Professional Documents
Culture Documents
ISBN 979-587-580-9
ABSTRACT
ABSTRAK
Kerentanan lahan merupakan salah satu indikator kerusakan DAS (daerah aliran sungai).
Masalah kerentanan di dalam suatu DAS merupakan masalah awal yang menimbulkan
masalah lainnya seperti banjir, penurunan produktivitas lahan, erosi, dan sedimentasi.
Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi tingkat kerentanan lahan di DAS
Musi secara cepat, mudah, dan murah. Metode yang digunakan adalah analisis tipologi
DAS sebagai formula untuk mengidentifikasi kerentanan lahan berdasarkan faktor-faktor
seperti sistem lahan dan penutupan lahan. Tingkat kerentanan lahan dibedakan menjadi
lima kategori yaitu sangat rendah, rendah, sedang, tinggi, dan sangat tinggi. DAS Musi
dibagi menjadi 14 Sub DAS. Masing-masing sub DAS diidentifikasi tingkat kerentanan
lahannya. Hasil analisis menunjukkan bahwa sub DAS yang mempunyai tingkat
kerentanan lahan yang tinggi meliputi sub DAS Musi Hulu, Kelingi, dan Kikim, sedangkan
sub DAS yang mempunyai tingkat kerentanan lahan yang rendah meliputi sub DAS Deras,
Baung, dan Semangus. Berdasarkan hasil analisis maka program rehabilitasi lahan di DAS
Musi dapat difokuskan ke sub Musi Hulu, Keling, dan Kikim.
1
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN 979-587-580-9
PENDAHULUAN
2
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN 979-587-580-9
Lokasi Penelitian. Lokasi kegiatan kajian dilakukan di DAS Musi yang secara
administrasi berada pada wilayah Propinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, dan
Lampung.
Bahan dan Peralatan. Bahan yang diperlukan dalam kajian ini antara lain:
1. Peta-peta (hard copy dan digital) skala sekitar 1: 250.000 antara lain peta Rupabumi
Indonesia, tanah, geologi, penutupan/penggunaan lahan, RePPProT, 2. Bahan GIS untuk
pencetakan peta dan prosesing data dan Peralatan yang diperlukan meliputi, ialah 1.GPS,
meteran, abney level, 2.Unit perangkat GIS.
Rancangan Penelitian. Penelitian atau kajian yang dilakukan merupakan aplikasi
formulasi Sistem Karakterisasi DAS yang disusun dalam formula Tipologi DAS seperti
pada buku Sistem Perencanaan Pengelolaan DAS (Paimin, et al., 2012). Formula yang
tersusun perlu dievaluasi keandalannya melalui aplikasi lapangan. Karakterisasi DAS
dengan formula Tipologi DAS secara skematis seperti pada diagram alir Gambar 1 dan
formula rinci disajikan pada Lampiran 1. Formula Tipologi DAS yang menunjukkan
kerentanan lahan atau tipologi lahan merupakan interaksi antara bentuk lahan dan
penutupan lahan.
Daerah
Kebanjiran
Tipologi Banjir
Hujan Potensi Banjir
Sistem Lahan
Tipologi DAS
Tipologi Lahan
Penutupan
Lahan Tipologi DTA
Kepadatan
Penduduk Kerentanan
Penduduk
Struktur
Ekonomi Tipologi
Tipologi Sosial
Pendapatan Ekonomi Pengelolaan
DAS
Kerentanan
Pertumbuhan
Ekonomi
Ekonomi
Luas DAS
Tipologi Wilayah
Wilayah
DAS
Gambar 1. Diagram alir analisis tipologi DAS (Sumber Paimin et al. 2012)
alami DAS dengan wilayah administrasi. Dalam wilayah DAS tersebut diidentifikasi
parameter penyusun lainnya. Sistem lahan atau bentuk lahan didekati dari peta RePPProT
dengan dikoreksi melalui pengamatan lapangan. Data penutupan lahan diperoleh dari peta
RBI yang dikoreksi dengan pengematan lapangan.serta dibantu dengan penginderaan jauh.
Analisis Data. Analisis data diarahkan sesuai dengan diagram Tipologi DAS
namun khusus hanya sampai tipologi lahan. Penilaian masing-masing faktor baik bentuk
lahan dan penutupan lahan seperti pada Lampiran 1. Prosesing data biofisik dibantu
dengan perangkat Sistem Informasi Geografis (Geographic Information System=GIS)
dengan sortware Arc.GIS.
