Professional Documents
Culture Documents
A. Pendahuluan
HAV pertama kali diidentifikasi pada tahun 1973 melalui
mikroskop electron.Penyakit hepatitis A adalah penyakit yang disebabkan
oleh Hepatitis A Virus (HAV) yang dapat ditularkan dengan makan
makanan atau minum air yang telah terkontaminasi oleh kotoran individu
yang terinfeksi dan dapat juga melalui hubungan seksual dengan orang
yang terinfeksi HAV. Hepatitis A merupakan penyakit self-limiting (dapat
sembuh sendiri) dan memberikan kekebalan seumur hidup. Hepatitis A
merupakan hepatitis akut. Hepatitis akut yaitu suatu keradangan hati atau
kerusakan dan nekrosis sel hepatosit, dikatakan hepatitis akut apabila
berlangsung kurang dari 6 bulan.
Agen ini ditularkan secara fecal-oral. Penyebaran HAV dari
manusia ke manusia ditingkatkan oleh kebersihan diri yang buruk dan
kepadatan penduduk.Wabah besar serta kasus sporadik disebabkan oleh
makanan dan minuman yang tercemar. Pada negara maju, insiden hepatitis
A telah menurun yang disebabkan karena peningkatan kebersihan
sanitasi.Berdasarkan penilaian WHO dari Global Burden Disease (GBD),
hasil awal menunjukkan peningkatan global dari 117 juta infeksi pada
1990 sampai 121.000.000 infeksi pada tahun 2005. Menurut penilaian
WHO, peningkatan kejadian diamati pada kelompok umur 2-14 tahun
dan>30 tahun. Kematian meningkat dari 30.283 pada tahun 1990 menjadi
35.245 pada 200.
Hepatitis virus akut menempati urutan pertama dari berbagai
penyakit hati di seluruh dunia. Penyakit tersebut dengan gejala sisanya
merupakan penyebab kematian 1-2 juta orang setiap tahunnya. Beberapa
episode Hepatitis mucul dengan klinis ikterik (sakit kuning), tidak nyata
atau subklinis. Surveilans epidemiologi Hepatitis dengan fokus pada kasus
akut dan bergejala mulai dilaksanakan di negara-negara Eropa. Saat ini,
belum ada sistem pencatatan yang baik akibat belum terbentuknya jejaring
epidemiologi untuk Hepatitis. Data dari Rumah Sakit (SIRS) baik rawat
jalan maupun rawat inap lebih ditujukan pada kasus akut dan hepatitis
yang bergejala. Di Negara berkembang dimana HAV masih endemis
seperti Afrika, Amerika Selatan, Asia Tengah, dan Asia Tenggara,
paparan terhadap HAV hampir mencapai 100% pada anak 10 tahun. Pada
negara berkembang, sebagian besar orang dewasa sudah memiliki
kekebalan terhadap Hepatitis A sehingga wabah Hepatitis A jarang terjadi.
Hal ini terlihat pada lebih dari 75% anak dari berbagai benua Asia, Afrika,
dan India menunjukkan sudah adanya antibodi anti-HAV pada usia 5
tahun. Dan kebanyakan penderita hepatitis A sering terjadi pada
masyarakat dengan social ekonomi rendah dan lingkungan yang kurang
sehat.
Di Indonesia, virus Hepatitis A masih merupakan penyebab
Hepatitis akut yang dirawat di rumah sakit (39,8-68,3%) dan prevalensi di
Jakarta, Bnadung, Maksar berkisar anatara 33-45% pada usia 5 tahun, dan
mencapai lebih dari 90% pada usia 30 tahun. Pada daerah dengan sanitasi
lingkungan yang rendah, infeksi terhadap virus ini umumnya terjadi pada
anak-anak hingga dewasa muda. Penyakit ini umumnya menyerang anak-
anak sekolah dan dewasa muda dengan jalur penularan melalui fecal-oral.
