You are on page 1of 9

ANALISIS PENGEMBANGAN USAHA BERBASIS M ANGROVE DI PANTAI DAMAS

KABUPATEN TRENGGALEK

ANALYSIS OF BUSINESS DEVELOPMENT BASED ON MANGROVE IN THE DAMAS


BEACH DISTRICT TRENGGALEK

Pudji Purwanti, Edi susilo, Dwi Setijawati


Jurusan Sosial Ekonomi Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Brawijaya
Jl. Veteran Malang 65145 telp 0341-553512
Email : pudjipurwanti@gmail.com

ABSTRACT processing as much as 60% of respondents


Mangrove forests in Damas coastal feel they have the ability in processing
has many switching function as plantations, dodol, and 60% of respondents also feel
causing a reduction in mangrove forest have the ability in processing syrop
areas. The decline in mangrove forest area mangrove. Based on the analysis of
as a result of conversion to palm plantation business profitability, the development of
committed by some members of the group products brownies value profitability 47.26%,
LMDH "Agro Lestari". This is due to the while the mangrove crackers 43.41% and
assumption of palm trees have economic 46.93% dodol mangrove. While syrop
value that is higher than the mangrove pepada has a profitability of 16.35%. Making
vegetation. Meanwhile, mangrove forest api-api brownies, api-api crackers and api-
conservation efforts have been carried out api dodol can be done when the fruit season
by the service related to thebakaus fires for 4 months.
management group or Pokmaswas
(Community Monitoring Group) called Keywords: people's behavior, bussiness
"Anchor Marine". However, the efforts of development
mangrove reforestationwere less successful, ABSTRAK
due to the conversion of mangrove land for Hutan mangrove di Pantai Damas
palm plantations is still running. telah banyak beralih fungsi sebagai areal
This study evaluates the perkebunan, menyebabkan berkurangnya
implementation of awareness activities in the areal hutan mangrove. Penurunan luasan
management of mangrove forests and hutan mangrove sebagai akibat dari alih
mangrove-based business training activities. fungsi untuk perkebunan kelapa yang
Based on the evaluation of activities after dilakukan oleh beberapa anggota kelompok
the extension, shows that people have a LMDH Agro Lestari. Ini disebabkan karena
positive behavior and participation of the adanya anggapan pohon kelapa memiliki
management of mangrove forests. Based on nilai ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan
the evaluation results to the participants dengan vegetasi mangrove. Sementara itu,
counseling and training mangrove usaha konservasi hutan mangrove telah
processing, respondents are interested in dilakukan oleh dinas terkait dengan
developing mangrove syrop (80%), crackers Kelompok pengelola Bakau sekaligus
mangrove (70%) and brownies (60%). POKMASWAS (Kelompok Pengawas
Based on the respondent's ability to perform Masyarakat) Jangkar Bahari. Namun

