You are on page 1of 10

81

ANALISIS FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERILAKU PENCEGAHAN


PENYAKIT FRAMBUSIA

(The Analysis of Factors which Influence Preventive Behavior on Yaws Disease)

Yursinus G.A Tanaefeto*, Nursalam*, Elida Ulfiana*


*Program Studi Pendidikan Ners
Fakultas Keperawatan, Universitas Airlangga
Jl. Mulyorejo Kampus C Unair Surabaya 60115
email: apristaneofeto@yahoo.com

ABSTRACT
Yaws disease prevention behavior was influenced by predisposing factors such as
knowledge and belief, enabling factors such as the availability of health care resources,
and reinforcing factors such as family and community leaders support. The purpose of
this study was to analyze the factors which influence preventive behavior on Yaws
Disease. Research design used was descriptive analytic with cross sectional approach.
Samples were 99 respondents, taken according to the inclusion criteria. Independent
variable were knowledge, belief, availability of health care resources, and support from
family and community leaders. The dependent variable was preventive behavior on Yaws
Disease. Data were collected by using questionnaire and analyzed using multiple linear
regression with <0.05. Partially showed that knowledge (p = 0.017), belief (p = 0.049),
availability of health care resources (p = 0.038), support from family (p = 0.030), and
support from community (p = 0.018) had influence on preventive bahavior. It can be
concluded that knowledge, belief, availability of health care resources, and support from
family and community leaders had influence on Yaws Disease preventive bahavior.
Therefore recomended that nurses should provide guidelines which used for Yaws
eradication activities at endemic area to improve community behavior onYaws Disease
Prevention.

Keywords: knowledge, beliefs, availability of health care resources, familys support,


community leaders support, Yaws disease prevention behaviors.

PENDAHULUAN ini sangat mudah yaitu dengan single shoot


Penicillin injeksi. Sekali injeksi dapat
Penyakit Frambusia merupakan salah satu menyembuhkan penyakit ini. Namun
penyakit menular yang belum dapat penyakit Frambusia belum hilang sama
ditangani secara tuntas (Depkes RI, 2004). sekali dari wilayah Indonesia. Sampai saat
Upaya pemberantasan penyakit Frambusia ini masih menyisakan daerah kantong
di Indonesia dimulai sejak tahun 1912 oleh endemi penyakit Frambusia. Adanya
Kodijat di beberapa kabupaten di propinsi daerah kantong Frambusia ini karena
Jawa Tengah. Pemberantasan secara adanya fase laten dalam perjalanan
Nasional dimulai pada tahun 1950 melalui penyakit Frambusia yang secara klinis
Proyek Treponema Control Programme tidak tampak adanya kelainan akan tetapi
(TCP) dan kemudian 1952 dilanjutkan didalam tubuh manusia menyimpan
dengan Treponema Control Programme banyak kuman (Depkes RI, 2004). Gejala
Symplified (TCPS) (Depkes RI, 2004). klinis sewaktu-waktu dapat muncul dan
Secara Nasional penyakit Frambusia sudah menular ke orang lain. Penyakit Frambusia
dapat dikatakan berhasil dikendalikan. Hal ini menyerang anak usia sekolah atau umur
ini terlihat bahwa hampir 90 % propinsi di di bawah 15 tahun yang merupakan
Indonesia telah mencapai prevalensi < generasi muda yang sementara menimba
1/10.000 penduduk pada tahun 1980 ilmu.
(Depkes RI, 2004). Pengobatan penyakit
82

Eradikasi maupun penurunan insiden dengan insiden tertinggi penyakit


ditentukan oleh kegiatan preventif dan Frambusia, dengan kriteria bisa membaca
pengobatan yang adekuat. Salah satu dan menulis, memahami bahasa Indonesia,
strategi yakni terlaksananya perilaku dan dalam kondisi sehat. Sampel diperoleh
pencegahan penyakit Frambusia di wilayah sejumlah 99 orang diambil dengan simple
kantong endemi. Hal ini memerlukan random sampling. Variabel independen
analisis tentang faktor yang mempengaruhi meliputi pengetahuan, keyakinan,
perilaku pencegahan penyakit Frambusia. ketersediaan sumber daya kesehatan,
dukungan dari keluarga dan tokoh
BAHAN DAN METODE masyarakat. Sementara variabel
dependennya adalah perilaku pencegahan
Desain penelitian yang digunakan adalah penyakit Frambosia. Instrumen yang
deskriptif analitik dengan pendekatan cross digunakan adalah kuesioner. Data yang
sectional. Populasi dalam penelitian ini diperoleh dianalisis menggunakan uji
merupakan masyarakat Desa Fatuat, usia statistik regresi linear berganda dengan <
16-45 tahun di wilayah Rukun Warga 0.05.

