Professional Documents
Culture Documents
MALARIA
Disusun oleh :
Alnia Rindang Khoirunisya
30101306863
Pembimbing :
dr. Prahastya M.Sc, Sp. PD
PENDAHULUAN
Penyakit malaria merupakan salah satu penyakit infeksi yang memberikan morbiditas
yang cukup tinggi di negara-negara seluruh dunia, baik di daerah tropis maupun sub tropis.
Penyakit malaria merupakan infeksi yang ke- 3 teratas dalam jumlah kematian. Penyakit
malaria disebabkan oleh parasit protozoa dari Genus Plasmodium. Empat spesies yang
ditemukan pada manusia adalah plamodium vivax, plasmodium ovale, plasmodium malariae,
dan plasmodium falciparum. Penyakit malaria banyak terjadi di negara berkembang terutama
Indonesia. Walaupun di beberapa negara yang sudah maju tidak dijumpai lagi infeksi malaria,
tetapi lebih dari 106 negara di dunia masih menangani infeksi malaria, khususnya di daerah
tropik maupun negara negara yang sedang berkembang yaitu di Afrika, sebagian besar
Asia, sebagian besar benua Amerika (Amerika Latin).
WHO melaporkan dalam tahun 2009 masih terdapat 225 juta penderita malaria
dengan angka kematian 781.000. Di Indonesia sendiri malaria malaria masih merupakan
penyakit infeksi yang menjadi perhatian utama kementrian kesehatan untuk dilakukan
eliminasi disamping infeksi tuberkulosis dan infeksi HIV/AIDS. Dalam 10 tahun terakhir ini
sudah terjadi perubahan peta endemisitas infeksi malaria di Indonesia, sebagian daerah
dengan endemisitas tinngi di Papua dan Kalimantan sudah menurun, walaupun demikian
kehati-hatian terhadap infeksi malaria dapat ditemukan di semua daerah /kota di Indonesia
harus tetap dilakukan. Hal ini disebabkan mobilisasi penduduk yang cukup tinggi dan
transportasi yang semakin cepat memungkinkan terjadinyta kasus-kasus impor di semua
daerah yang sudah ter-eliminasi malaria.
Malaria menyerang individu tanpa membedakan umur dan jenis kelamin, tidak
terkecuali wanita hamil merupakan golongan yang rentan. Malaria pada kehamilan dapat
disebabkan oleh keempat spesies plasmodium, tetapi plasmodium Falciparum merupakan
parasit yang dominan dan mempunyai dampak paling berat terhadap morbiditas dam
mortalitas ibu dan janinnya
Di daerah endemi malaria wanita hamil lebih mudah terinfeksi parasit malaria
dibandingkan wanita tidak hamil. Kemudahan infeksi itu terjadi karena kekebalan yang
menurun selama kehamilan, akibatnya dapat terjadi peningkatan Prevalensi densitas parasit
malaria berat. Selain itu, wanita hamil juga mudah terjadi infeksi malaria yang berulang dan
komplikasi berat yang mengakibatkan kematian.
Laporan dari El Salvador dijumpai kejadian insidensi malaria yang sangat tinggi pada
wanita hamil sebanyak 55,75% yaitu 63 kasus malaria dari 113 wanita hamil. Sedangkan
laporan dari berbagai tempat bervariasi antara 2-76%. Terjadinya anemia berat sekunder
akibat malaria meningkatkan risiko kematian maternal, mengakibatkan lebih kurang 10.000
kematian maternal pertahun di Sub-sahara Afrika. Diseluruh daerah malaria infeksi
plasmodium selama masa kehamilan berbahaya terhadap ibu dan janin. Oleh sebab itu
potensi infeksi berbahaya ini harus dicegah pada saat ibu hamil.
Data Steketee dkk (1985-2000) tentang pengaruh buruk malaria pada kehamilan di
daerah endemis malaria (sub-sahara Afrika) disebutkan risiko anemia 3-15%, berat badan
lahir rendah 13-70% dan kematian neonatal 3-8%. Terapi malaria pada wanita hamil lebih
sulit disebabkan kurangnya obat anti malaria dan sebagian besar tidak diizinkan pada wanita
hamil oleh karena sedikitnya uji klinis yang dilakukan, karena ketakutan akan pengaruhnya
terhadap janin.
