You are on page 1of 31

Portofolio

Nama Peserta : dr.M. Ridho Aditya

Nama Wahana : RSUD Aji Batara Agung Dewa Sakti Samboja

Topik : Hipertensi Stage II

Tanggal (Kasus) : 27 November 2015

Nama Pasien : Ny. M No RM :

Tanggal Presentasi :

Nama Pendamping : dr.Rifky

dr.Chusnul

Tempat Presentasi : RSUD ABADI Samboja

Objektif Presentasi :- Keilmuan

- Diagnostik

Bahan Bahasan : Kasus

Cara Membahas : Diskusi

1
LATAR BELAKANG

Pembangunan bidang kesehatan di Indonesia saat ini dihadapkan pada beban ganda,
di satu pihak penyakit menular masih merupakan masalah kesehatan masyarakat karena
masih banyak kasus belum terselesaikan, bahkan beberapa penyakit menular yang semula
dapat dikendalikan muncul kembali dengan penyebaran tidak mengenal batas-batas daerah
maupun batas antar negara. Dilain pihak telah terjadi peningkatan kasus penyakit tidak
menular (PTM), yang merupakan penyakit akibat gaya hidup serta penyakit-penyakit
degeneratif. Kecenderungan ini juga dipacu oleh berubahnya gaya hidup akibat urbanisasi,
modernisasi dan globalisasi.
Berdasarkan Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1980, 1986, 1992, 1995
dan 2001, trend proporsi penyebab kematian telah bergeser dari penyakit menular ke penyakit
tidak menular.

Tabel 1. Proporsi penyebab kematian antara penyakit tidak menular dan menular tahun 1980 -
2001
Jenis Penyakit 1980 1986 1992 1995 2001
Menular 69.49 % 60.48 % 50.72 % 48.46 % 44.57 %
Tidak Menular 25,41 % 33.83 % 43.60 % 45.42 % 48.53 %

Penderita Hipertensi kian hari semakin mengkhawatirkan, seperti yang dilansir oleh
The Lancet tahun 2000 sebanyak 972 juta (26%) orang dewasa di dunia menderita Hipertensi.
Angka ini terus meningkat tajam, diprediksikan oleh WHO pada tahun 2025 nanti sekitar
29% orang dewasa di seluruh dunia yang menderita hipertensi.

PENGERTIAN HIPERTENSI
The Sixth Joint National Committee on Prevention, Detection, Evaluation, and
Treatment of High Blood Pressure (1997) mendefinisikan hipertensi sebagai tekanan darah
sistolik 140 mgHg atau lebih atau tekanan darah diastolik 90 mmHg atau lebih atau sedang
dalam pengobatan anti hipertensi.

2
KLASIFIKASI HIPERTENSI
Berdasarkan penyebabnya, hipertensi dapat dibedakan menjadi 2:
1. Hipertensi primer atau esensial. Penyebab hipertensi ini masih belum diketahui secara
pasti penyebabnya. Namun, berbagai faktor diduga turut berperan sebagai penyebab
hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stres psikologis, dan hereditas
(keturunan). Hipertensi primer memiliki populasi kira-kira 90% dari seluruh pasien
hipertensi.
2. Hipertensi sekunder adalah hipertensi yang hipertensi yang penyebabnya dapat
diketahui sepeti kerusakan ginjal, diabetes, kerusakan vaskuler, gangguan kelenjar
tiroid (hipertiroid), penyakit kelenjar adrenal (hiperaldosteronisme), dan lain-lain.
Sekitar 10% dari pasien hipertensi tergolong hipertensi sekunder.

Pedoman yang dikeluarkan oleh ESH-2007 membagi hipertensi dalam 3 derajat


seperti terlihat pada tabel 2. Derajat 1 bila TDS 140-159 mmHg atau TDD 90-99 mmHg,
derajat 2 bila TDS 160-179 mmHg atau TDD 100-109 mmHg dan derajat 3 bila TDS
180 mmHg atau TDD 110 mmHg. Klasifikasi ini sama seperti JNC-6 1997 sedangkan
pada JNC-7 2003 disederhanakan menjadi 2 stadium. Stadium 1 bila TDS 140-159
mmHg atau TDD 90-99 mmHg sedangkan TDS 160 mmHg atau TDD 100 mmHg
dikelompokkan menjadi hipertensi stadium 2 (tabel 3). Pada JNC-7 2003 dikenal istilah
prehipertensi untuk TDS 120-139 mmHg atau TDD 80-89 mmHg, dimaksudkan untuk
meningkatkan kesadaran individu yang bersangkutan akan risiko terjadinya hipertensi.

Tabel 2. Definisi dan klasifikasi tekanan darah menurut ESH-2007


Katagori Sistolik (mmHg) Diastolik (mmHg)
Optimal < 120 dan < 80
Normal 120-129 dan/atau 80-84
Normal tinggi 130-139 dan/atau 85-89
Hipertensi Derajat 1 140-159 dan/atau 90-99
Hipertensi Derajat 2 160-179 dan/atau 100-109
Hipertensi Derajat 3 180 dan/atau 110
Hipertensi sistolik terisolasi 140 dan < 90

3
Tabel 3. Klasifikasi tekanan darah untuk dewasa 18 tahun menurut JNC-7 2003
Klasifikasi Tekanan Darah Sistolik (mmHg) Diatolik (mmHg)
Normal < 120 dan < 80
Prehipertensi 120-139 atau 80-89
Hipertensi stadium 1 140-159 atau 90-99
Hipertensi stadium 2 160 atau 100

Table 4. Klasifikasi tekanan darah tinggi menurut WHO

Katagori Sistolik Diastolic


Normal 140 mmHg 90 mmHg
Borderline 140-159 mmHg 90-94 mmHg
Hipertensi definitive 160 mmHg 95 mmHg
Hipertensi ringan 160-179 mmHg 95-140 mmHg

EPIDEMIOLOGI
Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah, yang cukup banyak
mengganggu kesehatan masyarakat. Pada umumnya, terjadi pada manusia yang setengah
umur (lebih dari 40 tahun). Namun banyak orang tidak menyadari bahwa dirinya menderita
hipertensi. Hal ini disebabkan gejalanya tidak nyata dan pada stadium awal belum
menimbulkan gangguan yang serius pada kesehatannya. Boedi Darmoyo dalam penelitiannya
menemukan bahwa antara 1,8% -28,6% penduduk dewasa adalah penderita hipertensi.
Prevalensi hipertensi di seluruh dunia diperkirakan antara 15-20%. Pada usia setengah
baya dan muda, hipertensi ini lebih banyak menyerang pria daripada wanita. Pada golongan
umum 55 -64 tahun, penderita hipertensi pada pria dan wanita sama banyak. Pada usia 65
tahun ke atas, penderita hipertensi wanita lebih banyak daripada pria. Penelitian epidemiologi
membuktikan bahwa tingginya tekanan darah berhubungan erat dengan kejadian penyakit
jantung. Sehingga, pengamatan pada populasi menunjukkan bahwa penurunan tekanan darah
dapat menurunkan terjadinya penyakit jantung.

