Professional Documents
Culture Documents
Tanggal Presentasi :
dr.Chusnul
- Diagnostik
1
LATAR BELAKANG
Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda,
di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
masih banyak kasus belum terselesaikan, bahkan beberapa penyakit menular yang semula
dapat dikendalikan muncul kembali dengan penyebaran tidak mengenal batas-batas daerah
maupun batas antar negara. Dilain pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit tidak
menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta penyakit-penyakit
degeneratif. Kecenderungan ini juga dipacu oleh berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi,
modernisasi dan globalisasi.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1980, 1986, 1992, 1995
dan 2001, trend proporsi penyebab kematian telah bergeser dari penyakit menular ke penyakit
tidak menular.
Tabel 1. Proporsi penyebab kematian antara penyakit tidak menular dan menular tahun 1980 -
2001
Jenis Penyakit 1980 1986 1992 1995 2001
Menular 69.49 % 60.48 % 50.72 % 48.46 % 44.57 %
Tidak Menular 25,41 % 33.83 % 43.60 % 45.42 % 48.53 %
Penderita Hipertensi kian hari semakin mengkhawatirkan, seperti yang dilansir oleh
The Lancet tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita Hipertensi.
Angka ini terus meningkat tajam, diprediksikan oleh WHO pada tahun 2025 nanti sekitar
29% orang dewasa di seluruh dunia yang menderita hipertensi.
PENGERTIAN HIPERTENSI
The Sixth Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (1997) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah
sistolik 140 mgHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang
dalam pengobatan anti hipertensi.
2
KLASIFIKASI HIPERTENSI
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibedakan menjadi 2:
1. Hipertensi primer atau esensial. Penyebab hipertensi ini masih belum diketahui secara
pasti penyebabnya. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas
(keturunan). Hipertensi primer memiliki populasi kira-kira 90% dari seluruh pasien
hipertensi.
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui sepeti kerusakan ginjal, diabetes, kerusakan vaskuler, gangguan kelenjar
tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain-lain.
Sekitar 10% dari pasien hipertensi tergolong hipertensi sekunder.
3
Tabel 3. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa 18 tahun menurut JNC-7 2003
Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diatolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi stadium 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi stadium 2 160 atau 100
EPIDEMIOLOGI
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang cukup banyak
mengganggu kesehatan masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada manusia yang setengah
umur (lebih dari 40 tahun). Namun banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya menderita
hipertensi. Hal ini disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatannya. Boedi Darmoyo dalam penelitiannya
menemukan bahwa antara 1,8% -28,6% penduduk dewasa adalah penderita hipertensi.
Prevalensi hipertensi di seluruh dunia diperkirakan antara 15-20%. Pada usia setengah
baya dan muda, hipertensi ini lebih banyak menyerang pria daripada wanita. Pada golongan
umum 55 -64 tahun, penderita hipertensi pada pria dan wanita sama banyak. Pada usia 65
tahun ke atas, penderita hipertensi wanita lebih banyak daripada pria. Penelitian epidemiologi
membuktikan bahwa tingginya tekanan darah berhubungan erat dengan kejadian penyakit
jantung. Sehingga, pengamatan pada populasi menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah
dapat menurunkan terjadinya penyakit jantung.
4
FAKTOR RESIKO
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a) Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko
terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia
lanjujt cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas 65 tahun. Pada
usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik.
Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik sebagai bagian tekanan yang lebih
tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan
dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah
besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih
kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik. Penelitian yang
dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan
Makasar terhadap usia lanjut (55-85 tahun), didapatkan prevalensi hipertensi sebesar
52,5%.
b) Jenis Kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria lebih banyak yang
menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk
peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung
dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita Namun, setelah
memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia
65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang
diakibatkan oleh faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih tinggi
terdapat pada wanita.
c) Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial).
Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang
kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan
dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila
5
kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya
dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun
ke anak-anaknya.
Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,dendam, rasa takut,
rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan
memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan
meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian
sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis.
c) Merokok
Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui
rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah
arteri,dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi
autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis
pada seluruh pembuluh darah. Merokokjuga meningkatkan denyutjantung dan kebutuhan
oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pernbuluh darah arteri.
