You are on page 1of 5

Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti menjelaskan, kasus tersebut berawal

dari laporan salah seorang warga Bekasi, Dewi Septiani yang mengaku menemukan
kejanggalan dari beras yang dibelinya di Toko Madu, Pasar Mutiara Gading, Bekasi
pada 13 Mei 2015. Pasalnya, saat beras tersebut dimasak sang adik, terasa seperti
basi dan setelah dimakan menyebabkan mual dan sakit perut, akhirnya diduga beras
palsu. Kemudian meng-upload beras ini ke media sosial, kemudian juga di email ke
BPOM tapi lamannya salah sehingga tidak masuk.

Pada 19 Mei 2015 penemu beras plastik tersebut dilaporkan ke Polsek Bantar
Gebang Bekasi dan selanjutnya dilakukan pemeriksaan dan penyitaan terhadap
sampel.
"Yang disita tidak hanya sampel, tapi beras yang dimasak juga. Dari Disperindag
Bekasi juga mengambil sampel yang diduga beras palsu tadi. Kemudian dari
Disperindag Bekasi diminta pemeriksaan di lab Sucofindo, kemudian di Polres
dimintakan diperiksa lab BPOM, laboratorium forensik, lab Kemendag, dan lab
Kementan," jelas Badrodin.

Berdasarkan hasil pemeriksaan seluruh lembaga tersebut, ternyata hasil lab


Sucofindo dinyatakan positif mengandung plastik, shingga Wali Kota Bekasi langsung
menyampaikan ke media bahwa itu mengandung plastik. Namun, dari hasil uji
laboratorium forensik, BPOM, Kemendag, dan Kementan justru negatif dan tidak ada
unsur plastik. "Kami masih belum yakin, kemungkinan salah pengambilan sampel
(Fajriah, 2015).

Beras plastik yang dinyatakan negatif telah diuji di lima laboratorium. Lima lab
yang digunakan untuk menguji beras plastik yakni, lab forensik Polri, lab Badan
Pengawas Obat dan Makanan (BPOM), lab Badan Penelitian dan Pengembangan
(Balitbang) Kementerian Pertanian (Kementan), lab Kementerian Perdagangan
(Kemendag), dan Pusat Penelitan dan Teknologi (Puspitek) Serpong, Tangerang
Selatan (Arjawinangun, 2015).

Kapolri Jenderal Polisi Badrodin Haiti mengatakan, perbedaan hasil uji


laboratorium dari Sucofindo dan BPOM serta Bareskrim Polri disebabkan karena
terjadinya perbedaan interpretasi hasil analisis, terutama yang menggunakan Gas
Chromatography Mass Spectrometry (GCMS).Di mana hasil analisis yang dikeluarkan
Sucofindo adalah hasil analisis kualitatif tanpa dilakukan konfirmasi dengan senyawa
baku, dari bahan plastik yang diduga terkandung dalam sampel yang dianalisis
Selain itu, kemungkinan lainnya karena adanya kontaminasi terhadap peralatan
analisis yang digunakan dalam sampel beras yang digunakan Sucofindo tersebut.

Sementara itu, Kepala BPOM Roy Sparingga menambahkan bahwa uji


laboratorium yang dilakukannya juga menggunakan baku banding yang juga telah
divalidasi prosesnya. Selain itu, pihaknya juga menguji kesetaraan substansi antara
beras normal dengan sampel tersebut. Jika mengandung bahan plastik seperti yang
dilaporkan Sucofindo, kami juga menguji logam berat. Hasil sudah jelas tidak beda
nyata antara beras sampel dan beras standar. Tidak terdeteksi di sana. Jadi, laporan
kami menyatakan tidak mengandung beras plastik.

