You are on page 1of 3

Analisis Teori

Berdasarkan teori komunikasi interpersonal dijelaskan bahwa dalam setiap manusia


akan melakukan komunikasi untuk mencapai suatu tujuan. Komunikasi tidak dapat berjalan
jika tidak ada faktor pendukung yang menyertai, dan setiap komunikasi tidak selalu berjalan
dengan baik melainkan ada hambatan-hambatan melalui komponen komunikasi.Seperti yang
dijelaskan sebelumnya, sebagai contoh yaitu komunikasi terapeutik yang banyak dilakukan
oleh tenaga kesehatan karena bertujuan untuk menyembuhkan. Salah satu contoh komunikasi
dalam lingkup kecil yaitu komunikasi yang dilakukan oleh dokter dan pasien. Keduanya
termasuk dalam komponen komunikasi sebagai komunikan dan komunikator. Dokter dan
pasien akan melakukan suatu komunikasi untuk mencapai tujuan yang disepakati bersama,
oleh karena itulah diadakan komunikasi terapeutik. Dalam praktiknya terkadang terjadi gap
komunikasi antara dokter dan pasien, dikarenakan hambatan-hambatan tertentu. Salah
satunya faktor hambatan dari pasien.

Sebagai seorang dokter tentu perlu memahami bagaimana cara pandang pasien
terhadap kesehatan sehingga dokter lebih mudah menyampaikan pesan dan kesan yang baik
bagi pasien. Tetapi pada kenyatannya, pasien memiliki karakteristik masing-masing, mulai
dari sifat personal, keadaan lingkungan tempat tinggal, riwayat keluarga, serta kondisi psikis
juga mempengaruhi cara pasien dalam berkomunikasi. Berdasarkana hasil wawancara yang
dilakukan dengan pasien beberapa waktu lalu, terlampau sulit untuk memahami dan
beradaptasi dengan gaya berkomuniasi pasien.

Setelah dianalisis, hal ini terjadi karena beberapa faktor. Faktor yang pertama, sifat
personal pasien yang berhubungan dengan konsep diri. Pasien cenderung kurang terbuka
dalam berkomunikasi atau sering disebut dengan introvert. Sifat menutup diri seperti ini
termasuk dalam konsep diri negatif yang dimiliki oleh seseorang. Akibat ketidak terbukaan
pasien tersebut akan mempersulit dokter dalam menggali informasi dari pasien dan kesulitan
dalam mengambil keputusan untuk pasien. Sebagai contoh, seorang ibu bernama Ida usia 31
tahun yang datang sebagai pasien dengan berbagai keluhan seputar kesehatan gigi dan
mulutnya. Untuk menganalisis penyakit yang diderita pasien tersebut, dokter perlu
mengetahui secara jelas bagaimana kondisi keseharian pasien, namun pasien cenderung
tertutup terhadap kehidupan pribadinya.

Jenis kelamin pasien juga berpengaruh terhadap sifat personal dari pasien tersebut.
Setiap jenis kelamin mempunyai gaya komunikasi yang berbeda-beda. Tanned (1990)
menyebutkan bahwa wanita dan laki-laki mempunyai perbedaan gaya komunikasi. Dari usia
3 tahun wanita ketika bermain dalam kelompoknya menggunakan bahasa untuk mencari
kejelasan, meminimalkan perbedaan, serta membangun dan mendukung keintiman,
sedangkan laki-laki menggunakan bahasa untuk mendapat kemandirian diri aktivitas
bermainnya, di mana jika mereka ingin berteman maka mereka melakukannya dengan
bermain (Lestari, 2010).Wanita lebih perasa dan banyak mengikuti suasana hati. Jadi
diperlukan sikap yang berbeda untuk menghadapi pasien dengan pernedaan jenis kelaminnya.

