Professional Documents
Culture Documents
NIM : A1C314008
TAKSONOMI-TAKSONOMI PEMBELAJARAN
1. Taksonomi Bloom
Dalam dunia pendidikan dikenal istilah taksonomi yang merujuk pada tujuan
pendidikan. Salah satu taksonomi yang terkenal adalah taksonomi Bloom yang disusun
oleh Benjamin S. Bloom pada tahun 1956. Namun begitu, sebenarnya apa yang dikenal
sebagai taksonomi Bloom ini adalah merupakan hasil kelompok penilai di Universitas
yang terdiri dari Benjamin S. Bloom, M.D. Engelhart, E. Furst, W.H. Hill, dan D.R.
Krathwohl, yang kemudian didukung pula oleh Ralph W. Tyler. (Suharsimi, 2006:117)
Dalam taksonomi bloom, tujuan pendidikan dibagi menjadi
beberapa domain (ranah, kawasan) dan setiap domain tersebut dibagi kembali ke dalam
pembagian yang lebih rinci. Ada 3 ranah dalam taksonomi bloom, yaitu:
1. Domain Kognitif (Cognitive Domain)
Berisi perilaku-perilaku yang menekankan aspek intelektual, seperti pengetahuan,
pengertian, dan keterampilan berpikir. Domain kognitif dibagi lagi menjadi 6 tingkatan:
a. Pengetahuan (Knowledge)
Berisikan kemampuan untuk mengenali, menyebutkan dan mengingat kembali
peristilahan, definisi, dan fakta-fakta sederhana
Contoh : Siswa dapat menulis, membaca, menghafal dan menerjemahkan surat
Al-Ashr sebagai salah satu materi kedisiplinan
b. Pemahaman (Comprehension)
Berisikan kemampuan untuk memahami, menerangkan dan menjelaskan fakta-
fakta setelah diketahui dan diingat.
Contoh : Siswa dapat menerangkan dan menjelaskan makna kedisiplinan yang
terkandung dalam surat Al-Ashar
c. Penerapan (Application)
Berisikan kemampuan untuk sanggup menerapkan konsep, gagasan, fakta-fakta,
teori, dsb didalam situasi yang kongkrit.
Contoh : Siswa dapat memikirkan konsep penerapan kedisiplinan dan sanggup
menerapkan dalam kehidupan sehari-hari
d. Analisis (Analysis)
Berisikan kemampuan untuk memilah, membedakan dan membagi atau
menguraikan gagasan, fakta-fakta yang sudah diaplikasikan.
Contoh : Siswa dapat wujud nyata kedisiplinan dalam kehidupan sehari-hari
e. Sintesis (Synthesis)
Berisikan kemampuan untuk merangkai, merancang, dan memadukan bagian-
bagian secara logis sehingga menjelma menjadi suatu pola berstruktur.
Contoh : Siswa dapat menulis karangan tentang pentingnya kedisiplinan dalam
kehidupan sehari-hari
f. Evaluasi (Evaluation)
Berisikan kemampuan untuk memberikan penilaian, mengkritik dan menafsirkan
terhadap suatu gagasan atau fakta-fakta dengan menggunakan kriteria yang sudah ada
Contoh : Siswa dapat menimbang-nimbang manfaat disiplin dan menunjukkan
mudharat jika tidak disiplin
2. Domain Afektif
Ranah afektif adalah ranah yang berkaitan dengan sikap dan nilai.
Ranah afektif mencakup watak perilaku seperti perasaan, minat, sikap, emosi, dan nilai.
Ciri-ciri hasil belajar afektif akan tampak pada peserta didik dalam berbagai tingkah laku.
Seperti: perhatiannnya terhadap mata pelajaran pendidikan agama Islam, kedisiplinannya
dalam mengikuti mata pelajaran agama disekolah, motivasinya yang tinggi untuk tahu
lebih banyak mengenai pelajaran agama Islam yang di terimanya, penghargaan atau rasa
hormatnya terhadap guru pendidikan agama Islam dan sebagainya.