HASIL

Tabel 1 Pengetahuan responden tentang penyakit Frambusia dan pemberantasannya


Parameter Kategori
Total
No Variabel Tinggi Rendah %
Pengetahuan
1 Pengetahuan tentang penyakit 97 2 99 100
frambusia (98%) (2%)
2 Pengetahuan tentang 91 8 99 100
pemberantasan frambusia (91,9%) (8,1%)
3 Pengetahuan tentang 98 1 99 100
pencegahan frambusia (99%) (1%)

Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai kategori tinggi 91 orang (91,9), kategori


pengetahuan tentang penyakit Frambusia rendah 8 orang (8,1%). Sedangkan
oleh responden: kategori tinggi 97 orang pengetahuan tentang pencegahan penyakit
(98%) dan kategori rendah 2 orang (2%). Frambusia oleh responden: kategori tinggi
Pengetahuan tentang pemberantasan 98 orang (99%), kategori rendah 1 orang
penyakit Frambusia oleh responden: (1%).

Tabel 2 Keyakinan responden tentang dampak pemberantasan penyakit Frambusia


Parameter Kategori
Total
No Variabel Tinggi Sedang Rendah %
Keyakinan
1 Keyakinan tentang 94 4 1 99 100
dampak positif dari (95 %) (4 %) (1 %)
pemberantasan penyakit
frambusia
2 Keyakinan tentang 59 39 1 99 100
dampak negatif bila (59,6%) (39,4%) (1%)
tidak melakukan perilaku
pencegahan penyakit
frambusia
83

Tabel 2 menunjukkan bahwa keyakinan dampak negatif bila tidak melakukan


tentang dampak positif dari pemberantasan perilaku pencegahan penyakit Frambusia
penyakit Frambusia oleh responden: oleh responden:kategori tinggi 59 orang
kategori tinggi 94 orang (95%), kategori (59,6%), kategori sedang 39 orang
sedang 4 orang (4%), kategori rendah 1 (39,4%), kategori rendah 1 orang (1%).
orang (1%). Sedangkan keyakinan tentang

Tabel 3 Ketersediaan sumber daya kesehatan oleh responden tentang manfaatnya dalam
pemberantasan penyakit Frambusia
Kategori
Parameter Total
No Tinggi Sedang Rendah %
Variabel

Manfaat ketersediaan sumberdaya 86 12 1
1 99 100
kesehatan (86,9 %) (12,1 %) (1 %)

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai variabel kategori sedang 12 orang (12,1%) dan
keluarga berdasarkan parameter manfaat kategori rendah berjumlah 1 orang
ketersediaan sumberdaya kesehatan oleh responden (1%).
responden: kategori tinggi 86 orang (95%),

Tabel 4 Dukungan keluarga dalam pemberantasan penyakit Frambusia


Parameter Kategori
Total
No Variabel Tinggi Sedang Rendah %
Keluarga
1 Melakukan kegiatan 88 11 0 99 100
pencegahan dan (88,9 %) (11,1 %) (0 %)
pemberantasan penyakit
frambusia
2 Pengambilan keputusan 61 34 4 99 100
(61,6%) (34,4%) (4 %)

Tabel 4 menunjukkan bahwa nilai variabel (11,1%), kategori rendah. Sedangkan nilai
keluarga berkaitan dengan parameter variabel keluaraga berkaitan dengan
melakukan kegiatan pencegahan dan parameter Pengambilan keputusan oleh
pemberantasan penyakit Frambusia oleh responden: kategori tinggi 61 orang
responden: kategori tinggi 88 orang (61,6%), kategori sedang 34 orang
(88,9%), kategori sedang 11 orang (34,4%), kategori rendah 4 orang (4%).