Dalam pembentukan karakter personal seseorang tidak terlepas dari konsep diri.
Konsep diri sebagai suatu penilaian terhadap diri juga dijelaskan dalam defenisi konsep diri
yang dikemukakan oleh Partosuwido, dkk (1985) yaitu bahwa konsep diri adalah cara
bagaimana individu menilai diri sendiri, bagaimana penerimaannya terhadap diri sendiri
sebagaimana yang dirasakan, diyakini, dan dilakukan, baik ditinjau dari segi fisik, moral,
keluarga, personal, dan sosial. Pengertian konsep diri yang digunakan dalam penelitian
adalah defenisi konsep diri yang dikemukakan oleh Calhoun dan Acocella (1990), yaitu
bahwa konsep diri adalah pandangan pribadi yang dimiliki seseorang tentang dirinya sendiri.
(cit Harianja, 2011)
Faktor kedua yaitu pasien yang tidak memiliki banyak pengetahuan mengenai
kesehatan. Pasien awam yaitu istilah untuk pasien yang kurang pengetahuan tentang
kesehatan termasuk cara pandangnya yang cenderung akan berpikir dalam lingkup sempit.
Cara pandang pasien seperti ini akan menimbulkan gap ketika dokter menyampaikan pesan
dengan bahasa yang kurang dipahami oleh pasien. Selain itu kurangnya pengetahuan pasien
juga menjadi latar belakang terjadinya keluhan yang diderita pasien, oleh karena itu dokter
berkewajiban memberikan pesan secara implisit kepada pasien untuk menjaga kesehatannya.
Tindakan yang akan dilakukan dokter juga dilandasi dari faktor tersebut. Saat dokter akan
memberikan obat atau tindakan, dokter terlebih dahulu menanyakan kepada pasien tentang
riwayat kesehatannya, serta obat apa saja yang telah dikonsumsi. Dalam kasus ini, pasien
tidak tahu sama sekali mengenai kesehatan, dibuktikan dengan keluhan yang diderita sudah
cukup lama sehingga menimbulkan gejala yang kompleks namun belum diberikan
pertolongan atau antisipasi sama sekali. Dokter sebagai pengabdi masyarakat memiliki
kewajiban untuk melayani seluruh lapisan masyarakat dengann memahami latar belakang
pasien sehingga dapat memperkirakan penjelasan yang diberikan, terlebih tidak banyak
menggunakan bahasa yang verbal dann ilmiah kepada pasien yang tidak memiliki
pengetahuan yang cukup.
Feedback dari pasien menjadi faktor ketiga yang menghambat komunikasi antara
dokter dan pasien. Dalam praktiknya, dokter akan mengambil keputusan setelah menganalisa
feedback dari pasien. Oleh karena itu dokter akan memberikan banyak pertanyaan kepada
pasien, jika feedback atau timbal balik pasien dalam menjawab pertanyaan dari dokter kurang
maka cenderung akan menghasilkan gap komunikasi. Hal ini dikarenakan persepsi setiap
orang berbeda-beda sehingga dengan timbal balik yang sedikit ini justru memberikan kesan
tidak tercapainya tujuan dalam berkomunikasi. Persepsi adalah pandangan pribadi seseorang
terhadap suatu kejadian atau peristiwa. Persepsi ini. dibentuk oleh harapan atau pengalaman.
Perbedaan persepsi dapat mengakibatkan terhambatnya komunikasi ((Potter & Perry 1993 cit
Lestari,2010) Analisa mengenai kurangnya timbal balik Ibu Ida sebagai pasien dapat
dijelaskan dengan jawaban Ibu Ida yang mengatakan tidak pernah menderita penyakit apapun
sebelumnya dan baru pertama kali datang ke dokter atas informasi dari orang lain. Pernyataan
seperti ini jika tidak disampaikan dengan kalimat yang lengkap dan menyampaikan juga
pernyataan terkait, bisa saja menimbulkan kesalahan persepsi

Faktor hambatan terakhir yaitu kondisi psikis pasien. Terkadang pasien akan merasa
lebih gugup saat memasuki ruang dokter, hal ini dikarenakan kenyamanan ruangan ataupun
karena baru pertama kali datang ke dokter. Suasana hati pasien juga mempengaruhi proses
komunikasi. Saat pasien merasa gugup cenderung tidak banyak kata yang disampaikan,
padahal dalam proses koomunikasi dibutuhkan banyak pembicaraan untuk mencapai tujuan
dalam komunikasi yang dilakukan. Kondisi ini dapat diminimalkan dengan pembawaan
dokter yang harus bisa mencairkan suasana. Pasien yang mengalami gugup bisa juga karena
eye contact dan gaya bahasa dokter yang terlalu formal sehingga pasien merasa terintimidasi
dengan keadaan tersebut. Selain itu hambatan lain yang kemungkinan terjadi dikarenakan
pasien yang belum familiar berhadapan dengan dokter, oleh karena itu dokter harus
memberikan first impression yang baik kepada pasien.

DAFPUS

Lestari Sri Puji. 2010. Komunikasi terapeutik. Komkep

Harianja KN.2011. Landasan Teori Konsep Diri. Repository Universitas Sumatera Utara

You might also like