You are on page 1of 11

See

discussions, stats, and author profiles for this publication at: https://www.researchgate.net/publication/276416894

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR


MATEMATIKA SISWA DENGAN METODE FUN
TEACHING DI SDN...

Research May 2015


DOI: 10.13140/RG.2.1.2959.2488

CITATIONS READS

0 8,916

1 author:

Abdul Azis Abdillah


Politeknik Negeri Jakarta
18 PUBLICATIONS 4 CITATIONS

SEE PROFILE

Some of the authors of this publication are also working on these related projects:

Belajar LATEX, untuk Pemula View project

Kumpulan Soal Olimpiade dan Pembahasan View project

All content following this page was uploaded by Abdul Azis Abdillah on 18 May 2015.

The user has requested enhancement of the downloaded file.


UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA SISWA DENGAN
METODE FUN TEACHING DI SDN RAWABADAK UTARA 10 PETANG
JAKARTA
Abdul Azis Abdillah
Departemen Matematika, STKIP Surya, Tangerang
Abdul.azis.a@stkipsurya.ac.id

Abstrak
Proses belajar mengajar merupakan salah satu komponen penting agar tercipta hasil belajar sesuai dengan
tujuan yang diharapkan. Guru sebagai pengajar memiliki peranan yang penting dalam membangun lingkungan
belajar yang nyaman bagi siswa-siswanya. Pembelajaran yang dilakukan guru seringkali hanya dengan
menerangkan sambil membaca buku atau menulis di papan tulis dan memberikan tes harian sekalipun siswa
belum paham materi yang akan dites. Kondisi seperti ini mengakibatkan suasana kelas menjadi pasif dan
mengakibatkan siswa merasa bosan, kurang termotivasi untuk belajar, kurang berusaha menyelesaikan latihan
yang diberikan guru dan kurang memperhatikan penjelasan guru sehingga siswa tidak mengoptimalkan seluruh
potensi-potensi yang ada pada diri siswa dan mengakibatkan hasil belajar matematika siswa rendah. Penyajian
metode belajar yang bervariatif perlu diberikan kepada siswa agar tidak terjadi kejenuhan dalam belajar. Jika
belajar dikemas dalam suasana Fun akan mendapat reaksi yang positif dari siswa. Fun memiliki arti
menyenangkan, sedangkan teaching berarti pengajaran, maka fun teaching berarti menciptakan suasana
belajar yang gembira dan menyenangkan. Bukan berarti menciptakan suasana glamour dan hura-hura.
Kegembiraan disini berarti membangkitkan minat (gairah untuk belajar/motivasi), merangsang keterlibatan
penuh serta menciptakan pemahaman atas materi yang dipelajari. Kalau suasana belajar selalu Fun, maka
motivasi belajar siswa akan muncul dan terus bertambah. Dengan demikian kegiatan belajar akan berjalan
dengan baik.. Penelitian ini bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar matematika siswa di SDN Rawabadak
Utara 10 Petang Jakarta.
Penelitian ini menggunakan kualitatif dengan jenis Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action
Research). Kegiatan awal pada penelitian ini adalah pra siklus yang berupa pengamatan kelas pada saat
penyajian materi dan pengenalan metode Fun Teaching di kelas IV. Kemudian dilanjutkan dengan penelitian
tindakan kelas yang terdiri dari tiga siklus. Setiap siklus terdiri dari empat tahap, yaitu tahap perencanaan,
tahap pelaksanaan, tahap analisis data, dan tahap refleksi. Pengecekan data menggunakan sistem triangulasi,
yaitu salah satu cara dalam menerangkan dan menyimpulkan data dengan melibatkan pendapat dari tiga pihak,
yaitu guru, siswa dan pengamat. Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, dapat disimpulkan bahwa: (1).
Pembelajaran menggunakan metode Fun Teaching dengan teknik permainan dapat membuat siswa aktif dalam
pembelajaran terutama dalam penyajian materi dan diskusi kelompok. (2). Pembelajaran menggunakan metode
Fun Teaching dengan teknik permainan dapat meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV SDN Rawabadak
Utara 10 Petang Jakarta. Nilai rata-rata tes awal siswa sebelum diterapkan metode Fun Teaching dengan
teknik permainan adalah 55,20 Setelah diterapkan metode Fun Teaching dengan teknik permainan, hasil
belajar matematika siswa meningkat menjadi 60,00 pada siklus I; 64,50 pada siklus II dan 72,18 pada siklus III.
Jumlah siswa yang memperoleh nilai 60 (SKBM) mengalami peningkatan di setiap siklusnya, yatu: 68% pada
siklus I, 76% pada siklus II dan 88% pada siklus III.