3. Konsep Diri
Menurut Smith, konsep diri adalah evaluasi yang dilakukan individu terhadap
kemampuan dan kelemahan yang dimiliki. Target, arah, dan intensitas konsep diri pada
dasarnya seperti ranah afektif yang lain. Target konsep diri biasanya orang tetapi bisa juga
institusi seperti sekolah. Arah konsep diri bisa positif atau negatif, dan intensitasnya bisa
dinyatakan dalam suatu daerah kontinum, yaitu mulai dari rendah sampai tinggi.
Konsep diri ini penting untuk menentukan jenjang karir peserta didik, yaitu dengan
mengetahui kekuatan dan kelemahan diri sendiri, dapat dipilih alternatif karir yang tepat
bagi peserta didik. Selain itu informasi konsep diri penting bagi sekolah untuk
memberikan motivasi belajar peserta didik dengan tepat.
4. Nilai
Definisi lain tentang nilai disampaikan oleh Tyler (1973:7), yaitu nilai adalah suatu
objek, aktivitas, atau ide yang dinyatakan oleh individu dalam mengarahkan minat, sikap,
dan kepuasan. Selanjutnya dijelaskan bahwa manusia belajar menilai suatu objek,
aktivitas, dan ide sehingga objek ini menjadi pengatur penting minat, sikap, dan kepuasan.
Oleh karenanya satuan pendidikan harus membantu peserta didik menemukan dan
menguatkan nilai yang bermakna dan signifikan bagi peserta didik untuk memperoleh
kebahagiaan personal dan memberi konstribusi positif terhadap masyarakat.
5. Moral
Moral berkaitan dengan perasaan salah atau benar terhadap kebahagiaan orang lain
atau perasaan terhadap tindakan yang dilakukan diri sendiri. Misalnya menipu orang lain,
membohongi orang lain, atau melukai orang lain baik fisik maupun psikis. Moral juga
sering dikaitkan dengan keyakinan agama seseorang, yaitu keyakinan akan perbuatan yang
berdosa dan berpahala. Jadi moral berkaitan dengan prinsip, nilai, dan keyakinan
seseorang.
b) Pengukuran Ranah Penilaian Afektif
Kompetensi siswa dalam ranah afektif yang perlu dinilai utamanya menyangkut
sikap dan minat siswa dalam belajar. Dalam ranah afektif kemampuan yang diukur adalah:
1. Menerima (memperhatikan), meliputi kepekaan terhadap kondisi, gejala,
kesadaran, kerelaan, mengarahkan perhatian
2. Merespon, meliputi merespon secara diam-diam, bersedia merespon, merasa
puas dalam merespon, mematuhi peraturan
3. Menghargai, meliputi menerima suatu nilai, mengutamakan suatu nilai,
komitmen terhadap nilai
4. Mengorganisasi, meliputi mengkonseptualisasikan nilai, memahami hubungan
abstrak, mengorganisasi sistem suatu nilai
Karakteristik suatu nilai, meliputi falsafah hidup dan sistem nilai yang dianutnya.
Contohnya mengamati tingkah laku siswa selama mengikuti proses belajar mengajar
berlangsung.
3. Domain psikomotor
Ranah psikomotor merupakan ranah yang berhubungan erat dengan kerja otot
sehingga menyebabkan geraknya tubuh atau bagian bagian yang lain. Misalnya yaitu
gerakan melipat kertas, berenang, bersepeda, merakit televisi, merakit motor, membuat
kue dll. Secara mendasar perlu dibedakan antara dua hal yaitu keterampilan (skill) dengan
kemampuan (abilities). (Arikunto, 1999 : 122)
Ranah psikomotor berhubungan dengan hasil belajar yang pencapaiannya melalui
keterampilan manipulasi yang melibatkan otot dan kekuatan fisik. Ranah psikomotor
adalah ranah yang berhubungan aktivitas fisik, misalnya; menulis, memukul, melompat
dan lain sebagainya.