Tabel 5 Dukungan tokoh masyarakat dalam pemberantasan penyakit Frambusia


Parameter Kategori
Total
No Variabel tokoh Tinggi Sedang Rendah %
Masyarakat

1 Terlibat dalam kegiatan 61 37 1 99 100
pencegahan dan (61,6 (37,4 %) (1 %)
pemberan tasan penyakit %)
frambusia
2 Melakukan pemantauan 44 38 17 99 100
dan evaluasi kegiatan (44,4%) (38,4%) (17,2 %)
pemberantasan penyakit
frambusia
84

Tabel 5 menunjukkan bahwa nilai variabel masyarakat berkaitan dengan


tokoh masyarakat berkaitan dengan parametermelakukan pemantauan dan
parameter terlibat dalam kegiatan evaluasi kegiatan pemberantasan penyakit
pencegahan dan pemberantasan penyakit Frambusia oleh responden: kategori tinggi
Frambusia oleh responden: kategori tinggi i 44 orang (44,4%), kategori sedang 38
61 orang (61,6%), kategori sedang 37 orang (38,4%), kategori rendah 17 orang
orang (37,4%), kategori rendah 1 orang (17,2%).
(1%). Sedangkan nilai variabel tokoh

Tabel 6 Perilaku pencegahan penyakit Frambusia oleh responden


Parameter variabel Kategori
Total
No Perilaku pencegahan Tinggi Rendah %
Penyakit frambusia
1 Inisiatif melaksanakan deteksi 88 11 99 100
dini (88,9%) (11,1%)
2 Melakukan tindakan yang 98 1 99 100
bermanfaat untuk tidak tertular (99%) (1%)
dan menularkan penyakit
Frambusia

Tabel 6 menunjukkan bahwa nilai variabel terhadap perilaku pencegahan penyakit


perilaku pencegahan penyakit Frambusia Frambusia.
berkaitan dengan parameter inisiatif
melaksanakan deteksi dini oleh responden: Hasil uji statistik variabel keyakinan
kategori tinggi 88 orang (88,9%), kategori menunjukkan nilai koefisien keyakinan
rendah 11 orang (11,1%). Sedangkan nilai sebesar -0,069. Hal ini mengandung arti
variabel perilaku pencegahan penyakit bahwa setiap kenaikan variabel keyakinan
Frambusia berkaitan dengan parameter satu satuan maka variabel Y akan
melakukan tindakan yang bermanfaat mengalami penurunan sebesar 0,069
untuk tidak tertular dan menularkan dengan asumsi bahwa nilai regresi
penyakit Frambusia oleh responden: variabel lainnya tetap. Tanda negatif
kategori tinggi 98 orang (99%), kategori menunjukkan bahwa variabel keyakinan
rendah 1 orang (1%). mempunyai pengaruh yang berlawanan
arah dengan variabel perilaku pencegahan
Hasil uji statistik menunjukkan nilai penyakit Frambusia. Terdapat nilai
koefisien pengetahuan sebesar 0,266. Hal signifikansi keyakinan adalah 0,04 yang
ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan menunjukkan bahwa nilai signifikansi
variabel pengetahuan satu satuan maka kurang dari nilai probabilitas 0,05 maka H1
variabel Y akan naik sebesar 0,266 dengan diterima atau ada pengaruh keyakinan
asumsi bahwa nilai regresi variabel lainnya terhadap perilaku pencegahan penyakit
tetap. Terdapat nilai signifikansi Frambusia. Variabel pengetahuan
pengetahuan yakni 0,01 yang menunjukkan mempunyai t hitungsebesar 1,998 dengan t
bahwa nilai signifikansi kurang dari nilai tabelsebesar1,661 yang menunjukkan nilai t
probabilitas 0,05 maka H1 diterima atau hitung lebih besar dari t tabelsehingga variabel
ada pengaruh pengetahuan terhadap keyakinan secara individu/parsial
perilaku pencegahan penyakit Frambusia. berpengaruh sinifikan terhadap perilaku
Variabel pengetahuan mempunyai t pencegahan penyakit Frambusia. Nilai t
hitungsebesar 2,427 dengan t tabelsebesar negatif menunjukkan bahwa keyakinan
1,661 yang menunjukkan nilai t hitung lebih mempunyai pengaruh yang berlawanan
besar dari t tabelsehingga dapat disimpulkan arah dengan perilaku pencegahan penyakit
bahwa variabel pengetahuan secara Frambusia. Jadi dapat disimpulkan bahwa
individual/parsial berpengaruh signifikan
85