Kata kunci : Fun Teaching, Kualitatif, Penelitian Tindakan Kelas.

I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Matematika merupakan salah satu mata pelajaran yang diajarkan dalam setiap jenjang pendidikan,
semestinya matematika menjadi pelajaran yang diminati siswa, namun kenyataan yang terjadi matematika
dianggap sebagai pelajaran yang sulit dan membosankan oleh sebagian besar siswa, hal ini merupakan suatu
permasalahan bagi sekolah untuk mengadakan perbaikan dan perubahan agar pandangan mengenai matematika
tersebut dapat dihilangkan. Selaku pendidik, guru matematika mempunyai tanggung jawab untuk menyelesaikan
berbagai permasalahan yang terjadi dalam proses pembelajaran. Guru memegang peranan penting dalam
pelaksanaan pembelajaran sehingga unuk memperoleh motivasi belajar yang baik diperlukan guru yang dapat
menciptakan suasana pembelajaran yang menyenangkan, aktif, kreatif.
Proses pembelajaran di sekolah tentunya tidak terlepas dari berbagai permasalahan yang berkaitan
dengan kurangnya hasil belajar siswa, seperti diungkapkan oleh guru matematika kelas IV SDN Rawabadak
Utara 10 Petang Jakarta, bahwa sebagian besar siswa memiliki rata-rata yang kurang dari nilai ketuntasan yang
telah ditetapkan oleh sekolah, hal ini merupakan masalah yang mendorong dilakukannya penelitian. Tindakan
yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan tersebut yaitu dengan menggunakan metode Fun Teaching di
SDN Rawabadak Utara 10 Petang Jakarta, khususnya kelas IV. Fun Teaching adalah menciptakan suasana
belajar yang gembira dan menyenangkan. Bukan berarti menciptakan suasana glamour dan hura-hura. Tujuan
kegembiraan disini adalah membangkitkan minat (gairah untuk belajar/motivasi), merangsang keterlibatan
penuh serta menciptakan pemahaman atas materi yang dipelajari.1
Guru harus memahami bahwa perasaan dan sikap siswa akan terlihat dan berpengaruh kuat pada proses
belajarnya.2 Berdasarkan pendapat tersebut maka akan dilakukan penelitian tindakan kelas (classroom action
research) untuk mengetahui apakah dengan Metode Fun Teaching dapat meningkatkan hasil belajar matematika
siswa di SDN Rawabadak Utara 10 Petang Jakarta.

B. Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang di atas dapat dikemukakan fokus penelitiannya yaitu upaya meningkatkan
hasil belajar matematika siswa dengan metode Fun Teaching. Agar fokus penelitian dapat diukur, maka
diajukan pertanyaan berikut yang diijawab melalui penelitian:
1. Apakah metode Fun Teaching dapat meningkatkan keaktifan belajar siswa selama belajar matematika?
2. Apakah metode Fun Teaching dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa?

C. Tujuan Penelitian
Secara umum penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi yang tepat dalam meningkatkan
hasil belajar matematika, sedangkan secara khusus penelitian ini bertujuan untuk memperoleh informasi
mengenai manfaat metode Fun Teaching yang dibuat agar dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi setiap guru, khususnya guru matematika, serta sebagai
alternative dalam menggunakan metode belajar yang sesuai. Penelitian ini juga diharapkan dapat bermanfaat
bagi kepala sekolah sebagai bahan masukan dalam rangka meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

