You are on page 1of 9

Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)

http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 2 No. 1 Mei 2016


ISSN online: 2443-3446
PENGARUH KONSENTRASI NATRIUM METABISULFIT DAN METODE PENGERINGAN
TERHADAP KADAR VITAMIN C DAN ORGANOLEPTIK SALE PISANG

[The Effect of the Concentration of Sodium Metabisulfite and Drying Method Toward Vitamin C
and Organoleptic of Banana Slice (Sale)]

Lili Suryani1), Mohammad Abbas Zaini2)*,I Wayan Sweca Yasa2)


1)
Alumni Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram
2)
Program Studi Ilmu dan Teknologi Pangan, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, Universitas Mataram
*email: abbas.umu@gmail.com

Diterima 2 Desember 2015/ Disetujui 18 April 2016

ABSTRACT
Banana slice (sale) is a type of food made from bananas preserved by drying. The purpose of this reserch was to
determine the concentration of sodium metabisulphite and drying methods appropriate to maintain the quality of bananas
sale. The experimental design of this reserch is a completely randomized design (CRD) with factorial experiment consisting
of two factors: the method of drying (P1 = drying, P2 = solar drying) and the concentration of sodium metabisulphite (K1 =
1000 ppm, K2 = 1500 ppm , K3 = 2000 ppm) to obtain 6 treatment combinations, namely: P1K1, P1K2, P1K3, P2K1, P2K2,
P2K3. Each combination is repeated three times to obtain 18 units experiment. Parameters studied were the chemical
properties (water content, vitamin C and sugar reduction), organoleptic (taste, color, aroma and texture) and physical color
(colorimeter). Adding metabisulfite concentration (P) and the method of drying (K) gives a significantly different influence on
water content, vitamin C, reducing sugar content, color and physical hedonic flavor, color and aroma of banana slice (sale).
But for texture hedonic no significant effect.sun drying method of drying showed better results than the solar drying and
more of the addition metabisulfite will improve the quality of banana slice (sale). The best treatment is P1K3 (drying to 2000
ppm metabisulfite). Which has a low water content (19:01%), the highest vitamin C (5:40 mg / 100g), the highest reduction
sugar (2:57%), hedonic color (3.90) and highest brightness (86.22 Hue)
Keywords : banana slice (sale), sun drying, solar dryer, sodium metabisulfite.

ABSTRAK
Sale pisang merupakan salah satu jenis makanan yang terbuat dari pisang yang diawetkan dengan cara
pengeringan. Tujuan dilakukannya penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi Natrium Metabisulfit dan metode
pengeringan yang tepat untuk mempertahankan mutu sale pisang. Rancangan percobaan yang digunakan dalam
penenlitian ini adalah Rancangan Acak Lengkap (RAL) dengan percobaan faktorial yang terdiri dari dua faktor yaitu :
metode pengeringan (P1 = penjemuran, P2 = solar drying) dan Konsentrasi Natrium Metabisulfit (K1 = 1000 ppm, K2 =
1500 ppm, K3 = 2000 ppm) sehingga diperoleh 6 kombinasi perlakuan, yaitu: P1K1, P1K2, P1K3, P2K1, P2K2, P2K3. Masing-
masing kombinasi diulang sebanyak 3 kali sehingga diperoleh 18 unit percobaan. Parameter yang diteliti adalah sifat kimia
(kadar air, vitamin C dan kadar gula reduksi), organoleptik (rasa, warna, aroma dan tekstur) dan warna (colorimeter).
Konsentrasi penambahan metabisulfit (P) dan metode pengeringan (K) memberikan pengaruh berbeda nyata terhadap
kadar air, vitamin C, kadar gula reduksi, fisik warna dan hedonik rasa, warna serta aroma sale pisang. Akan tetapi untuk
hedonik tekstur tidak memberikan pengaruh nyata. Metode pengeringan sun drying menunjukan hasil yang lebih baik
daripada solar drying serta semakin banyak penambahan metabisulfit akan meningkatkan mutu sale pisang. Perlakuan
terbaik adalah P1K3 (penjemuran dengan 2000 ppm metabisulfit) dengan kadar air terendah (19,01%), vitamin C terbanyak
(5,40 mg/100g), kadar gula reduksi tertinggi (2,57%), hedonik warna (3,90) dan kecerahan tertinggi (86,22 Hue)
Kata kunci: sale pisang, penjemuran, solar dryer, natrium metabisulfit.
serta kaya akan karbohidrat, vitamin B, B6 dan
PENDAHULUAN C, mineral seperti kalium, magnesium, besi,
fosfor dan kalsium. Menurut Ramada (2008),
Pisang merupakan tanaman herbal yang
nutrisi yang terkandung di dalam buah pisang
mempunyai potensi sebaran terluas di
terbilang lebih tinggi dibandingkan dengan
Indonesia karena memiliki iklim tropis
buah-buahan lainnya, salah satunya adalah
sehingga pisang dapat tumbuh di ladang,
karbohidrat. Pisang banyak diproduksi di
kebun, maupun di pekarangan rumah. Buah
Indonesia, salah satunya di Nusa Tenggara
pisang menyediakan kalori yang cukup tinggi
Barat dengan produksi pisang pada tahun