217
demikian, upaya reboisasi hutan mangrove dan jenis mangrove di kawasan agroforestry
kurang berhasil, karena alih fungsi lahan mangrove disebabkan oleh adanya
mangrove untuk perkebunan kelapa masih pembukaan lahan perkebunan kelapa, dan
tetap berjalan. pertanian yang dilakukan oleh
Kajian ini mengevaluasi pelaksanaan masyarakatyang
kegiatan penyadaran dalam pengelolaan mengatasnamakankelompok PHBM
hutan mangrove serta kegiatan pelatihan (Pengelola Hutan Bersama Masyarakat)
usaha berbasis mangrove. Berdasarkan yang dikenalkan oleh Perhutani sebagai
evaluasi kegiatan setelah dilakukan implementasi konsep social forestry, tahun
penyuluhan, menunjukkan bahwa 2003.Kelompok PHBM Khusus di Desa
masyarakat memiliki perilaku dan Karanggandu telah dibentuk sebuah
keikutsertaan yang positif terhadap Lembaga Musyawarah Desa Hutan (LMDH)
pengelolaan hutan mangrove. Berdasarkan dengan nama Argo Lestari. Luas lahan
hasil evaluasi kepada para peserta yang dikelola oleh masyarakat pada LMDH
penyuluhan dan pelatihan pengolahan Argo Lestari seluas 4.271 hektar, terbagi
mangrove, responden tertarik untuk dalam 13 petak dan 42 anak petak. Jumlah
mengembangkan syrop mangrove (80%), petani penggarap 6.324 orang terbagi dalam
krupuk mangrove (70%) dan brownis (60%). 14 kelompok penggarap. Model pengelolaan
Berdasarkan kemampuan responden dalam kelompok, pada masing-masing kelompok
melakukan olahan sebanyak 60 % terdapat 1 orang koordinator atau ketua
responden merasa memiliki kemampuan kelompok dan didampingi seorang Mandor
dalam pengolahan dodol, dan 60 % pendamping dari pihak Perhutani.
responden juga merasa memiliki Disisi lain, Project Cofish yang
kemampuan dalam pengolahan syrop berakhir pada tahun 2005 telah membentuk
mangrove. Berdasarkan analisis rentabilitas Kelompok Pengawas Masyarakat
usaha, maka pengembangan produk (POKMASWAS) .Jangkar Bahari di Pantai
brownis memiliki nilai rentabilitas 47,26 %, Damas untuk pengelolaan ekosostim pesisir
sedangkan krupuk mangrove 43,41% dan dan hutan mangrove di Pancer Ngrumpukan
dodol mangrove 46,93%. Sedangkan syrop dan Pancer.Upaya rehabilitasi hutan
pedada memiliki rentabilitas sebesar 16,35 mangrove di kawasan pancer bang sudah
%. Pembuatan brownis api-api, kerupuk api- dilakukan oleh Dinas Kelautan dan
api dan dodol api-api dapat dilakukan pada Perikanan Kabupaten Trenggalek.
saat musim buah api-api selama 4 bulan. Rehabilitasi terakhir dilakukan pada tahun
2008 bersama-sama dengan Kelompok
Kata kunci: perilaku masyarakat, Jangkar Bahari dengan menanam 95.000
pengembangan usaha. batang bibit mangrove dari jenis Nypa
fruticans, Rhizopora mucronata, dan
PENDAHULUAN Rhizopora apiculata. Namun demikian hasil
Menurut hasil temuan Susilo et al penelitian Susilo dkk (2013) luasan hutan
(2008), luasan agroforestry mangrove mangrove di kawasan Pancer Bang
berkurang drastis, potensi luasan areal memberikan informasi adanya upaya alih
tersisa 10 hektar, dan luasan areal fungsi lahan yang luarbiasa di kawasan
mangrove yang adabaik yang alami dan Pancer Bang. Luasan hutan mangrove di
reboisasi tersisa3,3 ha. Menurunnya areal kawasan Pancer Bang menyusut hingga

