Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Penduduk Lanjut Usia merupakan bagian dari anggota keluarga dan anggota
masyarakat yang semakin bertambah jumlahnya sejalan dengan peningkatan
usia harapan hidup. Pada tahun 1980 penduduk lanjut usia baru berjumlah 7,7
juta jiwa atau 5,2 persen dari seluruh jumlah penduduk. Pada tahun 1990
jumlah penduduk lanjut usia meningkat menjadi 11,3 juta orang atau 8,9
persen. Jumlah ini meningkat di seluruh Indonesia menjadi 15,1 juta jiwa pada
tahun 2000 atau 7,2 persen dari seluruh penduduk. Dan diperkirakan pada tahun
2020 akan menjadi 29 juta orang atau 11,4 persen. Hal ini menunjukkan bahwa
penduduk lanjut usia meningkat secara konsisten dari waktu ke waktu. Angka
harapan hidup penduduk Indonesia berdasarkan data Biro Pusat Statistik pada
tahun 1968 adalah 45,7 tahun, pada tahun 1980 : 55.30 tahun, pada tahun 1985 :
58,19 tahun, pada tahun 1990 : 61,12 tahun, dan tahun 1995 : 60,05 tahun serta
tahun 2000 : 64.05 tahun (BPS.2000)
Pada usia lanjut aspek diagnosis selain kearah hipertensi dan komplikasi,
pengenalan berbagai penyakit yang juga diderita oleh orang tersebut perlu
mendapatkan perhatian oleh karena berhubungan erat dengan penatalaksanaan
secara keseluruhan. Dahulu hipertensi pada lanjut usia dianggap tidak selalu
perlu diobati, bahkan dianggap berbahaya untuk diturunkan. Memang teori ini
didukung oleh observasi yang menunjukkan turunnya tekanan darah sering kali
diikuti pada jangka pendeknya oleh perburukan serangan iskemik yang
transient (TIA). Tetapi akhir-akhir ini dari penyelidikan epidemiologi maupun
trial klinik obat-obat antihipertensi pada lanjut usia menunjukan bahwa
hipertensi pada lansia merupakan risiko yang paling penting untuk terjadinya
penyakit kardiovaskuler, strok dan penyakit ginjal. Banyak data akhir-akhir ini
menunjukan bahwa pengobatan hipertensi pada lanjut usia dapat mengurangi
mortalitas dan morbiditas.
Untuk menghindari hal tersebut perlu pengamatan secara dini. Hipertensi sering
ditemukan pada usia tua/lanjut kira-kira 65 tahun keatas (Sri Rahayu : 2000).
Untuk mencegah komplikasi diatas sangat diperlukan perawatan dan
pengawasan yang baik. Banyak kasus penderita dan kematian akibat penyakit
kardiovaskuler dapat dicegah jika seorang merubah perilaku kebiasaan yang
kurang sehat dalam mengkonsumsi makanan yang menyebabkan terjadinya
hipertensi, selalu berolah raga secara teratur serta merubah kebiasan hidup
lainnya yang dapat mencetus terjadinya penyakit hipertensi seperti merokok,
minum-minuman beralkohol. Adapun factor dietik dan kebiasaan makan yang
mempengaruhi tekanan daran yang meliputi, cara mempertahankan berat badan
ideal, natrium klorid, Kalium, Kalsium, Magnesium, lemak dan alcohol. (Dr.
Wendra Ali 1996).
Apabila dalam satu keluarga ada anggota keluarga yang menderita penyakit
hipertensi, maka mungkin dapat timbul beberapa masalah seperti :