4
FAKTOR RESIKO
1. Faktor risiko yang tidak dapat diubah
a) Umur
Umur mempengaruhi terjadinya hipertensi. Dengan bertambahnya umur, risiko
terkena hipertensi menjadi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi di kalangan usia
lanjujt cukup tinggi, yaitu sekitar 40%, dengan kematian sekitar di atas 65 tahun. Pada
usia lanjut, hipertensi terutama ditemukan hanya berupa kenaikan tekanan darah sistolik.
Sedangkan menurut WHO memakai tekanan diastolik sebagai bagian tekanan yang lebih
tepat dipakai dalam menentukan ada tidaknya hipertensi. Tingginya hipertensi sejalan
dengan bertambahnya umur, disebabkan oleh perubahan struktur pada pembuluh darah
besar, sehingga lumen menjadi lebih sempit dan dinding pembuluh darah menjadi lebih
kaku, sebagai akibat adalah meningkatnya tekanan darah sistolik. Penelitian yang
dilakukan di 6 kota besar seperti Jakarta, Padang, Bandung, Yogyakarta, Denpasar, dan
Makasar terhadap usia lanjut (55-85 tahun), didapatkan prevalensi hipertensi sebesar
52,5%.

b) Jenis Kelamin
Faktor gender berpengaruh pada terjadinya hipertensi, di mana pria lebih banyak yang
menderita hipertensi dibandingkan dengan wanita, dengan rasio sekitar 2,29 untuk
peningkatan tekanan darah sistolik. Pria diduga memiliki gaya hidup yang cenderung
dapat meningkatkan tekanan darah dibandingkan dengan wanita Namun, setelah
memasuki menopause, prevalensi hipertensi pada wanita meningkat. Bahkan setelah usia
65 tahun, terjadinya hipertensi pada wanita lebih tinggi dibandingkan dengan pria yang
diakibatkan oleh faktor hormonal. Penelitian di Indonesia prevalensi yang lebih tinggi
terdapat pada wanita.

c) Keturunan (genetik)
Riwayat keluarga dekat yang menderita hipertensi (faktor keturunan) juga
mempertinggi risiko terkena hipertensi, terutama pada hipertensi primer (esensial).
Tentunya faktor genetik ini juga dipengaruhi faktor-faktor lingkungan lain, yang
kemudian menyebabkan seorang menderita hipertensi. Faktor genetik juga berkaitan
dengan metabolisme pengaturan garam dan renin membran sel. Menurut Davidson bila

5
kedua orang tuanya menderita hipertensi maka sekitar 45% akan turun ke anak-anaknya
dan bila salah satu orang tuanya yang menderita hipertensi maka sekitar 30% akan turun
ke anak-anaknya.

2. Faktor risiko yang dapat diubah


a) Kegemukan (obesitas)

Kegemukan (obesitas) adalah persentase abnormalitas lemak yang dinyatakan dalam


Indeks Masa Tubuh (Body Mass Index) yaitu perbandingan antara berat badan dengan
tinggi badan kuadrat dalam meter. Kaitan erat antara kelebihan berat badan dan kenaikan
tekanan darah telah dilaporkan oleh beberapa studi. Berat badan dan indeks masa tubuh
(IMT) berkorelasi langsung dengan tekanan darah, terutama tekanan darah sistolik.
Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada obesitas
jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orangorang gemuk 5 kali
lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20 -33% memiliki berat badan lebih (overweight).

b) Psikososial dan stress

Stress atau ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah,dendam, rasa takut,
rasa bersalah) dapat merangsang kelenjar anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan
memacu jantung berdenyut lebih cepat serta lebih kuat, sehingga tekanan darah akan
meningkat. Jika stress berlangsung lama, tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian
sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis.

c) Merokok

Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui
rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah
arteri,dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi
autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis
pada seluruh pembuluh darah. Merokokjuga meningkatkan denyutjantung dan kebutuhan
oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pernbuluh darah arteri.

6
d) Kurang olahraga

Olahraga yang teratur dapat membantu menurunkan tekanan darah dan bermanfaat
bagi penderita hipertensi ringan. Pada orang tertentu dengan melakukan olah raga
aerobik yang teratur dapat menurunkan tekanan darah, tanpa perlu sampai berat badan
turun.

e) Alkohol

Pengaruh alkohol terhadap kenaikan tekanan darah telah dibuktikan. Mekanisme


peningkatan tekanan darah akibat alkohol masih belum jelas. Namun, diduga
peningkatan kadar kortisol, dan peningkatan volume sel darah merah serta kekentalan
darah berperan dalam menaikan tekanan darah. Beberapa studi menunjukkan hubungan
langsung antara tekanan darah dan asupan alkohol, dan diantaranya melaporkan bahwa
efek terhadap tekanan darah baru nampak apabila mengkonsumsi alkohol sekitar 2-3
gelas ukuran standar setiap harinya.

f) Konsumsi garam berlebih

Garam menyebabkan penumpukan cairan dalam tubuh karena menarik cairan di luar
sel agar tidak dikeluarkan, sehingga akan meningkatkan volume dan tekanan darah. Pada
sekitar 60% kasus hipertensi primer (esensial) terjadi respons penurunan tekanan darah
dengan mengurangi asupan garam. Pada masyarakat yang mengkonsumsi garam 3 gram
atau kurang, ditemukan tekanan darah ratarata rendah, sedangkan pada masyarakat
asupan garam sekitar.7-8 gram tekanan darah rata-rata lebih tinggi.

g) Hiperlipidemia/hiperkolesterolemia

Kelainan metabolisme lipid (Iemak) yang ditandai dengan peningkatan kadar


kolesterol total, trigliserida, kolesterol LDL dan/atau penurunan kadar kolesterol HDL
dalam darah. Kolesterol merupakan faktor penting dalam terjadinya aterosklerosis yang
mengakibatkan peninggian tahanan perifer pembuluh darah sehingga tekanan darah
meningkat.

h) Kafein
Kafein yang terdapat pada kopi, teh maupun minuman cola bisa menyebabkan
peningkatan tekanan darah.