85
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 2 No. 1 Mei 2016
ISSN online: 2443-3446
2013 mencapai 58.684 ton dan produksi hardening. Sebaliknya pengeringan yang lama
pisang terbanyak di daerah Lombok Timur karena suhu pengering terlalu rendah dapat
yaitu sebanyak 19.582 ton (BPS NTB, 2014). menyebabkan tumbuhnya kapang pada
Produksi pisang yang melimpah saat permukaan produk yang dikeringkan.
panen dan umur simpan yang relatif pendek Penggunaan alat pengering yang dapat
menjadikan nilai ekonomis pisang cukup mengendalikan suhu pengeringan akan sangat
rendah, pengolahan sale pisang merupakan membantu proses pengeringan sale pisang.
alternatif yang bertujuan untuk Salah satu alat pengering yang dapat
menanggulangi kelebihan produksi, digunakan dalam proses pengeringan sale
mempertahankan kualitas bahkan dapat pisang adalah alat pengering Solar Dryer tipe
meningkatkan nilai tambah komoditas pisang, Cungkup.
di samping dapat disimpan lebih lama, Sale pisang kaya akan vitamin yaitu
memudahkan pengemasan, pengangkutan dan salah satunya adalah vitamin C, akan tetapi
penggunaannya, dan lebih bernilai ekonomi Vitamin C mudah rusak pada saat pengolahan
(Deptan, 2009). oleh reaksi oksidasi pada saat proses
Pada pengolahan sale pisang harus di pengeringan. Hasil penelitian Widiyowati
perhatikan sifat-sifat kimia maupun fisikanya (2007), perlakuan perendaman selama 10
sehingga menghasilkan produk dengan mutu menit dalam larutan perendam dengan kadar
yang cukup tinggi. Sifat-sifat yang natrium metabisulfit sebesar 0,3 %
menentukan mutu sale pisang seperti warna, memberikan penurunan kadar vitamin C yang
tekstur, aroma, rasa maupun vitamin C dapat paling kecil, yaitu sekitar separuhnya menjadi
berubah atau rusak selama proses 0,0773 %. Kadar vitamin C pada ubi jalar
pengolahan. Menurut Santoso (1995), ciri dari kuning segar adalah 0,1326 %. Makin lama
sale pisang yang bermutu baik yaitu sale waktu perendaman maka penurunan vitamin C
berwarna kuning kecoklatan, cita rasa dan pada tepung yang dihasilkan menjadi makin
aroma yang asli, tahan disimpan selama 6 besar.
bulan, tidak ditumbuhi jamur, kadar air 15- Salah satu proses pembuatan sale
20% dan kandungan sulfat maksimum 2.000 pisang untuk memperpanjang masa
ppm. simpannya adalah dengan mengurangi kadar
Proses pengolahan sale pisang setelah air pada bahan, yaitu dengan proses
diiris kemudian dikeringkan di bawah sinar pengeringan. Pada proses pengeringan harus
matahari langsung, namun biasanya sale yang mampu menurunkan kadar air minimal sampai
dihasilkan berwarna coklat kehitaman karena batas maksimal kadar air yang memenuhi
adanya reaksi pencokelatan enzimatis, hal standar mutu. Hal ini tentunya akan
tersebut disebabkan karena adanya faktor berpengaruh langsung terhadap daya jual
seperti asam askorbat, enzim polifenol dari sale pisang itu sendiri. Secara umum ada
oksidase serta oksigen yang tersedia. Reaksi 2 macam cara pengeringan yaitu pengeringan
enzimatis ini terjadi karena adanya sel yang secara alami dan pegeringan buatan. Proses
memisahkan enzim dari komponen fenolik, pengeringan alami biasanya membutuhkan
namun ketika pisang dipotong atau diiris, waktu yang cukup lama karena suhu dan
enzim dan fenol bereaksi dengan kehadiran energinya tergantung pada sinar matahari.
oksigen sehingga membentuk produk yang Selain itu, pengaruh cuaca, musim, serta
berwarna coklat. Reaksi enzimatis ini pergantian siang dan malam membuat proses
berdampak tidak baik pada pengolahan sale ini semakin terbatas.
pisang karena hilangnya nilai gizi dan dapat Alat pengering surya dapat
merusak tampilan warna dari sale pisang itu mempersingkat atau mempercepat lama
sendiri. Di dalam pengolahan sale pisang perlu pengeringan, kebersihan dan mutu produk
dilakukan langkah-langkah untuk yang dikeringkan lebih terjamin. Dari hasil
meminimalisasi adanya penurunan mutu pengujian, suhu dalam ruangan pengering
produk yaitu dengan mengendalikan reaksi dapat mencapai 55C-60C. Tingginya
pencoklatan enzimatis tersebut, baik dengan tingginya suhu dalam ruangan tersebut,
pemberian antioksidan seperti natrium proses pengeringan bahan dapat berlangsung
metabisulfit maupun proses pengeringan yang lebih singkat (BPTP Kalimantan Timur, 2001).
tepat. Pengeringan yang terlalu cepat karena Jenis alat pengeringan yang dapat digunakan
suhu pengering yang tinggi pada saat bahan dalam pengeringan bahan pangan adalah
pangan masih mengandung air yang cukup Solar Dryer, alat ini berbentuk seperti sebuah
banyak menyebabkan terjadinyacase ruangan tertutup dengan dinding transparan.