Beras Asli Beras Plastik


Beras asli tampak bening namun Ciri ciri beras plastik sintesis warnanya
terdapat warna putih susu di tengah- bening saja
tengahnya
Tekstur cenderung kasar saat dipegang Tekstur lebih halus dan lembut karena
berbahan plastik
Beras asli akan menyerap air saat Sedangkan beras palsu malah akan
dimasak mengeluarkan air saat dimasak
Jika dimasukkan ke penanak tekstur Jika beras plastik palsu akan lembek
akan berubah jadi lembut saat dimasukan ke penanak dan
cenderung keras, saat dikeluarkan akan
semakin kering dan mengeras
Saat dimasak akan mengeluarkan Sedangkan beras plastik sintesis
aroma harum karena HO2 mengeluarkan aroma sangit saat
dimasak
Sesudah dimasak akan terasa manis Cenderung berbau sangit dan beraroma
saat dimakan karena kandungan bahan kimia
glukosa dan karbohidratnya
Sumber : Yudista, Radit
Penjelasan Badan POM Mengenai Beras yang Diduga Mengandung Plastik
Sehubungan adanya pemberitaan terkait dugaan beredarnya beras yang
mengandung plastik, Badan Pengawas Obat dan Makanan (Badan POM)
memberikan penjelasan kepada masyarakat sebagai berikut:
1. Bahwa Badan POM tidak pernah menerima email/telepon/SMS/ tweet tentang
pengaduan mengenai beras yang diduga mengandung plastik dari Sdri. Dewi
Septiani, alamat email Unit Layanan Pengaduan Konsumen (ULPK) Badan POM
adalah ulpk@pom.go.id dan ulpk_ badanpom@yahoo.co.id
2. Bahwa Badan POM menerima sampel beras yang diduga mengandung plastik,
dengan status sebagai barang bukti, dari Penyidik Polri pada Polsek
Bantargebang pada Selasa Sore, 19 Mei 2015 untuk dilakukan pengujian
laboratorium.
3. Bahwa Badan POM telah melakukan pengujian laboratorium terhadap sampel
beras sebagaimana dimaksud pada angka 2 dengan menggunakan FTIR (Fourier
Transform InfraRed Spectroscopy) untuk mengidentifikasi gugus fungsi bahan,
identifikasi jenis polimer yang mungkin terkandung dalam beras. Selain itu juga
dilakukan pengujian titik leleh beras menggunakan alat DSC (Differential
Scanning Calorymeter), untuk memperkuat hasil uji, dilakukan uji kesetaraan
substansi dengan beras standard, meliputi analisis proksimat dan logam berat.
4. Bahwa selanjutnya hasil uji dari laboratorium Badan POM tersebut diserahkan
kembali kepada Penyidik Polri pada Polsek Bantargebang pada 22 Mei 2015.
5. Bahwa sesuai ketentuan Pasal 17 Huruf a angka 1 Undang-Undang Nomor 14
Tahun 2008 tentang Keterbukaan Informasi Publik, Badan POM tidak
mengumumkan hasil uji laboratorium tersebut, tetapi menyerahkan hasil uji
kepada Penyidik Polri pada Polsek Bantargebang untuk digunakan dalam proses
penyidikan tindak pidana.
6. Bahwa Badan POM telah menghubungi The International Food Safety Authorities
Network (INFOSAN) atau lembaga otoritas pangan di bawah Organisasi
Kesehatan Dunia (WHO) pada 21 Mei 2015 untuk menanyakan apakah ada
kasus beras plastik yang beredar di negara lain. INFOSAN memastikan tidak ada
kasus beras plastik di negara lain.
7. Bahwa pada 27 Mei 2015, Kepala Badan POM bersama dengan Kapolri, Menteri
Perdagangan, Menteri Pertanian, dan Kepala BIN telah memberikan penjelasan
kepada publik, termasuk penjelasan tentang hasil pengujian Badan POM
terhadap sampel beras yang diduga mengandung plastik dengan hasil negatif.
8. Sebagai perlindungan terhadap masyarakat, Badan POM, melalui Balai
Besar/Balai POM di 32 provinsi akan mengawal pengawasan di daerah melalui