7
PATOGENESIS
Tekanan darah dipengaruhi oleh curah jantung dan tahanan perifer. Berbagai faktor
yang mempengaruhi curah jantung dan tahanan perifer akan mempengaruhi tekanan darah
(gb. 1). Tekanan darah membutuhkan aliran darah melalui pembuluh darah yang ditentukan
oleh kekuatan pompa jatung (cardiac output) dan tahanan perifer (peripheral resistance).
Sedangkan cardiac output dan tahanan perifer dipengaruhi oleh faktor-faktor yang saling
berinteraksi (asupan natrium, stres, obesitas, genetik dan lain-lain). Hipertensi terjadi jika
terdapat abnormalitas faktor-faktor tersebut.

Gambar 1. Beberapa faktor yang terlibat pada kontrol tekanan darah.

Awalnya kombinasi faktor herediter dan faktor lingkungan menyebabkan perubahan


homeostasis kardiovaskular (prehypertension), namun belum cukup meningkatkan tekanan
darah sampai tingkat abnormal; walaupun demikian cukup untuk memulai kaskade yang
beberapa tahun kemudian menyebabkan tekanan darah biasanya meningkat (early
hypertension). Sebagian orang dengan perubahan gaya (pola) hidup dapat menghentikan
kaskade (proses) tersebut dan kembali ke normotensi. Sebagian lainnya akhirnya berubah

8
menjadi established hypertension (hipertensi menetap), yang jika berlangsung lama dapat
menyebabkan komplikasi pada target organ

Heredity environment

Prehypertension (0 30 th)

Early hypertension (20 40 th)

Established hypertension (30 50 th)

Uncomplicated Complicated

Accelerated Cardiac Large vessel Cerebral Renal


Malignant hypertrophy aneurysm ischemia nephrosclerosis
Course failure dissection thrombosis failure
infarction hemorrhages

.
MANIFESTASI KLINIS
Pada sebagian besar penderita, hipertensi tidak menimbulkan gejala; meskipun secara
tidak sengaja beberapa gejala terjadi bersamaan dan dipercaya berhubungan dengan tekanan
darah tinggi (padahal sesungguhnya tidak)Keluhan-keluhan pada penderita hipertensi antara
lain:
1. Sakit kepala, rasa berat di tengkuk
2. Gelisah, nokturia, epistaksis
3. Jantung berdebar-debar
4. Pusing, perasaan berputar dan serasa ingin jatuh.
5. Penglihatan kabur
6. Rasa sakit didada
7. Telinga berdenging.
8. Mual atau gangguan pencernaan

9
9. Keringat yang berlebihan
10. Kulit yang nampak pucat atau kemerahan
11. Mudah lelah, lekas marah, sulit tidur dan lain-lain.

Gejala akibat komplikasi hipertensi


1) Gangguan penglihatan
2) Gangguan saraf
3) Gangguan jantung
4) Gangguan fungsi ginjal
5) Angguan serebral (otak) yang mengakibatkan kejang dan perdarahan akibat pecahnya
pembuluh darah otak yang mengakibatkan kelumpuhan, gangguan kesadaran hingga
koma.

DIAGNOSIS
A. Anamnesis
1) Lama menderita hipertensi dan derajat tekanan darah
2) Indikasi adanya hipertensi sekunder
Keluarga dengan riwayat penyakit ginjal
Adanya penyakit ginjal, infeksi saluran kemih, hematuri, pemakaian obat-obat
analgesik dan obat/bahan lain
Episode berkeringat, sekit kepala, kecemasan, palpitasi (feokromositoma)
Episode lemah otot dan tetani (aldosteronisme)
3) Faktor-faktor resiko
Riwayat hipertensi atau kardiovaskular pada pasien atau keluarga pasien
Riwayat hiperlipidemia pada pasien atau keluarganya
Riwayat diabetes melitus pada pasien atau keluarganya
Kebiasaan merokok
Pola makan
Kegemukan, intensitas olahraga
Kepribadian
4) Gejala kerusakan organ
Otak dan mata : sakit kepala, vertigo, gangguan penglihatan, transient ischemic
attacks, defisit sensoris atau motoris

10
Jantung : [alpitasi, nyeri dada, sesak, bengkak kaki
Ginjal : haus, poliuria, hematuria
Arteri perifer : ekstremitas dingin, klaudikasio intermiten
5) Pengobatan hipertensi sebelumnya
6) Faktor-faktor pribadi, keluarga, dan lingkungan

B. Pemeriksaan fisik
Pengukuran tekanan darah
Pengukuran di lakukan pada posisi duduk di kursi setelah pasien istirahat
selama 5 menit, kaki di lantai dan lengan setinggi jantung. Pengukuran dilakukan dua
kali dengan sela 1-5 menit, pengukuran tambahan dilakukan jika kedua hasil
pangukuran sebelumnya berbeda

Pada pasien hipertensi, beberapa pemeriksaan untuk menetukan adanya


kerusakan organ target dapat dilakukan secara rutin, sedang pemeriksaan lain hanya
dilakukan bila ada kecurigaan yang didukung oleh kelihan dan gejala pasien.
Pemeriksaan untuk mengevaluasi adnya kerusakan organ target meliputi :

1) Jantung
Pemeriksaan fisik
Foto polos dada (untuk melihat pembesaran jantung, kondisi arteri intratoraks
dan sirkulasi pulmoner)
Elektrokardiografi (untuk deteksi iskemia, gangguan konduksi, aritmia serta
hiprtrofi ventrikel kiri)
Ekokardiografi
2) Pembuluh darah
Pemeriksaan fisik termasuk perhitungan pulse pressure
Ultrasonografi (USG) karotis
Fungsi endotel (masih dalam penelitian)
3) Otak
Pemeriksaan neurologis
Diagnosis strok ditegakkan dengan menggunakan CT Scan atau MRI (untuk
pasien dengan keluhan gangguan neural, kehilangan memori, atau gangguan
kognitif)

11
4) Mata
Funduskopi
5) Fungsi ginjal
Pemeriksaan fungsi ginjal dan penentuan adanyan proteinuria/makro-
mikroalbuminuris serta rasio albumin kreatinin urin
Perkiraan laju filtrasi glomerulus

JNC 7 menyatakan bahwa tes yang lebih mendalam untuk mencari penyebab
hipertensi tidak dianjurkan kecuali jika denga terapi yang memedai tekanan darah tidak
tercapai.