218
mencapai 30% atau tersisa sekitar 3,6 ha, Pemerintah Daerah Kabupaten Trenggalek
(Susilo dkk, 2013) guna mengambil kebijakan dalam
Penurunan luasan hutan mangrove pengelolaan lingkungan hutan mangrove
sebagai akibat dari alih fungsi untuk serta informasi untuk penelitian lebiih lanjut.
perkebunan kelapa yang dilakukan oleh
beberapa anggota kelompok LMDH Agro MATERI DAN METODE
Lestari. Ini disebabkan karena adanya Kegiatan evaluasi kegiatan dilakukan
anggapan pohon kelapa memiliki nilai di Pantai Damas. Metode yang digunakan
ekonomi yang lebih tinggi dibandingkan adalah metode survei dan metode
dengan vegetasi mangrove. Sementara itu, partisipasi aktif. Metode survei yaitu
usaha konservasi hutan mangrove telah menggambarkan secara sistematik dan
dilakukan oleh dinas terkait dengan faktual mengenai fenomena yang ada
Kelompok pengelola Bakau sekaligus sekarang (Nazir, 2003). Sedangkan
POKMASWAS (Kelompok Pengawas partisipasi aktif dilakukan kepada kelompok
Masyarakat) Jangkar Bahari. Namun masyarakat yang terlibat dalam kegiatan
demikian, upaya reboisasi hutan mangrove pengembangan usaha berbasis mangrove.
kurang berhasil, karena alih fungsi lahan Materi kegiatan ini adalah masyarakat
mangrove untuk perkebunan kelapa masih anggota Wanita LMDH Argo Lestari yang
tetap berjalan. Hal ini menimbulkan perang berkaitan dengan pemanfaatan hutan
dingin dalam pengelolaan dan pemanfaatan mangrove dan anggota POKMASWAS
sumberdaya. Pengurangan luasan hutan Jangkar Bahari. Jumlah responden dalam
mangrove akan mengakibatkan kerusakan analisis ini ditentukan untuk semua peserta
ekosistem pesisir laut, sehingga hasil penyuluhan pengelolaan hutan mangrove
tangkapan nelayan di pantai Damas yang berkelanjutan dan peserta pelatihan
mengalami penurunan dari tahun ke tahun. penolahan berbasis mangrove.
Alih fungsi lahan yang terus terjadi Guna menjawab tujuan pertama,
sebagai akibat kurangnya pengetahuan dilakukan analisis berdasarkan perilaku dan
masyarakat tentang fungsi ekonomi hutan respon peserta penyuluhan pengelolaan
mangrove, serta belum banyak pengetahuan hutan mangrove yang berkelanjutan.
masyarakat tentang potensi dan manfaat Beberapa indikator yang digunakan untuk
mangrove sebagai sumber pangan. Oleh menganalisis perilaku peserta penyuluhan
karena itu, tujuan dari kegiatan ini adalah antara lain (1) Indikator persepsi diukur
mempelajari (1)Evaluasi perilaku melalui pengetahuan tentang manfaat hutan
masyarakat dalam pengelolaan hutan mangrove sebagai daerah yang
mangrove setelah dilakukan kegiatan menguntungkan bagi kegiatan perikanan,
penyuluhan dan minat masyarakat dalam sebagai buffer air laut, pengelolaan hutan
pengembangan usaha berbasis mangrove mangrove saat ini dan manfaat
(2) Menginventarisasi jenis tanaman pengelolaannya. (2) Indikator perilaku diukur
mangrove yang dapat digunakan untuk berdasarkan pendapat responden tentang
pengembangan olahan berbasis mangrove peran dan keterlibatan masyarakat dalam
(3) Menganalisis perhitungan rugi laba pengelolaan mangrove. (3) Indikator
usaha berbasis mangrove yang diminati motivasi diukur berdasarkan keikutsertaan
masyarakat. Hasil dari kajian ini dapat masyarakat dalam setiap kegiatan yang
digunakan sebagai bahan informasi