6
d) Kurang olahraga
Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat
bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu dengan melakukan olah raga
aerobik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai berat badan
turun.
e) Alkohol
Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar
sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada
sekitar 60% kasus hipertensi primer (esensial) terjadi respons penurunan tekanan darah
dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram
atau kurang, ditemukan tekanan darah ratarata rendah, sedangkan pada masyarakat
asupan garam sekitar.7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi.
g) Hiperlipidemia/hiperkolesterolemia
h) Kafein
Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman cola bisa menyebabkan
peningkatan tekanan darah.
7
PATOGENESIS
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Berbagai faktor
yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah
(gb. 1). Tekanan darah membutuhkan aliran darah melalui pembuluh darah yang ditentukan
oleh kekuatan pompa jatung (cardiac output) dan tahanan perifer (peripheral resistance).
Sedangkan cardiac output dan tahanan perifer dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling
berinteraksi (asupan natrium, stres, obesitas, genetik dan lain-lain). Hipertensi terjadi jika
terdapat abnormalitas faktor-faktor tersebut.
8
menjadi established hypertension (hipertensi menetap), yang jika berlangsung lama dapat
menyebabkan komplikasi pada target organ
Heredity environment
Prehypertension (0 30 th)
Uncomplicated Complicated
.
MANIFESTASI KLINIS
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak)Keluhan-keluhan pada penderita hipertensi antara
lain:
1. Sakit kepala, rasa berat di tengkuk
2. Gelisah, nokturia, epistaksis
3. Jantung berdebar-debar
4. Pusing, perasaan berputar dan serasa ingin jatuh.
5. Penglihatan kabur
6. Rasa sakit didada
7. Telinga berdenging.
8. Mual atau gangguan pencernaan
9
9. Keringat yang berlebihan
10. Kulit yang nampak pucat atau kemerahan
11. Mudah lelah, lekas marah, sulit tidur dan lain-lain.
DIAGNOSIS
A. Anamnesis
1) Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2) Indikasi adanya hipertensi sekunder
Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal
Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian obat-obat
analgesik dan obat/bahan lain
Episode berkeringat, sekit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma)
Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
3) Faktor-faktor resiko
Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien
Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya
Riwayat diabetes melitus pada pasien atau keluarganya
Kebiasaan merokok
Pola makan
Kegemukan, intensitas olahraga
Kepribadian
4) Gejala kerusakan organ
Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic
attacks, defisit sensoris atau motoris
10
Jantung : [alpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki
Ginjal : haus, poliuria, hematuria
Arteri perifer : ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten
5) Pengobatan hipertensi sebelumnya
6) Faktor-faktor pribadi, keluarga, dan lingkungan
B. Pemeriksaan fisik
Pengukuran tekanan darah
Pengukuran di lakukan pada posisi duduk di kursi setelah pasien istirahat
selama 5 menit, kaki di lantai dan lengan setinggi jantung. Pengukuran dilakukan dua
kali dengan sela 1-5 menit, pengukuran tambahan dilakukan jika kedua hasil
pangukuran sebelumnya berbeda
1) Jantung
Pemeriksaan fisik
Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung, kondisi arteri intratoraks
dan sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, gangguan konduksi, aritmia serta
hiprtrofi ventrikel kiri)
Ekokardiografi
2) Pembuluh darah
Pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure
Ultrasonografi (USG) karotis
Fungsi endotel (masih dalam penelitian)
3) Otak
Pemeriksaan neurologis
Diagnosis strok ditegakkan dengan menggunakan CT Scan atau MRI (untuk
pasien dengan keluhan gangguan neural, kehilangan memori, atau gangguan
kognitif)
11
4) Mata
Funduskopi
5) Fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanyan proteinuria/makro-
mikroalbuminuris serta rasio albumin kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus
JNC 7 menyatakan bahwa tes yang lebih mendalam untuk mencari penyebab
hipertensi tidak dianjurkan kecuali jika denga terapi yang memedai tekanan darah tidak
tercapai.
Pemeriksaan penunjang
12
PENATALAKSANAAN
13
c. Ciptakan keadaan rileks
Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat menontrol sistem
syaraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.
Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 34
kali dalam seminggu, diharapkan dapat menarnbah kebugaran dan memperbaiki metabolisme
tubuh yang ujungnya dapat mengontrol tekanan darah.
e. Berhenti merokok
Hindari konsumsi alkohol berlebihan. Laki-Iaki Tidak lebih dari 2 gelas per hari
Wanita : Tidak lebih dari 1 gelas per hari
14
Kurangi konsumsi natrium Mengurangi asupan natrium 2-8 mmHg
hingga kurang dari 2,4 gram
natrium atau 6 gram natrium
klorida
Aktifitas fisik Menjalankan aktifitas fisik 4-9 mmHg
rutin seperti berjalan (paling
tidak 30 menit sehari dan
beberapa hari seminggu)
Mengurangi konsumsi Batasi asupan tidak lebih dari 2-4 mmHg
alkohol 2 minuman sehari untuk pria
(30 ml etanol) dan tidak lebih
dari 1 minuman sehari untuk
wanita
15
A. Mengatur Menu Makanan
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk
menghindari dan membatasi makanan yang dpat meningkatkan kadar kolesterol darah serta
meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung.
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik
dan makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buahbuahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang,
udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani
yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki rasa tawar
dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain
yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk
memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk
menghindari penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam
beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.
Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 175 mEq/hari) dapat memberikan
efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu, pemberian kalium juga membantu
untuk mengganti kehilangan kalium akibat dan rendah natrium. Pada umumnya dapat dipakai
ukuran sedang (50 gram) dari apel (159 mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg
kalium), pisang (451 mg kalium) kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas
(406 mg kalium).
16
Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati hipertensi: 2-3 gelas susu
skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium 250
mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808mg.
3. Tempe :
Tempe merupakan sumber zat gizi yang baik, terutama bagi penderita hiper
kolesterolemia. Dari berbagai penelitian ternyata tempe dapat menurunkan kadar
kolesterol dalam darah serta mencegah timbulnya penyempitan pembuluh darah, karena
17
tempe mengandung asam lemak tidak jenuh ganda. Sehingga penderita hipertensi
dianjurkan untuk mengkonsumsi tempe setiap hari, disamping diet rendah lemak jenuh.
5. Serat :
Walaupun berbagi studi menunjukkan adanya hubungan antara beberapa jenis serat
dengan penurunan kolesterol lDDL dan atau kolesterol total, namun belum ada bukti
langsung yang menunjukkan hubungan antara suplemen serat dengan penurunan penyakit
kardio vaskular.
C. Garam Natrium
Garam natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan pada
waktu memasak atau mengolah makanan. Makanan berasal dari hewan biasanya lebih banyak
mengandung garam natrium dari yang berasal dari tumbuhtumbuhan. Garam Natrium yang
ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan, yaitu :
1. Natrium Chlorida atau garam dapur
2. Mono-Natrium Glutamat atau vetsin
3. Natrium Bikarbonat atau soda kue
4. Natrium Benzoat untuk mengawetkan buah
5. Natrium Bisulfit atau sendawa yang digunakan untuk mengawetkan daging seperti
Corned beef.
Cara memasak untuk mengeluarkan garam Natrium antara lain :
1. Pada ikan asin di rendam dan di cuci terlebih dahulu
2. Untuk mengeluarkan garam natrium dari margarine dengan mencampur margarine
dengan air, lalu masak sampai mendidih, margarine akan mencair dan garam natrium
akan larut dalam air. Dinginkan cairan kembali dengan memasukkan panci kedalam
kulkas. Margarine akan keras kembali dan buang air yang mengandung garam
natrium. Lakukan ini 2 kali.
18
B. TERAPI FARMAKOLOGIS
19
Ramipril 2,5-20 1
ARB Losartan 25-100 1-2
Valsartan 80-320 1-2
Irbesartan 150-300 1
CCB Amlodipine 2,5-10 1
Nifedipine long 30-60 1
acting
Diltiazem extended 180-420 1
Release
Alpha 1 blocker Doxazosin 1-16 1
Central alpha 2 Clonidine 0,1-0,8 2
agonist and other Methyldopa 250-1000 2
centrally acting drugs
Direct vasodilator Hydralazine 25-100 2
Minoxidil 2,8-80 1-2
2. Penghambat Simpatis
Golongan obat ini bekerja denqan menghambat aktifitas syaraf simpatis (syaraf yang
bekerja pada saat kita beraktifitas). Contoh obat yang termasuk dalam golongan
penghambat simpatetik adalah : metildopa, klonodin dan reserpin. Efek samping yang
dijumpai adalah: anemia hemolitik (kekurangan sel darah merah kerena pecahnya sel
darah merah), gangguan fungsi ahati dan kadang-kadang dapat menyebabkan penyakit
hati kronis. Saat ini golongan ini jarang digunakan.
