Professional Documents
Culture Documents
Pendahuluan
PTK
Makro A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk meningkatkan pemahaman seluruh pejabat yang menangani ketenagakerjaan akan pentingnya perencanaan tenaga kerja
dalam menentukan kebijakan, dan dalam berkoordinasi dengan instansi lain;
2. Memahami akan dasar hukum akan perencanaan tenaga kerja;
3. Memahami akan konsep dan difinisi yang berkaitan dengan ketenagakerjaan, khususnya yg berkenaan dengan PTK Makro;
4. Memahami kerangka piker akan PTK Makro.
PTK
A. Makro
B. Uraian
1. Latar Belakang
a. Perencanaan tenaga kerja Makro (PTK) merupakan urusan wajib bagi pemerintah pusat, daerah (Provinsi, kabupaten/
kota), Instansi sektoral dan non sectoral pusat dan daerah. Hal ini tercermin dari Pasal 7 ayat 3 Undang-undang No 13
b. Permasalahan ketenagakerjaan semakin banyak dan komplek, seperti tingginya tingkat penganggur terbuka (TPT),
bersarnya jumlah setengah penganggur, kualitas tenaga kerja yg belum sesuai dengan kebutuhan pasar tenaga kerja,
produktivitas tenaga kerja yg relative rendah, hubungan industrial tenaga kerja yang belum harmonis, upah tenaga kerja
yang relative masih rendah, kecelakaan tenaga kerja yang tinggi dan masalah ketenagakerjaan lainnya. Berdasarkan
Sakernas Agustus 2015 jumlah penganggur terbuka sebanyak 7,56 juta ( 6,18 %), sedikit meningkat bila dibanding
Agustus 2011 yang mencapai 7,24 juta ( 5,94 %). Untuk penyelesaian itu diperlukan langkas strategis dan komprehensif,
untuk itu perlu perencanaan tenaga kerja.
c. Tantangan ketenagakerjaan ke depan juga semakin komplek, seperti bonus demografi, era globalisasi serta tuntutan
teknologi. Penganggur. Bonus demografi dimana kondisi penduduk Indonesia yang produktif jumlahnya sangat banyak.
Agar penduduk yang produktif dapat didayagunakan diperlukan suatu rencana yang komprehenship, baik dari pendidikan
formal, latihan kerja sampai dengan penempatan. Dengan adanya era globalisasi, batasan antar wilayah dan negara
semakin semakin berkurang, seperti di berlakukannya Masyarakat Ekonomi Asean (MEA). Diberlakukannya MEA
merupakan peluang dan tantangan bagi bangsa Indonesia, peluang karena Indonesia surplus akan angkatan kerja,
sehingga bila dipersiapkan pendidikan dan ketrampilanya sesuai dengan kebutuhan pasar Asean, maka tenaga kerja
Indonesia bias bekerja di kawasan Asean. MEA juga tantangan, bila kita lengah dalam mempersiapkan tenaga kerja,
maka peluang kesempatan kerja di dalam negeri juga akan direbut tenaga kerja dari negara lain. Teknologi dunia industri
d. Masalah ketenagakerjaan dan harapan pembangunan ketenagakerjaan yang ingin di capai, bukan merupakan tanggung
jawab instansi yang bertanggung jawab ketenagakerjaan sendiri, melaikan tanggung jawab seluruh instansi, baik instansi
pendidikan, perindustrian, perdagangan, perhubungan, konstruksi, BKPM dan instansi lainnya. Untuk itu perlunya
koordinasi antar instansi dan lembaga guna penyelesaian masalah tersebut. Agar tugas dan kewajiban setiap instansi/
lembaga jelas, maka diperlukan rencana tenaga kerja.