Prevalensi keseluruhan telah diklasifikasikan menjadi tinggi (>50%
dari populasi), menengah (15-50%), dan rendahnya tingkat endemisitas
(<15%), berdasarkan deteksi anti-HAV imunoglobulin G (IgG) antibodi
dalam populasi. Endemisitas tinggi infeksi HAV ditemukan di negara-
negara dengan kondisi sanitasi dan sosial ekonomi yang buruk, di mana
infeksi biasanya terjadi sebelum usia lima tahun. Endemisitas menengah
HAV biasanya ditemukan di negara-negara dalam masa transisi dari status
sosial ekonomi rendah terhadap hunian yang meningkat dan kondisi
higienis, terutama di segmen penduduk kelas menengah. Di negara-negara
tersebut, populasi anak dapat lolos infeksi HAV pada anak usia dini.
Akibatnya, anak-anak dan dewasa muda menjadi rentan terhadap infeksi
HAV. Infeksi HAV pada populasi ini dikaitkan dengan manifestasi klinis
yang parah dibandingkan dengan presentasi subklinis pada bayi. Di
negara-negara dengan endemisitas HAV rendah, risiko tertular infeksi
HAV rendah, atau sangat rendah. Pergeseran epidemiologi tinggi ke
endemisitas menengah HAV sekarang sedang diamati di seluruh dunia.
Akibatnya, lebih banyak orang dewasa lolos dari paparan HAV saat anak
anak, tetapi menjadi rentan terhadap infeksi selama wabah.
Pada tahun 2015 terjadi kasus KLB di IPB ada sebanyak 28
mahasiswa mengidap Hepatitis A, untuk penyebab dari KLB tersebut
menurut Prof Muhammad Firdaus Guru Besar Fakultas Ekologi Manusia
tidak bisa menyakinkan sebab dari 28 mahasiswa, yang mengidap
Hepatitis A yang dianatara 28 mahasiswa tersebut 11 mahasiswa suspect
Hepatitis A.
B. Definisi
Hepatitis adalah proses terjadinya inflamasi dan atau nekrosis
jaringan hati yang dapat disebabkan oleh infeksi, obat-obatan, toksin,
gangguan metabolik, maupun kelainan metabolik. Virus hepatitis
merupakan penyebab terbanyak dari infeksi tersebut. Hepatitis virus masih
merupakan masalah kesehatan utama, baik dinegara yang sedang
berkembang maupun Negara maju.
Semua infeksi yang disebabkan oleh virus hepatitis dapat berlanjut
dalam bentuk subklinis atau penyakit hati yang progresif dengan
komplikasi sirosis (pengerasan hati) atau timbulnya karsinoma
hepatoselular (kanker yang berasal dari sel-sel hati). Virus hepatitis A, C,
D, E, dan G adalah virus RNA sedang virus hepatitis B adalah virus DNA.
Virus hepatitis A dan virus hepatitis E tidak menyebabkan penyakit kronis
sedangkan virus hepatitis B, D, dan C dapat menyebabkan infeksi kronis.
Virus hepatitis A (HAV) telah menginfeksi manusia selama
berabad-abad.HAV pertama kali diidentifikasi pada tahun 1973 melalui
mikroskop elektron (WHO, 2011).Virus hepatitis A (HAV) merupakan
virus yang tidak berkapsul, icosahedral, dengan besar 27 nm, dan virus
RNA yang resisten terhadap panas, asam, dan ether. Virus tersebut
merupakan virus dengan genus Hepatovirus dari family
picornavirus.Virionnya mengandung empat kapsid polipeptida, yaitu VP1
(30 kDa), VP2 (22 kDa), VP3 (2,5 kDa), dan VP4 (2,2 kDa), yang berasal
dari produk poliprotein potongan posttranslasional genome
7500nukleotida (Longo et al, 2012). VP4 terletak di dalam kapsid virus
dan protein yang lain terpapar sebagian dari luar pada permukaan kapsid.
Protein virus yang lain, 2A, merupakan protein non-struktural yang masih
berhubungan dengan VP1 ketika pembentukan pentamer. Protein 2A
selanjutnya dipotong dari VP1 oleh protease hospes. Pemotongan tersebut
berfungsi untuk memproduksi virus yang infeksius, tetapi tidak berperan
pada proses replikasi virus.
C. Morfologi Virus
1. Ciri-ciri Virus
3. Karakteristik Virus
D. Penyebaran HAV
HAV umumnya ditularkan melalui rute fekal-oral baik dari kontak
orang-ke-orang atau menelan makanan atau air yang terkontaminasi.