ada pengaruh keyakinan terhadap perilaku asumsi bahwa nilai regresi variabel
pencegahan penyakit Frambusia. lainnya tetap. Terdapat nilai signifikansi
Nilai koefisien variabel ketersediaan tokoh masyarakat adalah 0,01 yang
sumber daya kesehatan sebesar 0,104. Hal menunjukkan bahwa nilai signifikansi
ini mengandung arti bahwa setiap kenaikan kurang dari nilai probabilitas 0,05 maka
variabel Ketersediaan Sumberdaya H1diterima atau ada pengaruh variabel
Kesehatan satu satuan maka variabel Y tokoh masyarakat terhadap perilaku
akan naik sebesar 0,104 dengan asumsi pencegahan penyakit Frambusia. Variabel
bahwa nilai regresi variabel lainnya tetap. tokoh masyarakat mempunyai t
Terdapat nilai signifikansi ketersediaan hitungsebesar 2,417 dengan t
sumberdaya kesehatan adalah 0,03 yang tabelsebesar1,661 yang menunjukkan nilai t
menunjukkan bahwa nilai signifikansi hitung lebih besar dari t tabelsehingga dapat
kurang dari nilai probabilitas 0,05 maka H1 disimpulkan bahwa variabel tokoh
diterima atau ada pengaruh ketersediaan masyarakat secara individu/parsial
sumber daya kesehatan terhadap perilaku berpengaruh signifikan terhadap perilaku
pencegahan penyakit Frambusia. Variabel pencegahan penyakit Frambusia.
ketersediaan sumberdaya kesehatan
mempunyai t hitungsebesar 2,106 dengan t PEMBAHASAN
tabelsebesar1,661 yang menunjukkan nilai t
hitung lebih besar dari t tabelsehingga dapat Tingkat pendidikan responden mayoritas
disimpulkan bahwa variabel ketersediaan berpendidikan SD bejumlah 68 orang
sumberdaya kesehatan secara (68,7%). Berdasarkan hasil penelitian
individu/parsial berpengaruh signifikan dapat diketahui bahwa pengetahuan yang
terhadap perilaku pencegahan penyakit dimiliki oleh responden berkaitan dengan
Frambusia. penyakit Frambusia dan pemberantasannya
mempengaruhi perilaku pencegahan.
Berdasarkan hasil uji statistik pada variabel Wilayah ini merupakan daerah kantong
dukungan keluarga diketahui bahwa nilai endemi penyakit Frambusia yang selalu
koefisien variabel keluarga sebesar 0,087. dilakukan intervensi pemberantasan oleh
Hal ini mengandung arti bahwa setiap Puskesmas Hoibeti secara rutin dengan
kenaikan variabel keluarga satu satuan salah salah satu kegiatan adalah
maka variabel Y akan naik sebesar 0,087 penyuluhan. Kegiatan penyuluhan
dengan asumsi bahwa nilai regresi dilakukan dengan metode ceramah dan
variabel lainnya tetap. Terdapat nilai diskusi. Penyuluhan dilaksanakan pada
signifikansi keluarga adalah 0,03 yang saat kegiatan Posyandu dan kegiatan
menunjukkan bahwa nilai signifikansi Puskesmas Keliling. Paparan informasi
kurang dari nilai probabilitas 0,05 maka H1 yang dilakukan oleh Puskesmas melalui
diterima atau ada pengaruh variabel penyuluhan, penerapannya oleh warga
keluarga terhadap perilaku pencegahan Desa belum berhasil menurunkan insiden
penyakit Frambusia. Variabel keluarga penyakit ini yang ditandai dengan
mempunyai t hitungsebesar 2,203 dengan t peningkatan penyakit Frambusia setiap
tabelsebesar 1,661 yang menunjukkan nilai t tahun. Hasil uji hipotesis menunjukkan
hitung lebih besar dari t tabelsehingga dapat bahwa ada pengaruh signifikan antara
disimpulkan bahwa variabel keluarga pengetahuan dan perilaku pencegahan
secara individu/parsial berpengaruh penyakit Frambusia.
signifikan terhadap perilaku pencegahan
penyakit Frambusia. Menurut Notoatmojo (2010), pengetahuan
atau kognitif merupakan domain yang
Nilai koefisien variabel tokoh masyarakat sangat penting dalam terbentuknya
sebesar 0,046. Hal ini mengandung arti tindakan seseorang. Perilaku yang didasari
bahwa setiap kenaikan variabel tokoh oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari
masyarakat satu satuan maka variabel beta pada perilaku yang tidak didasari oleh
(Y) akan naik sebesar 0,046 dengan pengetahuan.Faktor yang mempengaruhi
86

pengetahuan yakni pendidikan, informasi, signifikan antara keyakinan dan perilaku