II. KAJIAN PUSTAKA


A. Deskripsi Teoretis
1. Hakikat Hasil Belajar
Belajar merupakan kegiatan bagi setiap orang. Pengetahuan ketrampilan, kebiasaan, kegemaran
dan sikap seseorang terbentuk, dimodifikasi dan berkembang disebabkan belajar. Karena itu seseorang
dikatakan belajar, bila dapat diasumsikan dalam diri orang itu menjadi suatu proses kegiatan yang
mengakibatkan suatu perubahan tingkah laku. Perubahan tingkah laku yang berlaku dalam waktu relatif
lama itu disertai usaha orang tersebut sehingga orang itu dari tidak mampu mengerjakan sesuatu menjadi
mampu mengerjakannya. Definisi belajar menurut Dalyono dapat didefinisikan sebagai berikut : Belajar
adalah suatu usaha atau kegiatan yang bertujuan mengadakan perubahan di dalam diri seseorang, mencakup
perubahan tingkah laku, sikap, kebiasaan, ilmu pengetahuan, keterampilan, dan sebagainya. 3 Guru
berperan penting di kelas untuk mengontrol dan mengarahkan kegiatan belajar mencapai tujuan yang telah
dirumuskan. Pengalaman yang berupa belajar akan menghasilkan perubahan pada siswa, baik perubahan
tingkah laku, konsep, dan nilai.
Hasil belajar adalah kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pengalaman belajar.4
Sudjana mengatakan bahwa hasil belajar adalah perubahan tingkah laku yang mencakup aspek kognitif,
afektif, dan psikomotorik.5 Tes hasil belajar adalah tes yang dipergunakan untuk menilai hasil-hasil
pelajaran yang telah diberikan guru kepada murid-muridnya.6 Oleh karena itu, seorang guru perlu
mengetahui kemampuan siswanya setelah terjadi proses pembelajaran dengan cara mengadakan tes. Hasil
tes tersebut dapat berfungsi sebagai umpan balik bagi perbaikan proses belajar mengajar, dan dapat
memberikan gambaran kemajuan belajar siswa bagi siswa.

1
Imam Maliki Ralibi. Fun Teaching, (Cikarang : Duha Khazanah, 2008), h. 13
2
Bobbi DePorter dkk, Quantum Teaching, (Bandung : Kaifa, 2000), h. 21.
3
M. Dalyono, Psikologi pendidikan, (Jakarta : Rineka Cipta, 2005), h. 49
4
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2001), h. 22
5
Ibid., h. 3
6
M. Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: Remaja Rosdakarya,
2001), h. 33
2. Hakikat Belajar Matematika
Matematika mempunyai akar kata mathema yang berarti pengetahuan atau ilmu (knowledge,
science). Sampai saat ini belum ada kesepakatan yang bulat diantara para matematikawan apa yang disebut
matematika. Sasaran penelaahan matematika tidaklah konkret, tetapi abstrak. 7 Menurut Herman Hudojo
matematika itu tidak hanya berhubungan dengan bilangan-bilangan serta operasi-operasinya, melainkan
juga unsur ruang sebagai sasarannya.8
Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dikemukakan bahwa hakikat hasil belajar matematika
adalah suatu aktivitas yang dilakukan siswa dalam mempelajari matematika untuk mendapatkan perubahan
tingkah laku mencakup aspek kognitif, afektif dan psikomotorik yang berlangsung cukup lama sebagai hasil
interaksi yang aktif dengan lingkungan sekitarnya.

3. Hakikat Fun Teaching


Fun memiliki arti menyenangkan, sedangkan teaching berarti pengajaran, maka fun teaching
berarti menciptakan suasana belajar yang gembira dan menyenangkan. Bukan berarti menciptakan suasana
glamour dan hura-hura. Kegembiraan disini berarti membangkitkan minat (gairah untuk belajar/motivasi),
merangsang keterlibatan penuh serta menciptakan pemahaman atas materi yang dipelajari.
Penyajian metode belajar yang bervariatif perlu diberikan kepada siswa agar tidak terjadi
kejenuhan dalam belajar. Jika belajar dikemas dalam suasana Fun akan mendapat reaksi yang positif dari
siswa. Kalau suasana belajar selalu Fun, maka motivasi belajar siswa akan muncul dan terus bertambah.9
Dengan demikian kegiatan belajar akan berjalan dengan baik.
Salah satu asas utama dari fun teaching adalah menjadikan belajar semakin asyik dengan bermain.
Menurut Dienes bahwa setiap konsep atau prinsip matematika dapat dimengerti secara sempurna hanya jika
pertama-tama disajikan kepeserta didik dalam bentuk-bentuk konkret.10 Disini Dienes menekankan betapa
pentingnya memanipulasi objek-objek dalam bentuk permainan yang dilaksanakan di dalam laboratorium
matematika.
Fun teaching memiliki teknik mengajar yang memberikan kemampuan kepada guru untuk masuk
ke dalam hati para siswa, yaitu: 1) Mengerti dan Memahami Siswa; 2) Keyakinan Diri; 3) Memanfaatkan
Potensi Diri; 4) Kreatif; 5) Unik. Dari pembahasan Fun Teaching di atas, maka dapat disimpulkan bahwa
Fun Teaching merupakan metode pembelajaran dimana guru menciptakan lingkungan belajar yang aktif
dan kreatif, sehingga proses belajar mengajar menjadi menyenangkan dan dapat meningkatkan hasil belajar
matematika siswa dengan cara menggunakan unsur yang ada pada guru, siswa dan lingkungan belajarnya
melalui interaksi yang terjadi di dalam kelas.