2. Dasar Hukum
a. Pasal 7 ayat (3) Undang Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan Dalam penyusunan kebijakan, strategi,
dan pelaksanaan program pembangunan ketenagakerjaan yang berkesinambungan, pemerintah harus berpedoman pada
perencanaan tenaga kerja
b. Peraturan Pemerintah Nomor 15 Tahun 2007 tentang Tata Cara Memperoleh Informasi Ketenagakerjaan dan Penyusunan
serta Pelaksanaan Perencanaan Tenaga Kerja
c. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2013 tentang Perluasan Kesempata Kerja
d. Peraturan Menteri Tenaga Kerja dan Transmigrasi Nomor PER.16/MEN/XI/2010 tentang Perencanaan Tenaga Kerja
Makro
e. Keputusan Menakertrans RI Nomor KEP 309 Tahun 2013 tentang Pedoman Penyusunan PTK Provinsi dan Kabupaten/
Kota.
Modul Perencanaan Tenaga Kerja Makro 5
f. Peraturan Menteri Ketenagakerjaan RI Nomor 19 Tahun 2016 tentang Penataan Tatalaksana (business Process)
Kementerian Ketenagakerjaan.
Untuk pedoman pembentukan Tim Kabupaten/ Kota, Sektoral, Sub sektor Provinsi dan kabupaten Kota serta tugasnya masing-
masing elemen dapat dilihat di Permenakertrans tersebut.
PTK
Makro
A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk meningkatkan pemahaman seluruh pejabat yang menangani perencanaan tenaga kerja khususnya persedian tenaga
kerja dalam menentukan kebijakan, dan dalam berkoordinasi dengan instansi lain dalam hal penentuan persedian tenaga kerja;
2. Memahami data dan informasi yang diperlukan dalam proyeksi persediaan tenaga kerja;
3. Memahami akan tahapan proyeksi persedian tenaga kerja;
4. Memahami akan konsep dan difinisi yang berkaitan dengan persedian tenaga kerja;
PTK
C. Makro
B. Uraian
1. Latar Belakang
a. Persediaan tenaga kerja mempunyai persamaan pengertian dengan istilah angkatan kerja dan penduduk yang aktif secara
ekonomis (economically active population) yaitu merupakan sejumlah orang (bagian dari penduduk) yang mampu dan
b. Secara umum persediaan tenaga kerja dipengaruhi oleh jumlah penduduk dan struktur umur. Semakin banyak penduduk
dalam umur anak-anak, semakin kecil jumlah yang tergolong tenaga kerja. Kenyataan juga menunjukkan bahwa tidak semua
tenaga kerja atau penduduk dalam usia kerja siap untuk bekerja, karena sebagian besar dari mereka masih bersekolah,
mengurus rumah tangga dan kelompok lain sebagai penerima pendapatan. Dengan kata lain, semakin kecil persediaan
tenaga kerja. Jumlah yang siap kerja dan yang belum bersedia untuk bekerja, dipengaruhi oleh kondisi masing-masing
keluarga, kondisi ekonomi dan sosial secara umum, dan kondisi pasar kerja itu sendiri.
c. Persediaan tenaga kerja juga dipengaruhi oleh lamanya orang bekerja setiap minggu. Lamanya orang bekerja setiap minggu
tidak sama. Ada orang yang bekerja penuh, akan tetapi banyak juga orang yang bekerja hanya beberapa jam seminggu atas
keinginan dan pilihan sendiri atau karena terpaksa berhubungan terbatasnya kesempatan untuk bekerja penuh. Oleh sebab
itu, analisis persediaan tenaga kerja tidak cukup hanya memperhatikan jumlah orang yang bekerja, akan tetapi perlu juga
memperhatikan jumlah berapa jam setiap orang itu bekerja dalam seminggu.
d. Persediaan tenaga kerja juga dipengaruhi oleh tingkat produktivitas kerja. Banyak orang yang bekerja keras, akan tetapi
banyak juga orang yang bekerja dengan hanya sedikit usaha. Produktivitas kerja seseorang juga dipengaruhi oleh motivasi
dari tiap-tiap individu, tingkat pendidikan dan latihan yang sudah diterima, dan kemampuan manajemen. Orang yang
Modul Perencanaan Tenaga Kerja Makro 11
berpendidikan dan atau memperoleh latihan yang lebih tinggi pada dasarnya mempunyai produktivitas kerja yang lebih tinggi
juga. Manajemen yang relatif baik akan mampu mengerahkan tenaga kerjanya untuk berproduktivitas kerja tinggi.
d. Angkatan Kerja
Adalah Penduduk usia kerja yang bekerja, atau punya penya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran.