sosial budaya dan ekonomi, lingkungan pencegahan penyakit Frambusia.
serta pengalaman.Teori Green juga
mengemukakan bahwa pengetahuan Menurut Bandura (1997), keyakinan diri
digolongkan sebagai faktor predisposisi merupakan salah satu kemampuan
yang mempengaruhi perilaku kesehatan pengaturan diri individu atau perasaan
termasuk perilaku pencegahan penyakit. individu mengenai kemampuan dirinya
Faktor predisposisi ini merupakan faktor untuk membentuk perilaku yang relevan
internal pada individu, keluarga, kelompok dalam situasi-situasi khusus. Hal ini tidak
dan masyarakat yang mempermudah tergantung pada jenis-jenis ketrampilan
perilaku kesehatan. atau keahlian apa yang dimiliki seseorang
tetapi berhubungan dengan keyakinannya
Seseorang yang memiliki pengetahuan tentang apa yang dapat dilakukannya.
tentang pencegahan penyakit Frambusia Keyakinan merupakan pijakan kuat dari
akan tahu, memahami dan perilaku dan merupakan esensi dari
mengaplikasikanya dalam tindakan kepedulian. Selanjutnya Bandura (1997)
nyata.Demikian juga dapat menganalisis dan (Pajares F, 2006) mengemukakan
dan mengevaluasi penyakit Frambusia bahwa keyakinan diri mempengaruhi
dalam lingkungannya baik secara individu, seseorang merasakan, berpikir, memotivasi
keluarga, maupun masyarakat. dirinya dan beraksi. Proses keyakinan diri
Pengetahuan yang dimiliki berkaitan antara lain: kognitif, motivasi, afeksi, dan
dengan penyakit Frambusia dan akibatnya seleksi. Tim WHO juga menggambarkan
bagi kesehatan memungkinkan atau bahwa seseorang dapat berperilaku atau
memudahkan seseorang untuk melakukan tidak berperilaku dalam pencegahan
perilaku pencegahan sebagai aktivitas penyakit dipengaruhi oleh keyakinan.
rutin. Penerapan informasi yang diperoleh Seseorang yang tidak mempunyai
melalui penyuluhan dipengaruhi oleh keyakinan tentang manfaat yang akan
faktor pendidikan. Makin tinggi dirasakan berkaitan dengan perilaku
pendidikan seseorang makin mudah orang pencegahan tidak akan begitu saja
tersebut untuk menerima paparan mewujudkan kegiatan ini dalam perilaku
informasi dan proaktif utuk melaksanakan sehari-hari.
informasi tersebut. Dengan demikian
pengetahuanjuga merupakan salah satu Keyakinan akan membimbing dan
unsur yang berfungsi untuk membentuk mengarahkan individu, keluarga,
perilaku pencegahan penyakit Frambusia. kelompok dan masyarakat dalam
bertindak. Keyakinan oleh seseorang
Warga masyarakat Desa ini mempunyai bahwa kegiatan pencegahan penyakit
pandangan bahwa penyakit Frambusia Frambusia sangat bermanfaat, akan
telah ada sejak jaman nenek moyang memudahkan yang bersangkutan dan
mereka dan terjadi secara turun temurun. keluarganya proaktif dalam mewujudkan
Penyakit Frambusia dianggap sesuatu perilaku pencegahan penyakit. Demikian
wajar diderita oleh anak-anak. Tindak juga keyakinan bahwa perilaku
lanjut untuk mencari pengobatan tidak pencegahan penyakit Frambusia dapat
dilakukan karena mempunyai keyakinan mengurangi ancaman dan kerentanan akan
bahwa penyakit ini akan sembuh sendiri berdampak positif dan memudahkan
dan tidak mengakibatkan kejadian luar individu, keluarga, kelompok maupun
biasa. Berdasarkan hasil penelitian dapat masyarakat mengimplementasikannya
diketahui bahwa keyakinan responden sebagai kegiatan rutinitas. Memperhatikan
tentang dampak positif dari pemberantasan hasil penelitian ini maka kita dapat
penyakit Frambusia dengan kategori tinggi mengatakan bahwa keyakinan yang
berjumlah 94 orang (95%). Hasil uji dimiliki oleh individu, keluarga, kelompok
hipotesismenunjukkan ada pengaruh yang dan masyarakat berpengaruh terhadap
perilaku pencegahan penyakit Frambusia
87

