Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa, berkat kasih dan tuntunanNya saya
dapat menyelesaikan refrat yang berjudul “ Hubungan Diabetes Mellitus dengan
Periodontitis”.
Pada kesempatan ini, saya juga ingin mengucapkan terima kasih kepada Drg.
Johannes Dhartono, MM dan Drg. Anna Maria yang telah memberi bimbingan
dan masukan dalam proses penyusunan refrat ini. Juga tak lupa terima kasih
kepada Ekel dan teman- teman Ko- ass atas semua dukungan yang diberikan.
Adapun tujuan dari pembuatan refrat ini untuk memenuhi tugas kepaniteraan Ilmu
Penyakit Gigi dan Mulut di Rumah Sakit Harapan Depok periode 20 Maret – 23
Mei 2009. Selain itu juga bertujuan untuk menambah wawasan dan informasi bagi
kita semua mengenai “ Hubungan Diabetes Mellitus dengan Periodontitis”.
Seperti ada pepatah “ Tak ada gading yang tak retak”, oleh karena itu semua
kritikan dan saran yang membangun sangat saya harapkan.
Akhir kata, semoga refrat ini bermanfaat bagi kita semua. Terima kasih.
i
DAFTAR ISI
Halaman
KATAPENGANTAR……………………………………………………… ….….i
DAFTAR ISI……………………………………………………………………....ii
BAB I PENDAHULUAN………………….……………………………….
………….….1
BAB II. TINJAUAN PUSTAKA
II. 1.DIABETES MELLITUS
Definisi…………………………………………………………………….3
Etiologi…………………………………………………………………….4
Tanda dan Gejala………………………………………………………….7
Diagnosis…………………………………………………………………10
Terapi……………………………………………………….……………11
II. 2.PERIODONTITIS
Definisi…………………………………………………………………...11
Etiologi…………………………………………………………………...11
Gejala………………………………………………………………...…..14
Diagnosis………………………………………………………………....14
Terapi…………………………………………………………………….14
Pencegahan………………………………………………………….…. 15
II.3.HUBUNGAN DIABETES MELLITUS DENGAN PERIODONTITIS
Peranan DM pada Penyakit Periodontal………………….……………...16
Patogenesis DM pada Penyakit Periodontal……………………….…… 17
Manifestasi Oral pada DM disertai periodontitis……………..…….........18
BAB III.
KESIMPULAN………………………………………………………………..…19
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………………20
ii
BAB I
PENDAHULUAN
2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
DEFINISI
Diabetes mellitus (DM) (dari kata Yunani διαβαίνειν, diabaínein, "tembus" atau
"pancuran air", dan kata Latin mellitus, "rasa manis") yang umum dikenal sebagai
kencing manis. Diabetes Mellitus adalah suatu penyakit dimana kadar glukosa
(gula sederhana) di dalam darah tinggi karena tubuh tidak dapat melepaskan atau
menggunakan insulin secara adekuat. Kadar gula darah sepanjang hari bervariasi,
meningkat setelah makan dan kembali normal dalam waktu 2 jam.
Kadar gula darah yang normal pada pagi hari setelah malam sebelumnya berpuasa
adalah 70-110 mg/dL darah. Kadar gula darah biasanya kurang dari 120-140
mg/dL pada 2 jam setelah makan atau minum cairan yang mengandung gula
maupun karbohidrat lainnya. Kadar gula darah yang normal cenderung meningkat
secara ringan tetapi progresif setelah usia 50 tahun, terutama pada orang-orang
yang tidak aktif. (10)
Insulin adalah hormon yang dilepaskan oleh pankreas, merupakan zat utama
yang bertanggung jawab dalam mempertahankan kadar gula darah yang tepat.
Insulin menyebabkan gula berpindah ke dalam sel sehingga bisa menghasilkan
energi atau disimpan sebagai cadangan energi. Peningkatan kadar gula darah
setelah makan atau minum merangsang pankreas untuk menghasilkan insulin
sehingga mencegah kenaikan kadar gula darah yang lebih lanjut dan
menyebabkan kadar gula darah menurun secara perlahan. Pada saat melakukan
aktivitas fisik kadar gula darah juga bisa menurun karena otot menggunakan
glukosa untuk energi. ( 4)
3
ETIOLOGI
Diabetes terjadi jika tubuh tidak menghasilkan insulin yang cukup untuk
mempertahankan kadar gula darah yang normal atau jika sel tidak memberikan
respon yang tepat terhadap insulin. ( 4)
4
Terjadi kekurangan insulin yang berat dan penderita harus mendapatkan suntikan
insulin secara teratur.Sampai saat ini diabetes tipe I tidak dapat dicegah. Diet dan
olah raga tidak bisa menyembuhkan ataupun mencegah diabetes tipe I.
