 5), terlihat bahwa pola antar genera karang hampir sama, yang
membedakan adalah nilai reflektansinya. Perbedaan ini bisa saja disebabkan
oleh adanya fenomena perbedaan respon elektromagnetik yang diberikan oleh
masing-masing spesies. Pada panjang gelombang hijau-kuning nilai reflektansi
cenderung meningkat, dan pada panjang gelombang merah cenderung turun.
Menurut teori dasar penginderaan jauh hal ini terjadi karena setiap benda pada
dasarnya mempunyai struktur atau susunan partikel yang berbeda dan perbedaan
ini yang akan mempengaruhi pola respon elektromagnetiknya. Dalam penelitian
ini bisa terlihat perbedaan respon elektromagnetik genera karang keras di
dominasi oleh warna (kandungan zooxanthella), dan tipe koralitnya.
57
Kesimpulan
Saran
Masih banyaknya kekurangan dalam penelitian ini maka perlu
disampaikan beberapa saran untuk studi kedepannya :
1. Untuk penelitian lanjutan dalam pengambilan data optik perlu dilakukan
koreksi kolom perairan (PAR sensor) untuk mendapatkan hasil yang lebih
baik.
2. Dilakukan kajian dengan menggunakan citra hyperspectral sehingga bisa
menerapkan aplikasi spectral signaturegenera karang.
3. Untuk penelitian lanjutan dilakukan berdasarkan beberapa perbedaan
kedalaman sehingga pengaruh optik kolom air dapat dideteksi sehingga
memungkinkan pengembangan algoritma sebagai faktor koreksi terhadap
pengaruh kolom air.
59
DAFTAR PUSTAKA
English S, C Wilkinson, and V Baker. 1997. Survey Manual for Tropical Marine
Resources; Australian Institute of Marine Science: Townsville, QLD,
Australia. 390 pp.
Holden H and E LeDrew. 2002. Measuring and Modeling Water Column Effect
on Hyperspectral Reflectance in A Coral Reef Environment. Elsevier
Science Inc. Remote sensing of environment 81: 300-308.
Green EP, PJ Mumby, AJ Edwards, and Clark. 2000. Remote Sensing Handbook
for Tropical Coastal Management. Coastal Management Sourcebook
3.UNESCO. Paris. X+316 h.
Reefbase. 2010.A Global Information System For Coral Reef. Diambil dari
http://www.reefbase.org/global_database. [24 Januari 2012]
Supranto J. 2004. Analisis Multivariat Arti dan Interpretasi. Rineka Cipta. Jakarta.
Van Der Meer F and SM De Jong. 206. Imaging Spectrometry : Basic Principles
and Prospective Applications. Springer. Netherlands.
20 Variable
A ctual
Fits
A ccuracy Measures
Reflektansi (%)
MA PE 15.6564
MA D 0.4488
10 MSD 0.5250
0
93 52 96 03 72 99 85 27 24 75 77
9. 7. 4. 2. 8. 4. 0. 6. 1. 5. 9.
39 43 47 51 54 58 62 65 69 72 75
Panjang Gelombang (nm)
14 Variable
A ctual
Fits
12
Mov ing A v erage
Length 20
10
Irradian (relative)
A ccuracy Measures
MA PE 11.4762
8 MA D 0.2088
MSD 0.1941
93 52 96 03 72 99 85 27 24 75 77
9. 7. 4. 2. 8. 4. 0. 6. 1. 5. 9.
39 43 47 51 54 58 62 65 69 72 75
Panjang Gelombang (nm)
63
Lanjutan Lampiran 1.
Seriatopora histrix (CB)
St 2
Date: Fri Jun 10 09:00:35 ICT 2011
Variable
20
A ctual
Fits
MA PE 3.05639
MA D 0.19959
MSD 0.07915
10
0
93 52 96 03 72 99 85 27 24 75 77
9. 7. 4. 2. 8. 4. 0. 6. 1. 5. 9.
39 43 47 51 54 58 62 65 69 72 75
Panjang Gelombang (nm)
2.5 Variable
A ctual
Fits
A ccuracy Measures
Irradian (relative)
MA PE 4.29842
1.5
MA D 0.03123
MSD 0.00192
1.0
0.5
0.0
3 2 6 3 2 9 5 7 4 5 7
9. 9 7. 5 4.9 2.0 8.7 4.9 0. 8 6 .2 1.2 5.7 9.7
39 43 47 51 54 58 62 65 69 72 75
Panjang Gelombang
64
Lanjutan Lampiran 1.
Porites sp (CM)
St 3
Date: Fri Jun 10 14:14:27 ICT 2011
30 Variable
A ctual
Fits
25
Mov ing A v erage
Length 10
20 A ccuracy Measures
Reflektansi (% )
MA PE 3.18401
MA D 0.40647
15 MSD 0.33843
10
0
93 52 96 03 72 99 85 27 24 75 77
9. 7. 4. 2. 8. 4. 0. 6. 1. 5. 9.