219
terkait dengan keputusan dan kebijakan Beberapa indicator evaluasi antara lain
dalam pengelolaan. persepsi masyarakat dalam pengelolaan
Untuk menjawab tujuan kedua hutan mangrove, perilaku untuk menjaga
dilakukan survey jenis tanaman mangrove tanaman mangrove dan motivasi dalam
yang saat ini masih tumbuh di Pantai Damas melestarikan ekosistem mangrove. Indicator
dan studi literature jenis tanaman mangrove persepsi diukur melalui pengetahuan
apa saja yang dapat diolah lebih lanjut. tentang manfaat hutan mangrove sebagai
Sedangkan untuk menjawab tujuan ketiga daerah yang menguntungkan bagi kegiatan
dianalisis dengan menggunakan perikanan, sebagai buffer air laut,
perhitungan jangka pendek yang meliputi pengelolaan hutan mangrove saat ini dan
modal, biaya, estimasi produksi dari manfaat pengelolaannya. Dari tabulasi
ketersediaan bahan baku, harga produk, jawaban, diketahui bahwa jawaban persepsi
penerimaan dan Keuntungan usaha.dengan ada peningkatan pengetahuan dari yang ikut
menggunakan rumusan sebagai berikut. penyuluhan tentang manfaat mangrove
Profit = TR - TC sebagai daerah yang menguntungkan bagi
TR = Q X P kegiatan perikanan. Sebelum dilakukan
TC = VC + FC penyuluhan jawaban terbanyak pada cukup
Dimana: TR = Total Revenue (Rp) (75%). Setelah dilakukan penyuluhan,
TC = Total Cost (Rp) sebanyak 60 % memilih sangat baik dan
Q = Product (kg) baik. Jawaban persepsi tentang indicator
P = Price of product pengelolaan mangrove dari peserta
VC = variable Cost (Rp) penyuluhan, sebelum dilakukan penyuluhan
FC = Fixed Cost (Rp) seluruh responden mengatakan bahwa
pengelolaan mangrove baik dan sangat
HASIL DAN PEMBAHASAN baik. Hal ini berkaitan dengan pentingnya
pengelolaan yang baik bagi ekosistem
Evaluasi perilaku masyarakat dalam mangrove, awalnya masyarakat mengira
pengelolaan sumberdaya mangrove dan bahwa pengelolaan telah baik. Tetapi
minat masyarakat terhadap peng- setelah mengikuti penyuluhan, sebanyak
embangan olahan berbasis mangrove. 16,7% responden menyatakan pengelolaan
Evaluasi dilakukan kepada peserta cukup baik.
penyuluhan tentang manfaat mangrove Indikator perilaku diukur berdasarkan
secara fisik, ekoloogi dan ekosistem pendapat responden tentang peran dan
mangrove, serta ketertarikan masyarakat keterlibatan masyarakat dalam pengelolaan
terhadap pengembangan usaha bersis mangrove. Berdasarkan hasil tabulasi
mangrove. Alat evaluasi menggunakan jawaban responden baik sebelum dilakukan
kuesioner dan wawancara, dengan cara penyuluhan maupun setelah dilakukan
mendatangi ke rumah masing2 peserta penyuluhan, seluruh responden
penyuluhan. Kegiatan ini dilakukan setelah 2 menginginkan untuk dilibatkan dalam
minggu dilaksanakan penyuluhan. pengelolaan hutan mangrove mulai dari
Evaluasi perilaku masyarakat dalam perencanaan hingga pengelolaannya.
pengelolaan hutan sumberdaya hutan Indikator motivasi diukur
mangrove berdasarkan keikutsertaan masyarakat
dalam setiap kegiatan yang terkait dengan

