Professional Documents
Culture Documents
KEBUN NGOBO
A. TUJUAN
Tujuan dari praktikum Teknologi Hasil Pertanian ini adalah mengetahui
proses pengolahan komoditas hasil perkebunan
B. TINJAUAN PUSTAKA
Indonesia adalah negara agraris dimana mata pencaharian mayoritas
penduduknya dengan bercocok tanam. Secara geografis Indonesia yang juga
merupakan negara kepulauan memiliki potensi alam yang besar untuk
mengembangkan pertanian. Di Indonesia pertanian mempunyai kontribusi penting
baik terhadap perekonomian maupun terhadap pemenuhan kebutuhan pokok
masyarakat, tetapi dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk yang berarti
bahwa kebutuhan akan pangan juga semakin meningkat (Kesumasari, 2013).
Menurut data Badan Pusat Statistik (BPS) kontribusi sektor pertanian pada Tahun
2011 di Jawa Tengah, khususnya sumbangan terhadap PDRB Jawa Tengah yaitu
sebesar Rp 35.421,5 milyar rupiah dengan laju pertumbuhan sebesar 1,3%.
Kontribusi sektor pertanian ini tidak terlepas dari sumbangan subsektornya, salah
satunya adalah subsektor perkebunan. Dimana pertumbuhan dari sub sektor
perkebunan sebesar 6,06%.
Sektor perkebunan merupakan sub sektor pertanian yang menjadi salah
satu faktor yang dapat mendukung kegiatan perekonomian Indonesia. Salah satu
sektor perkebunan yang cukup besar potensinya dalam perekonomian Indonesia
adalah perkebunan karet. Hal ini terlihat dari meningkatnya eksport karet kering
dari tahun 2006 sebesar 554.634 ton, tahun 2007 meningkat menjadi 578.484 ton
dan pada tahun 2008 meningkat menjadi 586.081 ton (BPS, 2013).
Menurut Kasman (2009) Tanaman karet merupakan salah satu komoditi
utama dari perkebunan di Indonesia untuk ekspor maupun untuk memenuhi
kebutuhan dalam negeri. Indonesia merupakan negara produsen karet dunia
bersama 2 negara produsen karet alam lainnya yaitu Thailand dan Malaysia.
Indonesia memberikan kontribusi sebesar 26 % dari total produksi karet alam
dunia. Tanaman karet banyak tersebar di seluruh wilayah Indonesia, terutama di
Pulau Sumatera, dan juga di pulau lain yang diusahakan baik oleh perkebunan
negara, swasta maupun karet rakyat. Dalam skala yang lebih kecil perkebunan
karet didapatkan pula di Jawa, Kalimantan dan Indonesia bagian Timur. Selain
sebagai penyumbang devisa tanaman karet juga memberikan kontribusi yang
sangat penting dalam pelestarian lingkungan. Upaya pelestarian lingkungan akhir-
akhir ini menjadi isu penting mengingat kondisi sebagian besar hutan alam makin
memprihatinkan.
Pada tanaman karet, energi yang dihasilkan seperti oksigen, kayu, dan
biomassa dapat digunakan untuk mendukung fungsi perbaikan lingkungan seperti
rehabilitasi lahan, pencegahan erosi dan banjir, pengaturan tata guna air bagi
tanaman lain, dan menciptakan iklim yang sehat dan bebas polusi. Pada daerah
kritis, daun karet yang gugur mampu menyuburkan tanah. Daur hidup tanaman
karet yang demikian akan terus berputar dan berulang selama satu siklus tanaman
karet paling tidak selama 30 tahun. Oleh karena itu, keberadaan pertanaman karet
sangat strategis bagi kelangsungan kehidupan, karena mampu berperansebagai
penyimpan dan sumber energi (Indraty, 2005).
Kebutuhan pasar dunia akan karet semakin meningkat sejalan dengan
semakin berkembangnya perindustrian. Karet dijadikan sebagai bahan baku
industri antara lain sebagai bahan baku industri ban kendaraan, peralatan medis
maupun sebagai pelengkap dan peralatan industri itu sendiri. Industri karet tidak
akan pernah mati, bahkan terus berkembang dan menunjukkan perkembangannya.
Data dari International Rubber Study Group (IRSG) dalam Diennazola dkk
(2012) menyebutkan, diperkirakan pada 2020 mendatang, konsumsi karet dunia
akan menyentuh angka 35,9 juta ton. Dari angka ini, konsumsi karet alam
sebanyak 16,5 juta ton dan karet sintetis 19,3 juta ton. Maka dari itu, Indonesia
berusaha memanfaatkan peluang ini untuk mengembangkan ekspor karet dengan
memperbaiki budidaya karet agar kualitas dan kuantitas karet dari Indonesia dapat
mempertahankan posisinya di pasar dunia. Perkebunan karet di Indonesia tercatat
memiliki pertumbuhan yang pesat, baik luasan areal maupun produksi.
Pengusahaan tanaman karet di Indonesia merupakan pertanaman rakyat yang
sudah ada sejak lama dan masih diusahakan.