Data tersebut diatas dirinci dengan berbagai karakteristik, seperti : Jenis kelamin, pendidikan, golongan umur, desa kota,
Kabupaten/Kota dan lainnya ( untuk kategori jenis kelamin, pendidikan, golongan umur, desa kota, Kabupaten/ Kota dapat
dijelaskan sewaktu menyampaikan materi) .
Data dan informasi yang diperlukan untuk penyusunan Perencanaan Tenaga Kerja bersumber :
a. Badan Pusat Statistik
b. Dinas Yang Bertanggung Jawab Ketenagakerjaan
c. Kantor Catatan Sipil
d. Dan lain sebagainya
Keterangan:
KKti = Proyeksi Penduduk kelompok umur -i
KKoi = Data dasar penduduk kelompok umur -i
rlai = Laju pertumbuhan kelompok umur -i
t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (tn) dengan tahun data dasar (to)
(rumus 2.2)
Contoh :
Penduduk Kabupaten X Pada Tahun 2010 sebanyak 2.453.461 orang, pada tahun 2015 meningkat menjadi 2.875.875.
Bila diasumsikan laju pertumbuhan penduduk masih sama dengan periode tersebut, berapa jumlah penduduk pada tahun
2019.
Penduduk Usia Kerja (PUK ) sebesar 70 persen, maka PUK tahun 2019 sebesar.
PTK
Makro A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk meningkatkan pemahaman seluruh pejabat yang menangani perencanaan tenaga kerja khususnya kebutuhan tenaga
kerja dalam menentukan kebijakan, dan dalam berkoordinasi dengan instansi lain dalam hal penentuan kebutuhan tenaga kerja;
2. Memahami data dan informasi yang diperlukan dalam proyeksi kebutuhan tenaga kerja;
3. Memahami akan tahapan proyeksi kebutuhan tenaga kerja;
4. Memahami akan konsep dan difinisi yang berkaitan dengan kebutuhan tenaga kerja;
PTK
D. Makro
B. Uraian
1. Latar Belakang
a. Memperkirakan besarnya kebutuhan tenaga kerja di masa mendatang sebenarnya bukanlah pekerjaan yang terlalu sulit,
kalau data yang diperlukan tersedia secara lengkap dan konsisten. Kenyataannya data yang di perlukan, Khususnya data
ketenagakerjaan tidak selalu lengkap tersedia, bahkan untuk skala nasional, propinsi ataupun kabupaten dapat berbeda
b. Faktor utama yang harus dipertimbangkan dalam memproyeksikan kebutuhan tenaga kerja adalah penentuan penjabarannya
menjadi pertumbuhan ekonomi nasional/regional seerta penjabarannya menjadi pertumbuhan ekonomi sektoral.
Pertumbuhan ekonomi umumnya dinyatakan sebagi kenaikan (PDB/PDRB) atas dasar harga konstan suatu tahun dasar
(2010). Berdasarkan target pertumbuhan ekonomi ini kemudian dicari pola hubungan antara pertumbuhan kesempatan kerja
dengan pertumbuhan ekonomi menggunakan model dan teknik tertentu secara umum, pendekatan ini disebut Manpower
Requirement Approach (MRA), yang menyatakan bahwa terciptanya suatu pertumbuhan tenaga kerja. Lebih lanjut
pendekatan kebutuhan tenaga kerja (MRA) Ini harus mampu pula menjabarkan kesempatan kerja sektoral menurut
kebutuhan jabatan (occupation) dan pendidikannya. Masalahnya adalah apakah hubungan antara pertumbuhan ekonomi
nasional dan kesempatan kerja tetap proporsional selama kurun waktu tertentu, atau tidak adalah faktor-faktor lain yang
dapat mengganggu atau bahkan merubah pola hubungan tersebut. Masalah inilah yang menjadi salah satu perhatian
nantinya dalam mendiskusikan model dan teknik kebutuhan tenaga kerja.