Pemeriksaan penunjang

Test darah rutin


Glukosa darah puasa
Kolesterol total serum
Kolesterol LDL dan HDL serum
Trigliserida serum puasa
Asam urat serum
Kreatinin serum
Kalium serum
Hemoglobin dan hematokrit
Urinalisis

12
PENATALAKSANAAN

A. PENGENDALIAN FAKTOR RESIKO

a. Mengatasi obesitas/menurunkan kelebihan berat badan.

Obesitas bukanlah penyebab hipertensi. Akan tetapi prevalensi hipertensi pada


obesitas jauh lebih besar. Risiko relatif untuk menderita hipertensi pada orang-orang gemuk 5
kali lebih tinggi dibandingkan dengan seorang yang badannya normal. Sedangkan, pada
penderita hipertensi ditemukan sekitar 20-33% memiliki berat badan lebih (overweight).
Dengan demikian obesitas harus dikendalikan dengan menurunkan berat badan.

b. Mengurangi asupan garam didalam tubuh.

Nasehat pengurangan garam, harus memperhatikan kebiasaan makan penderita.


Pengurangan asupan garam secara drastis akan sulit dilaksanakan. Batasi sampai dengan
kurang dari 5 gram ( 1 sendok teh ) per hari pada saat memasak.

13
c. Ciptakan keadaan rileks

Berbagai cara relaksasi seperti meditasi, yoga atau hipnosis dapat menontrol sistem
syaraf yang akhirnya dapat menurunkan tekanan darah.

d. Melakukan olah raga teratur

Berolahraga seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit sebanyak 34
kali dalam seminggu, diharapkan dapat menarnbah kebugaran dan memperbaiki metabolisme
tubuh yang ujungnya dapat mengontrol tekanan darah.

e. Berhenti merokok

Merokok dapat menambah kekakuan pembuluh darah sehingga dapat memperburuk


hipertensi. Zat-zat kimia beracun seperti nikotin dan karbon monoksida yang dihisap melalui
rokok yang masuk ke dalam aliran darah dapat merusak lapisan endotel pembuluh darah
arteri, dan mengakibatkan proses artereosklerosis, dan tekanan darah tinggi. Pada studi
autopsi, dibuktikan kaitan erat antara kebiasaan merokok dengan adanya artereosklerosis
pada seluruh pembuluh darah. Merokok juga meningkatkan denyut jantung dan kebutuhan
oksigen untuk disuplai ke otot-otot jantung. Merokok pada penderita tekanan darah tinggi
semakin meningkatkan risiko kerusakan pada pembuluh darah arteri

f. Mengurangi konsumsi alkohol.

Hindari konsumsi alkohol berlebihan. Laki-Iaki Tidak lebih dari 2 gelas per hari
Wanita : Tidak lebih dari 1 gelas per hari

Tabel 5. Modifikasi gaya hidup untuk Pengendalian Tekanan Darah


Modifikasi yang disarankan Rekomendasi Penurunan tekanan darah
sistolik yang dapat tercapai
Penurunan berat badan Pertahankan berat badan 5-20 mmHg tiap penurunan
normal dengan indeks masa 10 kg
tubuhantara 18,5-24,9 kg/m2
Menjalankan perencanaan Mengkonsumsi buah, 8-14 mmHg
makan DASH (Dietary sayur,dan produk rendah
Approaches to Stop lemak
Hypertension)

14
Kurangi konsumsi natrium Mengurangi asupan natrium 2-8 mmHg
hingga kurang dari 2,4 gram
natrium atau 6 gram natrium
klorida
Aktifitas fisik Menjalankan aktifitas fisik 4-9 mmHg
rutin seperti berjalan (paling
tidak 30 menit sehari dan
beberapa hari seminggu)
Mengurangi konsumsi Batasi asupan tidak lebih dari 2-4 mmHg
alkohol 2 minuman sehari untuk pria
(30 ml etanol) dan tidak lebih
dari 1 minuman sehari untuk
wanita

Penatalaksanaan Diet pada Pasien Hipertensi


Pada penderita hipertensi dimana tekanan darah tinggi > 160 /gram mmHg, selain
pemberian obat-obatan anti hipertensi perlu terapi diet dan merubah gaya hidup. Tujuan dari
penatalaksanaan diet adalah untuk membantu menurunkan tekanan darah dan
mempertahankan tekanan darah menuju normal. Disamping itu, diet juga ditujukan untuk
menurunkan faktor risiko lain seperti berat badan yang berlebih, tingginya kadar lemak
kolesterol dan asam urat dalam darah. Harus diperhatikan pula penyakit degeneratif lain yang
menyertai darah tinggi seperti jantung, ginjal dan diabetes mellitus.
Prinsip diet pada penderita hipertensi adalah sebagai berikut :
Makanan beraneka ragam dan gizi seimbang.
Jenis dan komposisi makanan disesuaikan dengan kondisi penderita.
Jumlah garam dibatasi sesuai dengan kesehatan penderita dan jenis makanan dalam daftar
diet.
Yang dimaksud dengan garam disini adalah garam natrium yang terdapat dalam
hampir semua bahan makanan yang berasal dari hewan dan tumbuh-tumbuhan. Salah satu
sumber utama garam natrium adalah garam dapur. Oleh karena itu, dianjurkan konsumsi
garam dapur tidak lebih dari - sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar
natrium.