220
keputusan dan kebijakan dalam dukung tersebut, persepsi resonden tentang
pengelolaan. Sebelum penyuluhan daya dukung pembuatan syrop yang paling
dilaksanakan maupun setelah penyuluhan tinggi (70%) kemudian diikuti dengan dodol
dilaksanakan, lebih dari 50 % responden (40%), krupuk dan brownis masing-masing
menghendaki dilibatkan dalam pembuatan 30%.
keputusan dan kebijakan pengelolaan.
Alasannya adalah agar keputusan dan Inventarisasi tanaman mangrove yang
kebijakan pengelolaan dapat diketahui oleh dapat digunakan untuk olahan berbasis
masyarakat sehingga masyarakat mangrove
mendukung adanya kebijakan pengelolaan. Terdapat sekitar 10 jenis tanaman
mangrove yang hidup di Pantai Damas
Evaluasi peserta pelatihan pengolahan antara lain Acanthus illicifolius, Lumnitzera
berbasis mangrove racemosa, Nypa fruticans,Ceriop descandra,
Evaluasi pada peserta pelatihan Soneratia Alba, Rhizopora mucronata,
pengolahan pangan juga dilakukan dengan Aegiceras corniculatum, Rhizopora
menggunakan kuesioner dan wawancara apiculata, Heritiera globosa dan Heritiera
kepada masing-masing peserta pelatihan. littoralis.Dari spesies yang tumbuh di pantai
Beberapa indicator yang digunakan untuk Damas, terdapat 3 spesies yang dapat
mengukur sejauh mana peluang olahan digunakan untuk bahan olahan makanan
mangrove dapat berkembang, antara lain dan batik antara lain: Soneratia Alba,
minat, kemampuan, daya dukung dan Avecienna sp,dan Bruguiera sp. Beberapa
peluang pasar. Berdasarkan hasil tabulasi jenis mangrove tersebut, baik buah maupun
data tentang minat pengembangan usaha, daunnya dapat dimanfaatkan untuk berbagai
responden tertarik untuk mengembangkan jenis olahan pangan dan non pangan.
syrop mangrove (80%), krupuk mangrove (Priyono dkk, 2010)
(70%) dan brownis (60%). Jenis buah mangrove pedada/bogem
Indikator kemampuan sumberdaya (Sonneratia sp) dapat diolah menjadi syrop
manusia diukur dari presepsi kemampuan mangrove. Sedangkan jenis buah mangrove
dari masing-masing responden untuk Avecienna sp (api-api) dapat digunakan
mengembangkan diri pada usaha untuk tepung mangrove sebagai bahan
pengolahan berbasis mangrove. Dari hasil dasar pembuatan brownis api-api, kerupuk
tabulasi tentang kemampuan responden api-api, dodol api-api dan bolu api-api. Jenis
dalam melakukan olahan sebanyak 60 % tanaman mangrove yang lain belum pernah
responden merasa memiliki kemampuan dicoba untuk dimanfaatkan sebagai olahan
dalam pengolahan dodol, dan 60 % pangan dan non pangan. Oleh karena itu,
responden juga merasa memiliki pengenalan olahan mangrove untuk pangan
kemampuan dalam pengolahan syrop dan non pangan lebih jauh perlu dilakukan
mangrove. untuk pengembangan usaha berbasis
Indikator daya dukung, diukur mangrove.
berdasarkan presepsi responden tentang
tanaman mangrove yang tumbuh di areal Analisis rugi laba usaha berbasis
pantai Damas dan Pantai Cengkrong, mangrove yang diminati masyarakat.
sebagai bahan baku olahan berbasis Hasil dari evaluasi setelah
mangrove. Berdasarkan persepsi daya dilaksanakan kegiatan pelatihan pengolahan