Tabel Kaitan antara kegiatan pembelajaran dengan domain tingkatan aspek
Psikomotorik
Tingkat Deskripsi
Gerakan Artinya: gerakan refleks adalah basis semua perilaku bergerak,
Refleks respons terhadap stimulus tanpa sadar.
Misalnya:melompat,menunduk,berjalan,menggerakkan leher dan
kepala, menggenggam, memegang
Contoh kegiatan belajar:
1) mengupas mangga dengan pisau
2) memotong dahan bunga
3) menampilkan ekspresi yang berbeda
4) meniru gerakan polisi lalulintas, juru parkir
5) meniru gerakan daun berbagai tumbuhan yang diterpa angin
Gerakan dasar Artinya: gerakan ini muncul tanpa latihan tapi dapat Diperhalus
(basic melalui praktik gerakan ini terpola dan dapat ditebak.
fundamental Contoh kegiatan belajar:
movements) 1) Contoh gerakan tak berpindah: bergoyang, membungkuk,
merentang, mendorong, menarik, memeluk, berputar
2) Contoh gerakan berpindah: merangkak, maju perlahan-lahan,
muluncur, berjalan, berlari, meloncat-loncat, berputar mengitari,
memanjat.
3) Contoh gerakan manipulasi: menyusun balok/blok,
menggunting, menggambar dengan krayon, memegang dan melepas
objek, blok atau mainan.
4) Keterampilan gerak tangan dan jari-jari: memainkan bola,
menggambar.
Gerakan Artinya: Gerakan sudah lebih meningkat karena dibantu
Persepsi kemampuan perseptual
(Perceptual Contoh kegiatan belajar:
obilities) 1) menangkap bola, mendrible bola
2) melompat dari satu petak ke petak lain dengan 1 kali sambil
menjaga keseimbangan
3) memilih satu objek kecil dari sekelompok objek yang
ukurannya bervariasi
4) membaca melihat terbangnya bola pingpong
5) melihat gerakan pendulun menggambar simbol geometri
6) menulis alfabet
7) mengulangi pola gerak tarian
8) memukul bola tenis, pingpong
9) membedakan bunyi beragam alat musik
10) membedakan suara berbagai binatang
11) mengulangi ritme lagu yang pernah didengar
12) membedakan berbagai tekstur dengan meraba
Gerakan Artinya: gerak lebih efisien, berkembang melalui kematangan dan
Kemampuan fisik belajar
(Psycal abilities) Contoh kegiatan belajar:
1) menggerakkan otot/sekelompok otot selama waktu tertentu
2) berlari jauh
3) mengangkat beban
4) menarik-mendorong
5) melakukan push-up
6) kegiatan memperkuat lengan, kaki dan perut
7) menari
8) melakukan senam
9) melakukan gerakan pesenam, pemain biola, pemain bola
Gerakan Artinya: dapat mengontrol berbagai tingkat gerak terampil,
terampil (Skilled tangkas, cekatan melakukan gerakan yang sulit dan rumit (kompleks)
movements) Contoh kegiatan belajar:
melakukan gerakan terampil berbagai cabang olahraga
1) menari, berdansa
2) membuat kerajinan tangan
3) menggergaji
4) mengetik
5) bermain piano
6) memanah
7) skating
8) melakukan gerak akrobatik
9) melakukan koprol yang sulit
Gerakan indah Artinya: mengkomunikasikan perasaan melalui gerakan
dan kreatif (Non- gerak estetik: gerakan-gerakan terampil yang efisien dan
discursive indah
communicatio) gerakan kreatif: gerakan-gerakan pada tingkat tertinggi untuk
mengkomunikasikan peran
Contoh kegiatan belajar:
1) kerja seni yang bermutu (membuat patung, melukis, menari
balet
2) melakukan senam tingkat tinggi
3) bermain drama (acting)
4) keterampilan olahraga tingkat tinggi
Dalam ranah psikomotorik yang diukur meliputi :
1. Gerak refleks,
2. Gerak dasar fundamen,
3. Keterampilan perseptual; diskriminasi kinestetik, diskriminasi visual,
diskriminasi auditoris, diskriminasi taktis, keterampilan perseptual yang terkoordinasi,
4. Keterampilan fisik,
5. Gerakan terampil,
6. Komunikasi non diskusi (tanpa bahasa-melalui gerakan) meliputi: gerakan
ekspresif, gerakan interprestatif.