3. Betabloker
Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap
20
gangguan pernafasan seperti asma bronkhial. Contoh obat golongan betabloker adalah
metoprolol, propanolol, atenolol dan bisoprolol. Pemakaian pada penderita diabetes harus
hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (dimana kadar gula darah turun
menjadi sangat rendah sehingga dapat membahayakan penderitanya). Pada orang dengan
penderita bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat
harus hati-hati.
4. Vasodilatator
Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot
pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah prazosin dan hidralazin.
Efek samping yang sering terjadi pada pemberian obat ini adalah pusing dan sakit kapala.
Kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang
dapat meningkatakan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah
kaptopril. Efek samping yang sering timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala dan
lemas.
6. Antagonis kalsium
Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung dengan menghambat
kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :
nifedipin, diltizem dan verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit,
pusing, sakit kepala dan muntah.
21
d. Penghambat reseptor beta: propanolol 40 -160 mg/hari
e. Agonis reseptor alpha central (penghambat simpatis}: reserpin 0,05 -0,25 mg/hari
22
Gambar 3. Kombinasi yang memungkinkan diantara beberapa golongan anti hipertensi
Terapi kombinasi antara lain:
i. Penghambat ACE dengan diuretik
ii. Penghambat ACE dengan penghambat kalsium
iii. penghambat reseptor beta dengan diuretik
iv. agonis reseptor alpha dengan diuretik
23
CCB diberikan sebagai tambahan terapi beta blocker yang sudah ada, dapat diberikan CCB
golongan dihydropyridine dengan masa kerja lama; jenis kerja cepat tidak diberikan karena
peningkatan risiko kematian, terutama pada keadaan infark miokard akut. Pada pasien dengan
angina pektoris stabil dapat diberi BB atau CCB.
Gagal jantung
Pada pasien dengan disfungsi ventrikel asimptomatik, dapat diberi obat antihipertensi
golongan ACEi dan beta-blocker. Bagi pasien dengan disfungsi ventrikel simptomatik atau
dengan penyakit jantung stadium akhir, dapat diberi obat antihipertensi golongan ACEi, beta-
blocker, ARB, aldosterone blocker dan juga loop diuretic.
Diabetes melitus
Obat antihipertensi golongan ACEi (angiotensin converting enzyme inhibitor) dan
ARB (angiotensin receptor blockers) direkomendasikan pemberiannya bagi pasien hipertensi
yang menderita diabetes melitus, karena ACEi dan ARB terbukti menghambat progresifitas
nefropati diabetikum dan menurunkan albuminuria. Penelitian-penelitian seperti IRMA
memperlihatkan bahwa ARB irbesartan memiliki efek renoproteksi pada pasien hipertensi
dengan diabetes tipe 2 dan mikroalbuminuria.
24
(Loop) jantung kongestif
Diuretika Gagal jantung kongestif, Gagal ginjal,
(Anti Aldosteron) pasca infark miokard hiperkalemia
Penyekat Angina pectoris, pasca Asma, PPOM, A- Penyakit
infark miokars, CHF, V Block (derajat pembuluh darah
kehamilan, takikardi 2 atau 3) perifer,
intoleransi
glukosa
Calcium Antagonist Usia lanjut, isolated Takiaritmia,
(Dihydropiridine) systolic hypertension, CHF
angina pectoris, penyakit
pembuluh darah perifer,
aterosklerotik karotis,
kehamilan
Calcium antagonist Angina pectoris, A-V Block
(Verapamil, Diltiazem) aterosklerotis karotis, (derajat 2 atau 3),
takikardi supraventrikuler CHF
Penghambat ACE CHF, disfungsi ventrikel Kehamilan,
kiri, pasca infark miokard, hiperkalemia,
non diabetic nefropati, stenosis arteri
nefropati DMT1, renalis bilateral
proteinuria
Angiotengsin II Nefropati DMT2, Kehamilan,
Receptor Antagonist mikroalbminuria diabetic, hiperkalemia,
proteinuria, hipertrofi stenosis arteri
ventrikel kiri renalis bilateral
-Bloker Hyperplasia prostat Hipotensi CHF
(BPH), hiperlipidemia ortostatik
25
KOMPLIKASI
Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:
Jantung
o Hipertofi ventrikel kiri
o Angina atau infark miokard
o Gagal jantung
Otak
o Stroke atau transient ischemic attack
Penyakit ginjal kronik
Penyakit arteri perifer
Retinopati
26
Laporan Kasus
Topik : Hipertensi
Umur : 50 tahun
No RM :
Alamat :
1. Subjektif
Keluhan Utama :
Kepala pusing sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Kepala pusing sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan ini di sertai dengan perasaan berputar
dan serasa ingin jatuh.