221
berbasis mangrove, jenis olahan yang biaya variable dalam 1 tahun sebesar Rp
diminati untuk dikembangkan adalah syrop 7.200.000,-. Total biaya variable dan biaya
pedada, brownis api-api, krupuk api-api dan tetap usaha pembuatan brownis sebesar
dodol api-api. Berikut disajikan analisis rugi Rp. 8.149.025,-. Setiap kali produksi,
laba pembuatan brownis api-api, kerupuk diproyeksikan menghasilkan 30 kotak
api-api, dodol api-api dan syrop mangrove. brownis dengan harga Rp. 25.000,-/kotak.
Analisis rugi laba didasarkan pada usaha Dalam 1 musim dapat memproduksi 480
awal dengan pertimbangan ketersediaan kotak. Dengan demikian, nilai penerimaan
bahan baku buah mangrove. Estimasi dibuat dalam usaha brownis mangrove ini sebesar
dengan pertimbangan tanaman mangrove Rp. 12.000.000,-. Keuntungan usaha
yang tersedia serta hasil dari buah brownis adalah total penerimaan dikurangi
mangrove yang dihasilkan saat ini. Estimasi dengan total biaya. Dari hasil perhitungan
ini bisa lebih tinggi lagi seiring dengan diperoleh nilai keuntungan sebesar
pertumbuhan tanaman mangrove menjadi Rp.3.850.975,- Analisis R/C ratio dalam
besar serta buahnya banyak. usaha brownis sebesar 1,47 nilai
Rentabilitas usaha sebesar 47,26%.
a. Brownis mangrove
Bahan dasar tepung yang digunakan b. Krupuk mangrove
untuk brownis mangrove adalah tepung dari Kerupuk mangrove dibuat dari tepung
tamanan Avicenia spp (api-api). Modal Avicenia spp (api-api).. Musim buah api-api
investasi usaha brownis mangrove sebesar dalam 1 tahun selama 4 bulan. . Dalam satu
Rp. 2,585,500,- untuk pembelian mixer, minggu dapat berproduksi sebanyak 5 kali,
blender, baskom, sendok pipih, Loyang, sehingga dalam satu bulan dapat dilakukan
oven dan kompor gas. Nilai penyusutan dari sebanyak 20 kali. Total produksi selama
alat-alat investasi sebesar Rp. 319,750,- satu musim panen (4 bulan) sebanyak 80
/tahun. Selain investasi, jenis biaya tetap kali. Setiap produksi mampu menghasilkan
lainnya adalah sewa bangunan, dan 20 kg krupuk, sehingga dalam satu musim
perawatan alat. Total biaya tetap sebesar panen buah mangrove api-api dapat
Rp. 949,025,-/tahun. Total biaya variabel menghasilkan 1600 kg. Alat produksi untuk
sebesar Rp. 225,000,-/produksi, kerupuk terdiri dari penumbuk, bak plastic,
meerupakan bahan baku pembuatan timbangan duduk, langseng/dandang,
brownis mangorove. Setiap produksi kompor gas, panci, pisau dan sendok.
menggunakan tepung mangrove 5 Inventaris ini merupakan modal investasi
kg/produksi, berdasarkan perhitungan tetap. Total nilai modal investasi ini sebesar
ketersediaan bahan baku buah api-api. sebesar Rp. 1.291,500,- Nilai biaya
Musim buah dalam 1 tahun selama 4 bulan. penyusutan peralatan produksi dalam satu
Selama 1 musim berproduksi tahun adalah sebesar Rp. 250,800,-. Biaya
seminggu sekali, dengan asumsi bahwa tetap terdiri dari penyusutan, sewa
pemasaran brownis yang efektif pada hari bangunan Rp. 500.000,0/thn dan perawatan
libur (sabtu dan minggu), saat pantai dan Rp. 64.575. Total biaya tetap sebesar Rp
Wanawisata mangrove banyak dikunjungi 815.375.
wisatawan. Dalam 1 musim buah api-api Biaya tidak tetap terdiri dari buah
selama 4 bulan, sehingga dapat berproduksi mangrove api-api, tepung kanji, bawwang
sebanyak 16 kali. Dengan demikian total putih, garam dan penyedap rasa, kemasan