Hepatitis A adalah infeksi enterik yang disebarkan oleh ekskresi yang
terkontaminasi. Konsentrasi virus akan meningkat dalam kotoran pasien
selama 3 - 10 hari sebelum onset penyakit sampai 1 2 minggu setelah
ikterus muncul atau ketika 3 6 minggu masa inkubasi. Oleh karena itu,
tingginya prevalensi infeksi pada suatu daerah dengan standard sanitasi
yang rendah dapat menyebabkan mudahnya transmisi HAV. HAV stabil
pada suhu tertentu dan pH rendah, sehingga HAV dapat bertahan di
lingkungan, ditransmisikan melalui makanan yang terkontaminasi, dan
melewati barrier asam lambung. Ekskresi feses HAV berlangsung lama
pada anak-anak dan orang dengan immunocompromised (sampai dengan 4
- 5 bulan setelah infeksi) dibandingkan pada orang dewasa yang sehat.
Transmisi melalui transfusi darah jarang terjadi. Donor harus dalam
fase prodromal viremia pada saat donor darah. Oleh karena itu, stok darah
saat ini tidak diskrining infeksi HAV aktif.Viremia yang bertahan selama
beberapa minggu menunjukkan adanya kemungkinan transmisi melalui
jarum suntik, terutama kalangan pengguna narkoba suntikan, meskipun
konsentrasi HAV dalam darah bervariasi dan lebih rendah dibandingkan
konsentrasi dalam feses.
HAV tidak menular dari ibu yang terinfeksi kepada bayi yang baru
lahir.Anti-HAV IgG antibodi yang terbentuksaat tahap awal infeksi HAV
melewati plasenta dan memberikan perlindungan kepada bayi setelah
dilahirkan.Transmisi oleh paparan urin, sekresi nasofaring atau droplet
dari orang yang terinfeksi tidak dapat terjadi.Penularan HAV melalui
gigitan serangga dapat dimungkinkan.
Gambar 4 Fakta tentang Hepatitis A
Berdasarkan gambar diatas bahwa terdapat 3 fakta tentang hepatitis
sebagai berikut :
1. Penyebaran virus HAV dapat terjadi akibat seseorang memakan
makanan yang terkontaminasi feses yang mengandung HAV.
2. Masa inkubasi virus ini terjadi beberapa minggu ,virus ini dapat
menyebabka gejala seperti mual dan muntah sehingga dapat membuat
tubuh lesu.
3. Cara mencegah penyakit dapat dilakukan dengan cara menjaga air
,mencuci tangan dengan hati-hati, dan selalu membersihkan kamar
mandi.
Gambar 8 potongan hepar dari pasien dengan hepatitis A akut dengan pengecatan
Hematoxylin-eosin
Nekrosis hati yang konfluen dapat menyebabkan hepatitis fulminan dan kematian
pada 30 -60% kasus. Kematian dapat terjadi ketika nekrosis terjadi 65 - 80% dari
fraksi hepatosit total. Pada pasien yang bertahan dari gagal hati akut fulminan,
terjadi sequele baik fungsional maupun patologis selain nekrosis hari itu
sendiri.Selama tahap pemulihan, terjadi regenerasi sel dan jaringan hati yang rusak
dapat dikembalikan dalam waktu 8 sampai 12 minggu.
L. Mekanisme Respon Imun terhadap Hepatitis A
b. Bilirubin
Jaundice biasanya nampak pada sclera atau kulit apabila serum
bilirubin >43 mol/L (2.5 mg/dL), dan biasanya puncaknya pada
85340 mol/L (520 mg/dL). Bilirubin serum bisa meningkat
lebih lanjut walaupun sudah ada penurunan serum
aminotransferase
c. Limfosit
Pada kondisi infeksi hepatitis bisa terjadi Neutropenia dan
lymphopenia sementara dan diikuti oleh limfositosis yang
relative.Limfositosis biasanya meningkat antara 2-20% pada fase
akut.Pengukuran Protrombin time (PT) sangat penting pada pasien
dengan infeksi hepatitis, karena menjadi refleksi derajat kerusakan
hepar, nekrosis hepatoselular dan mengindikasikan prognosis yang
buruk.Pemanjangan PT bisa saja terjadi walaupun hanyaada
sedikit peningkatan serum bilirubin dan aminotransferase.
d. Glukosa Darah
Mual dan muntah yang berkepanjangan, intake karbohidrat yang
tidak adekuat, serta cadangan glikogen hepar yang turun bisa
menyebabkan kondisi hipoglikemia pada pasien dengan inveksi
virus hepatitis yang parah.Namun tidak semua kondisi
hipoglikemi adalah penyakit hepatitis.