86
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 2 No. 1 Mei 2016
ISSN online: 2443-3446
Tertutupnya alat ini maka dapat menghindari matahari (solar dryer tipe cungkup), pisau,
adanya kontaminasi yang berasal dari kemasan plastik Merk Super King, termometer,
lingkungan di sekitarnya. hidrometer, gelas piala, tabung reaksi, labu
Alat pengering solar dryer tipe cungkup ukur, erlenmeyer, alat penangas air, mortar,
merupakan alat pengering berbentuk cungkup kertas saring, pipet, botol timbang, timbangan
dan tertutup dengan plastik transparan yang analitik, gelas beaker, spektofotometer,
memanfaatkan energi surya dan desikator, oven, colorimeter merk Hunter Lab,
dikombinasikan dengan tenaga angin, aluminium foil merk Bagus dan perekat plastik
sehingga pengeringan dengan menggunakan (hand sealer) merk Impulse Sealer.
alat ini tidak tergantung musim.Produk yang
dikeringkan menggunakan alat ini lebih Tahapan Penelitian
higienis dan terhindar dari debu, jamur, lalat 1. Persiapan bahan baku, buah pisang yang
maupun serangga lainnya yang dapat akan digunakan dalam penelitian ini adalah
mengkontaminasi produk yang dikeringkan. buah pisang varietas Ambon Lumut yang
Solar dryer tipe cungkup terdiri dari beberapa dipanen lansung pada kebun di Desa
rak pengering dan dilengkapi dengan Rotary Gondang. Buah Pisang dipastikan dalam
Turbin Ventilator yang berfungsi untuk kondisi tua penuh saat dipetik dari pohon
menghisap udara dari dalam ruangan yaitu buah sudah berumur 80-100 hari atau
pengering sehingga terjadi sirkulasi udara, siku-siku buah sudah hampir bulat.
dengan menggunakan tenaga angin. Namun Kemudian buah diperam selama 5 hari
karena alat pengering ini mengandalkan sinar sampai mencapai kondisi matang optimal
matahari yang sudah tertentu lintasan yaitu buah pisang berwarna hijau penuh
rotasinya (arah timur-barat), maka rak dengan sedikit bercak kecoklatan.
pengering perlu diputar secara berkala, 2. Sortasi
sehingga produk yang dikeringkan Dipilih pisang dalam keadaan baik dengan
mendapatkan penyinaran matahari secara kriteria pisang yang utuh, bebas hama dan
merata. penyakit.
Berdasarkan uraian di atas telah diteliti 3. Pengupasan kulit
Pengaruh Konsentrasi Natrium Metabisulfit Setelah dilakukan penyortiran, buah pisang
dan Metode Pengeringan Terhadap Kadar kemudian dikupas secara manual
Vitamin C dan Organoleptik Sale Pisang menggunakan pisau stainless steel untuk
dengan harapan dapat memberikan informasi memisahkan kulit dan daging buah.
cara pengolahan sale pisang sehingga 4. Pengirisan
menghasilkan produk pisang sale dengan Setelah dikupas, daging buah pisang diiris
mutu yang tinggi, guna meningkatkan nilai membujur menggunakan pisau stainless
tambah pada produk sale pisang yang steel dengan ketebalan irisan 6 mm.
dihasilkan. 5. Penimbangan
Irisan daging buah pisang selanjutnya
BAHAN DAN METODE ditimbang sebanyak 300 gramuntuk
masing-masing unit percobaan dengan
Metode yang digunakan dalam menggunakan timbangan digital.
penelitian ini adalah metode eksperimental 6. Perendaman
yang dilaksanakan di lapangan dan di Perendaman pada larutan Natrium
laboratorium. Metaisulfit selama 15 menit masing-masing
dengan konsentrasi 1.000 ppm, 1.500 ppm
Bahan Penelitian dan 2.000 ppm.
Bahan-bahan yang digunakan dalam 7. Pengeringan
penelitian ini antara lain buah pisang ambon Setelah ditimbang, irisan daging buah
lumut dari kebun, aquades, larutan natrium pisang selanjutnya dikeringkan dengan
metabisulfit jenis PA, larutan amilum 1% dan menggunakan dua metode pengeringan
larutan iodium 0,01 N, larutan glukosa yaitu penjemuran dan pengeringan dengan
standar, regensia nelson, dan regensia menggunakan alat pengering energi
arsenolmolybdat. matahari (Solar Dryer Tipe Cungkup).
8. Pengemasan
Alat Penelitian Setelah proses pengeringan selesai, irisan
Alat-alat yang digunakan dalam daging buah yang sudah kering dikemas
penelitian ini antara lain: alat pengering energi