15
A. Mengatur Menu Makanan
Mengatur menu makanan sangat dianjurkan bagi penderita hipertensi untuk
menghindari dan membatasi makanan yang dpat meningkatkan kadar kolesterol darah serta
meningkatkan tekanan darah, sehingga penderita tidak mengalami stroke atau infark jantung.
Makanan yang harus dihindari atau dibatasi adalah:
1. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak kelapa, gajih).
2. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker, keripik
dan makanan kering yang asin).
3. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buahbuahan dalam kaleng, soft drink).
4. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin, pindang,
udang kering, telur asin, selai kacang).
5. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein hewani
yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning telur, kulit ayam).
6. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco serta
bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
7. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.

Cara mengatur diet untuk penderita hipertensi adalah dengan memperbaiki rasa tawar
dengan menambah gula merah/putih, bawang (merah/putih), jahe, kencur dan bumbu lain
yang tidak asin atau mengandung sedikit garam natrium. Makanan dapat ditumis untuk
memperbaiki rasa. Membubuhkan garam saat diatas meja makan dapat dilakukan untuk
menghindari penggunaan garam yang berlebih. Dianjurkan untuk selalu menggunakan garam
beryodium dan penggunaan garam jangan lebih dari 1 sendok teh per hari.

Meningkatkan pemasukan kalium (4,5 gram atau 120 175 mEq/hari) dapat memberikan
efek penurunan tekanan darah yang ringan. Selain itu, pemberian kalium juga membantu
untuk mengganti kehilangan kalium akibat dan rendah natrium. Pada umumnya dapat dipakai
ukuran sedang (50 gram) dari apel (159 mg kalium), jeruk (250 mg kalium), tomat (366 mg
kalium), pisang (451 mg kalium) kentang panggang (503 mg kalium) dan susu skim 1 gelas
(406 mg kalium).

16
Kecukupan kalsium penting untuk mencegah dan mengobati hipertensi: 2-3 gelas susu
skim atau 40 mg/hari, 115 gram keju rendah natrium dapat memenuhi kebutuhan kalsium 250
mg/hari. Sedangkan kebutuhan kalsium perhari rata-rata 808mg.

B. Suplementasi Anti Oksidan


Walaupun suplementasi anti oksidan masih memerlukan penelitian lebih lanjut,
namun saat ini banyak sekali suplemen yang dijual dan dikonsumsi oleh masyarakat. Sebagai
tenaga medis harus berhati-hati memberikan anjuran minuman suplemen agar tidak terjadi
overdosis.
1. Vitamin dan penurunan homosistein :
Asam folat, vitamin B6, vitamin B 12 dan riboflavin merupakan ko-faktor enzim yang
essential untuk metabolisme homosis tein. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan kadar homosistein dalam darah akan meningkatkan risiko penyakit arteri
koroner. Kadar asam folat yang rendah berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit
koroner dan kadar vitamin yang rendah juga berkaitan dengan peningkatan risiko
aterosklerosis, walaupun risiko aterosklerosis yang berhubungan dengan rendahnya kadar
vitamin B6 tidak berhubungan dengan konsentrasi homositein yang tinggi. Sedangkan
vitamin B12 tidak berhubungan dengan penyakit vaskuler.

2. Kacang kedelai dan isoflavon :


Kedelai banyak mengandung fito estrogen yaitu isoflavon, yang memiliki aktivitas
estrogen lemah. Penelitian meta analisis pada tahun 1995 menyimpulkan bahwa isoflavon
dari protein kedelai lebih bermakna menurunkan kadar kolesterol total, kolesterol LDL
dan trigliserida, tanpa mempengaruhi kadar kolesterol HDL. Sehingga dianjurkan
mengkonsumsi protein kedelai (20 50 gram/hari) dengan modifikasi diet pada penderita
dengan kadar kolesterol (total dan LDL) yang tinggi. Tempe adalah hasil pengolahan
kedelai yang melalui proses fermentasi, dengan kandungan gizi lebih baik dari kedelai.
Sehingga tempe dianjurkan untuk di konsumsi oleh penderita hipertensi sebagai sumber
protein nabati.

3. Tempe :
Tempe merupakan sumber zat gizi yang baik, terutama bagi penderita hiper
kolesterolemia. Dari berbagai penelitian ternyata tempe dapat menurunkan kadar
kolesterol dalam darah serta mencegah timbulnya penyempitan pembuluh darah, karena

17
tempe mengandung asam lemak tidak jenuh ganda. Sehingga penderita hipertensi
dianjurkan untuk mengkonsumsi tempe setiap hari, disamping diet rendah lemak jenuh.

4. Asam lemak omega 3 :


Mengkonsumsi satu porsi ikan yang tinggi lemak (atau minyak ikan ) tiap hari dapat
menjadi asupan asam lemak omega 3 (EPA dan DHA) sekitar 900 mg/dl, dan dilaporkan
dapat menurunkan kadar kolesterol danmencegah penyakit jantung koroner

5. Serat :
Walaupun berbagi studi menunjukkan adanya hubungan antara beberapa jenis serat
dengan penurunan kolesterol lDDL dan atau kolesterol total, namun belum ada bukti
langsung yang menunjukkan hubungan antara suplemen serat dengan penurunan penyakit
kardio vaskular.

C. Garam Natrium
Garam natrium terdapat secara alamiah dalam bahan makanan atau ditambahkan pada
waktu memasak atau mengolah makanan. Makanan berasal dari hewan biasanya lebih banyak
mengandung garam natrium dari yang berasal dari tumbuhtumbuhan. Garam Natrium yang
ditambahkan ke dalam makanan biasanya berupa ikatan, yaitu :
1. Natrium Chlorida atau garam dapur
2. Mono-Natrium Glutamat atau vetsin
3. Natrium Bikarbonat atau soda kue
4. Natrium Benzoat untuk mengawetkan buah
5. Natrium Bisulfit atau sendawa yang digunakan untuk mengawetkan daging seperti
Corned beef.
Cara memasak untuk mengeluarkan garam Natrium antara lain :
1. Pada ikan asin di rendam dan di cuci terlebih dahulu
2. Untuk mengeluarkan garam natrium dari margarine dengan mencampur margarine
dengan air, lalu masak sampai mendidih, margarine akan mencair dan garam natrium
akan larut dalam air. Dinginkan cairan kembali dengan memasukkan panci kedalam
kulkas. Margarine akan keras kembali dan buang air yang mengandung garam
natrium. Lakukan ini 2 kali.