c. Dengan mempertimbangkan minimnya ketersediaan data ketenagakerjaan di Kabupaten/kota, serta terbatasnya sumber
daya manusia sebagai pelaksana penyusunan perencanaan tenaga kerja di kabupaten/kota serta provinsi, baik yang
disebabkan karena seringnya terjadi mutasi antar instansi maupun sebab lain, maka modul penyusunan perencanaan tenaga
kerja untuk proyeksi kebutuhan tenaga kerja, khususnya modul e-learning ini, hanya menggunakan metodologi elastisitas
tenaga kerja.
e. Status Pekerjaan
Status pekerjaan adalah kedudukan seseorang dalam unit usaha/kegiatan dalam melakukan kegiatan sebagai apa. Status
pekerjaan dibagi ke dalam 7 (tujuh) Kelompok, yaitu :
1. Berusaha Sendiri, adalah bekerja atau berusaha dengan menanggung resiko secara ekonomis, yaitu dengan tidak
kembalinya ongkos produksi yang telah dikeluarkan dalam rangka usahanya tersebut, serta tidak mengunakan pekerja
dibayar maupun pekerja tidak dibayar, termasuk yang sifat pekerejaannya memerlukan teknologi atau keahlian khusus.
2. Berusaha dengan dibantu buruh tidak tetap/ buruh tidak dibayar adalah bekerja atau berusaha atas resiko sendiri, dan
menggunakan buruh/pekerja tak dibayar dan atau buruh/ pekerja tidak tetap.
3. Berusaha dengan buruh tetap/buruh dibayar, adalah berusaha atas resiko sendiri dan mempekerjaan paling sedikit satu
orang buruh/ pekerja tetap yang dibayar.
4. Buruh/Karyawan/Pegawai, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain atau instansi/kantor/perusahaan secara tetap
dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang.
5. Pekerja bebas di pertanian, adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap( lebih dari 1
majikan dalam sebulan terakhir) di usaha pertanian baik berupa usaha rumah tangga maupun bukan usaha rumah
tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang, barang, dan baik dengan sistem
pembayaran harian maupun borongan.
f. Jenis Jabatan
Istilah jabatan berasal dari kata dalam bahasa inggris occupation dan seringkali di sebut dengan istilah lain seperti jenis
pekerjaan (biasa digunakan dalam publikasi-publikasi Biro Pusat Statistik).
Jabatan atau jenis pekerjaan adalah macam pekerjaan yang sedang dilakukan oleh orang-orang yang termasuk golongan
bekerja atau orang-orang yang sedang mencari pekerjaan dan pernah bekerja. Penggolongan jabatan dimuat dalam buku
Klasifikasi Jabatan Indonesia (KJI).
Jenis Pekerjaan dalam KJI di golongkan ke dalam 8 (delapan) golongan besar, yakni:
1. Tenaga profesional, teknisi dan sejenisnya
2. Tenaga kepemimpinan dan ketatalaksanaan
3. Tenaga tata usaha dan tenaga sejenisnya
g. Setengah Penganggur
Adalah mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu). Setengah penganggur terdiri dari:
1. Setengah Penganggur Terpaksa adalah mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu),
dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.
2. Setengah penganggur Sukarela adalah mereka yang bekerja dibawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu),
tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain.
Data dan informasi yang diperlukan untuk penyusunan Kebutuhan Tenaga Kerja bersumber :
a. Badan Pusat Statistik
b. Bappeda
Bentuk umum dari rumus eleastisitas ( rumus 3.1) dan laju pertumbuhan (rumus 2.2) adalah sebagai berikut :
(rumus 3.1)
Tahapan penghitungan proyeksi kebutuhan tenaga kerja (kesempatan kerja) dengan pendekatan elastisitas adalah sebagai
berikut :
a. Mentabulasi data historis penduduk yang bekerja dan PDRB berdasarkan harga konstan tahun yang sama, menurut
lapangan usaha.
b. Menghitung laju pertumbuhan penduduk yang bekerja menurut lapangan usaha (rumus 2.2) dan laju pertumbuhan PDRB
menurut lapangan usaha menggunakan rumus laju pertumbuhan :
c. Menghitung elastisitas menurut lapangan usaha atau sektor dengan menggunakan rumus elastisitas kesempatan kerja (
rumus 3.1):
d. Menghitung laju pertumbuhan kesempatan kerja menurut lapangan usaha sampai dengan tahun proyeksi, yaitu
mengalikan antara elastisitas perubahan dengan perkiraan ekonomi menurut lapangan usaha menggunakan rumus.