- Rasa berat di tengkuk ada, meningkat sejak 1 minggu yang lalu.
- Nafsu makan berkurang sejak 1 minggu yang lalu.
- Pasien mengeluhkan sering buang air kecil pada malam hari, 2-3 kali/malam.
- Buang air besar tidak ada sejak 2 hari yang lalu, rasa ingin buang air besar ada.
- Pasien mengeluhkan sering merasa gelisah, mudah lelah.
- Pasien mengeluhkan susah tidur.
- Keluar darah dari hidung tidak ada.
- Nyeri dada tidak ada.
- Mual tidak ada, muntah tidak ada.
- Bengkak pada kaki ataupun anggota tubuh yang lain tidak ada.
- Riwayat buang air kecil berdarah tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien sudah dikenal menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, kontrol teratur ke
RSUD atau ke Puskesmas.
- Riwayat Diabetes Melitus, Jantung, kejang, dan Ginjal tidak ada.
27
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Di keluarga hanya kakak dan ibu ayah pasien juga menderita hipertensi.
- Riwayat Diabetes Melitus, Jantung, kejang, dan Ginjal pada keluarga tidak ada.
2. Objektif
Vital Sign
Keadaan umum : Sakit sedang Sianosis : (-)
Kesadaran : CMC Pucat : (-)
Tekanan darah : 160/100 mmHg Ikterik : (-)
Frekuensi nadi : 74 x/menit Tinggi Badan : 145 cm
Frekuensi nafas : 20 x/menit Berat Badan : 48 kg
Suhu : afebris
Pemeriksaan Sistemik :
Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis.
Kepala : Bentuk normal, rambut hitam-putih,
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor, diameter 2 mm, refleks cahaya +/+ Normal, lensa keruh
Telinga : Kelainan bawaan (-), sekret (-), serumen (+), nyeri tekan (-), bengkak daerah
mastoid (-)
28
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah
Tenggorok : Tonsil T1 T1 tidak hiperemis
Faring : tidak hiperemis
Leher : Kaku kuduk (-)
JVP 5-2 cmH2O
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening
Thoraks
Paru : Inspeksi : normochest
Palpasi : fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : bronkovesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung : Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : irama teratur, M1>M2, A2<P2, bising tidak ada
Abdomen : Inspeksi : tidak membuncit
Palpasi : distensi (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Punggung : tidak ada kelainan
Alat kelamin : tidak ada diperiksa
Anus : rectal toucher tidak dilakukan
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik, sianosis tidak ada,edema tidak ada,
refleks fisiologis tidak dilakukan, refleks patologis -/-
3. Assessment
Pasien di diagnosis dengan :
- Hipertensi Stg II
4. Diagnosis banding : Cephalgia dan vertigo
29
5. Terapi
A. Nonfarmakologis
- Kurangi asupan garam, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari -
sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.
- Ciptakan keadaan rileks, hindari stres dan pikiran-pikiran yang dirasa menjadi
beban dengan sering mengingat Yang Maha Pencipta dan mengikuti kegiatan
positif seperti pengajian, arisan, posyandu dan lain-lain
- Istirahat yang cukup
- Olahraga teratur, seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali dalam seminggu
- Mengkonsumsi buah, sayur,dan produk rendah lemak
- Hindari :
a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih).
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker,
keripik dan makanan kering yang asin).
c. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
d. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
e. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning
telur, kulit ayam).
f. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco
serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
g. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
- Hindari merokok
- Kontol teratur, baik di Posyandu Lansia, Posyandu PTM, Puskesmas, Praktek
dokter ataupun ke Rumah Sakit
B. Farmakologis
- Analsik 3 x 1 tab
- Candesartan 1x 8 mg ( pagi )
- Amlodipin 1x 10 mg ( malam )
30
31