18
B. TERAPI FARMAKOLOGIS

Penatalaksanaan penyakit hipertensi bertujuan untuk mengendalikan angka kesakitan dan


kematian akibat penyakit hipertensi dengan cara seminimal mungkin menurunkan gangguan
terhadap kualitas hidup penderita. Pengobatan hipertensi dimulai dengan obat tunggal , masa
kerja yang panjang sekali sehari dan dosis dititrasi. Obat berikutnya mungkin dapat
ditarnbahkan selama beberapa bulan pertama perjalanan terapi. Pemilihan obat atau
kombinasi yang cocok bergantung pada keparahan penyakit dan respon penderita terhadap
obat anti hipertensi.
Beberapa prinsip pemberian obat anti hipertensi sebagai berikut :
1. Pengobatan hipertensi sekunder adalah menghilangkan penyebab hipertensi. Pengobatan
hipertensi esensial ditujukan untuk menurunkan tekanan darah dengan harapan
memperpanjang umur dan mengurangi timbulnya komplikasi.
2. Upaya menurunkan tekanan darah dicapai dengan menggunakan obat anti hipertensi.
3. Pengobatan hipertensi adalah pengobatan jangka panjang, bahkan pengobatan seumur
hidup.

Golongan Obat Kisaran dosis dalam Frekuensi pemberian


mg/hari per hari
Thiazide diuretics Hydrochlorothiazide 12,5-50 1
Chlorthalidone 12,5-25 1
Indapamide 1,25-2,5 1
Loop diuretics Furosemide 20-80 2

Potassium sparing Amiloride 5-10 1-2


diuretics
Aldosterone receptor Spironolactone 25-50 1
blockers
Beta Blockers Atenolol 25-100 1
Bisoprolol 2,5-10 1
Carvedilol 12,5-50 2
Propanolol 40-160 2
ACE inhibitor Captopril 25-100 2
Enalapril 5-40 1-2

19
Ramipril 2,5-20 1
ARB Losartan 25-100 1-2
Valsartan 80-320 1-2
Irbesartan 150-300 1
CCB Amlodipine 2,5-10 1
Nifedipine long 30-60 1
acting
Diltiazem extended 180-420 1
Release
Alpha 1 blocker Doxazosin 1-16 1
Central alpha 2 Clonidine 0,1-0,8 2
agonist and other Methyldopa 250-1000 2
centrally acting drugs
Direct vasodilator Hydralazine 25-100 2
Minoxidil 2,8-80 1-2

Jenis-jenis obat antihipertensi :


1. Diuretik
Obat-obatan jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh (Iewat
kencing), sehingga volume cairan tubuh berkurang mengakibatkan daya pompa jantung
menjadi ingan dan berefek turunnya tekanan darah. Digunakan sebagai obat pilihan
pertama pada hipertensi tanpa adanya penyakit lainnya.

2. Penghambat Simpatis

Golongan obat ini bekerja denqan menghambat aktifitas syaraf simpatis (syaraf yang
bekerja pada saat kita beraktifitas). Contoh obat yang termasuk dalam golongan
penghambat simpatetik adalah : metildopa, klonodin dan reserpin. Efek samping yang
dijumpai adalah: anemia hemolitik (kekurangan sel darah merah kerena pecahnya sel
darah merah), gangguan fungsi ahati dan kadang-kadang dapat menyebabkan penyakit
hati kronis. Saat ini golongan ini jarang digunakan.

3. Betabloker

Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan daya pompa
jantung. Jenis obat ini tidak dianjurkan pada penderita yang telah diketahui mengidap
20
gangguan pernafasan seperti asma bronkhial. Contoh obat golongan betabloker adalah
metoprolol, propanolol, atenolol dan bisoprolol. Pemakaian pada penderita diabetes harus
hati-hati, karena dapat menutupi gejala hipoglikemia (dimana kadar gula darah turun
menjadi sangat rendah sehingga dapat membahayakan penderitanya). Pada orang dengan
penderita bronkospasme (penyempitan saluran pernapasan) sehingga pemberian obat
harus hati-hati.

4. Vasodilatator

Obat ini bekerja langsung pada pembuluh darah dengan relaksasi otot polos (otot
pembuluh darah). Yang termasuk dalam golongan ini adalah prazosin dan hidralazin.
Efek samping yang sering terjadi pada pemberian obat ini adalah pusing dan sakit kapala.

5. Penghambat enzim konversi angiotensin

Kerja obat golongan ini adalah menghambat pembentukan zat angiotensin II (zat yang
dapat meningkatakan tekanan darah). Contoh obat yang termasuk golongan ini adalah
kaptopril. Efek samping yang sering timbul adalah batuk kering, pusing, sakit kepala dan
lemas.

6. Antagonis kalsium

Golongan obat ini bekerja menurunkan daya pompa jantung dengan menghambat
kontraksi otot jantung (kontraktilitas). Yang termasuk golongan obat ini adalah :
nifedipin, diltizem dan verapamil. Efek samping yang mungkin timbul adalah : sembelit,
pusing, sakit kepala dan muntah.

7. Penghambat reseptor angiotensin II


Kerja obat ini adalah dengan menghalangi penempelan zat angiotensin II pada
reseptornya yang mengakibatkan ringannya daya pompa jantung. Obat-obatan yang
termasuk .golongan ini adalah valsartan. Efek samping yang mungkin timbul adalah sakit
kepala, pusing, lemas dan mual.

Tatalaksana hipertensi dengan obat anti hipertensi yang dianjurkan:


a. Diuretik: hidroclorotiazid dengan dosis 12,5 -50 mg/hari
b. Penghambat ACE/penghambat reseptor angiotensin II : Captopril 25 -100 mg/Hari
c. Penghambat kalsium yang bekerja panjang : nifedipin 30 -60 mg/hari

21
d. Penghambat reseptor beta: propanolol 40 -160 mg/hari
e. Agonis reseptor alpha central (penghambat simpatis}: reserpin 0,05 -0,25 mg/hari

Monoterapi atau terapi kombinasi


Menurut ESH-2007, monoterapi dapat diberikan sebagai terapi inisial untuk hipertensi
ringan (derajat 1) dengan faktor risiko total kardiovaskuler rendah atau moderat/sedang,
dengan dosis rendah sesuai obat yang dipilih, kemudian untuk mencapai target tekanan darah
yang diinginkan dosis dapat dinaikkan sampai dosis penuh atau diganti dengan obat yang
mempunyai titik tangkap berbeda juga dimulai dengan dosis rendah kemudian dosis
dinaikkan sampai dosis penuh. Bila masih belum tercapai target yang diinginkan dapat
ditambah 2 sampai 3 macam obat. Terapi kombinasi 2 obat dosis kecil diberikan untuk terapi
inisial pada hipertensi derajat 2 dan 3 dengan faktor risiko tinggi atau sangat tinggi; bila
dengan 2 macam obat target tekanan tidak tercapai dapat diberikan 3 macam obat anti
hipertensi.