yang akan berdampak positif pada mendukung penderita Frambusia


penurunan insiden penyakit ini. memperoleh pengobatan. Salah satu
komponen penting dalam penyelenggaran
Desa Fatuat memiliki Puskesmas pemberantasan dan pencegahan penyakit
Pembantu yang dibangun tahun 1994 dan yakni sarana kesehatan dan tenaga
terdapat tenaga kesehatannya. Tetapi sejak kesehatan. Ketiadaan sarana kesehatan dan
tahun 2006 sampai saat ini belum ada tenaga kesehatan mengakibatkan akses
tenaga kesehatan di sarana kesehatan masyarakat untuk memperoleh layanan
tersebut. Akses masyarakat untuk kesehatan juga sulit. Selain itu ketersediaan
memperoleh pelayanan kesehatan yakni ke sumber daya kesehatan akan berdampak
Puskesmas Kecamatan yang berjarak 10 pada kesembuhan penderita Frambusia
KM dengan topografi wilayah yang yang bermanfaat pada terputusnya rantai
berbukit. Sarana transportasi ke sarana penularan. Faktor pendukung ini
tersebut adalah truk dan sepeda motor. memfasilitasi individu, keluarga, kelompok
Responden menggambarkan bahwa dan masyarakat melakukan perilaku
ketersediaan sumber daya kesehatan pencegahan penyakit Frambusia. Dengan
(sarana, tenaga) sangat bermanfaat dalam demikian ketersediaan sumber daya
mendukung terwujudnya perilaku kesehatan mendukung terwujudnya
pencegahan. Hasil uji hipotesis perilaku pencegahan penyakit Frambusia
menunjukkan ada pengaruh yang diwilayah kantong endemi.
signifikan antara ketersediaan sumber daya
kesehatan terhadap perilaku pencegahan Peranan keluarga dalam melakukan
penyakit. perilaku pencegahan di Desa ini akan
direalisasikan jika ada kegiatan
Sumber daya kesehatan merupakan semua pemberantasasn penyakit Frambusia oleh
perangkat keras dan perangkat lunak yang Puskesmas atau jajaran kesehatan.
diperlukan sebagai pendukung Berkaitan dengan pemahaman bahwa
penyelenggaraan upaya kesehatan penyakit Frambusia wajar di derita oleh
(Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam anak-anak dan akan sembuh sendiri, maka
Terbitan, 2009). Sarana dan tenaga keluarga di Desa ini juga tidak melakukan
kesehatan termasuk dalam sumber daya usaha untuk mencari pengobatan. Hasil
kesehatan. Sarana kesehatan berfungsi penelitian menunjukkan bahwa meskipun
sebagai tempat dilakukannya pelayanan kategori keluarga dalam melakukan
kesehatan (kuratif, preventif, promotif dan kegiatan pemberantasan penyakit dan
rehabilitatif). Penyelenggaraan pengambilan keputusan tergolong tinggi
pembangunan yang berwawasan kesehatan tetapi sebagian responden menggambarkan
memerlukan berbagai jenis tenaga masih terdapat kategori sedang (34 %) dan
kesehatan yang memiliki kemampuan rendah (4%). Hasil uji hipotesis
melaksanakan upaya kesehatan dengan menggambarkan ada pengaruh yang
paradigma sehat yakni lebih signifikan antara variabel keluarga
mengutamakan upaya peningkatan dan terhadap perilaku pencegahan penyakit
pemeliharaan kesehatan serta pencegahan Frambusia.
penyakit. Kegiatan pencegahan penyakit
juga memerlukan sumber daya kesehatan Keluarga merupakan unit terkecil dari
(Horison,s, 1999). Teori Green masyarakat yang terdiri dari kepala
menjelaskan bahwa ketersediaan sumber keluarga dan beberapa orang yang
daya kesehatan (sarana,tenaga) berkumpul dan tinggal di suatu tempat di
digolongkan sebagai faktor pendukung bawah satu atap dalam keadaan saling
yang mempengaruhi perilaku kesehatan. ketergantungan dan saling mempengaruhi
(Setiadi, 2008). Peran keluarga dalam
Sumber daya kesehatan yang mencakup kesehatan adalah mampu mengenal
sarana dan tenaga kesehatan di daerah masalah kesehatan, mampu melakukan
kantong endemi Frambusia sangat perawatan dan mampu memanfaatkan
88