3. Taksonomi Solo
John Biggs dan Kevin Collis pada tahun 1982 di New York, Amerika Serikat
mengembangkan model taksonomi tujuan pembelajaran yang kemudian dikenal dengan
taksonomi SOLO (The Structure of the Observed Learning Outcome). Taksonomi ini
dikembangkan dengan alasan menyediakan cara yang sederhana dan kuat menggambarkan
bagaimana hasil belajar tumbuh dalam kompleksitas dari permukaan ke dalam untuk
konseptual pemahaman' (Biggs dan Collis 1982). Taksonomi SOLO ini terdiri dari lima
tahap yang dapat menggambarkan perkembangan kemampuan berpikir kompleks pada
siswa dan dapat diterapkan di berbagai bidang.
Berikut adalah tahapan respon berpikir berdasar taksonomi SOLO;
1. Tahap Pre-Structural.
Pada tahap ini siswa hanya memiliki sangat sedikit sekali informasi yang bahkan
tidak saling berhubungan, sehingga tidak membentuk sebuah kesatuan konsep sama sekali
dan tidak mempunyai makna apapun.
2. Tahap Uni-Structural.
Pada tahap ini terlihat adanya hubungan yang jelas dan sederhana antara satu
konsep dengan konsep lainnya tetapi inti konsep tersebut secara luas belum dipahami.
Beberapa kata kerja yang dapat mengindikasi aktivitas pada tahap ini adalah;
mengindentifikasikan, mengingat dan melakukan prosedur sederhana.
3. Tahap Multi-Structural.
Pada tahap ini siswa sudah memahami beberapa komponen namun hal ini masih
bersifat terpisah satu sama lain sehingga belum membentuk pemahaman secara
komprehensif. Beberapa koneksi sederhana sudah terbentuk namun demikian kemampuan
meta-kognisi belum tampak pada tahap ini. Adapun beberapa kata kerja yang
mendeskripsikan kemampuan siswa pada tahap ini antara lain; membilang atau mencacah,
mengurutkan, mengklasifikasikan, menjelaskan, membuat daftar, menggabungkan dan
melakukan algoritma.
4. Tahap relational.
Pada tahap ini siswa dapat menghubungkan antara fakta dengan teori serta
tindakan dan tujuan. Pada tahap ini siswa dapat menunjukan pemahaman beberapa
komponen dari satu kesatuan konsep, memahami peran bagian-bagian bagi keseluruhan
serta telah dapat mengaplikasikan sebuah konsep pada keadaan-keadaan yang serupa.
Adapun kata kerja yang mengidikasikan kemampuan pada tahap ini antara lain;
membandingkan, membedakan, menjelaskan hubungan sebab akibat, menggabungkan,
menganalisis, mengaplikasikan, menghubungkan.
5. Tahap Extended Abstract
Pada tahap ini siswa melakukan koneksi tidak hanya sebatas pada konsep-konsep
yang sudah diberikan saja melainkan dengan konsep-konsep diluar itu. Dapat membuat
generalisasi serta dapat melakukan sebuah perumpamaan-perumpamaan pada situasi-
situasi spesifik. Kata-kerja yang merefleksikan kemampuan pada tahap ini antara lain,
membuat suatu teori, membuat hipotesis, membuat generalisasi, melakukan refleksi serta
membangun suatu konsep.
5. Taksonomi Marzano
Robert J. Marzano (2000), seorang peneliti pendidikan terkemuka berasal dari
Colorado, Amerika Serikat telah mengusulkan apa yang disebutnya Sebuah Taksonomi
Baru dari Tujuan Pendidikan. Dikembangkan untuk menjawab keterbatasan dari
taksonomi Bloom yang telah digunakan secara luas serta situasi terkini, model kecakapan
berpikir yang dikembangkan Marzano memadukan berbagai faktor yang berjangkauan
luas, yang mempengaruhi bagaimana siswa berpikir, dan menghadirkan teori yang
berbasis riset untuk membantu para guru memperbaiki kecakapan berpikir para siswanya.