87
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 2 No. 1 Mei 2016
ISSN online: 2443-3446
dengan menggunakan kantong plastik pengeringan dan kelembaban udara. Suhu
alumunium foil. udara pada proses pengeringan akan
berpengaruh terhadap waktu pengeringan,
HASIL DAN PEMBAHASAN sehingga proses pengeringan yang
menggunakan suhu tinggi dalam waktu
Berdasarkan hasil dan analisis hasil singkat (Susti, 2011).
pengamatan serta didukung oleh pustaka yang Perendaman dengan larutan natrium
berkaitan dengan penelitian ini, maka disusun metabisulfit juga berpengaruh signifikan
pembahasan sebagai berikut: terhadap kadar air sale pisang. Purata kadar
air dengan konsentrasi natrium metabisulfit
Kadar Air
1.000 ppm, 1.500 ppm dan 2.000 ppm
Kadar air merupakan komponen bahan
berturut-turut yaitu 29,86%, 27,22% dan
yang sangat berpengaruh terhadap
23,14%. Semakin tinggi konsentrasi natrium
kenampakan, tekstur dan cita rasa bahan
metabisulfit maka kadar air pada bahan
pangan (Winarno, 1984). Dari data hasil
semakin rendah. Hal ini dikarenakan natrium
penelitian dapat dilihat bahwa metode
metabisulfit juga berfungsi menyerap air dan
pengeringan dan konsentrasi natrium
mencegah reaksi gula reduksi dengan asam
metabisulfit memberikan pengaruh yang
amino sehingga aktifitas pengikatan air oleh
berbeda nyata terhadap kadar air sale pisang,
gula akan semakin maksimal (Nur, 2009).
namun interaksi antara metode pengeringan
Menurut Rahman dan Penera (1999) dalam
dengan konsentrasi natrium metabisulfit tidak
Herudiyanto (2007), mengatakan bahwa
memberikan pengaruh yang berbeda nyata.
proses sulfitasi dapat menyebabkan sel-sel
Adapun grafik pengaruh perendaman pada
jaringan pada bahan menjadi berlubang-
larutan natrium metabisulfit dan metode
lubang sehingga akan mempercepat proses
pengeringan dapat dilihat pada Gambar 1.
pengeringan dan dengan pengeringan yang
40
cepat tersebut maka kadar air bahan pun akan
35
33,63
31,94 cepat teruapkan.
27,26
Kadar Air (%)

30 26,09
22,50
25
19,01 Kadar Vitamin C
20
Vitamin C atau sering disebut dengan
15
10
asam askorbat adalah salah satu nilai gizi
5
penting yang terkandung pada sale pisang,
0 Salah satu fungsi vitamin C adalah sebagai
P1K1 P1K2 P1K3 P2K1 P2K2 P2K3 antioksidan. Asam askorbat bersifat sangat
Perlakuan sensitif terhadap pengaruh-pengaruh luar
yang menyebabkan kerusakan seperti suhu,
Gambar 1. Pengaruh perendaman pada pH, oksigen, enzim, dan katalisator logam
larutan natrium metabisulfit dan (Andarwulan dan Koswara, 1989)
metode pengeringan terhadap Dari data penelitian diketahui bahwa
kadar air sale pisang. metode pengeringan dan konsentrasi natrium
P1=penjemuran, P2=solar dryer metabisulfit memberikan pengaruh yang
tipe cungkup, K1=1.000 ppm (15 signifikan terhadap kadar vitamin C sale
menit), K2=1.500 ppm (15 menit), pisang, namun interaksi antara metode
dan K3=2.000 ppm (15 menit). pengeringan dan konsentrasi natrium
metabisulfit tidak memberikan pengaruh yang
Gambar 1 dapat dilihat bahwa signifikan. Adapun purata hasil pengamatan
pengeringan dengan metode penjemuran kadar vitamin C sale pisang dapat dilihat pada
menghasilkan purata kadar air yang lebih Gambar 2.
rendah yaitu 22,54% dibandingkan dengan
purata kadar air pengeringan menggunakan Gambar 2 menunjukkan bahwa kadar
metode solar dryer yaitu 30,95%. Hal ini vitamin C dengan metode pengeringan dengan
disebabkan karena pada solar drayer, air yang penjemuran memberikan pengaruh terhadap
diuapkan kemungkinan tertahan dalam alat kadar vitamin C yaitu dengan purata 10,13
pengering dibanding metode penjemuran yang mg/100 g, sedangkan kadar vitamin C dengan
penguapan airnya tidak terhambat, selain itu metode solar dryer lebih rendah yaitu 9,46
faktor yang mempengaruhi pengeringan mg/100 g. Hal ini kemungkinan dapat
adalah suhu, kecepatan aliran udara disebabkan karena kadar air pada sale pisang
dengan penjemuran lebih rendah

88
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 2 No. 1 Mei 2016
ISSN online: 2443-3446
dibandingkan dengan kadar air dengan solar Kadar Gula Reduksi
dryer. Gula reduksi merupakan semua
monosakarida dan disakarida yang mempuyai
14.00
peranan sebagai agensia pereduksi (Gaman
Kadar Vitamin C (mg/100