39 43 47 51 54 58 62 65 69 72 75
Panjang Gelombang (nm)
5 Variable
A ctual
Fits
A ccuracy Measures
Irradian (relative)
MA PE 3.65201
3
MA D 0.05966
MSD 0.00800
0
3 2 6 3 2 9 5 7 4 5 7
9.9 7. 5 4 .9 2.0 8.7 4 .9 0.8 6.2 1. 2 5.7 9.7
39 43 47 51 54 58 62 65 69 72 75
Panjang Gelombang
65
Lanjutan Lampiran 1.
Acropora sp (ACB)
St 4
Date: Fri Jun 10 14:45:38 ICT 2011
Variable
25 A ctual
Fits
A ccuracy Measures
Reflektansi (% )
MA PE 3.39530
15 MA D 0.27487
MSD 0.15570
10
0
93 52 96 03 72 99 85 27 24 75 77
9. 7. 4. 2. 8. 4. 0. 6. 1. 5. 9.
39 43 47 51 54 58 62 65 69 72 75
Panjang Gelombang (nm)
7 Variable
A ctual
Fits
6
Mov ing A v erage
Length 10
5
A ccuracy Measures
Irradian (relative)
MA PE 3.64126
4 MA D 0.07678
MSD 0.01162
0
3 2 6 3 2 9 5 7 4 5 7
9.9 7. 5 4 .9 2.0 8.7 4 .9 0.8 6.2 1. 2 5.7 9.7
39 43 47 51 54 58 62 65 69 72 75
Panjang Gelombang
66
Lanjutan Lampiran 1.
Millepora (CME)
St 5
Date: Sat Jun 11 09:28:55 ICT 2011
Variable
A ctual
25
Fits
MA PE 2.73808
MA D 0.29970
15
MSD 0.18679
10
0
93 52 96 03 72 99 85 27 24 75 77
9. 7. 4. 2. 8. 4. 0. 6. 1. 5. 9.
39 43 47 51 54 58 62 65 69 72 75
Panjang Gelombang (nm)
Variable
A ctual
4
Fits
MA PE 4.85603
MA D 0.04757
MSD 0.00647
2
0
3 2 6 3 2 9 5 7 4 5 7
9.9 7. 5 4 .9 2.0 8.7 4 .9 0.8 6.2 1. 2 5.7 9.7
39 43 47 51 54 58 62 65 69 72 75
Panjang Gelombang
67
Lanjutan Lampiran 1.
Symphyllia recta (CM)
St 6
Date: Sat Jun 11 12:27:18 ICT 2011
Variable
25 A ctual
Fits
MA PE 3.24068
MA D 0.35587
15 MSD 0.25095
10
93 52 96 03 72 99 85 27 24 75 77
9. 7. 4. 2. 8. 4. 0. 6. 1. 5. 9.
39 43 47 51 54 58 62 65 69 72 75
Panjang Gelombang (nm)
10 Variable
A ctual
Fits
A ccuracy Measures
Irradian (relative)
6 MA PE 3.62114
MA D 0.10239
MSD 0.03028
0
3 2 6 3 2 9 5 7 4 5 7
9 .9 7.5 4 .9 2.0 8 .7 4.9 0.8 6. 2 1.2 5 .7 9.7
39 43 47 51 54 58 62 65 69 72 75
Panjang Gelombang
68
Lanjutan Lampiran 1.
Dead Coral With Algae (DCA)
St 7
Date: Sun Jun 12 10:22:08 ICT 2011
18 Variable
A ctual
16 Fits
12 A ccuracy Measures
Reflektansi (% )
MA PE 3.23321
10 MA D 0.18958
MSD 0.06675
8
0
93 52 96 03 72 99 85 27 24 75 77
9. 7. 4. 2. 8. 4. 0. 6. 1. 5. 9.
39 43 47 51 54 58 62 65 69 72 75
Panjang Gelombang (nm)
9 Variable
A ctual
8 Fits
6 A ccuracy Measures
Irradian (relative)
MA PE 3.16177
5 MA D 0.09321
MSD 0.01907
4
0
3 2 6 3 2 9 5 7 4 5 7
9.9 7. 5 4 .9 2.0 8.7 4 .9 0.8 6.2 1. 2 5.7 9.7
39 43 47 51 54 58 62 65 69 72 75
Panjang Gelombang
69
Reflektansi
Irradian (relative)
Number of Similarity Distance Clusters New in new
Step clusters level level joined cluster cluster
1 18 99.8675 0.002650 8 12 8 2
2 17 99.7666 0.004667 5 8 5 3
3 16 99.5310 0.009379 2 7 2 2
4 15 99.4769 0.010461 3 5 3 4
5 14 99.4559 0.010882 3 19 3 5
6 13 99.3844 0.012313 11 17 11 2
7 12 99.3812 0.012376 3 4 3 6
8 11 99.3329 0.013342 3 13 3 7
9 10 99.2640 0.014720 1 11 1 3
10 9 99.2224 0.015552 1 3 1 10
11 8 99.1824 0.016352 14 18 14 2
12 7 98.6491 0.027017 1 14 1 12
13 6 98.5777 0.028445 2 6 2 3
14 5 98.5522 0.028956 1 15 1 13
15 4 98.0034 0.039931 2 10 2 4
16 3 97.2638 0.054724 1 16 1 14
17 2 97.2387 0.055226 1 2 1 18
18 1 93.1505 0.136991 1 9 1 19
Lanjutan Lampiran 2.
70
Absorbansi