Robert Marzano (2001) menstruktur dan mengkonsep kembali hirarki Bloom
menjadi 6 kategori yang berbeda. Taksonomi Bloom dikembangkan sebagai hirarki dari
dasar pemikiran atau dasar proses akademik, sedangkan Marzano menggabungkan dasar-
dasar itu dari tingkat berfikir pada proses kognitif dan proses metakognitif, sebagaimana
konsep-konsep tadi berhubungan dengan manfaatnya, motivasinya, serta emosi sebagai
pendukung. Berikut enam level yang dikemukakan oleh Robert Marzano.
Sistem Level Deskripsi
Kognitif 1. Retrieval Proses dari prosedur pengetahuan,
mengingat kembali atau melakukan, tanpa
pemahaman.
2. Comprehension Proses dari urutan atau struktur
pengetahuan, sintesis/lamgkah-langkah dan
gambarannya secara mendasar untuk
pemahaman dasar atau pemahaman awal.
3. Analisis Proses mengakses dan menguji pengetahuan
mengenai persamaan dan perbedaan,
hubungan pangkat atas dan pangkat bawah,
mendiagnosa kesalahan, atau logika yang
konsekuen, atau prinsip yang dapat diduga.
4. Utilization Proses dalam penggunaan pengetahuan
darimana masalah bisa disikapi atau
dipecahkan, investigasi dapat direncanakan,
keputusan dan aplikasi dapat diperoleh.
Metakognitif 5. Metakognisi Proses untuk memonitor apa dan bagaimana
pengetahuan yang baik bisa dimengerti,
pengujian yang secara sadar terhadap
proses-proses kognitif untuk melihat apakah
proses-proses tersebut mempengaruhi
tujuan-tujuan yang akan dicapai.
Self-system 6. Self Proses mengidentifikasi respon/ rangsangan
emosi, melatih persepsi, motivasi, dan
manfaatnya pada kepercayaan terhadap
pengetahuan awal.
Secara nyata, taksonomi ini bergerak (a) dari cara yang sederhana ke proses yang
lebih komplit baik informasi atau prosedur-prosedurnya, (b) dari kesadaran yang kurang
ke kesadaran yang lebih tentang pengontrolan yang lebih terhadap proses pengetahuan dan
bagaimana menyusun atau menggunakannya, dan (c) dari kurangnya keterlibatan personal
atau komitmen terhadap kepercayaan yang besar secara terpusat dan refleksi dari identitas
seseorang.
Enam tingkatan/level tersebut juga berinteraksi dengan apa yang disebut Marzano tiga
pengetahuan awal, yaitu:
1. Informasi, mencakup: kosakata, isi secara lengkap atau prinsip.
2. Prosedur mental, mencakup: recalling, mengklasifikasikan secara umum,
memonitor metakognitif, dan sebagainya.
3. Presedur psikomotor, mencakup: keahlian dan kecakapan/penampilan.
2) Computation
3) Comprehension
4) Application
5) Analysis
Alasannya adalah:
1) Computation (komputasi, perhitungan) merupak satu keterampilan khusus yang
tidak mempunyai tempat dalam taksonomiBloom. Padahal aspek ini perlu dinilai
pula.
2) Synthesis and evaluation (sintesis dan evaluasi) hanya sedikit mempunyai peranan
di dalam kurikulum matematika.
7. Taksonomi Guilferd
Guilferd telah menggambarkan pola yang merupakan struktur intelek dalam
bentuk kubus. Selanjutnya Guilford juga telah berbicara lebih luas tentang implikasi
model ini di bidang pendidikan. Dikatakan bahwa untuk melatih kemampuan
intelektual tertentu, dibutuhkan latihan tertentu pula.