222
dan listrik sebesar Rp. 199.000,-/produksi. waktu seminggu dapat berproduksi 2 kali,
Dalam satu siklus panen buah api-api dapat masing masing produksi sebanyak 75 pack.
diproduksi 80 kali, sehingga total biaya Dengan demikian, selama musim buah api-
varibael sebesar Rp. 15.920.000,-. Total api dapat diproduksi sebanyak 32 kali. Total
biaya adalah penjumlahan biaya tetap dan biaya variable yang diperlukan dalam
bioya variable yang digunakan. Dalam satu produksi 32 kali sebesar Rp. 5.808.000.
siklus produksi total biaya sebesar Rp. Total biaya yaitu penjumlahan biaya tetap
16,735.375,-. Nilai penerimaan dalam usaha dan biaya variable sebesar 6.484.800,-
kerupuk mangrove adalah 1600 kg dengan /musim.
harga Rp. 15.000,-/kg sebesar Rp. Hasil produksi setiap kali produksi
24,000,000,-/tahun. Keuntungan usaha sebanyak 20 pak, sehingga total produksi
krupuk mangrove adalah selisih antara selama 32 kali sebesar 640 pack. Harga jual
penerimaan dan total biaya sebesar sebesar 1 pack dodol mangrove sebesar Rp.
Rp. 7,264,625,-. Besar R/C Ratio yang 15.000,-. Total penerimaan dari kegiatan
didapatkan dalam usaha kerupuk mangrove produksi dodol mangrove dalam satu
ini sebesar 1,43/tahun. Sedangkan untuk musim buah api-api sebesar Rp. 9.600,000.
nilai rentabilitas sebesar 43,41% per tahun. Usaha dodol mangrove ini memiliki
keuntungan sebesar Rp. 3.115.200. Nilai RC
c. Dodol mangrove Ratio8sebesar 1,46. Nilai rentabilitas pada
Bahan baku dodol mangrove juga usaha dodol mangrove ini sebesar 48,04%.
dibuat dari tepung mangrove api- api.
Dengan demikian, masa produksi dodol d. Syrop pedada/bogem
seperti produksi brownis dan kerupuk api- Buah pedada/bogem (Sonneratia
api, selama 4 bulan dalam 1 tahun. Modal Alba(Pedada/Bogem) merupakan tanaman
tetap yang digunakan pada usaha dodol yang dapat diolah sebagai bahan pangan,
mangrove ini sebesar Rp. 974,500, untuk selain buah Avicenia spp (api-api). Buah
pembelian blender, kompor gas, wajan dan pedada dapat digunakan sebagai bahan
pengaduk, dan baskom, Nilai penyusutan baku syrop pedada.
modal tetap sebesar Rp.128,000/tahun. Modal tetap yang digunakan untuk
Berdasarkan penggunaannya biaya memproduksi usaha sirup mangrove adalah
produksi dibagi menjadi dua yaitu biaya sebesar Rp. 731,000,- meliputi Centong
tetap dan biaya tidak tetap. Biaya tetap pada Kayu, Kain mori, Panci Stanless stell,
usaha dodol mangrove ini terdiri dari Kompor Gas, Penyaring dan Pisau Stanless.
penyusutan modal tetap Rp. 128.075,- Besarnya nilai biaya penyusutan modal
/tahun, biaya sewa bangunan Rp 500.000,-/ tetap dalam satu tahun adalah sebesar Rp.
tahun dan biaya perawatan Rp. 48.725,- 224.250. Total biaya tetap yaitu sewa
/tahun. Total biaya tetap tersebut sebesar bangunan, penyusutan dan perawatan
Rp. 676,800,-/tahun. Sedangkan untuk biaya sebesar Rp. 760,800,-. Sedangkan untuk
variable, terdiri dari tepung api-api, tepung biaya tidak tetap terdiri dari buah pedada,
beras, tepung ketan, gula merah, kelapa, gula pasir, garam, asam sitrat, asam
dan kemasan, Total biaya variable sebesar benzoate, air mineral, botol kaca, kertas
Rp. 181,500/produksi. Dodol merupakan label lilin dan listrik sebesar
jenis makanan yang memiliki daya simpan Rp.363.000/produksi. Dalam satu minggu
hingga 2 bulan. Oleh karena itu, dalam dapat berproduksi sebanyak 2 kali. Musim