Jejaring Pengawasan Pangan Daerah, dimana focal point keamanan pangan di
daerah adalah Balai Besar/Balai POM, jika ada informasi lebih lanjut terhadap
kasus ini akan segera diumumkan kepada masyarakat.
Badan POM akan tetap memantau dan mengawasi isu ini, jika memerlukan
informasi lebih lanjut, dapat menghubungi Contact Center HALOBPOM 1-500-533,
SMS 0-8121-9999-533, email halobpom@ pom.go.id, atau Unit Layanan Pengaduan
Konsumen (ULPK) Balai Besar/Balai POM di seluruh Indonesia. Jakarta, 29 Mei
2015 Biro Hukum dan Humas Badan POM.
Jakarta, Hingga saat ini belum ada bukti kuat bahwa memang ada beras atau
nasi yang terbuat dari plastik di pasaran. Namun demikian masyarakat begitu
gempar ketika beredar video-video yang tampak menunjukkan nasi dengan sifat
seperti plastik.
BPOM telah menulusuri video tersebut dan mengklarifikasinya sebagai hoax. Isu
beras plastik memang mulai ramai di Indonesia sejak tahun 2015 lalu namun di
dunia sendiri isu ini sudah beredar cukup lama.
Dikutip dari BBC isu beras plastik diduga awalnya bermula di China pada tahun
2010. Saat itu beredar rumor di media sosial tentang bagaimana beras plastik
diproduksi dan dicampur dengan beras asli untuk mengelabui konsumen.
Isu pun terus berkembang hingga muncul laporan tak terkonfirmasi yang menyebut
bahwa telah diproduksi sejumlah besar kepingan plastik dijual sebagai beras. Rumor
terus beredar menyebar membuat keresahan di negara-negara Afrika, India, dan tak
terkecuali Indonesia.
Hal yang membuat rumor beras plastik menjadi 'sukses' adalah sikap dari warganet
banyak membuat atau menyebarkan video bola nasi membal. Disebutkan bahwa
sifat-sifat seperti itu menjadi tanda bahwa beras terbuat dari plastik padahal
memang itu sifat alaminya. "Karakteristik alami dari beras adalah karbohidrat serta
protein. Anda memang bisa melakukan hal seperti itu (membentuk dan
memantulkannya -red) dengan beras," ungkap Direktur Asosiasi Beras Inggris
Alexander Waugh seperti dikutip dari BBC, Senin (28/8/2017).
Jurnalis Prancis Alexandre Capron menyebut mungkin ada unsur kesengajaan di
balik isu beras plastik. Bisa ada alasan proteksionisme dan ketidakpercayaan pada
beras impor sehingga beberapa orang sengaja menyebarkannya. "Rumor-rumor
seperti ini lebih populer di negara yang masih sangat bergantung pada beras impor
seperti Pantai Gading dan Senegal. Rumornya cukup besar sehingga pemerintah
setempat terdorong untuk membuat pernyataan langsung... Bahwa tidak ada beras
plastik," ujar seorang jurnalis Prancis Alexandre Capron.

Arjawinangun, Komaruddin Bagja. 2015. Plastik Negatif Diuji di Lima Laboratorium.


https://ekbis.sindonews.com/read/1005925/34/beras-plastik-negatif-diuji-di-lima-
laboratorium-1432711009

Fajriah, Lily Rusna. 2015. Hasil Lab Sucofindo dan BPOM soal Beras Plastik Beda.
https://ekbis.sindonews.com/read/1005599/34/hasil-lab-sucofindo-dan-bpom-soal-
beras-plastik-beda-1432641244

Fajriah, Lili Rusnah. 2015. Ini Hasil Uji Lab Beras Plastik.
https://ekbis.sindonews.com/read/1005574/34/ini-hasil-uji-lab-beras-plastik-
1432636611. Diakses pada 4 september 2017-09-05

Yudista, Radit. Kenali Ciri Ciri Beras Plastik Sintesis Yang Beredar di Indonesia.
https://www.masbroo.com/kenali-ciri-ciri-beras-plastik-sintesis-yang-beredar-di-
indonesia.html

You might also like