Kategori tingkat karakter (kerentanan) masing-masing komponen/aspek dinyatakan
berdasarkan hasil perhitungan nilai akhir seluruh parameter, dengan menggunakan
klasifikasi peringkat sebagai berikut : (1) Sangat Tinggi/Sangat Rentan/Sangat terdegradasi
(nilai >4,3), (2) Tinggi/ Rentan/ Terdegradasi (3,5 4,3), (3) Sedang/Agak Rentan/Agak
terdegradasi (2,6 3,4), (4) Rendah/ Sedikit Rentan/Sedikit terdegradasi (1,7 - 2,5), dan
(5) Sangat Rendah/Tidak Rentan/Tidak terdegradasi (< 1,7).
HASIL
Tipologi Kewilayahan
Wilayah DAS Musi mencakup luasan sekitar 5.348.641 ha, membentang di wilayah
Provinsi Sumatera Selatan, Bengkulu, Jambi, dan Lampung. Walaupun DAS Musi masuk
dalam empat propinsi namun didominasi oleh Propinsi Sumatera Selatan (95 %),
sedangkan Propinsi Bengkulu, Jambi, dan Lampung masing-masing adalah 4 %; 0,6 %;
dan 0,4 %. DAS Musi mencakup wilayah 21 Kabupaten dan Kota serta terdiri dari 14 Sub
DAS. Perincian luas masing-masing propinsi dan kabupaten serta luas masing-masing sub
DAS dapat dilihat pada Tabel 1 sedangkan penyebarannya dapat di lihat pada Gambar 2.
4
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN 979-587-580-9
5
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN 979-587-580-9
Sistem lahan Dataran terdiri dari Dataran Aeknabontair (ANB), Bukit Tinggi
(BGI), Batuapung (BTG), Barong Tomgkok (BTK), Dolokparlajan (DKP), Muara Beliti
(MBI), Pakasi (PKS), Sungai Aur (SAR), Sukaraja (SKA), Sungai Madang (SMD),
Tebingtinggi (TTG), dan Teweh (TWH). Sistem lahan Dataran Aluvial dipilah menjadi
Dataran Aluvial Kahayan (KHY), Solo; (SLK), dan Tanjung (TNJ). Sistem Lahan Jalur
Kelokan hanya Sebangau (SBG), demikian juga untuk Lembah Aluvial hanya Bakunan
(BKN). Sistem Lahan Kipas dan Lahar terdiri dari Gajo (GJO), Kuranji (KRJ), dan
Talamau (TLU). Sistem Lahan Pegunungan berupa Pegunungan Bukit Pandan (BPD), Batu
Ajan (BTA), Gunung Gadang (GGD), Pandreh (PDH), Tambera (TBA), Tanggamus
(TGM), dan Telawi (TWI). Sistem Lahan Perbukitan terdiri dari Perbukitan Air Hitam
Kanan (AHK), Bukit Baringin (BBR), Bukit Masung (BMS), Gunung Samang (GSM),
Kalung (KLG), Maput (MPT), Mantalat (MTL), dan Ulubandar (UBD). Sistem Lahan
Rawa-Rawa terdiri dari Rawa-Rawa Beliti (BLI), Gambut (GBT), Klaru (KLR), dan
Mendawai (MDW), sedangkan sistem lahan Teras-Teras berupa Teras-Teras Sungai
Mimpi (SMI) dan Sungai Manau (SMN).
Dari Tabel 2 terlihat bahwa sistem lahan yang dominan di DAS Musi adalah
dataran yang menempati luas sebesar 62,7 % dari luas DAS. Bentuk lahan pegunungan dan
perbukitan menempati porsi masing-masing sebesar 14,2 % dan 6,5 %. Sistem lahan rawa
dan jalur kelokan menempati luas 5 % dan 4,3 %.
6
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN 979-587-580-9
besar (50%) terhadap terjadinya lahan kritis, sedangkan lereng dan runoff curve number
masing-masing memberikan pengaruh 40 % dan 10 %
Kerentanan lahan
Kerentanan lahan di DAS Musi tersebar di beberapa Sub DAS, namun yang tingkat
kerentanannya tinggi dan dominan terjadi di Sub Kelingi dan Sub DAS Musi Hulu yang
masuk dalam Propinsi Bengkulu serta Sub DAS Lematang dan Sub DAS Komering yang
masuk di Propinsi Sumatera Selatan dan Lampung. Penyebaran tingkat kerentanan lahan
dapat dilihat pada Gambar 5. Hasil interaksi system lahan dan penutupan lahan
menghasilkan tingkat kerentanan lahan potensial terhadap erosi. Besarnya tingkat
kerentanan lahan setiap Sub DAS seperti disajikan pada Tabel 3 dan sebarannya seperti
pada Gambar 5.