223
buah pedada selama 4 bulan, sehingga satu 3) Berdasarkan hasil evaluasi kepada para
musim dapat berproduksi sebanyak 32 kali peserta penyuluhan dan pelatihan
prooduksi. Total biaya variable dalam satu pengolahan mangrove, responden
siklus produksi Rp. 11.616.000,-. Dengan tertarik untuk mengembangkan syrop
demikian total biaya yang diperlukan yaitu mangrove (80%), krupuk mangrove
penjumlahan biaya tetap dan biaya variable (70%) dan brownis (60%). Berdasarkan
sebesar Rp. 12.376.800,-/siklus produksi. kemampuan responden dalam
Dalam satu kali proses produksi dapat melakukan olahan sebanyak 60 %
dihasilkan 30 botol syrop, dengan harga Rp. responden merasa memiliki
15.000,-/botol. Total pproduksi dalam satu kemampuan dalam pengolahan dodol,
siklus 960 botol. Total Penerimaan sirup dan 60 % responden juga merasa
mangrove dalam satu tahun adalah sebesar memiliki kemampuan dalam pengolahan
Rp. 14.400,000. Keuntungan bersih syrop mangrove.
diperoleh dari hasil penjualan sirup 4) Berdasarkan analisis produk yang
mangrove sebesar Rp. . 2.023.200 per diminati responden untuk
tahun. Analisis RC ratio dalam usaha aneka dikembangkan, maka pengembangan
olahan mangrove diperoleh nilai sebesar produk brownis memiliki nilai rentabilitas
1,16. Dari analisa rentabilitas untuk usaha 47,26 %, sedangkan krupuk mangrove
sirup mangrove dalam 1 tahun sebesar 43,41% dan dodol mangrove 46,93%.
16,35%. Sedangkan syrop pedada memiliki
rentabilitas sebesar 16,35 %.
Pembuatan brownis api-api, kerupuk
KESIMPULAN DAN SARAN api-api dan dodol api-api dapat
Kesimpulan dilakukan pada saat musim buah api-api
1) Pelatihan pengolahan pangan berbasis selama 4 bulan. Brownis diproduksi
buah mangrove yang telah seminggu sekali dengan pertimbangan
dilaksanakan, menyebabkan masa simpan brownis tidak lebih dari 5
masyarakat memahami fungsi tanaman hari. Sedangkan krupuk dapat bertahan
mangrove sebagai salah satu sumber lebih lama, dibanding brownis.
dari penganekaragaman diversifikasi
olahan pangan. Selama ini masyarakat Saran
belum pernah mengetahui manfaat 1. Perlu adanya program pendampingan
pohon mangrove sebagai bahan lebih lanjut agar pengembangan usaha
pengganti tepung untuk olahan pangan. berbasis mangrove dapat terlaksana.
2) Pengenalan pengolahan pangan 2. Agar ekosistim mangrove dapat terjaga
berbasis mangrove merupakan peluang dengan baik, maka perlu pengaktifan
pengembangan usaha baru berbasis kembali fungsi POKMASWAS Jangkar
mangrove sebagai produk pangan khas Bahari sebagai pengawas
pantai Damas dan Pantai Cengkrong. keberlangsungan ekosistim mangrove.
Pantai Damas merupakan pantai yang 3. Perlu ada perencanaan penanaman
dikembangkan untuk pariwisata. mangrove secara berkala untuk
Sedangkan Pantai Cengkrong mengembalikan habitat mangrove
merupakan daerah wisata mangrove seperti semula.
yang saat ini mulai dikembangkan.

224
DAFT AR PUSTAKA
Husnan dan Muhammad. 2003. Studi
Kelayakan Proyek.UPP AMP
YKPN. Yogyakarta.

Ibrahim Y. 2003. Studi Kelayakan Bisnis. PT


Rineka Cipta. Jakarta.

Kasmir dan Jakfar. 2003. Studi Kelayakan


Bisnis. Prenada Media. Jakarta.
Nasir, Mohammad. 2003. Metode
Penelitian. Ghalia Indonesia.
Bogor.

Priyono Aris, Diah Ilminingtyas, Mohson,


Lulut Sri, Tengku L. 2010.
Beragam Produk Olahan Berbahan
Dasar Mangrove. KeSemat,
Semarang.

Subagyo A. 2007. Studi Kelayakan Teori


dan Aplikasi. PT Gramedia.
Jakarta.

Susilo, Edi.Hidayat, K. Syafaat, R. Musa, M.


dan Purwanti, P. 2008. Daya
Adaptasi dan Jaminan Sosial
Masyarakat dalam Rangka
Mencapai Ketahanan Pangan
Domestik (Dinamika Kelembagaan
Lokal Pengelola Sumberdaya
Perikanan Kawasan Pesisir)
Laporan Penelitian IRD.
Kementerian Negara Riset dan
Teknologi Republik Indonesia.

225

You might also like