Tanaman karet (Hevea brasiliensis) merupakan tanaman perkebunan yang
bernilai ekonomis tinggi. Tanaman tahunan ini dapat disadap getah karetnya
pertama kali pada umur tahun ke-5. Dari getah tanaman karet (lateks) tersebut
bisa diolah menjadi lembaran karet (sheet), bongkahan (kotak), atau karet remah
(crumb rubber) yang merupakan bahan baku industri karet. Kayu tanaman karet,
bila kebun karetnya hendak diremajakan, juga dapat digunakan untuk bahan
bangunan, misalnya untuk membuat rumah, furniture dan lain-lain
(Moreno et al., 2005)
Karet merupakan komoditi perkebunan primadona ekspor. Indonesia
bersama dua negara podusen karet alam terbesar dunia yaitu Thailand dan
Malaysia, memberikan kontribusi sebesar 75% terhadap total produksi karet alam
dunia. Khususnya Indonesia memberikan kontribusi sebesar 26% dari total
produksi karet alam dunia. Diproyeksikan hingga tahun 2020 konsumsi karet
alam dunia akan terus mengalami peningkatan rata-rata sebesar 2,6 % per tahun
(Balitbangtan, 2005).
Prospek agribisnis karet diprediksi oleh para ahl/i akan semakin
menjanjikan di masa yang akan datang. Peningkatan harga karet alam di pasaran
dunia terjadi karena adanya defisit suplai karet alam dibanding permintaan yang
terus meningkat tajam disertai tingginya harga bahan baku karet sintetis yang
merupakan barang substitusi karet alam akibat tingginya harga minyak mentah
dunia. Negara-negara seperti Amerika Serikat, Eropa, Jepang, dan China
merupakan contoh konsumen besar karet alam. Defisit suplai karet alam dunia
salah satunya disebabkan oleh rendahnya produktivitas tanaman karet. Usaha-
usaha yang dapat ditempuh untuk meningkatkan produktivitas tanaman di antanya
adalah penggunaan bahan tanam unggul dan penerapan sistem eksploitasi yang
tepat. Selain kedua faktor tersebut, faktor lain yang memiliki pengaruh signifikan
terhadap produktivitas adalah pemeliharaan tanaman baik pada fase betum
menghasilkan (TBM) maupun fase menghasilkan (TM) (Anwar, 2006).
Produktivitas tanaman karet sangat ditentukan oleh kapasitas produksi
tanaman dan hamparan, sedangkan kapasitas produksi secara langsung
dipengaruhi oleh tingkat pemeliharaan tanaman. Oleh sebab itu, pemeliharaan
memegang peranan penting dalam peningkatan produktivitas tanaman. Seperti
halnya tanaman perkebunan pada umumnya, tanaman karet memerlukan tindakan
pemeliharaan secara agronomis untuk menunjang pertumbuhan dan
perkembangannya. Tanaman karet yang tidak dipelihara dengan baik akan
menghasilkan tanaman karet yang heterogen sehingga produktivitas areal menjadi
rendah. Di samping itu, tanaman juga mengalami hambatan pertumbuhan dan
perkembangan sehingga matang sadap dicapai dalam waktu yang lebih lama.
Pemeliharaan tanaman yang baik hendaknya dilakukan sejak pertama kali
tanaman dipindah ke lapangan (Aguele et.al., 1995).
Menurut Setyamidjaja (1999), karet dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
Kingdom : Plantae
Divisio : Spermatophyta
Subdivisio : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliosida
Ordo : Euphorbiales
Famili : Euphorbiareae
Genus : Hevea
[BPS] Badan Pusat Statistik Indonesia. 2011. Luas Tanaman Perkebunan Besar
Menurut Jenis Tanaman di Indonesia. Jakarta: BPS Indonesia.
[BPS]. Badan Pusat Statistik. 2009. Ekspor Karet dalam Bentuk Remah Menurut
Negara Tujuan Utama, 2000-2013. Jakarta: BPS Indonesia.
Aguele, Felix Osarumhense., Justice Agbonayinma Idiaghe., dan Tochukwu Uzoma
Apugo-Nwosu. 2015. A Study of Quality Improvement of Natural Rubber
Products by Drying Methods. Journal of Materials Science and Chemical
Engineering, Vol.3 No.1 Hal : 7-12
Anwar, Chairil. 2006. Perkembangan pasar dan prospek agribisnis karet di Indonesia
. Prosiding Lokakarya Budidaya Tanaman Karet. Pusat penelitian Karet.
Budiman S. 1976. Beberapa Aspek Penting Pada Pengolahan Karet Remah Dari
Bahan Baku Lump. Menara Perkebunan Vol. 44 No. 2 Hal: 111-121.
Cahyono, B. 2010.Cara Sukses Berkebun Karet. Cetakan Pertama. Pustaka Mina.
Jakarta
Diennazola, R., S. Utama, dan W. Listianingsih. 2012. Sadap Dengan Benar,
Produksi Optimal. Tabloid Agribisnis Agrina.Bogor
Tim Penulis, PS. 1994. Karet : Strategi Pemasaran Tahun 2000 Budidaya dan
Pengolahan. Cetakan VI. Jakarta : Swadaya.
LAMPIRAN
1. Penerimaan Lateks
2. Proses Pembekuan
a) Pengenceran Asam Semut
Disusun oleh: