Professional Documents
Culture Documents
hidup
Sejarah geologi Bumi
Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Waktu geologi dalam bentuk diagram, yang dikenal sebagai jam geologi, menunjukkan usia Bumi dalam
ribuan tahun dan peristiwa-peristiwa besar yang terjadi.
Sejarah geologi Bumi meliputi peristiwa besar yang terjadi di Bumi pada masa lalu sesuai
dengan skala waktu geologi, sistem pengukuran kronologis berdasarkan penelitian terhadap
lapisan batuan planet (stratigrafi). Bumi terbentuk sekitar 4,54 miliar tahun yang lalu akibat
akresi nebula surya, massa berbentuk cakram debu dan gas yang merupakan sisa-sisa dari
pembentukan matahari, yang juga menciptakan seluruh Tata Surya.
Permukaan Bumi pada awalnya meleleh akibat aktivitas vulkanisme ekstrem dan sering
bertabrakan dengan benda langit lainnya. Pada akhirnya, lapisan luar planet ini mendingin dan
mengeras, yang kemudian membentuk kerak padat setelah uap air mulai terkumpul
di atmosfer. Bulan terbentuk tak lama setelah pembentukan Bumi, diduga akibat
terjadinya tabrakanantara benda langit seukuran Mars dengan Bumi, yang menyebabkan
beberapa massa benda langit ini menyatu dengan Bumi dan secara signifikan mengubah
komposisi internal Bumi. Akibat tabrakan ini, sebagian materi Bumi terlepas ke luar angkasa,
yang pada akhirnya membentuk Bulan. Pelepasan gas dan aktivitas vulkanis menciptakan
atmosfer primordial. Kondensasi uap air, dipadukan dengan es yang berasal
dari komet dan asteroid, menciptakan lautan.[1]
Permukaan Bumi terus mengalami proses pembentukan kembali selama ratusan juta tahun.
Akibatnya, benua terbentuk dan terbelah berulang kali. Benua bergerak di seluruh permukaan
Bumi dan bergabung untuk membentuk superbenua. Sekitar 750 juta tahun silam, superbenua
paling awal yang diketahui, Rodinia, mulai terpisah. Benua yang terpisah ini kemudian
membentuk Pannotia, 600 juta tahun silam, dan pada akhirnya membentuk Pangaea, yang
kemudian terpisah lagi 180 juta tahun silam.[2]
Zaman es dimulai sekitar 40 juta tahun silam, dan kemudian mencapai puncaknya pada
akhir Pliosen. Wilayah kutub telah mengalami siklus glasiasi dan pencairan es berulang kali,
yang berulang setiap 40.000-100.000 tahun. Periode glasial terakhir pada zaman es berakhir
sekitar 10.000 tahun yang lalu.[3]
Teori Big Bang diperkenalkan oleh dua orang ilmuan yang bernama Gamow dan Alpher pada tahun
1948. Mereka berpendapat bahwa bumi dan alam semesta terbentuk akibat dari suatu ledakan yang
amat sangat dahsyat yang diperkirakan berasal dari ledakan thermo nuklir.
Gamow dan Alpher menjelaskan bahwa secara teoritis dentuman atau ledakan tersebut menghasilkan
energi (panas) yang sangat tinggi sehingga menyebabkan ekspansi materi. Ekspansi materi yaitu
menjauhnya benda benda langit, seperti bintang, planet dan sebangsa asteroid
Teori ini juga dijadikan sebagai hipotesis oleh ahli astronomi pada abad ke 20, Edwin Hubble. Dia
mengatakan bahwa langit akan terus berkembang. Hipotesis tentang langit terus berkembang ini
kemudian diperkuat kembali dengan hasil pengamatan oleh Edwin Hubble di Observatorium Mount
Wilson, sehingga terbentuklah teori langit berekspansi.
Berdasarkan pengamatan melalaui teleskop ruang angkasa, diketahui bahwa bintang-bintang akan
terus bergerak menjauh dari titik koordinat. Sehingga dapat disimpulkan bahwa langit akan terus
berkembang.
2. Teori Nebula
Teori kabut (nebula) dikeluarkan oleh Immanuel Kant (1755) serta Piere de Laplace (1796). Teori
mereka berdua kemudian dikenal dengan Teori Kabut Kant-Laplace. Teori ini menyatakan bahwa
pada awalnya ruang angkasa dipenuhi oleh gas yang sangat banyak. Kemudian gas gas tersebut
berkumpul menjadi satu sehingga membentuk sebuah kabut yang sangat besar (nebula).
Kabut tersebut memiliki gaya tarik menarik yang sangat besar sehingga menyebabkan kabut
berputar dengan sangat cepat. Perputaran yang sangat cepat ini mengakibatkan materi materi pada
bagian khatulistiwa terlempar ke luar dan terpisah dari kabut. Materi materi yang terlempar tersebut
kemudian membeku dan memadat hingga terbentuklah planet planet dalam sistem tata surya.
Sedangkan, bagian inti yang tidak ikut terlempar masih tetap berpijar dan menjadi pusat dari tata
surya, yaitu matahari.
Teori pasang surut gas ini dikeluarkan oleh James Jeans dan Harold Jeffreys pada tahun 1918. Teori
ini menjelaskan bahwa pada awalnya ada sebuah bintang yang sangat besar dan memiliki massa yang
sama mendekati matahari, ketika matahari masih berbentuk gas. Hal ini menyebabkan terjadinya
fenomena pasang surut di dalam tubuh matahari.
Fenomena ini membentuk gelombang gunung raksasa pada matahari yang disebabkan gaya tarik oleh
bintang yang mendekat tersebut. Gunung-gunung itu terus membesar sehingga membentuk semacam
lidah pijar yang mengarah ke bintang. Kemudian Lidah pijar tersebut keluar dan mendekati bintang
seolah olah tertarik oleh bintang tersebut.
Kemudian, pada lidah pijar tersebut terjadi gas-gas yang merapat sehingga pecah dan berpencar.
Material yang terpisah itu kemudian membentuk planet-planet, tetapi pada keadaan ini planet masih
berupa gas yang kemudian mendekat dan berputar mengelilingi matahari. Pada proses inilah terjadi
pendinginan sehingga planet planet yang masih berupa gas tersebut menjadi padat. Sedangkan
Bintang besar yang menarik bagian tubuh matahari tadi, menjauhi matahari kembali sehingga tidak
mempengaruhi planet planet yang telah terbentuk.
4. Teori Kuiper
Teori Kuiper diperkenalkan oleh seorang Astronom yang bernama Gerard P. Kuiper pada tahun 1905-
1973. Ia menjelaskan bahwa alam semesta ini pada mulanya hanya berupa gas purba. Gas gas yang
tersebut kemudian memapat sehingga membentuk sebuah benda yang padat akibat dari gaya tarik
antar molekul gas.
Sifat gas yang akan terus bergerak mengakibatkan benda yang telah terbentuk tersebut terus bergerak
dan berputar sehingga menjadi pipih dan padat pada bagian tengahnya. Pada saat berputar, ada
beberapa gumpalan kecil gas yang terlempar keluar sehingga menjadi cikal bakal planet. Sedangkan
Gumpalan gas yang memadat di tengah inilah yang merupakan cikal bakal matahari.
Gesekan antar gas yang semakin memadat ini menimbulkan api sehingga mengusir kabutkabut gas
yang menyelimuti cikal bakal planet hingga akhirnya planet tersebut tidak terbungkus gas lagi.
Sedangkan, planet yang letaknya jauh dari matahari kurang terpengaruh. Oleh karena itu, planet yang
jauh dari matahari terlihat besar karena diliputi oleh kabut gas.
Teori ini dinyatakan oleh seorang ahli astronomi Inggris yang bernama R.A. Lyttleton pada tahun
1930-an. R. A. Lyttleton menyatakan bahwa pada mulanya terdapat dua buah matahari kembar yang
saling berputar mengelilingi satu sama lain. Kemudian salah satu bintang tersebut hancur karena
tertabrak oleh sebuah bintang.
Matahari yang tertabrak tersebut hancur dan menjadi materi-materi kecil. Kemudian, serpihan
serpihan matahari yang hancur tersebut mengelilingi matahari yang masih utuh karena terperangkap
oleh gaya grafitasi. Materi-materi kecil tersebut lalu mendingin dan menjadi planet planet seperti
saat ini.
3. Zaman Mesozaikum
Disebut juga disebut zaman sekunder yang diperkirakan berusia 140 juta tahun. Saat itu,
mulai muncul pohon-pohon besar dan hewan-hewan besar, seperti: Dinosaurus, Atlantasaurus,
Tyrannosaurus serta jenis burung-burung besar. Zaman ini berlangsung kurang lebih 140 juta
tahun. Iklim semakin membaik, curah hujan mulai berkurang. Sungai-sungai besar dan danau
banyak yang mengering dan berlumpur. Zaman ini disebut zaman reptil karena didominasi
perkembangan jenis reptil.
Zaman ini dibagi menjadi 3 bagian, yaitu:
a. Trias : Pada masa ini terdapat kehidupan ikan, amphibi, dan reptil.
b. Jura : Pada masa ini terdapat kehidupan reptil dan sebangsa katak.
c. Calcium : Pada masa ini terdapat burung-burung pertama dan tumbuhan.
4. Zaman Neozoikum
Zaman ini diperkirakan berusia sekitar 65 juta-55 juta tahun. Keadaan bumi semakin
membaik, perubahan cuaca tidak begitu besar sehingga kondisinya lebih setabil dan kehidupan
berkembang dengan pesat.
Zaman ini dibedakan atas dua zaman, yaitu:
a) Zaman Tersier(Zaman Ketiga)
Zaman ini binatang menyusui berkembang sempurna sedangkan reptil
berangsur-angsur lenyap. Primata dan Kera manusia mulai nampak pada
zaman ini.
b) Zaman Kuarter(Zaman Keempat)
Zaman ini merupakan awal kehidupan manusia. Ada 2 zaman di zaman
keempat ini. yaitu:
1.Zaman Diluvium(Pleistosen)
Zaman Pleistosen disebut zaman es. Selama masa pleistosen telah terjadi 4
kali zaman es, yaitu Gunz, Mindel, Rizs, Wurm. Masa diantara zaman es
disebut masa interglasial(Bagian barat Indonesia bersatu dengan Asia,
sedangkan bagian Indonesia Timur bersatu dengan Australia)
Tenggelamnya daratan yang menghubungkan Indonesia dengan Asia
menyebabkan terbentuknya paparan sunda. Sedangkan yang
menghubungkan Indonesia dengan Australia adalah Paparan Sahul.
2. Zaman Holosen
Pada zaman ini manusia kemampuan manusia makin meningkat seirama
dengan perkembangan fisik dan akal budinya. Corak kehidupannya hidup
menetap di Gua-gua, menjinakkan hewan buruan, dan bercocok tanam.