Gambar 2. Strategi terapi monoterapi versus kombinasi

22
Gambar 3. Kombinasi yang memungkinkan diantara beberapa golongan anti hipertensi
Terapi kombinasi antara lain:
i. Penghambat ACE dengan diuretik
ii. Penghambat ACE dengan penghambat kalsium
iii. penghambat reseptor beta dengan diuretik
iv. agonis reseptor alpha dengan diuretik

Pilihan terapi antihipertensi pada pasien dengan indikasi penyerta


Tabel 6. Pilihan terapi antihipertensi pada pasien dengan indikasi penyerta

Penyakit jantung koroner


Pada pasien dengan penyakit jantung koroner, tekanan darah perlu diturunkan dengan
cepat. Untuk itu dapat diberi obat antihipertensi golongan beta-blocker dan/atau CCB. Bila

23
CCB diberikan sebagai tambahan terapi beta blocker yang sudah ada, dapat diberikan CCB
golongan dihydropyridine dengan masa kerja lama; jenis kerja cepat tidak diberikan karena
peningkatan risiko kematian, terutama pada keadaan infark miokard akut. Pada pasien dengan
angina pektoris stabil dapat diberi BB atau CCB.

Gagal jantung
Pada pasien dengan disfungsi ventrikel asimptomatik, dapat diberi obat antihipertensi
golongan ACEi dan beta-blocker. Bagi pasien dengan disfungsi ventrikel simptomatik atau
dengan penyakit jantung stadium akhir, dapat diberi obat antihipertensi golongan ACEi, beta-
blocker, ARB, aldosterone blocker dan juga loop diuretic.

Diabetes melitus
Obat antihipertensi golongan ACEi (angiotensin converting enzyme inhibitor) dan
ARB (angiotensin receptor blockers) direkomendasikan pemberiannya bagi pasien hipertensi
yang menderita diabetes melitus, karena ACEi dan ARB terbukti menghambat progresifitas
nefropati diabetikum dan menurunkan albuminuria. Penelitian-penelitian seperti IRMA
memperlihatkan bahwa ARB irbesartan memiliki efek renoproteksi pada pasien hipertensi
dengan diabetes tipe 2 dan mikroalbuminuria.

Penyakit ginjal kronik


Tujuan terapi hipertensi pada pasien dengan PGK adalah memperlambat penurunan
fungsi ginjal dan mencegah penyakit kardiovaskular. Pada pasien PGK perlu penurunan
tekanan darah dengan agresif dan kadang diperlukan 3 macam obat antihipertensi untuk
mencapai target tekanan darah (<130/80 pada pasien dengan PGK). Terapi dengan ACEi dan
ARB mampu menghambat progresifitas penyakit ginjal diabetik maupun penyakit ginjal non-
diabetik.
Table 7. indikasi dan kontraindikasi kelas-kelas utama obat anti hipertensi menurut ESH

Kelas obat Indikasi Kontraindikasi


Mutlak Tidak mutlak
Diuretika Gagal jantung kongestif, Gout Kehamilan
(Thiazide) usia lanjut, isolated
systolic hypertension
Diuretika Insufisiensi ginjal, gagal

24
(Loop) jantung kongestif
Diuretika Gagal jantung kongestif, Gagal ginjal,
(Anti Aldosteron) pasca infark miokard hiperkalemia
Penyekat Angina pectoris, pasca Asma, PPOM, A- Penyakit
infark miokars, CHF, V Block (derajat pembuluh darah
kehamilan, takikardi 2 atau 3) perifer,
intoleransi
glukosa
Calcium Antagonist Usia lanjut, isolated Takiaritmia,
(Dihydropiridine) systolic hypertension, CHF
angina pectoris, penyakit
pembuluh darah perifer,
aterosklerotik karotis,
kehamilan
Calcium antagonist Angina pectoris, A-V Block
(Verapamil, Diltiazem) aterosklerotis karotis, (derajat 2 atau 3),
takikardi supraventrikuler CHF
Penghambat ACE CHF, disfungsi ventrikel Kehamilan,
kiri, pasca infark miokard, hiperkalemia,
non diabetic nefropati, stenosis arteri
nefropati DMT1, renalis bilateral
proteinuria
Angiotengsin II Nefropati DMT2, Kehamilan,
Receptor Antagonist mikroalbminuria diabetic, hiperkalemia,
proteinuria, hipertrofi stenosis arteri
ventrikel kiri renalis bilateral
-Bloker Hyperplasia prostat Hipotensi CHF
(BPH), hiperlipidemia ortostatik

25
KOMPLIKASI

Hipertensi dapat menimbulkan kerusakan organ tubuh baik secara langsung maupun tidak
langsung. Kerusakan organ-organ target yang umum ditemui pada pasien hipertensi adalah:

Jantung
o Hipertofi ventrikel kiri
o Angina atau infark miokard
o Gagal jantung
Otak
o Stroke atau transient ischemic attack
Penyakit ginjal kronik
Penyakit arteri perifer
Retinopati

26
Laporan Kasus

Topik : Hipertensi

Tanggal Kasus : 27 November 2015

Nama pasien : Ny. M

Umur : 50 tahun

No RM :

Alamat :

1. Subjektif

Keluhan Utama :
Kepala pusing sejak 1 minggu yang lalu.
Riwayat Penyakit Sekarang :
- Kepala pusing sejak 1 minggu yang lalu. Keluhan ini di sertai dengan perasaan berputar
dan serasa ingin jatuh.
- Rasa berat di tengkuk ada, meningkat sejak 1 minggu yang lalu.
- Nafsu makan berkurang sejak 1 minggu yang lalu.
- Pasien mengeluhkan sering buang air kecil pada malam hari, 2-3 kali/malam.
- Buang air besar tidak ada sejak 2 hari yang lalu, rasa ingin buang air besar ada.
- Pasien mengeluhkan sering merasa gelisah, mudah lelah.
- Pasien mengeluhkan susah tidur.
- Keluar darah dari hidung tidak ada.
- Nyeri dada tidak ada.
- Mual tidak ada, muntah tidak ada.
- Bengkak pada kaki ataupun anggota tubuh yang lain tidak ada.
- Riwayat buang air kecil berdarah tidak ada.
Riwayat Penyakit Dahulu :
- Pasien sudah dikenal menderita hipertensi sejak 5 tahun yang lalu, kontrol teratur ke
RSUD atau ke Puskesmas.
- Riwayat Diabetes Melitus, Jantung, kejang, dan Ginjal tidak ada.