Kebanyakan penderita diabetes tipe I memiliki kesehatan dan berat badan yang
baik saat penyakit ini mulai dideritanya. Selain itu, sensitivitas maupun respons
tubuh terhadap insulin umumnya normal pada penderita diabetes tipe ini, terutama
pada tahap awal. Penyebab terbanyak dari kehilangan sel beta pada diabetes tipe I
adalah kesalahan reaksi autoimunitas yang menghancurkan sel beta pankreas.
Reaksi autoimunitas tersebut dapat dipicu oleh adanya infeksi pada tubuh. Saat
ini, diabetes tipe I hanya dapat diobati dengan menggunakan insulin, dengan
pengawasan yang teliti terhadap tingkat glukosa darah melalui alat monitor
pengujian darah. Pengobatan dasar diabetes tipe I, bahkan untuk tahap paling awal
sekalipun, adalah penggantian insulin. Tanpa insulin, ketosis dan diabetik
ketoasidosis bisa menyebabkan koma bahkan bisa mengakibatkan kematian.
Penekanan juga diberikan pada penyesuaian gaya hidup (diet dan olahraga).
Terlepas dari pemberian injeksi pada umumnya, juga dimungkinkan pemberian
insulin melalui pump, yang memungkinkan untuk pemberian masukan insulin 24
jam sehari pada tingkat dosis yang telah ditentukan, juga dimungkinkan
pemberian dosis (a bolus) dari insulin yang dibutuhkan pada saat makan. Serta
dimungkinkan juga untuk pemberian masukan insulin melalui "inhaled powder".(4)
Pada diabetes mellitus tipe II (diabetes yang tidak tergantung kepada insulin,
NIDDM), Terjadi karena kombinasi dari "kecacatan dalam produksi insulin" dan
"resistensi terhadap insulin" atau "berkurangnya sensitifitas terhadap
insulin"(adanya defek respon jaringan terhadap insulin) yang melibatkan reseptor
insulin di membran sel. Pada tahap awal abnormalitas yang paling utama adalah
berkurangnya sensitifitas terhadap insulin, yang ditandai dengan meningkatnya
kadar insulin di dalam darah. Pada tahap ini, hiperglikemia dapat diatasi dengan
berbagai cara dan Obat Anti Diabetes yang dapat meningkatkan sensitifitas
terhadap insulin atau mengurangi produksi glukosa dari hepar, namun semakin
parah penyakit, sekresi insulinpun semakin berkurang, dan terapi dengan insulin
kadang dibutuhkan. Ada beberapa teori yang menyebutkan penyebab pasti dan
mekanisme terjadinya resistensi ini, namun obesitas sentral ( fat concentrated
around the waist in relation to abdominal organs, not it seems, subcutaneous fat)
diketahui sebagai faktor predisposisi terjadinya resistensi terhadap insulin,
mungkin dalam kaitan dengan pengeluaran dari adipokines ( kelompok hormon)
itu merusak toleransi glukosa. (4)
Diabetes tipe II bisa terjadi pada anak-anak dan dewasa, tetapi biasanya terjadi
setelah usia 30 tahun. Faktor resiko untuk diabetes tipe II adalah obesitas, 80-90%
penderita mengalami obesitas. Diabetes tipe II juga cenderung diturunkan.
6
Pada penderita diabetes tipe II, pengontrolan kadar gula darah dapat dilakukan
dengan beberapa tindakan seperti diet, penurunan berat badan, dan pemberian
tablet diabetik. Apabila dengan pemberian tablet belum maksimal respon
penanganan level gula dalam darah, maka obat suntik mulai dipertimbangkan
untuk diberikan. (4)
Kondisi kadar gula yang drastis menurun akan cepat menyebabkan seseorang
tidak sadarkan diri bahkan memasuki tahapan koma. Gejala kencing manis dapat
berkembang dengan cepat waktu ke waktu dalam hitungan minggu atau bulan,
terutama pada seorang anak yang menderita penyakit diabetes mellitus tipe I.