pelayanan kesehatan yang ada. Teori Uji hipotesis menggambarkan ada


Green menjelaskan bahwa keluarga pengaruh yang signifikan antara variabel
termasuk dalam faktor penguat atau tokoh masyarakat terhadap perilaku
pendorong akan memotivasi individu, pencegahan penyakit Frambusia.
keluarga, kelompok dan masyarakat untuk
melakukan perilaku kesehatan. Demikian Pada masyarakat Indonesia tokoh
pula keluarga juga sebagai tempat masyarakat merupakan panutan perilaku
pengambilan keputusan (decision making) masyarakat. Tokoh masyarakat terdiri dari
dalam perawatan kesehatan (Freeman, tokoh masyarakat formal dan non formal
1981 dalam Setiadi, 2008). (Efendi & Makhfudli, 2009). Tokoh
masyarakat formal antara lain guru, camat,
Mengidentifikasi secara dini dan petugas kesehatan dan aparatur
mengambil keputusan oleh keluarga untuk pemerintahan Desa. Sedangkan tokoh
melakukan perilaku pencegahan penyakit masyarakat non formal yakni tokoh adat
menjadi salah satu faktor dan tokoh agama. Teori Green menjelaskan
penguat.Penderita Frambusia berdomisili bahwa tokoh masyarakat termasuk dalam
dalam lingkungan keluarga. Perubahan faktor penguat atau pendorong yang akan
sekecilapapun yang dialami oleh anggota memotivasi individu, keluarga, kelompok
keluarga secara tidak langsung akan dan masyarakat untuk melakukan perilaku
menjadi perhatian. Masalah kesehatan kesehatan. Dalam kegiatan pembangunan
dalam keluarga saling berkaitan sehingga di bidang apa saja tokoh masyarakat dapat
keluarga merupakan perantara yang efektif berperan sebagai penyuluh, motivator,
dalam berbagai usaha kesehatan termasuk penggerak, fasilitator, katalisator dan
pencegahan penyakit. Hasil penelitian ini teladan (LIPI, 2008). Di kalangan
membuktikan bahwa terwujudnya perilaku masyarakat, tokoh masyarakat juga
pencegahan penyakit Frambusia secara menjadi tempat bertanya dan meminta
berkesinambungan memerlukan peranan nasihat mengenai urusan-urusan tertentu.
yang maksimal dari keluarga. Tokoh masyarakat ini juga seringkali
memiliki kemampuan mempengaruhi
Penduduk Desa Fatuat memiliki budaya orang lain untuk berperilaku, memiliki
mengikuti saran atau pendapat dari tokoh kedudukan sosial, dihormati, dan diakui
masyarakat. Kegiatan pembangunan yang oleh masyarakat di lingkungannya.
akan dilakukan diwilayah ini jika tokoh
masyarakat tidak berpartisipasi maka Berperilaku sehat khususnya yang
partisipasi warga masyarakat sangat berkaitan dengan perilaku pencegahan
rendah. Program maupun kegiatan dari penyakit Frambusia, individu, keluarga dan
Tokoh Masyarakat setempat baik itu tokoh masyarakat bukan hanya perlu
agama (Pendeta dan lain-lain), tokoh pengetahuan, sikap positif serta dukungan
adat/ketua suku maupun tokoh masyarakat fasilitas saja melainkan diperlukan
lainnya berkaitan dengan kesehatan belum keteladanan dari tokoh masyarakat. Tokoh
ada. Kegiatan kesehatan dianggap tugas masyarakat juga berperan dalam
dan tanggungjawab jajaran kesehatan. menghimbau dan mengajak masyarakat
Jawaban responden menggambarkan untuk melakukan perilaku pencegahan
bahwa setiap item pertanyaan kuesioner penyakit Frambusia. Keterlibatan tokoh
terdapat responden yang menyatakan masyarakat akan memotivasi anggota
kadang-kadang dan tidak pernah. Hasil masyarakat yang lain untuk melakukan
penelitian menunjukkan bahwa meskipun perilaku pencegahan penyakit Frambusia.
kategori parameter keterlibatan tokoh Peranan tokoh masyarakat dalam
masyarakat dalam pemantauan dan mengarahkan, menginformasikan,
evaluasi kegiatan pemberantasan penyakit mensponsori merupakan faktor penguat
Frambusia tergolong tinggi tetapi sebagian dalam mewujudkan perilaku pencegahan
responden mengungkapan masih terdapat penyakit Frambusia. Penelitian ini
kategori sedang (38%) dan rendah (17%). membuktikan bahwa tokoh masyarakat
89

mempunyai peranan yang sangat penting Praktek dalam Keperawatan.