Berdasarkan hal-hal diatas terlihat bahwa malaria selama kehamilan perlu mendapat
perhatian khusus. Selanjutnya pada tinjauan pustaka ini akan dibahas pengaruh malaria
terhadap ibu dan janinnya serta kontrol terhadap malaria selama kehamilan.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Infeksi malaria disebabkan oleh adanya parasit plasmodium di dalam darah atau
jaringan yang dibuktikan dengan pemeriksaan mikroskopik yang positif, adanya antigen
malaria dengan tes cepat, ditemukan DNA/RNA parasit pada pemeriksaan PCR. Infeksi
malaria dapat memberikan gejala berupa demam, menggigil, anemia dan splenomegali. Pada
individu yang imun dapat berlangsung tanpa gejala (asimtomatis).
Penyakit malaria (malaria disease) : ialah penyakit yang disebabkan oleh infeksi
parasit plasmodium di dalam eritrosit dan biasanya disertai dengan gejala demam. Dapat
berlangsung akut maupun kronis. Infeksi malaria dapat berlangsung tanpa komplikasi
ataupun mengalami komplikasi sistemik yang dikenal sebagai malaria berat. Sejenis infeksi
parasit yang menyerupai malaria adalah infeksi babesiosa yang menyebabkan babesiosis.
2.4 PATOGENESIS
Setelah melalui jaringan hati P. falciparum melepaskan 18-24 merozoit ke dalam
sirkulasi. Merozoit yang dilepaskan akan masuk dalam sel RES di limpa dan mengalami
fagositosis serta filtrasi. Merozoit yang lolos dari filtrasi dan fagositosis di limpa akan
menginvasi eritrosit. Selanjumya parasit berkembang biak secara aseksual dalam eritrosit.
Bentuk aseksual parasit dalam eritrosit (EP) inilah yang bertanggung jawab dalam patogenesa
terjadinya malaria pada manusia. Patogenesa malaria yang banyak diteliti adalah patogenesa
malaria yang disebabkan oleh P. falciparum.
Patogenesis malaria falsiparum dipengaruhi oleh faktor parasit dan faktor penjamu
{host). Yang termasuk dalam faktor parasit adalah intensitas transmisi, densitas parasit dan
virulensi parasit. Sedangkan yang masuk dalam faktor penjamu adalah tingkat endemisitas
daerah tempat tinggal, genetik, usia, status nutrisi dan status imunologi. Parasit dalam
eritrosit (EP) secara garis besar mengalami 2 stadium, yaitu stadium cincin pada 24 jam I dan
stadium matur pada 24 jam ke II. Permukaan EP stadium cincin akan menampilkan antigen
RESA {Ring-erythrocyte surgace antigen) yang menghilang setelah parasit masuk stadium
matur. Permukaan membran EP stadium matur akan mengalami penonjolan dan membentuk
knob dengan Histidin Rich-protein-1 (HRP-1) sebagai komponen utamanya. Selanjutnya bila
EP tersebut mengalami merogoni, akan dilepaskan toksin malaria berupa GPI yaitu
glikosilfosfatidilinositol yang merangsang pelepasan TNF-a dan interleukin-1 (IL-1) dari
makrofag.
Sitoadherensi. Sitoaderensi ialah perlekatan antara EP stadium matur pada permukaan
endotel vaskuler. Perlekatan teijadi dengan cara molekul adhesif yang terletak dipermukaan
knob EP melekat dengan molekul-molekul adhesif yang terletak dipermukaan endotel
vaskular. Molekul adhesif di permukaan knob EP secara kolektif disebut PfEMP-1,
P.falciparum erythrocyte membrane protein-1. Molekul adhesif dipermukaan sel endotel
vaskular adalah CD36, trombospondin, intercellularadhesion molecule-1 (ICAM-1), vascular
cell adhesion molecule - 1 (VCAM), endothel leucocyte adhesion molecule-1 (ELAM-1) dan
glycosaminoglycan chondroitin sulfate A. PfEMP-l merupakan protein-protein hasil ekspresi
genetik oleh sekelompok gen yang berada dipermukaan knob. Kelompok gen ini disebut gen
VAR. Gen VARmempunyai kapasitas variasi antigenik yang sangat besar.
Sekuestrasi. Sitoadheren menyebabkan EP matur tidak beredar kembali dalam sirkulasi.