27
Riwayat Penyakit Keluarga :
- Di keluarga hanya kakak dan ibu ayah pasien juga menderita hipertensi.
- Riwayat Diabetes Melitus, Jantung, kejang, dan Ginjal pada keluarga tidak ada.

Riwayat Kebiasaan, Pendidikan, Sosial ekonomi dan Keluarga


Pasien tidak merokok, minum kopi ataupun minum alkohol.
Pasien makan 2-3 kali/hari, tidak teratur, kurang makan sayur, buah dan minum air putih
4 gelas/hari.
Olah raga tidak ada semenjak masih muda.
Konsumsi garam sudah dikurangi sejak menderita hipertensi, makanan dibuat lebih
hambar.

Riwayat Perumahan dan Lingkungan


Rumah permanen, WC dalam rumah, pekarangan sempit, sumber air dari PDAM,
kondisi ruangan tidak lembab, ventilasi dan jendela cukup untuk tiap ruangan.
Kesan : Higiene dan sanitasi cukup baik.

2. Objektif

Vital Sign
Keadaan umum : Sakit sedang Sianosis : (-)
Kesadaran : CMC Pucat : (-)
Tekanan darah : 160/100 mmHg Ikterik : (-)
Frekuensi nadi : 74 x/menit Tinggi Badan : 145 cm
Frekuensi nafas : 20 x/menit Berat Badan : 48 kg
Suhu : afebris

Pemeriksaan Sistemik :
Kulit : Teraba hangat, tidak pucat, tidak ikterik, tidak sianosis.
Kepala : Bentuk normal, rambut hitam-putih,
Mata : Konjungtiva tidak anemis, sklera tidak ikterik,
pupil isokor, diameter 2 mm, refleks cahaya +/+ Normal, lensa keruh
Telinga : Kelainan bawaan (-), sekret (-), serumen (+), nyeri tekan (-), bengkak daerah
mastoid (-)

28
Hidung : Tidak ditemukan kelainan
Mulut : Mukosa mulut dan bibir basah
Tenggorok : Tonsil T1 T1 tidak hiperemis
Faring : tidak hiperemis
Leher : Kaku kuduk (-)
JVP 5-2 cmH2O
Tidak ada pembesaran kelenjar getah bening

Thoraks
Paru : Inspeksi : normochest
Palpasi : fremitus kiri=kanan
Perkusi : sonor
Auskultasi : bronkovesikuler, ronkhi tidak ada, wheezing tidak ada
Jantung : Inspeksi : iktus tidak terlihat
Palpasi : iktus teraba 1 jari medial LMCS RIC V
Perkusi : batas jantung dalam batas normal
Auskultasi : irama teratur, M1>M2, A2<P2, bising tidak ada
Abdomen : Inspeksi : tidak membuncit
Palpasi : distensi (-), hepar dan lien tidak teraba
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus (+) normal
Punggung : tidak ada kelainan
Alat kelamin : tidak ada diperiksa
Anus : rectal toucher tidak dilakukan
Ekstremitas : akral hangat, refilling kapiler baik, sianosis tidak ada,edema tidak ada,
refleks fisiologis tidak dilakukan, refleks patologis -/-

3. Assessment
Pasien di diagnosis dengan :
- Hipertensi Stg II
4. Diagnosis banding : Cephalgia dan vertigo

29
5. Terapi
A. Nonfarmakologis
- Kurangi asupan garam, dianjurkan konsumsi garam dapur tidak lebih dari -
sendok teh/hari atau dapat menggunakan garam lain diluar natrium.
- Ciptakan keadaan rileks, hindari stres dan pikiran-pikiran yang dirasa menjadi
beban dengan sering mengingat Yang Maha Pencipta dan mengikuti kegiatan
positif seperti pengajian, arisan, posyandu dan lain-lain
- Istirahat yang cukup
- Olahraga teratur, seperti senam aerobik atau jalan cepat selama 30-45 menit
sebanyak 3-4 kali dalam seminggu
- Mengkonsumsi buah, sayur,dan produk rendah lemak
- Hindari :
a. Makanan yang berkadar lemak jenuh tinggi (otak, ginjal, paru, minyak
kelapa, gajih).
b. Makanan yang diolah dengan menggunakan garam natrium (biscuit, craker,
keripik dan makanan kering yang asin).
c. Makanan dan minuman dalam kaleng (sarden, sosis, korned, sayuran serta
buah-buahan dalam kaleng, soft drink).
d. Makanan yang diawetkan (dendeng, asinan sayur/buah, abon, ikan asin,
pindang, udang kering, telur asin, selai kacang).
e. Susu full cream, mentega, margarine, keju mayonnaise, serta sumber protein
hewani yang tinggi kolesterol seperti daging merah (sapi/kambing), kuning
telur, kulit ayam).
f. Bumbu-bumbu seperti kecap, maggi, terasi, saus tomat, saus sambal, tauco
serta bumbu penyedap lain yang pada umumnya mengandung garam natrium.
g. Alkohol dan makanan yang mengandung alkohol seperti durian, tape.
- Hindari merokok
- Kontol teratur, baik di Posyandu Lansia, Posyandu PTM, Puskesmas, Praktek
dokter ataupun ke Rumah Sakit
B. Farmakologis
- Analsik 3 x 1 tab
- Candesartan 1x 8 mg ( pagi )
- Amlodipin 1x 10 mg ( malam )

30
31

You might also like