dalam mewujudkan perilaku pencegahan Jakarta: Salemba Medika,hlm 94.
penyakit Frambusia, sehingga tokoh Ernawati, (2011). Gambaran karaktersitik
masyarakat harus dilibatkan dan keluarga tentang PHBS pada tataran
diberdayakan dalam semua tahapan rumah tangga di Desa Karang Asem
kegiatan pemberantasan penyakit ini. wilayah kerja Puskesmas Tanon II
Sragen. Skripsi tidak dipublikasikan.
KESIMPULAN DAN SARAN Fakultas Kedokteran Universitas
Indonesia, (2007) edisi 5. Ilmu
Berdasarkan hasil penelitian dapat Penyakit Kulit dan Kelamin. Jakarta
disimpulkan bahwa pengetahuan, : Balai Penerbit FKUI, hlm 127-128
keyakinan, ketersediaan sumber daya Green L.W , (1991). Health Promotion
kesehatan, dan dukungan dari keluarga Planing An Educational and
serta tokoh masyarakat mempengaruhi Enviromental. Mayfield Publishing
perilaku pencegahan penyakit Frambosia. Company, hlm 151,154-155.
Oleh karena itu, disarankan perawat Horrison,s, (1999). Prinsip-prinsip Ilmu
mengadakan promosi kesehatan secara Penyakit Dalam. Jakarta: EGC, hlm
rutin dan mengaktifkan perkesmas untuk 52
pencegahan Frambosia. Tim Kementerian Kesehatan RI, (2012). Atlas
pemberantasan penyakit Frambusia tingkat Frambusia. Jakarta: Kementerian
Desa di daerah endemis perlu diadakan Kesehatan, hlm 1- 6.
dengan memberdayakan tokoh masyarakat Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia,
setempat. (2008). Masyarakat Indonesia.
Jakarta: LIPI, hlm 140-142
KEPUSTAKAAN Murtiastutik D, (2013). Atlas Penyakit
Kulit Kelamin. Surabaya: Pusat
Anies, (2006). Waspada Penyakit Tidak Penerbitan dan Percetakan Unair,
Menular, Solusi Pencegahan dari hlm 39-40.
Aspek Perilaku dan Lingkungan. Muliawan S, Y, (2008). Seri Mikrobiologi
Jakarta: Gramedia, hlm 16-20. dalam Praktek Klinik, Bakteri Sipral
Anderson C.R, (2004). Petunjuk Modern Pathogen. Jakarta: Erlangga, hlm 54
kepada Kesehatan. Bandung: Noorkasiani, Heryati & Ismail R, (2009).
Indonesia Publishing House, hlm Sosiologi Keperawatan. Jakarta:
365-366. EGC, hlm 31, 32
Adnani H, (2011). Buku ajar Ilmu Notoatmojo.S, (2010). Ilmu Perilaku
Kesehatan Masyarakat. Yokyakarta: Kesehatan.Jakarta: Rineka Cipta,
Nuha Medika hlm 83-89. hlm 20-31.
Bandura A, (1997). Sellf Efficacy. New Notoatmojo.S,(2012). Promosi Kesehatan
York: Worth Publisher, hlm 92-95 dan Perilaku Kesehatan.Jakarta:
Departemen Kesehatan RI, (2004). Rineka Cipta, hlm 131-1139.
Pedoman Pemberantasan Penyakit Pajares F and Tiem urdan, p.cm, (2006).
Frambusia. Jakarta: Depkes, hal 8- Self Efficacy belief of adolescents.
9,15-16,22-26,28-29,33. Amerika: IAP, hlm 97-111, 307-311
Departemen Kesehatan RI, Dirjen Perpustakaan Nasional RI: Katalog Dalam
Pengendalian dan Penyehatan Terbitan , (2009). Undang Undang
Lingkungan (2007). Pedoman Kesehatan dan Praktik Kedokteran.
Eradikasi Frambusia. Jakarta: Yokyakarta: Best Publisher, hlm
Depkes, hal 15-16, 28-29,33. 25,29,30,31,33
Dani & Vardiansyah, (2008). Filsafat Ilmu Soegijanto H.S, (2005). Kumpulan
Komonikasi; Suatu Pengantar. makalah Penyakit Tropis dan Infeksi
Jakarta: Indeks, hlm 5 di Indonesia. Surabaya: Airlangga
Efendi F, Makhfudli, (2009). Keperawatan Universiti Prees, hlm 175-183.
Kesehatan Komonitas: Teori dan
90

Setiadi, (2008). Konsep dan Proses Medik. Malang: Banyu Media


Keperawatan Keluarga. Yokyakarta: Publishing, hlm 325
Graha Ilmu, hlm 2, 3, 7, 12 Utama H, (2007). Ilmu Penyakit Kulit dan
Tiem Mikrobiologi Fakultas Kedokteran Kelamin. Jakarta: Balai Penerbit
Universitas Brawijaya Malang, FKUI, hlm 127-128
(2003). Buku Ajar Bakteriologik

You might also like