(rumus 3.2)
Tabel 5 : Perkiraan Kesempatan Kerja, Menurut lapangan Usaha, Kabupaten XXX, Tahun 2019 (ribu)
f. Menghitung proyeksi tambahan kesempatan kerja menurut lapangan usaha menggunakan rumus:
(rumus 3.3)
Dapat menggunakan rumus yang ada, seperti Geometrik (rumus 2.1) atau linier sederhana ( rumus 2.4), agar jumlahnya
sama dengan proyeksi menurut lapangan usaha, maka per dilakukan penyesuian dengan cara proporsi.
PTK
Makro
A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk meningkatkan pemahaman seluruh pejabat yang menangani perencanaan tenaga kerja khususnya keseimbangan dan
produktivitas;
2. Memahami data dan informasi yang diperlukan dalam proyeksi keseimbangan dan produktivitas tenaga kerja;
3. Memahami akan tahapan proyeksi keseimbangan dan produktivitas tenaga kerja;
4. Memahami akan konsep dan difinisi yang berkaitan dengan keseimbangan dan produktivitas tenaga kerja;
PTK
E. Makro
B. Uraian
1. Latar Belakang
a. Keseimbangan tenaga kerja merupakan langkah akhir proyeksi perencanaan tenaga kerja, yakni dari persediaan tenaga
kerja dengan berbagai karakteristik disandingkan dengan proyeksi kebutuhan tenaga kerja juga dengan berbagai
b. Keseimbangan tenaga kerja yang menghasilkan kelebihan angkatan kerja. Hal ini menggambarkan perkiraaan
penganggur terbuka. Penganggur terbuka dapat dirinci dengan berbagai karakteristik, seperti jenis kelamin, golongan,
umur, pendidikan, kabupaten/kota dan daerah, dan gambaran penganggur terbuka juga dapat dilihat dari Tingkat
Penganggur Terbuka (TPT).
c. Produktivitas tenaga kerja menganggambarkan tingkat efisiensi, efektifitas serta ketrampilan pekerja dalam melaksanakan
pekerjaan untuk menghasilkan barang dan jasa.
b. Penganggur Terbuka
Terdiri dari :
1. Mereka yang mencarai pekerjaan
2. Mereka yang mepersiapkan usaha
3. Mereka yang tidak mencari pekerjaan, karena merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan.
4. Mereka yang sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja.
Modul Perencanaan Tenaga Kerja Makro 35
c. Tingkat Penganggur Terbuka
Tingkat Pengangguran merupakan rasio antara banyaknya pencari kerja dengan jumlah angkatan kerja.
Data tersebut diatas dirinci dengan berbagai karakteristik, seperti : Jenis kelamin, pendidikan, golongan umur, desa kota,
Kabupaten/Kota dan lainnya (untuk kategori jenis kelamin, pendidikan, golongan umur, desa kota, Kabupaten/ Kota dapat
dijelaskan sewaktu menyampaikan materi).
Keterangan :
NTK : Perkiraan Penganggur Terbuka (selisih antara persediaan dan kebutuhan TK)
PAK : Proyeksi angkatan kerja dengan berbagai karakteristik
PKK : Proyeksi kesempatan kerja/ Penduduk Yang Bekerja dengan berbagai karakteristik
Dengan menghitung keseimbangan tenaga kerja, dapat diperoleh hasil kekurangan tenaga kerja atau kelebihan tenaga kerja.
Untuk Indonesia pada Umumnya adalah kelebihan tenaga kerja atau masih banyaknya penganggur terbuka. Hal ini perlu di
perkirakan dengan berbagai karakteristik.