N. Pencegahan
Terdapat beberapa cara pencegahan penyakit hepatitis A yaitu
vaksinasi dan pola hidup sehat. Dan tidak ada perawatan spesifik untuk
hepatitis A. Kontak di rumah dan pasangan seksual orang yang dapat
menularkan penyakit biasanya memerlukan suntikan imunoglobulin.
Infeksi tersebut dapat mencegah atau mengurangi penyakit jika diberikan
dalam waktu dua minggu setelah kontak dengan orang yang dapat
menularkan penyakit.
Vaksinasi direkomendasikan untuk kelompok-kelompok berikut yang
mengadapi risiko lebih tinggi :
1. Orang yang berkunjung ke Negara dimana hepatitis A umum terjadi
(kebanyakan Negara sedang membangun).
2. Orang yang sering berkunjung ke masyarakat pribumi di luar kota dan
luar daerah terpencil.
3. Pria yang berhubungan sesama jenis.
4. Petugas penitipan anak s iang dan prasekolah.
5. Penyandang cacat intelektual dan penjaganya.
6. Beberapa petugas kesehatan yang bekerja dalam atau dengan
masyarakat pribumi.
7. Petugas saliran.
8. Tukang leding
9. Pengguna narkotika suntik.
10. Pasien yang menderita penyakit hati kronis.
11. Penderita hemofilia yang mungkin menerima konsentrat plasma.
Pola hidup sehat bagaimana yang dapat mencegah penyakit Hepatitis A :
1. Cuci tangan dengan benar setelah habis BAB atau BAK.
2. Jaga kebersihan kamar mandi dan kloset.
3. Buang sampah pada tempat dan setelah itu cuci tangan setelahnya.
4. Sebisa mungkin hindari makanan bersama dan atau sepiring bersama
penderita Hepatitis A.
5. Cuci tangan dengan sabun sebelum makan.
6. Mencuci tangan setelah menyentuh benda lampin dan kondom.
7. Jangan menggunakan seprai dan handuk yang sama dengan penderita.
8. Jangan melakukan free sex.
Tahun
Pelaksanaan kegiatan imunisasi untuk penyakit cacar
1956
Tahun Indonesia berhasil dinyatakan bebas penyakit cacar oleh WHO (Badan
1956 Kesehatan Dunia)
Tahun
Penyelenggaraan program imunisasi BCG
1956
Tahun
Pelaksanaan kegiatan imunisasi untuk penyakit cacar
1973
Tahun
Program imunisasi vaksin TT kepada ibu hamil
1974
Tahun Mulai dikembangkan imunisasi DPT pada beberapa kecamatan di pulau
1976 Bangka
Tahun
Penetapan fase persiapan Pengembangan Program Imunisasi (PPI)
1977
Tahun Program imunisasi secara rutin terus dikembangkan dengan memberikan
1980 beberapa antigen, yaitu BCG, DPT, Polio dan Campak.
Tahun Program imunisasi Hepatitis B mulai diperkenalkan kepada beberapa
1992 kabupaten di beberapa propinsi
Tahun Penyelenggaraan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) I
1995
Tahun
Penyelenggaraan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) II
1996
Tahun
Penyelenggaraan Pekan Imunisasi Nasional (PIN) III
1997
Tahun
Program imunisasi Hepatitis B dilaksanakan secara nasional
1997
R. Penyimpanan Vaksin
Tujuan penyimpanan vaksin adalah agar mutu dapat dipertahankan/tidak
kehilangan potensi, aman/tidak hilang, dan terhindar dari kerusakan fisik.