11,73
12.00 10,33 10,80
9,62 dan Sherington, 1994). Adapun purata hasil
10.00 8,33
8.00
7,98
pengamatan kadar gula reduksi sale pisang
dapat dilihat pada Gambar 3.
g)

6.00
4.00
2.00 24,33 24,80 25,69 24,04 24,75
23,85
25.00

Kadar Gula Reduksi (%)


0.00
20.00
P1K1 P1K2 P1K3 P2K1 P2K2 P2K3
Perlakuan 15.00

10.00
Gambar 2. Pengaruh perendaman pada 5.00
larutan natrium metabisulfit dan
0.00
metode pengeringan terhadap
P1K1 P1K2 P1K3 P2K1 P2K2 P2K3
kadar vitamin C sale pisang. Perlakuan
P1=penjemuran, P2=solar dryer
tipe cungkup, K1=1.000 ppm (15 Gambar 3. Pengaruh perendaman pada
menit), K2=1.500 ppm (15 menit), larutan natrium metabisulfit dan
dan K3=2.000 ppm (15 menit). metode pengeringan terhadap
kadar gula reduksi sale pisang.
Bahan pangan yang kehilangan air saat P1=penjemuran, P2=solar dryer
pengeringan menyebabkan naiknya kadar zat tipe cungkup, K1=1.000 ppm (15
nutrisi di dalam massa yang tertinggal (Susti, menit), K2=1.500 ppm (15 menit),
2011). Selain itu, banyaknya kandungan air dan K3=2.000 ppm (15 menit).
dalam bahan pangan merupakan salah satu
faktor yang mempengaruhi kecepatan dan Gambar 3 dapat dilihat bahwa ada
aktivitas enzim, aktivitas mikroba dan pengaruh signifikan terhadap kadar gula
aktivfitas kimiawi, yaitu terjadi ketengikan, reduksi yang dipengaruhi oleh metode
reaksi non enzimatis, sehingga menimbulkan pengeringan, konsentrasi natrium metabisulfit
sifat-sifat organoleptik, penampakan, tekstur serta interaksi antara metode pengeringan dan
dan cita rasa serta nilai gizi yang berubah konsentrasi natrium metabisulfit. Interaksi
(Syarief dan Hariyadi, 1993). Hubungan kadar antara metode penjemuran dan perendaman
air dengan vitamin C juga diketahui bahwa menggunakan konsentrasi natrium metabisulfit
adanya nilai korelasi (r) antara kadar air 2.000 ppm mempengaruhi kenaikan
dengan kadar vitamin C yaitu sebesar 0,84, persentase gula reduksi pada sampel dengan
Konsentrasi natrium metabisulfit juga memiliki kadar gula reduksi tertinggi yaitu
memberikan pengaruh nyata terhadap kadar sebesar 25,69 % dan kadar gula reduksi
vitamin C sale pisang, kadar vitamin C terendah yaitu pada perlakuan konsentrasi
semakin tinggi seiring dengan bertambahnya natrium metabisulfit 1.000 ppm dengan
konsentrasi natrium metabisulfit, karena fungsi metode pengeringan menggunakan solar dryer
sulfit yang sekaligus dapat bertindak sebagai tipe cungkup. Hal ini dipengaruhi oleh metode
antioksidan (Apriyantono, 2002), sehingga pengeringan yang menghasilkan panas (suhu)
dapat mencegah terjadinya proses oksidasi yang berbeda, selain itu kadar air bahan juga
vitamin C. dapat mempengaruhi kadar gula reduksi
Menurut hasil pengamatan kandungan produk (Wahyuni, 2010), karena semakin
vitamin C tertinggi terdapat pada P1K3 dengan rendah kadar air pada sale pisang maka gula
perlakuan penjemuran dan konsentrasi reduksi semakin tinggi dan sebaliknya, jika
perendaman natrium metabisulfit sebesar kadar air sale pisang tinggi maka gula
2.000 ppm yaitu dengan purata tertinggi 11,73 reduksinya rendah, korelasi (r) atau pengaruh
mg/100 g, sedangkan purata kadar vitamin C antara kadar air dengan kadar gula reduksi
terendah pada P2K1 dengan perlakuan pada sale pisang adalah sebesar 0,87.
pengeringan menggunakan solar dryer dan Hasil pengamatan dan analisis kadar
konsentrasi perendaman natrium metabisulfit gula reduksi menunjukkan bahwa dengan
sebesar 1.000 ppm dengan purata 7,98 metode pengeringan yaitu penjemuran dan
mg/100 g. pengeringan dengan alat solar dryer tipe
cungkup, serta konsentrasi perendaman pada