Tabel 3. Luas Daerah Rentan Lahan di Tiap-tiap Sub DAS di DAS Musi
1 2 3 4 5
Dari Tabel 3 terlihat bahwa hampir semua Sub DAS di DAS Musi mempunyai tingkat
kerentanan lahan sedang dengan skor dari 2,61 (Sub DAS Semagus) sampai 3,43 (Sub
DAS Musi Hulu). Sedangkan sub DAS Deras dan Baung termasuk kategori agak rentan
8
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN 979-587-580-9
PEMBAHASAN
Berdasarkan hasil analisis kerentanan lahan DAS Musi, maka yang paling rentan
terhadap lahan adalah sub DAS Musi Hulu dengan skor kerentanan 3,43 diikuti sub DAS
Kelingi dengan skor 3,13 dan sub DAS Kikim dengan skor 3,05. Sub DAS lainnya
mempunyai skor kerentanan lahan dibawah 3, seperti sub DAS Deras hanya mempunyai
skor kerentanan lahan 2,32. Sub DAS Musi Hulu mempunyai skor kerentanan lahan
tertinggi karena bentuk lahannya adalah pegunungan (44%) dan perbukitan (10%) dengan
vegetasi penutup pertanian lahan kering dan semak sebesar 72% dari luas sub DAS.
Walaupun bentuk lahan pegunungan hanya menempati porsi 14 % dan perbukitan hanya
menempati porsi 17%, namun Sub DAS Kelingi dan Sub DAS Kikim juga mempunyai
skor kerentanan lahan yang agak tinggi. Hal ini disebabkan karena luas penutupan lahan
yang berupa pertanian lahan kering dan semak menempati porsi 77 % dan 59 % masing-
masing untuk sub DAS Kelingi dan sub DAS Kikim. Sub DAS Deras mempunyai skor
kerentanan lahan yang rendah karena adanya penutupan lahan berupa perkebunan seluas
21 % dari luas sub DAS, demikian juga kondisi sub DAS Baung yang mempunyai luas
penutupan lahan perkebunan sebesar 48 % dari luas sub DAS mempunyai kerentana lahan
yang rendah.
Dengan menggunakan dua jenis data yaitu data bentuk lahan dan penutupan lahan
sudah dapat diidentifikasi kerentanan lahan dalam suatu DAS. Hasil analisis kerentanan
lahan di dalam DAS ini dapat digunakan sebagai salah satu dasar untuk menentukan sub
DAS kritis yang perlu mendapatkan penanganan segera. Data bentuk lahan sudah tersedia
di Proyek Rpreport sedangkan data penutupan lahan dapat diperoleh dari down load
landsat secara gratis. Dengan demikian identifikasi kerenatanan lahan dalam suatu DAS
dapat dilakukan dengan cepat, mudah, dan murah.
9
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN 979-587-580-9
KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
.
Balai Pengelolaan DAS Musi. 2012. Rencana Pengelolaan DAS Terpadu Musi.
Landfredi, M, Coppila R., Simoniello, T., Colluzzi, R., DEmilio, M., Imbrenda, V.,
Macchiato, M, 2015. Early Identification of Land Degaradation Hotspots in
Complex Bio-Geographic Regions. J. Remote Sensing 7: 8159-8179; doi:
10.3390/rs70608154.
Paimin, Pramono I.B, Purwanto, dan Indrawati, D.R. 2012. Sistem Perencanaan
Pengelolaan Daerah Aliran Sungai. Puslitbang Konservasi dan Rehabilitasi.
Badan Litbang Kehutanan. Kementerian Kehutanan.
Parsa, I.M., Wiradisastra U.S., Pawitan H. 2003. Identifikasi dan pemetaan lahan kritis
menggunakan tehnik penginderaan jauh dan system informasi geografi. J.
Management Hutan Tropika IX (2): 63-77
Peraturan Pemerintah No. 37. 2012. Tentang Pengelolaan DAS.
Poniman, A., Nurwajedi, P. Lumban Tobing. 2004. Developing the National Land
Resources Database for Supporting Spatial Land Use Planning. In 3rd FIG
Regional Conference, 11. Jakarta
Sheng, T.C. 1986. Watershed Management Planning : Practical Aproaches. Hlm. 124-146.
Dalam. Strategies, approaches, and systems in integrated watershed
management. FAO Conservation Guide 14. FAO,UN. Rome
10
Prosiding Seminar Nasional Lahan Suboptimal 2015, Palembang 8-9 Oktober 2015
ISBN 979-587-580-9
Tegal,
Sawah, Rumput, Pemu-
Bentuk/Sistem Lahan* Air Payau, Hutan lindung, Hut Prod/ Tanah
Tawar, Hutan Perkebunan Semak/ Belukar kiman berbatu
Gedung (1) Konserv (1) (2)
(3) (4)
(5)
11