Sarana dan prasarana yang harusdisediakan dalam penyimpanan vaksi :
- Cool room
- Freezer
- Lemari es
- Cool Pack
- Vaccine carrier
- Generator
Untuk menyipan vaksin dibutuhkan peralatan rantai vaksin. Yang
dimaksud dengan peralatan rantai vaksin adalah seluruh peralatan yang
digunakan dalam pengelolaan vain sesuai dengan prosedur untuk menjaga
vaksin pada suhu yang telah diteta[pkan, dari mulai vaksin diproduksi di
pabrik pembuat vaksin sampai dengan pemberian vaksinasi pada sasaran
ibu dan ansk. Fungsi dari peralatan rantai vaksin adalah untuk
menyimpan/membawa vaksin pada suhu yang telah ditetapkan sehingga
potensi vaksin dapat terjamin sampai masa kadarluasanya.
Jenis peralatan rantai vaksin berbeda pada setiap tingkatan administrasif
sesuai dengan fungsi dan kapasitas vaksin yang dikelola. Skema berikut
ini menggambarkan jenis dan fungsi peralatan mulai dari pabrik sampai
kepada sasaran.
Kab/Kota------ Puskesmas Cold Box/Vaccine Carrier
Puskesmas---- Sasaran Vaccine carrier
Kab/Kota : Freezer/Lemari Es
Jenis Peralatan rantai vaksin :
Lemari es dan freezer
Lemari es adalah tempat menyimpan vaksin BCG, DPT-HB, TT,DT,
Hepatitis B, Campak dan DPT-HB,dan Hepatitis A pada suhu yang
ditentukan +2oC s/d +8oC dapat juga difungsikan untuk membuat
kotak dingin cair (cool pack)
Freezer adalah untuk menyimpan vaksin polio pada suhu yang
ditentukan antara -15oC s/d -25oC atau membuat kotak es beku (cold
pack).
Bagian yang sangat penting dari lemari es/freezer adalah
termostat.
Termostat berfungsi untuk mengatur suhu bagian dalam pada
lemari es atau freezer.
Bentuk buka keatas (termostat banyak sekali tipe dan modelnya),
namun hanya 2 sistem cara kerjanya.
Bentuk pintu lemari es/freezer
1. Bentuk buka dari depan (front opening)
Lemari es/freezer dengan bentuk pintu buka dari depan banyak
digunakan dalam rumah tangga atau pertokoan, seperti : untuk
menyimpan makanan, minuman, buah-buahan yang sifat
penyimpanannya sangat terbatas. Bentuk ini tidakdianjurkan untuk
penyimpanan vaksin.
2. Bentuk buka dari atas (to opening)
Bentuk top opening pada umumnya adalah freezer yang biasanya
digunakan untuk menyimpan bahan makanan, ice cream, daging
atau lemari es untuk penyimpanan vaksin. Salah satu bentuk
lemari es to opening adalah ILR (Ice Lined Refrigerator) yaitu :
freezer yang dimodifikasi menjadi lemari es dengan suhu bagian
dalam +2oC s/d +8oC, hal ini dilakukan untuk memenuhui
kebutuhan akan volume penyimpanan vaksin pada lemari es.
Modifikasi dilakukan dengan meletakan kotak dngin cair (cool
pack) pada sekeliling bagian dalam freeezer sebagai penahan
dingin dan diberi pembatas berupa aluminium atau multiplex atau
acrylic plastic.
Perbedaan anatara bentuk pintu buka depan dan bentuk pintu buka ke atas.
Tabel 4. Perbedaan bentuk buka pintu
Alat pembawa vaksin
Cold box adalah suatu alat untuk menyimpan sementara dan membawa
vaksin. Pada umumnya memiliki volume kotor 40 liter dan 70 liter. Kotak
dingin (cold/box) ada 2 macam : Alat ini trbuat dari plastik/kardus dengan
insulasi poliuretan.
Vacciene carrier/thermos adalah alat untuk mengirim/membawa vaksin
dari puskesmas ke posyandu atau tempat pelayanan imunisasi lainnya
yang dapat mempertahankan suhu +2oC s/d +8oC.
Alat untuk mempertahankan suhu
Kontak dingin beku (cold pack) adalah wadah plastik berbentuk segi
empat yang diisi dengan air yang dibekukan dalam freezer dengan suhu -
15oC s/d -25oC selama minimal24 jam. (warna putih)
Kotak dingin cair (cool pack) adalah wadah plastik berbentuk segi empat
yang diisi dengan air kemudian didingnkan dalam lemari es dengan suhu
+2oC s/d +8oC selama minimal 24 jam. (warna biru/merah)
Perawatan lemari es dan freezer
1. Harian
Periksa suhu lemari es/freezer 2 kali sehari setiap pagi dan sore kemudian
catat suhu pada grafik suhu.