Lain halnya pada penderita diabetes mellitus tipe II, umumnya mereka tidak
mengalami berbagai gejala diatas. Bahkan mereka mungkin tidak mengetahui
telah menderita kencing manis.
1. Candidiasis
2. Xerostomia
8
4. Spacing
7. Banyak calculus
8. Abses periodontal
9
Manifestasi Oral Pada Diabetes yang Terkontrol
- respon jaringan normal
- insidensi karies normal
- mekanisme pertahanan normal
- pola erupsi gigi normal
DIAGNOSIS
Kadar Gula Dalam Darah Normalnya kadar gula dalam darah berkisar antara 70 -
150 mg/ dL { millimoles/liter (satuan unit United Kingdom)} atau 4 - 8 mmol/l
{milligrams/ deciliter (satuan unit United State)}, Dimana 1 mmol/l = 18 mg/dl.
Namun demikian, kadar gula tentu saja mengalami peningkatan setelah makan
dan mengalami penurunan diwaktu pagi hari bangun tidur.
Banyak alat test gula darah yang diperdagangkan saat ini dan dapat dibeli
dibanyak tempat penjualan alat kesehatan atau apotik seperti Accu-Chek, BCJ
Group, Accurate, OneTouch UltraEasy machine. Bagi penderita yang terdiagnosa
Diabetes Mellitus, ada baiknya bagi mereka jika mampu untuk membelinya.
10
TERAPI
Penderita diabetes tipe I umumnya menjalani pengobatan terapi insulin (Lantus/
Levemir, Humalog, Novolog atau Apidra) yang berkesinambungan, selain itu
adalah dengan berolahraga secukupnya serta melakukan pengontrolan menu
makanan (diet).
I. 2 PERIODONTITIS
DEFINISI
ETIOLOGI
11
II. Lokal.
Disebabkan hanya oleh kelainan dalam mulut. Dibagi menjadi:
1. Faktor iritasi.
Merupakan faktor yang sangat berperan dalam timbulnya proses
peradangan atau masuknya iritan ke jaringan, yang disebabkan oleh :
- faktor inisiasi, oleh plak bakteri
- faktor predisposisi, faktor yg mempermudah berkumpulnya plak.
Contohnya : kalkulus.
Hanya faktor iritasi yang dapat menyebabkan terjadinya peradangan.
2. Fungsional.
Faktor yang menyebabkan kerusakan jaringan periodontal karena
terjadinya trauma from occlusion. Contohnya : bruksism, premature
contact, hambatan oklusi.
Faktor ini yang mendukung terjadinya kerusakan jaringan periodontal.
Trauma occlusion tidak menyebabkan peradangan tapi menyebabkan
kerusakan Attachment apparatus jaringan periodontal. Kerusakan
oklusi ini disebabkan karena faktor degeneratif.
III. Sistemik
1. Modifying primer (tidak ada peran faktor iritasi).
Contoh : orang yang diterapi dengan Dilantin terjadi pembesaran
gingiva, karena efek dari terapi.
2. Modifying sekunder (ada peran faktor iritasi).
Contoh : pada wanita hamil terdapat epulis gravidarum yang disertai
oleh faktor iritasi karena Oral hygiene (OH) buruk.
12
Faktor yang berhubungan dengan Sistemik :
1. Faktor Nutrisi
Contoh Defisiensi Vitamin C
2. Hormonal.
Contoh : penyakit Diabetes melitus
3. Hematologi.
Contoh: Leukemia
Terlihat adanya hubungan yang erat antara faktor lokal dan faktor sistemik, yaitu
penyakit diabetes mellitus dapat mengakibatkan meningkatnya insiden karies
dentis dan memperberat gingivitis maupun penyakit periodontal. Sebaliknya
infeksi gigi dan jaringan sekitarnya dapat mempengaruhi stabilitas kadar gula
darah.
Pernah dilaporkan bahwa destruksi jaringan periodontal pada penderita diabetes
mellitus lebih parah dibandingkan dengan yang bukan penderita diabetes mellitus.