Untuk menghitung Tingkat Penganggur Terbuka (TPT) adalah membandingkan jumlah penganggur terbuka dengan angkatan
kerja dikalikan 100 persen. Dengan rumus:
TPT = PT / AK X 100
Contoh :
Proyeksi Angkatan Kerja Tahun 2019 ( Materi Pokok 1) sebesar 1.456.038, proyeksi kesempatan kerja tahun 2019 (materi
pokok 2) sebesar 1.340.938.
Dari data tersebut hitung :
a. Keseimbangan tenaga kerja.
b. Tingkat penganggur terbuka.
Untuk menghitung keseimbangan tenaga kerja tahun 2019, dihitung dengan rumus:
Sehubungan angkatan kerja lebih besar dibanding dengan kesempatan kerja, maka sebesar 115.100 adalah perkiraan
penganggur terbuka.
Pt = Po( 1 + r )t
Keterangan:
Pt = Proyeksi PDRB sektor -i
Po = Data dasar PDRB sektor -i
R = Laju pertumbuhan PDRB sektor -i
t = Jarak (selisih) tahun proyeksi (tn) dengan tahun data dasar (to)
Modul Perencanaan Tenaga Kerja Makro 39
Perhitungan produktivitas terdiri dari produktivitas tenaga kerja, produktivitas kapital dan produktivitas total. Produktivitas
merupakan suatu ukuran sampai sejauhmana sumber daya alam, teknologi atau manusia dipergunakan dengan baik dalam
suatu proses produksi untuk mewujudkan hasil tertentu yang diinginkan. Secara sederhana produktivitas merupakan
perbandingan antara keluaran (output) dan masukan (input). Untuk variabel output biasanya digunakan keluaran nasional atau
regional berupa nilai produksi dan nilai tambah masing-masing sektor lapangan usaha. Sedangkan sebagai input biasanya
digunakan variabel tenag kerja dan varibel modal/kapital.
Proyeksi Produktivitas Tenaga kerja ke depan yakni perbandingan dengan Proyeksi PDRB dengan dibagi dengan Proyeksi
Kesempatan Kerja. Menggunakan rumus:
Keterangan :
Prod = Produktivitas Tenaga Kerja
PDRB = Produk Domestik Regional Bruto
KK = Kesempatan Kerja/ Penduduk yang bekerja
PTK
Makro A. Tujuan Pembelajaran
1. Untuk meningkatkan pemahaman seluruh pejabat yang menangani perencanaan tenaga kerja khususnya kebijakan tenaga kerja;
2. Memahami bentuk-bentuk kebijakan ketenagakerjaan yang harus disusun;
3. Memahami informasi yang dibutuhkan dalam menyusun kebijakan ketenagakerjaan;
4. Memahami cara menyusun kebijakan ketenagakerjaan.
PTK
F. Makro
B. Uraian
1. Latar Belakang.
Penyusunan kebijakan dalam perencanaan tenaga kerja adalah yang paling penting, karena dengan penyusunan kebijakan ini
merupakan tahapan akhir dari proses perencanaan tenaga kerja. Kebijakan merupakan arah yang harus dilakukan, baik untuk
menyelesaikan masalah yang ada maupun target yang harus dilakukan. Maka kebijakan ini memuat kebijakan dari sisi
persedian tenaga kerja, kebutuhan tenaga kerja dan keseimbangan teaga kerja maupun harapan/ target yang harus kita capai
dimasa yang akan datang.
Modul Perencanaan Tenaga Kerja Makro 42
Kebijakan ketenagakerjaan tidak hanya berkaitan dengan permintaan (suppy) tenaga kerja atau kebutuhan (demand)
tenaga kerja saja melain kan sangat laus, yakni segala sesuatu yang berkaitan dengan ketenagakerjaan. Dari sisi persediaan,
adalah segala sesuatu yang berkenaan dengan persediaan tenaga kerja, yakni dari kebijkan fertilitas, kebijakan pendidikan dan
latihan para angkatan kerja merupakan kebijakan persediaan tenaga kerja.Kebijakan yang berkenaan dengan kebutuhan tenaga
kerja, yakni kebijakan yang mengatur tenatng uinvestasi, pemanfaatan sumberdaya serta kebijakan penciptaan kesempatan
kerja.