Hindarkan seringnya buka-tutup pada lemari es/freezer dibatasi 2x hari :
Bila suhu lemari es sudah stabil anatara +2oC s/d +8OC, posisi termostat
tidak perlu dirubah-rubah:
Bila suhu freezer sudah stabil antara -15oC s/d -25oC, posisi termostat
tidak perlu dirubah-rubah;
2. Mingguan
Bersihkan bagian luar lemari es/freezer untuk menghindari karat(korosif);
Periksa kontak listrik pada stop kontak, upayakan jangan kendor;
3. Bulanan
Bersihkan bagian luar dan dalam lemari es/freezer;
Bersihkan karet seal pintu dan periksa kerapatannya dengan selembar
kertas. Bila perlu beri bedak;
Periksa engsel pintu lemari es, bila perlu beri pelumas;
Pada lemari es perhatikan timbulnya bunga es pada dinding yang telah
dilapisi oleh lempeng aluminium atau acrylic atau multiplex, bila pada
bagian dinding telah timbul bunga es segera lakukan pencairan;
Pada freezer perhatikan tebal bunga es pada dinding evaporator, bila
ketebalan sudah mencapai 2-3 cm lakukan pencairan bunga es(de-forst)
Pencairan bunga es pada lemari es/freezer
1. Pada lemari es (ILR) langkah yang harus dilakukan :
Pindahkan vaksin kedalam kotak vaksin atau lemari es yang lain;
Cabut kontak listrik lemari es yang menempel pada stop kontak
(jangan mematikan lemari es dengan memutar termostat);
Selama pencairan bungan es pintu lemari es harus terbuka;
Biarkan posisi tersebut selama 24 jam;
Setelah 24 jam bersihkan embun/air yang menempel pada dinding
bagian dalam lemari es;
Hidupkan kembali lemari es (ILR) dengan memasukkan kontak
listrik pada stop kontak, tunggu sampai suhu mencapai +8 oC atau
sampai suhu lemari es kembali stabil;
Setelah itu isi kembali dengan vaksin.
2. Pada Freezer
Pindahkan vaksin kedalam kotak vaksin atau freezer yang lain;
Cabut kontak listrik freezer yang menempel pada stop kontak (jangan
mematikan freezer dengan memutar termostat);
Selama pencairan bunga es pintu freezer harus terbuka;
Biarkan posisi tersebut selama 24 jam;
Setelah 24 jam bersihkan embun/air yang menempel pada dinding
bagian dalam freezer;
Hidupkan kembali freezer dengan memasukkan kontak listrik pada
stop kontak, tunggu sampai suhu mencapai -15oC atau sampai suhu
freezer kembali stabil.
Catatan :
a. Pergunakan satu stop kontak listrik untuk satu freezer.
b. Pergunakan satu stop kontak listrik untuk satu lemari es.
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam prose spenyimpanan diatur sebagai berikut:
1) Penyimpanan vaksin di provinsi, kabupaten/kota dan puskesmas diatur
sebagai berikut :
Cold Room/ Lemari Es (suhu +2 s/d +8 oC) untuk vaksin TT, DT,
Hepatitis B PID, Hepatitis A, DTP-HB, Campak dan BCG.
Di provinsi dan kan/kota vaksin polio disimpan dalam freezer
suhu -15 s/d -25C.
Di Puskesmas semua vaksin disimpan pada suhu +2 s/d +8oC.
Pelarut dan dropper (pipet) disimpan pada suhu kamar terlindung
dari sinar matahari langsung.
2) Vaksn disusun dalam lemari es / freezer tidak terlalu rapat sehingga ada
sirkulsi udara, dan berdasarkan prinsip FEFO (First Expired First Out).
3) Di dalam Lemari Es dan Freezer harus selalu tersedia termometer yang
diletakkan di sela-sela kotak vaksin.
Vaksin yang sudah dipakIl di pelayanan statis atau di dalam gedung (RS,
Puskesmas, BKIA, Praktek swasta) dapat digunakan kembali dengan ketentuan
sebagai berikut:
Jika masih ada sisa vaksin dan komponen lapangan (posyandu, sekolah) maka:
1. Yang belum dibuka dibuka harus segera dipakai pada pelayanan berikutnya.
2. Yang sudah dibuka harus dibuang.
T. Vaksin hepatitis A
Gambar 12 Vaksin Hepatitis A
Vaksin hepatitis A diberikan pada daerah yang kuramg terpajan
(under exposure). Di samping vaksin Hepatitis A monovalen yang telah
kita kenal, saat ini telah beredar vaksin kombinasi HepB/hepA. Jadwal
Imunisasi :
Vaksin hepA diberikan pada umur lebih dari 2 tahun.
Vaksin kombinasi HepB/hepA tidak diberikan padda bayi kurang dari
12bbulan. Maka vaksin kombinasi diindikasikan pada anak umur
lebih dari 12 bulan, terutama untuk catch-up immunization yaitu
mengejar imunisasi pada anak yang belum pernah mendapat imunisasi
HepB sebelumnya atau imunisasi HepB yang tidak lengkap.
- Dosis pemberian
Kemasan liquid 1 dosis/vial prefilled syringe 0,5ml.
Dosis pediatrik 720ELISA units diberikan dua kali dengan interval 6-
12 bulan, intramuscular di daerah deltoid.
Kombinasi HepB/HepA (berisi HepB 10 gr dan HepA 720 ELISA
units) dalam kemasan prefilled syringe 0,5 ml intramuscular.
Dosis HepA untuk dewasa ( 19 tahun) 1440 ELISA units, dosis 1 ml
2 dosis, interval 6-12 bulan.
1. Imunisasi anak sekolah dan remaja
Hepatitis A, pemberian imunisasi terhadap hepatitis A, dosis
anak tetap berpedoman pada usia dan tidak pada berat badan anak.
Meskipun berat badan melebihi orang dewasa dosis vaksin hepatitis A
tetap dengan dosis anak seperti halnya pada hepatitis B karena
response rate ternyata lebih tinnggi dari orang dewasa meskipun berat
badan melebihi normal.
Pemberiaan imunisasi terhadap hepatitis A, dosis anak tetap
berpedoman pada usia dan tidak pada berat badan anak. Meskipun
berat badan melebihi orang dewasa dosisi vaksin hepatitis A tetap
dengan dosis anak seperti halnya pada hepatitis B karena response
rate lebih tinggi dari orang dewasa meskipun berat badan melebihi
normal.
2. Imunisasi pada anak dengan penyakit kronis
Anak dengan penykit kronis peka terhadap infeksi, sehingga
harus diberikan imunisasi seperti anak sehat, kecuali sudah terjadi
defisiensi imun sekunder. Sangat dianjurkan untuk imunisasi terhadap
influenza dan pneumokokus.
3. Imunisasi dan kondisi terpapar infeksi
Hepatitis A, inkubasi = 15-50 hari,pemberian vaksinasi tidak
perlu. Vaksin pada anak pernah menderita reaksi efek samping pada
anak yang pernah menderita reaksi efek samping yang serius setelah
imunisasi, imunisasi berikutnya harus di rumah sakit dengan
pengawasan dokter.
4. Travel vaccination
Travel vaccination termasuk dalam travel medicine
(kedokteran pariwisata) adalah displin ilmu kedokteran yang
mefokuskan perhatian pada hal yang berkaitan dengan kondisi
kesehatan dalam proses perjalanan (travelling). Traveller atau
wisatawan, dapat terdiri dari turis, pelajar, pekerja, peneliti, dan lain-
lainnya yang berpergian ke luar negeri dengan tujuan yang berbeda,
khususnya mereka yang yang berkunjung waktu lama. Pemilihan
vaksin untuk perjalanan. Vaksin yang direkomendasikan untuk
perjalanan termasuk :
a. Imunisasi yang diberikan secara rutin, bukan saja pada anak tetapi
juga untuk remaja dan dewasa (tertera pada bab jadwal imunisasi).
b. Imunisasi lain yang direkomendasikan oleh Negara endemis untuk
penyakit tertentu (disease-endemic countries)
c. Keadaan seperti butir dua, namun wajib diberikan (menurut
rekomendasi WHO).
5. Vaksinasi dalam keadaan bencana
Bencana merupakan peristiwa/kejadian pada suatu daerah
yang mengakibatkan kerusakan ekologi, sehingga mengancam
kehidupan manusia. Bencana sering diikuti dengan pengungsian
sehingga menimbulkan masalah kesehatan. Timbulnya masalah
kesehatan itu berasal dari terbatasnya persediaan air bersih yang
berakibat pada buruknya kebersihan diri, buruknya sanitasi
lingkungan, sehingga dapat diprediksi akan terjadi peningkatan kasus
penyakit menular.
U. Perencanaan vaksinasi
Langkah- langkah dalam perencanaan vaksinasi:
1. Identifikasi target jenis vaksin, populasi kelompok usia dan
jumlahnya.
2. Peta situasi : fasilitas kesehatan, jalan, akses, sekolah.
3. Rencana vaksinasi : vaksinasi massal vs vaksinasi rutin; vaksinasi
selektif vs non-selektif.
4. Tentukan kebutuhan: jumlah dosis vaksin; perlengkapan (auto
destruct syringe, safety box, form pemantauan, kartu vaksinasi,
lembar penghitungan), peralatan rantai dingin.
5. Pelaksanaan vaksinasi: pembuangan limbah dan alat medis yang
aman, kegiatan lain (suplemen gizi dan vitamin A),edukasi.
6. Evaluasi: cakupan vaksinasi, kejadian/ efek samping pasca-vaksinasi.
Dosis tunggal vaksin hepatitis A harus diberikan kepada orang :
1. Yang tinggal atau bekerja di tempat penampungan.
2. Menyediakan perawatan medis.
3. Bekerja di penjara, pusat penahanan, atau tempat penegakan hokum
lainnya,
4. Bekerja pada anak dengan cacat mental.
5. Bekerja di kamar mayat.
6. Atau bekerja menyiapkan/menangani makanan di tempat
penampungan.
Booster harus diberikan 6 bulan setelah vaksinasi yang
pengungsi di daerah dengan kondisi sanitasi baik, tidak memerlukan
vaksin hepatitIs A, kecuali jika mereka telah diungsikan dari daerah
terdapat paparan virus hepatitis A atau telah terpapar dengan orang yang
dicurigai/terbukti infeksi hepatitis A. Jika seseorang sudah mendapat dosis
tunggal vaksin hepatitis A lebih dari 6 bulan yang lalu, berikan booster,
jika individu sudah mendapat 2 dosis vaksin hepatitis A, booster tidak
diperlukan. Penggunaannya vaksin hepatitis A tidak dianjurkan keadaan
darurat. Jenis vaksin salah satunya (vaksin inactivated):
1. Vaksin inactivated dihasilkan dengan cara membiakan bakteri atau
virus dalam media pembiakan (persemaian), kemudian dibuat tidak
aktif (inactivated) dengan penanaman bahan kimia (biasanya
formalin). Untuk vaksin komponen, organisme tersebut dibuat murni
dan hanya komponen-komponennya yang dimasukkan dalam vaksin
(misalnya kapsul polisakarida dari bakteri pneumokokus).
2. Vaksin inactivated tidak hidup dan tidak dapat tumbuh, maka seluruh
dosis antigen dimasukkan dalam suntikan. Vaksin ini tidak
menyebabkan penyakit (walaupun pada orang dengan defisiensi
imun) dan tidak dapat mengalami mutasi menjadi bentuk patogenik.
Tidak seperti antigen hidup, antigen inactivated umumnya tidak
dipengaruhi oleh antibody yang beredar. Vaksin inactivated dapat
diberikan saat antibody berada di dalam sirkulasi darah.
3. Vaksin inactivated slealu membutuhkan dosis multiple. Pada
umumnya, pada dosis pertama tidak menghasilkan imunitas protektif,
tetapi hanya memacu atau menyiapkan system imun. Respons imun
protektif baru timbul setelah dosis kedua atau ketiga. Hal ini berbeda
dengan vaksin hidup, yang mempunyai respon imun mirip atau sama
dengan infeksi alami, respons imun terhadap vaksin inactivated
sebagai besar humoral, hanya sedikit atau tak menimbulkan imunitas
selular. Titer antibody terhadap antigen inactivated menurun setelah
beberapa waktu. Sebagai hasilnya maka vaksin inactivated
membutuhkan dosis suplemen (tambahan) secara periodic.