Parasit dalam eritrosit matur yang tinggal dalamjaringan mikrovaskular disebut EP matur
yang mengalami sekuestrasi. Hanya P. falciparum yang mengalami sekuestrasi, karena pada
Plasmodium lainnya seluruh siklus terjadi pada pembuluh darah perifer. Sekuestrasi terjadi
pada organ-organ vital dan hampir semua jaringan dalam tubuh. Sekuestrasi tertinggi terdapat
di otak, diikuti dengan hepar dan ginjal, paru jantung, usus dan kulit. Sekuestrasi ini diduga
memegang peranan utama dalam patofisiologi malaria berat.
Rosetting ialah berkelompoknya EP matur yang diselubungi 10 atau lebih eritrosit yang tidak
mengandung parasit. Plasmodium yang dapat melakukan sitoadherensi juga yang dapat
melakukan rosetting. Rosetting menyebabkan obstruksi aliran darah lokal/dalam jaringan
sehingga mempermudah terjadinya sitoadheren.
Sitokin. Sitokin terbentuk dari sel endotel, monosit dan makrofag setelah mendapat stimulasi
dari malaria toksin (LPS, GPI). Sitokin ini antara lain TNF-a {tumor necrosis factor-alpha),
interleukin-1 (IL-1), interleukin-6 (IL-6), interleukin-3 (IL-3), LT(lymphotoxin) dan
interferongamma (INF-g). Dari beberapa penelitian dibuktikan bahwa penderita malaria
serebral yang meninggal atau dengan komplikasi berat seperti hipoglikemia mempunyai
kadar TNF-a yang tinggi. Demikian juga malaria tanpa komplikasi kadar TNF-a, IL-I, IL-6
lebih rendah dari malaria serebral. Walaupun demikian hasil ini tidak konsisten karena juga
dijumpai penderita malaria yang mati dengan TNF normal/rendah atau pada malaria serebral
yang hidup dengan sitokin yang tinggi. Oleh karenanya diduga adanya peran dari
neurotransmitter yang lain sebagai free-radical dalam kaskade ini seperti nitrit-okside sebagai
faktor yang penting dalam patogenesa malaria berat.
Nitrit Oksida. Akhir-akhir ini banyak diteliti peran mediator nitrit oksid (NO) baik dalam
menumbuhkan malaria berat terutama malaria serebral, maupun sebaliknya NO justru
memberikan efek protektif karena membatasi perkembangan parasit dan menurunkan
ekspresi molekuladesi. Diduga produksi NO lokal di organ terutama otak yang berlebihan
dapat mengganggu fungsi organ tersebut. Sebaliknya pendapat lain menyatakan kadar NO
yang tepat, memberikan perlindungan terhadap malaria berat. Justru kadar NO yang rendah
mungkin menimbulkan malaria berat, ditunjukkan dari rendahnya kadar nitrat dan nitrit total
pada cairan serebrospiral. Anak-anak penderita malaria serebral diAfrika, mempunyai kadar
arginin pada pasien tersebut rendah. Masalah peran sitokin proinflamasi dan NO pada
patogenesis malaria berat masih controversial, banyak hipotesis yang belum dapat dibuktikan
dengan jelas dan hasil berbagai penelitian sering saling bertentangan.
2.6 ETIOLOGI
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, yang selain menginfeksi manusia juga
menginfeksi binatang seperti golongan burung, reptil, dan mamalia. Termasuk genus
plasmodium dari famili plasmodidae, ordo Eucoccidiorida, klas Sporozoasida, dan phyllum
Apicomplexa.
Plasmodium ini pada manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami
pembiakan aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada tubuh
nyamuk anopheles betina. Secara keseluruhan ada lebih dari 100 plasmodium yang
menginfeksi binatang (82 pada jenis burung dan reptil dan 22 pada binatang primata).
Sementara itu terdapat empat plasmodium yang dapat menginfeksi manusia, yang
sering dijumpai ialah plasmodium vivax yang menyebabkan malaria tertiana dan plasmodium
falciparum yang menyebabkan malaria tropika. Plasmodium malariae pernah juga dijumpai
pada kasus di Indonesi tetapi sangat jarang. Plasmodium ovale pernah dilaporkan di jumpai di
Irian Jaya, pulau Timor, dan pulau Owi (utara Irian Jaya). Sejak tahun 2004 telah dilaporkan
muculnya malaria baru dikenal sebagai malaria ke-5 (the fifth malaria) yang disebabkan oleh
Plasmodium knowlesi yang sebelumnya hanya menginfeksi monyet berekor panjang, namun
sekarang dapat pula menginfeksi manusia.