Kebijakan pelatihan tenaga kerja, yakni kebijakan tentang jenis kejuruan, lembaga pelatihan, peralatan akreditasi lembaga
pelatihan serta sertifikasi pelatihan tersebut. Kebijakan penempatan juga mengatur tentang penempatan tenaga kerja Indonesia
baik di dalam maupun di Luar Negeri, mekasnisme pasar tenaga kerja, penempaan tenaga kerja asing serta segala sesuatu
yang berkenaan dengan tenaga kerja. Kebijakan hubungan industrian, yakni berkenaan dengan Peraturan Perusahaan (PP),
Kesepakatan Kerja Bersama (PKB), Lebaga Bipartyit, Upah minimum, BPJS dan lain sebagainya. Kebijakan tentang
Pengawasan Ketenagakerjaan, berkenaan dengan ketaatan meneraptkan peraturan perusahaan, kecelakaan kerja, serta
kegiatan pengawasan ketenagakerjaan lainnya.
Data tersebut diatas dirinci dengan berbagai karakteristik, seperti : Jenis kelamin, pendidikan, golongan umur, desa kota,
Kabupaten/ Kota dan lainnya (untuk kategori jenis kelamin, pendidikan, golongan umur, desa kota, Kabupaten/ Kota dapat
dijelaskan sewaktu menyampaikan materi) .
2) Kebijakan Sektoral
Dimensi sektoral yang merupakan perujudan dari pembagian atau klasifikasi dari seluruh aktivitas ekonomi sesuai
dengan pengklasifikasian usaha/ Klasifikasi Lapangan Usaha Indonesia (KLUI), mempunyai peranan yang sangat
penting dalam perluasan kesempatan kerja. Pada hakekatnya, semua kegiatan ekonomi baik yang berskala besar,
menengah maupun kecil, formal dan informal mempunyai identitas sektoral. Setiap sektor atau sub sektor
mempunyai instansi pembina, baik di tingkat pusat, maupun tingkat provinsi atau kabupaten/ kota. Dengan demikian,
maka kebijakan sektoral menjadi ujung tombak dalam penciptaan kesempatan kerja.
3) Kebijakan Regional
Regional yang terdiri atas wilayah provinsi dan wilayah kabupaten/ kota adalah bagian integral dari negara kesatuan
Indonesia. Walaupun otonomi daerah yang luas telah diberikan kepada daerah untuk melaksanakan urusan rumah
tangganya masing-masing, namun kebijakan yang lingkupnya nasional tetap wajib dijalankan di setiap daerah secara
4) Kebijakan Khusus
Kebijakan khusus adalah kebijakan perluasan kerja bagi kelompok-kelompok khusus atau wilayah-wilayah khusus
yang karena karakteristiknya, memerlukan penanganan khusus. Kelompok/ wilayah tersebut seperti misalnya
penganggur muda terdidik, wanita, penyandang cacat, kelompok miskin dan atau tertinggal, wilayah terpencil dan
sebagainya. Kebijakan khusus untuk kelompok atau wilayah tertentu tersebut diarahkan agar mereka memiliki
kemampuan untuk dapat mengakses kesempatan kerja yang tersedia bagi kelompok atau wilayah lainnya. Kegiatan
proyek padat karya merupakan salah satu diantaranya.
Meningkatkan produktivitas dan efisiensi ditempuh melalui peningkatan mutu sumber daya manusia, pergeseran dari
sektor yang produktivitasnya rendah ke sektor yang produktivitasnya tinggi, serta peningkatan kemampuan penguasaan
ilmu pengetahuan dan tekhnologi.
Peningkatan kualitas sumber daya manusia (SDM) merupakan salah satu kebijakan yang perlu dilaksanakan untuk
mengatasi permasalahan di bidang ketenagakerjaan, khususnya untuk mengatasi rendahnya SDM. Hal ini merupakan visi
dan misi dalam pembangunan ketenagakerjaan dan sekaligus untuk menghadapi semakin kompetitifnya persaingan global
yang menuntut langkah-langkah strategis pemerintah dalam peningkatan SDM yang berkualitas.