Professional Documents
Culture Documents
Abstract
From year to year the development of ruko is mushrooming in the city of Makassar. A thing
that need to be concern is the planning of technical feasibility, therefore it need a guidelines
of the planning of simple ruko. Dealing with the planning guidelines to the position of
Indonesia in the anxious earthquake areas for loading on the planning of shop building with
reinforced concrete materials need to review the earthquake forces. The aims of this study is
to determine the general form of the ruko as well as regarding their use which can be
applied qualification loads and get a decent cross-sectional dimensions in accordance with
its location in the city of Makassar. Research carried out by direct measurement on the ruko
and the study parameters in this regard include landscapes, soil types, loads corresponding
to the actual designation of ruko. Result of research shows that there was still inconsistency
dimension that was used with the number of load acting on the building. Damage generally
occurs in the column where the column dimensions were not able to support the load design.
Keywords: guidelines, earthquake forces, loads, dimensions
PENDAHULUAN
Bangunan yang direncanakan sebagai bangunan ruko dan strukturnya didesain dengan sistem konstruksi beton
bertulang biasa. Struktur terdiri atas 3 lantai yang direncanakan untuk menahan beban mati (dead load), beban
hidup (live load), dan beban gempa (earthquake). Analisa struktur dihitung dengan menggunakan software SAP
2000 versi 9.0.3.
Struktur terdiri dari balok dan kolom yang membentuk rangka portal (Portal Frame) sedang pelat secara umum
didesain sebagai two way slab. Tahap awal analisa adalah mempelajari sistem struktur yang dapat dipakai
dengan mengikuti persyaratan-persyaratan yang ditentukan/ditetapkan dan menentuan pembebanan berdasarkan
fungsi ruangan ruangannya.
Analisa pembesian balok dan kolom dilakukan dengan software SAP 2000 versi 9.0.3 dimana faktor reduksi
kekuatan (Re = 3.5 untuk wilayah gempa zona II) diambil sesuai dengan SNI 03-2847-2002. Struktur bangunan
dianalisa secara 3 dimensi dengan menggunakan SAP 2000 versi 9.0.3 dan didesain sebagai Struktur Rangka
Pemikul Momen Biasa (Ordinary Resisting Moment Frame).
Perencanaan dalam perhitungan bangunan ruko ini, dalam segala hal memenuhi semua peraturan dan ketentuan
yang berlaku di Indonesia.
Untuk menyelesaikan masalah tersebut maka penelitian ini dibatasi sebagai berikut:
1. Bentang tipikal yang dipakai dalam pembangunan.
2. Kondisi tanah tempat akan didirikannya bangunan.
3. Kekuatan beton yang diperkirakan umum dapat dicapai oleh pengerjaan sederhana.
4. Kekuatan baja tulangan yang umum didapatkan dipasaran dan dipakai pada bangunan sederhana.
5. Perkiraan kualifikasi beban aktual sesuai pemakaian ruko.
6. Penentuan wilayah gempa guna menentukan pengaruh gaya gempa.
ANALISA STRUKTUR
Analisa Pembebanan Tetap
Analisa beban vertikal (dead load + live load) dilakukan dengan membuat input untuk untuk dua jenis kasus
pembebanan. Distribusi beban pada balok dan kolom dilakukan secara langsung oleh SAP 2000 versi 9.0.3.
Analisa Gempa
Beban gempa dianalisa dengan metode analisa dinamis. Dari hasil penganalisaannya akan dilakukan
perbandingan yang kemudian diambil pembebanan yang paling maksimum. Penentuan grafik Respon Spectrum
berdasarkan SNI 03-1726-2003, untuk tanah Keras dan Lunak wilayah Gempa Zona II berdasarkan Percepatan
Puncak Dasar Batuan = 0.1 g dan periode ulang 50 tahun.
Kombinasi beban gempa rencana yang dipakai adalah 100% di satu arah dan 30% di arah tegak lurusnya. Hal
ini dilakukan dengan tujuan agar bangunan mampu memikul beban yang datangnya dari arah manapun.
Untuk memenuhi persyaratan kinerja batas layan struktur gedung dalam segala hal, simpangan antar-tingkat
yang dihitung dari simpangan struktur gedung menurut SNI 03-1726-2003 pasal 8.1.2 tidak boleh melampaui
.
kali tingkat yang bersangkuatan atau 30 mm bergantung yang mana yang nilainya terkecil. Dimana R
adalah faktor reduksi gempa representatif dari struktur yang bersangkutan (R = 3.5, sistem rangka pemikul
momen biasa untuk beton bertulang).
Gambar 1. Tampilan 3D
Modulus elastisitas beton= 4700 = 21201.533 MPa
Berat jenis beton = 2.4 t/m3
Massa jenis beton = (2.4/9.81) = 0.2446 t/m3
Poisson ratio = 0.175
Karena satuan Mpa setara dengan Nmm, maka terlebih dahulu satuannya diganti menjadi Nmm kemudian
menginput data ke Define Material CONC - Modify/Show Material
Memasukkan parameter penampang dengan cara Define Frame Section Add Rectangular
Data mengenai Reinforcement Overrides for Ductile Beams adalah Perencanaan Struktur balok Pemikul
Momen Khusus, karena balok yang direncanakan adalah balok biasa maka nilainya dapat dibiarkan = 0
Scale Factor =
=
= 2,8029
.