89
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 2 No. 1 Mei 2016
ISSN online: 2443-3446
larutan natrium metabisulfit (1.000 ppm, sale pisang. Perlakuan perendaman
1.500 ppm dan 2.000 ppm) dengan perlakuan dalam larutan natrium metabisulfit 2.000 ppm
P1K1, P1K2, P1K3, P2K1, P2K2 dan P2K3 yaitu dan pengeringan menggunakan metode
dengan kadar gula berturut-turut 24,33 %, penjemuran memberikan tingkat kecerahan
24,80%, 25,69%, 23,85%, 24,04% dan atau nilai L (Lightness) dan nilai Hue
24,75%. tertinggi yaitu dengan tingkat L sebesar 41,57
dan Hue sebesar 86,22 dengan nilai a
Sifat Fisik Warna (Colorimeter) sebesar 9,58 dan b sebesar 24,73 yang
Colorimeter merupakan alat untuk menunjukkan warna kuning kemerahan, hal ini
mendeteksi warna yang dilihat berdasarkan disebabkan karena dengan perendaman dalam
nilai L dan nilai Hue. Nilai L merupakan nilai larutan natrium metabisulfit dapat mencegah
yang diberikan terhadap kecerahan suatu reaksi pencoklatan oleh gugus sulfit pada
produk dengan menunjukkan angka-angka natrium metabisulfit berikatan dengan gugus
mulai dari angka 0 sampai 100. Nilai 0 karbonil pada kandungan gula sale pisang
merupakan warna hitam sedangkan nilai 100 yang mencegah pembentukan senyawa
merupakan warna putih, sehingga semakin melanoidin penyebab warna coklat dan fungsi
tinggi kisaran nilai L yang diperoleh maka sulfit yang dapat menghambat reaksi
semakin cerah warna dari produk tersebut pencokelatan yang dikatalis enzim fenolase
sedangkan Hue didapatkan dari nilai a dan b dan dapat memblokir reaksi pembentukan
yang tertera pada Colorimeter. Grafik nilai senyawa 5 hidroksil metal furfural dari D-
Hue sale pisang dapat dilihat pada Gambar 4. glukosa penyebab warna cokelat (Fennema,
1996) sehingga semakin tinggi konsentrasi
100.00
natrium metabisulfit warna yang lebih baik
86,22
83,92 84,21
79,75 81,67 meliputi kecerahan dan tingkat kekuningan
80.00
63,86 lebih tinggi.
Skala Nilai Hue

60.00
Data hasil analisa fisik warna dengan
40.00 nilai Hue sesuai dengan tingkat kesukaan
20.00 panelis terhadap warna yaitu pada perlakuan
perendaman dalam natrium metabisulfit 2.000
0.00
ppm dengan metode penjemuran mencapai
P1K1 P1K2 P1K3 P2K1 P2K2 P2K3
3,90 yaitu jika dilihat dari skala numerik
Perlakuan
menunjukkan tingkat kesukaan panelis dari
agak suka hingga suka. Korelasi (r) atau
Gambar 4. Pengaruh perendaman pada pengaruh antara sifat fisik warna dengan
larutan natrium metabisulfit dan tingkat kesukaan warna adalah sebesar 0,44.
metode pengeringan terhadap
warna (Hue) sale pisang. Sifat Organoleptik
P1=penjemuran, P2=solar dryer Hedonik Warna
tipe cungkup, K1=1.000 ppm (15 Data hasil analisa tentang pengaruh
menit), K2=1.500 ppm (15 menit), konsentrasi natrium metabisulfit dan metode
dan K3=2.000 ppm (15 menit). pengeringan memberikan pengaruh signifikan
Dari grafik diatas, apabila dilihat dari terhadap warna pisang sale. Hal ini dibuktikan
nilai Hue maka terlihat ada perbedaan nyata dengan data kegemaran panelis yang
terhadap kenampakan sale pisang yang signifikan terhadap warna sale pisang
dipengaruhi oleh metode pengeringan, (Gambar 5).
konsentrasi natrium metabisulfit dan Konsentrasi natrium metabisulfit
interaksinya dan jika dilihat dari nilai sangat berpengaruh terhadap warna sale
kecerahannya atau nilai L (Lightness) terlihat pisang yang dihasilkan, semakin tinggi
adanya perbedaan nyata yang konsentrasi natrium metabisulfit maka warna
mengindikasikan bahwa sale pisang yang yang dihasilkan semakin cerah. Hal ini
dikeringkan dengan metode penjemuran disebabkan karena natrium metabisulfit
memiliki warna yang lebih cerah dibanding berfungsi sebagai antioksidan yang dapat
yang menggunakan solar dryer. Kemudian mencegah reaksi pencokelatan karena fungsi
dapat diketahui pula bahwa penambahan sulfit yang dapat menginaktifkan kerja enzim
konsentrasi natrium metabisulfit juga yang dapat memicu reaksi browning oleh
memberikan perbedaan nyata pada kecerahan enzim fenolase, sehingga didapatkan nilai
purata warna yang paling disukai adalah pada

90
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 2 No. 1 Mei 2016
ISSN online: 2443-3446
perlakuan konsentrasi perendaman pada 4.00
3,80

larutan natrium metabisulfit 2.000 ppm dan 3.50 3,15 3,05 3,20
2,95
2,70
pengeringan dengan penjemuran yaitu 3.00

Nilai Rasa
2.50
sebesar 3,90. 2.00
1.50
4.50 1.00
3,90
4.00 3,50 0.50
3.50 0.00
2,75 2,90
Nilai Warna

3.00 2,45 2,55 P1K1 P1K2 P1K3 P2K1 P2K2 P2K3


2.50 Perlakuan
2.00
1.50
1.00
Gambar 6. Pengaruh perendaman pada
0.50 larutan natrium metabisulfit dan
0.00 metode pengeringan terhadap rasa
P1K1 P1K2 P1K3 P2K1 P2K2 P2K3 sale pisang. P1=penjemuran,
Perlakuan P2=solar dryer tipe cungkup,
K1=1.000 ppm (15 menit),
Gambar 5. Pengaruh perendaman pada K2=1.500 ppm (15 menit), dan
larutan natrium metabisulfit dan K3=2.000 ppm (15 menit).
metode pengeringan terhadap
warna sale pisang. Hal tersebut karena pengeringan
P1=penjemuran, P2=solar dryer menggunakan penjemuran menghasilkan gula
tipe cungkup, K1=1.000 ppm (15 reduksi lebih tinggi dibandingkan dengan
menit), K2=1.500 ppm (15 menit), pengeringan solar dryer karena semakin tinggi
dan K3=2.000 ppm (15 menit). gula reduksi maka rasa sale pisang semakin
manis. Sehingga tingkat kesukaan panelis
Selain itu metode pengeringan juga terhadap sale cenderung menyukai sale pisang
memberikan pengaruh terhadap warna sale dengan rasa yang manis. Korelasi (r) atau
pisang yang dihasilkan, yaitu semakin tinggi pengaruh kadar gula reduksi terhadap tingkat
suhu pengringan maka warna yang dihaslkan kesukaan rasa terhadap sale pisang adalah
semakin cerah, hal tersebut dikarenakan kadar sebesar 0,05.
air pada bahan yang dapat memicu reaksi
pencokelatan dapat diuapkan dengan cepat Hedonik Aroma
sehingga reaksi pencokelatan terhambat. Dari data penelitian diperoleh hasil
Purata nilai tingkat kesukaan warna dengan bahwa aroma pisang sale yang dilakukan
perlakuan P1K1, P1K2, P1K3, P2K1, P2K2 dan dengan cara sun drying dan konsentrasi
P2K3 secara berurutan yaitu2,75, 3,50, 3,90, metabisulfit 1.500 ppm (P1K2) mendapatkan
2,45, 2,55 dan 2,90. tingkat kesukaan rata-rata tertinggi yaitu 3,5.
purata tingkat kesukaan terhadap aroma sale
pisang dapat dilihat pada Gambar 7.
Hedonik Rasa
Penelitian ini diketahui bahwa rasa 4.00 3,50
pisang sale dipengaruhi oleh proses 3.50
3,25 3,10
2,85 2,85
pengeringan dan penambahan metabisulfit 3.00 2,45
Nilai Aroma

2.50
selama proses pengolahan sale pisang, tidak 2.00
diberikan pengaruh nyata oleh interaksinya. 1.50
1.00
Hal ini dibuktikan dengan tingkat kegemaran 0.50
panelis saat uji organoleptik pisang sale. 0.00

Purata tingkat kesukaan rasa dapat dilihat P1K1 P1K2 P1K3 P2K1 P2K2 P2K3

pada Gambar 6. Perlakuan

Gambar 7. Pengaruh perendaman pada


larutan natrium metabisulfit dan
metode pengeringan terhadap
aroma sale pisang.
P1=penjemuran, P2=solar dryer
tipe cungkup, K1=1.000 ppm (15
menit), K2=1.500 ppm (15 menit),
dan K3=2.000 ppm (15 menit).

91
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 2 No. 1 Mei 2016
ISSN online: 2443-3446
Berdasakan Gambar 7 jika dilihat dari menggunakan metode penjemuran yaitu sale
skala numerik maka dapat disimpulkan bahwa pisang dengan tekstur yang agak keras
kegemaran panelis terhadap aroma pisang dibandingkan dengan pengeringan dengan
sale perlakuan P1K2 dengan tingkat kesukaan solar drayer yang teksturnya lembek, hal
tertinggi yaitu 3,50 adalah antara agak suka tersebut dikarenakan tingkat kadar air yang
sampai dengan suka. Terjadi perbedaan nyata berbeda pada produk sale pisang, korelasi (r)
kegemaran panelis terhadap aroma pisang kadar air terhadap kesukaan tekstur sale
sale jika dilihat pada proses pengeringanya, pisang adalaha sebesar 0,05.
akan tetapi pada konsentrasi natrium
metabisulfit tidak memberikan perbedaan
KESIMPULAN
nyata. Panelis menyukai aroma sale yang
masih beraroma khas pisang dan panelis lebih
Konsentrasi penambahan natrium
suka sale pisang yang menggunakan metode
metabisulfit (P) dan metode pengeringan (K)
pengeringan dengan penjemuran
memberikan pengaruh berbeda nyata
dibandingkan yang menggunakan solar dryer.
terhadap kadar air, vitamin C, kadar gula
reduksi, fisik warna dan hedonik rasa, warna
Hedonik Tekstur
serta aroma pisang sale. Akan tetapi untuk
Diketahui dari penelitian ini bahwa
hedonik tekstur tidak memberikan pengaruh
metode pengeringan dan konsentrasi natrium
nyata.
metabisulfit tidak berpengaruh terhadap
Dalam penelitian ini, metode
tekstur pisang sale.Hal ini dibuktikan dengan
pengeringan dengan penjemuran menunjukan
tingkat kegemaran para panelis terhadap
hasil yang lebih baik daripada pengeringan
tekstur pisang sale tidak berbeda nyata.Grafik
menggunakan solar dryer tipe cungkup.
purata kegemaran panelis terhadap tekstur
Metode penjemuran memperoleh hasil rata-
sale pisang dapat dilihat pada Gambar 8.
rata kadar air yang lebih rendah serta
menunjukan jumlah yang lebih tinggi untuk
4.00
3.50
3,35 3,40
3,05 3,15 3,05
3,25 kadar gula reduksi, vitamin C, hedonik warna,
3.00 rasa dan aroma serta kenampakan warna
Nilai Tekstur