Sebagian besar periodontitis merupakan akibat dari penumpukan plak dan karang
gigi (tartar) diantara gigi dan gusi. Akan terbentuk kantong diantara gigi dan gusi
dan meluas ke bawah diantara akar gigi dan tulang dibawahnya.
Kantong ini mengumpulkan plak dalam suatu lingkungan bebas oksigen, yang
mempermudah pertumbuhan bakteri. Jika keadaan ini terus berlanjut, pada
akhirnya banyak tulang rahang di dekat kantong yang dirusak sehingga gigi lepas.
13
Beberapa keadaan medis yang bisa mempermudah terjadinya periodontitis:
- diabetes melitus
- sindroma Down
- penyakit Crohn
- kekurangan sel darah putih
- AIDS.
GEJALA
Gejala-gejala dari periodontitis adalah:
- perdarahan gusi
- perubahan warna gusi
- bau mulut (halitosis).
DIAGNOSA
Pada pemeriksaan mulut dan gigi, gusi tampak bengkak dan berwarna merah
keunguan. Akan tampak endapan plak atau karang di dasar gigi disertai kantong
yang melebar di gusi. Dokter gigi akan mengukur kedalaman kantong dalam gusi
dengan suatu alat tipis dan dilakukan rontgen gigi untuk mengetahui jumlah
tulang yang keropos. Semakin banyak tulang yang keropos, maka gigi akan lepas
dan berubah posisinya. Gigi depan seringkali menjadi miring ke luar. Periodontitis
biasanya tidak menimbulkan nyeri kecuali jika gigi sangat longgar sehingga ikut
bergerak ketika mengunyah atau jika terbentuk abses (pengumpulan nanah).
TERAPI
PENCEGAHAN
Pencegahan terbaik adalah menjaga kebersihan mulut dan gigi. Pengobatan dan
pencegahan gingivitis dapat mengurangi resiko terjadinya periodontitis. Sebagian
besar periodontitis merupakan akibat dari penumpukan plak dan karang gigi
(tartar) diantara gigi dan gusi. Akan terbentuk kantong diantara gigi dan gusi dan
meluas ke bawah diantara akar gigi dan tulang dibawahnya.
Kantong ini mengumpulkan plak dalam suatu lingkungan bebas oksigen, yang
mempermudah pertumbuhan bakteri. Jika keadaan ini terus berlanjut, pada
akhirnya banyak tulang rahang di dekat kantong yang dirusak sehingga gigi lepas.
Kecepatan tumbuhnya periodontitis berbeda pada orang-orang yang memiliki
jumlah tartar yang sama. Hal ini mungkin karena plak dari masing-masing orang
tersebut mengandung jenis dan jumlah bakteri yang berbeda, dan karena respon
yang berbeda terhadap bakteri.
15
II. 3 HUBUNGAN DIABETES MELLITUS DENGAN PERIODONTITIS
Studi ini menemukan responden dengan diabetes mellitus tipe 2 mempunyai risiko
2,81 (95% Confidence Interval 1,91-4,13) untuk mengalami periodontitis
destruktif dengan menggunakan ukuran attachment loss dan risiko sebesar (3,43
(95% Confidence Interval : 2,28-5,16) jika menggunakan ukuran bone-loss.
16
PATOGENESIS DIABETES MELLITUS PADA PENYAKIT
PERIODONTAL
17
4) Terjadinya perubahan metabolisme kolagen gingiva, yaitu
melalui berkurangnya sintesis kolagen, berkurangnya perkembangan dan
proliferasi sel, berkurangnya produksi matriks tulang, bertambahnya
kolagenase gingiva dan terjadinya gradasi kolagen yang baru terbentuk.
18
BAB III
KESIMPULAN
Pencegahan terbaik adalah menjaga kebersihan mulut dan gigi. Pembersihan plak
dan karang gigi sebaiknya dilakukan secara rutin setiap 6 bulan - 1 tahun sekali
untuk mendapatkan hasil yang maksimal.Pengobatan dan pencegahan gingivitis
dapat mengurangi resiko terjadinya periodontitis pada penderita diabetes mellitus.
19
DAFTAR PUSTAKA
20
HUBUNGAN DIABETES MELLITUS
DENGAN PERIODONTITIS
DISUSUN OLEH :
MARYATI ESTER HENNY
(11- 2008- 128)
PEMBIMBING :
Drg. JOHANNES DHARTONO, MM
Drg. ANNA MARIA