Dimana :
G = Gravitasi (9,81 m/s2)
I = faktor keutamaan untuk gedung perniagaan = 1
R = faktor redusi gempa = 3,5 (beton bertulang pemikul momen biasa)
Arah U1 = 100 % x 2,8092 = 2,8092
Arah U2 = 30 % x 2,8092 = 0,8409
Tahap akhir pembebanan adalah dengan mengatur kombinasi pembebanan sesuai SNI 03-2847-2002 pasal 11.2
mengenai kuat perlu dan 11.3 mengenai kuat rencana, maka direncanakan dengan memperhitungkan pengaruh
gempa rencana dua arah dan didapatkan kombinasi berikut:
a. 1.4 D
b. 1.2 D + 1.6 L
c. 1.2 L + L E
d. 0.9 D 0.9 E
Dimana: D = Beban mati
L = Beban hidup
E = Beban gempa
Selanjutnya beban-beban dimasukkan ke dalam frame atau titik yang telah ditentukan dengan terlebih dahulu
menyeleksi area, frame atau titik yang akan diberi beban.
Setelah geometri, material, penampang, dan pembebanan telah selesai didefenisikan, maka analisa struktur
sudah dapat dilakukan.
Desain Penampang
Mendesain penampang dan jumlah tulangan yang dibutuhkan : Design Concrete Frame Design Start
Desing/Check of structure
Karena mengacu pada peraturan perencanaan di Indonesia (SK SNI 03-2847-2002), maka kita
menggunakan peraturan ACI 318-99 yang menjadi acuan peraturan beton bertulang Indonesia.
Desain struktur beton bertulang dengan menganggapnya struktur tahan gempa, dengan kategori ordinary
(sway Ordinary).
Hasil dari proses desain struktur pada layer akan ditampilkan luas tulangan lentur (kondisi default), dan melalui
menu Design - Display Design Info maka informasi luas tulangan dapat dipilih.
Gambar 2 memperlihatkan luas tulangan lentur pada elemen balok. Hasil analisa memperlihatkan luas tulangan
pada lantai 2.
Untuk memudahkan identifikasi luas tulangan maksimum tiap section, maka hasil perhitungan dapat di eksport
ke format excel.
Selanjutnya dari tabel tabulasi tersebut kemudian dipilih luas tulangan maksimum berdasarkan dimensi balok
dan kolom yang kemudian dibuat rekapitulasi untuk perhitungan jumlah tulangan yang dibutuhkan berdasarkan
diameter tulangan yang digunakan.
Selain dapat memperlihatkan luas tulangan lentur pada elemen, SAP 2000 v.9.0.3 juga dapat memperlihatkan
grafik momen, grafik gaya lintang, dan grafik gaya normal yang bekerja pada ruko sesuai dengan kombinasi
pembebanan beban hidup, beban mati, dan beban gempa yang dipilih.
Hasil analisa juga memperlihatkan bahwa dimensi penampang minimum yang digunakan untuk balok adalah
40x30 mm2 dan untuk kolom 30x30 mm2. Apabila dimensi yang digunakan dalam merencanakan ruko 3 lantai
dalam menahan beban mati, beban hidup, dan beban gempa lebih kecil, maka bangunan yang direncanakan
akan mengalami kegagalan struktur. Hal ini disebabkan kolom tidak mampu menahan beban yang bekerja pada
ruko.
Gambar 6 memperlihatkan kegagalan akibat dimensi kolom yang lebih kecil dari hasil analisa yang telah
didapatkan.
Keterangan:
= kekuatan kolom tidak memenuhi
O/S = kekuatan tulangan tidak memenuhi
SIMPULAN
Setelah menganalisis struktur dengan menggunakan software SAP 2000 versi 9.0.3 maka didapatkan
kesimpulan berikut:
1. Hal yang harus diperhatikan membangun sebuah ruko antara lain kondisi tanah tempat akan didirikannya
bangunan, kekuatan beton, kekuatan baja tulangan, perkiraan kualifikasi beban actual sesuai pemakaian
ruko, dan penentuan wilayah gempa guna menentukan pengaruh gaya genmpa.
2. Dimensi penampang yang layak bagi komponen struktur bangunan ruko dengan beban yang sesuai dengan
letaknya di Kota Makassar adalah untuk balok 40x30 mm2 dan untuk kolom 30x30 mm2.
DAFTAR PUSTAKA
BSN. 2002. Tata Cara Perhitungan Struktur Bangunan Gedung (SNI 03-2847-2002)
Direktorat Penyelidikan Masalah Bangunan. 1981. Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung 1983.
Stensil. Bandung.
Nawy, E.G. 2009. Reinforced Concrete a fundamental approach, 6th ed. Prentice Hall. New Jersey.
Puslitbang Dept. Pemukiman dan Prasarana. 2002. Standar perencanaan Ketahanan Gempa Untuk Struktur
Bangunan Gedung (SNI 03-1726-2002)
Rahmat Purwono, Tavio. 2007. Evaluasi Cepat Sistem Rangka Pemikul momen Tahan Gempa. ITSPRESS.
Surabaya.
Rahmat Purwono et.al. 2009. Tata Cara Perhitungan Struktur Beton Untuk Bangunan Gedung (SNI 03-2847-
2002) Dilengkapi Penjelasan. ITSPRESS. Surabaya.
Sunggono KH. 1995. Buku Teknik Sipil. NOVA. Bandung.
Suyono NT. 2007. Rangkuman Peraturan Pembebanan Indonesia Untuk Gedung-1983.