2.50
2.00
(Hue). Semakin tinggi konsentrasi natrium
1.50 metabisulfit yang digunakan, maka akan
1.00
0.50
membuat beberapa parameter mutu pisang
0.00 sale menjadi lebih baik. Perlakuan terbaik
P1K1 P1K2 P1K3 P2K1 P2K2 P2K3 pada P1K3 (penjemuran dengan 2.000 ppm
Perlakuan natrium metabisulfit), yaitu memiliki kadar air
terendah (19,01%), vitamin C terbanyak
(11,73 mg/100 g), kadar gula reduksi tertinggi
Gambar 8. Pengaruh perendaman pada (25,69%) dan hedonik warna (3,90), serta
larutan natrium metabisulfit dan kenampakan warna Hue sebesar 86,22.
metode pengeringan terhadap
aroma sale pisang.
P1=penjemuran, P2=solar dryer DAFTAR PUSTAKA
tipe cungkup, K1=1.000 ppm (15 Andarwulan N dan Koswara S. 1989. Kimia
menit), K2=1.500 ppm (15 menit), Vitamin. Rajawali Press, Jakarta.
dan K3=2.000 ppm (15 menit).
Apriyantono A. 2002. Pengaruh Pengolahan
Analisa organoleptik tekstur dilakukan terhadap Nilai Gizi dan Keamanan
untuk mengetahui tingkat kesukaan tekstur Pangan.http://www.kharisma.de/files/h
sale pisang yang disukai panelis. Tingkat ome/ma kalah_anton.pdf [05Juni 2015].
kesukaan yang diidapatkan adalah antara 3,05 Badan Pusat Statistik Provinsi Nusa Tenggara
sampai 3,35 menunjukkan tingkat penerimaan Barat. 2014. Nusa Tenggara Barat
konsumen dari agak suka hingga suka dan Dalam Angka 2014. Hal.374-375.
tidak terjadi perbedaan nyata antar perlakuan.
Tingkat kesukaan tekstur juga dapat BPTP Kalimantan Timur. 2001. Alat Pengering
dipengaruhi oleh kadar air pada produk, pada Surya Sederhana yang Serbaguna.
Gambar 14 dapat dilihat bahwa tingkat http://pustaka.litbang.deptan.go.id/agrit
kesukaan terhadap tekstur lebih cenderung ek/lip50103.pdf [25 Mei 2015].
pada sale pisang dengan pengeringan

92
Versi Online: Pro Food (Jurnal Ilmu dan Teknologi Pangan)
http://profood.unram.ac.id/index.php/profood Vol 2 No. 1 Mei 2016
ISSN online: 2443-3446
Departemen Pertanian. 2009. Dasar Dasar Susti. 2011. Pengaruh Proses Pengeringan
Penyuluhan Pertanian. Terhadap Karakteristik Kaldu Nabati
http://www.pustaka.deptan.go.id [06 Berflavour Analog Daging Instan dari
Juni 2015]. Kacang Hijau Terfermentasi [Skripsi].
Jakarta: UIN.
Gaman dan Sherington. 1994. Pengantar Ilmu
Pangan Nutrisi dan Mikrobiologi. Gajah Widiyowati. 2007. Pengaruh lama perendaman
Mada University Press. Yogyakarta. dan kadar natrium metabisulfit dalam
larutan perendaman pada potongan ubi
Ramada A. 2008. Kulit Pisang Jangan Dibuang.
jalar kuning terhadap kualitas tepung
http://organicindonesianvanilla.blogspot
yang dihasilkan. J Teknologi Pertanian,
.com/2008/08/kulit-pisng-jangan-
2(2): 55-58.
dibuang.html [17 Juni 2015].
Winarno FG. 1984. Kimia Pangan dan Gizi. PT
Santoso W. 1995. Aneka Pengolahan Produk
Gramedia Pustaka Utama, Jakarta.
Pertanian. Instalasi Penelitian dan
Pengkajian Teknologi Pertanian.
Jakarta.

93

You might also like