B. Penelitian yang Relevan


Penelitian yang relevan dengan penelitian yang akan dilakukan yaitu penelitian yang dilakukan oleh
Ummi Djamilah dalam skripsinya tahun 2008 yang berjudul Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika
Siswa Kelas VIII-G SMPN 74 Jakarta Melalui Peningkatan Motivasi Dengan Menerapkan Metode
Pembelajaran Dengan Teknik TGT dan Pemberian Kartu Skor Partisipasi Siswa (KSPS). Berdasarkan hasil
penelitian dapat disimpulkan bahwa metode pembelajaran dengan teknik TGT dapat menciptakan suasana
belajar matematika yang lebih menarik dan menyenangkan serta dapat meningkatkan motivasi dan hasil belajar
matematika siswa.11

C. Kerangka Berfikir
Dalam dunia pendidikan, khususnya pembelajaran matematika, para siswa sering dihadapkan pada
masalah sehubungan dengan matematika. Pembelajaran matematika yang monoton yang dilakukan oleh guru
membuat siswa menjadi bosan, sulit menerima pembelajaran matematika dengan baik dan kurang termotivasi
untuk belajar.
Hasil belajar merupakan proses evaluasi yang dilakukan guru untuk melihat kemampuan siswa dalam
mencapai suatu tujuan pembelajaran. Banyak faktor yang menyebabkan kurangnya hasil belajar matematika
siswa, diantaranya ketidaksiapan siswa dalam belajar, sikap pasif siswa, kurangnya motivasi siswa, dan

7
Herman Hudojo, Mengajar Belajar Matematika, (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988), h.
2
8
Herman Hudojo, loc.cit.
9
Ibid., h. 24
10
Herman Hudojo, Mengajar Belajar Matematika, (Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, 1988),
h. 59
11
Ummi Djamilah, Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Matematika Siswa Kelas VIII-G SMPN 74 Jakarta
Melalui Peningkatan Motivasi Dengan Menerapkan Metode Pembelajaran Dengan Teknik TGT dan Pemberian
Kartu Skor Partisipasi Siswa (KSPS), (Jakarta: Universitas Negeri Jakarta,2008), h.139-140
ketidaktepatan guru dalam melaksanakan kegiatan pembelajaran. Permasalahan ini terjadi di kelas IV SDN
Rawabadak Utara 10 Petang Jakarta, dimana rata-rata hasil belajar matematika siswa belum mencapai KKM.
Berdasarkan permasalahan yang ada, upaya yang akan dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar
matematika siswa kelas IV yaitu dengan menggunakan metode fun teaching dengan teknik permainan. Metode
fun teaching adalah menciptakan suasana belajar yang gembira dan menyenangkan, agar dapat membangkitkan
minat, gairah untuk belajar / motivasi, merangsang keterlibatan penuh serta menciptakan pemahaman atas
materi yang dipelajari.
Langkah-langkah agar guru dapat masuk ke dalam hati para siswa antara lain, guru harus mempunyai
keyakinan diri, guru dapat memahami dan mengerti apa yang diinginkan oleh siswa, guru mampu menggunakan
potensi diri yang dimiliki semaksimal mungkin, guru mampu membuat berbagai upaya kreatif dalam
pembelajaran dan menggunakan keunikan yang dimiliki agar dapat membuat pembelajaran menjadi
menyenangkan.
Penerapan metode fun teaching dengan teknik permainan ini dapat memotivasi siswa dan membuat
siswa berpartisipasi aktif untuk menciptakan kondisi belajar yang menyenangkan dan mudah dalam memahami
materi di dalam pembelajaran matematika, sehingga tujuan-tujuan pembelajaran dapat tercapai dan hasil belajar
siswa pun meningkat. Adanya peningkatan usaha siswa, motivasi belajar siswa, dan keaktifan siswa serta
evaluasi siswa maka hasil belajar matematika siswa dapat dikatakan meningkat.

D. Hipotesis Tindakan
Berdasarkan teoritis dan kerangka berpikir maka dapat dikemukakan hipotesis tindakan yaitu
penggunaan metode fun teaching diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar matematika siswa.

III. METODE PENELITIAN


A. Pendekatan, Jenis dan Prosedur Penelitian
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller yang dikutip oleh Lexy
Moleong mengemukakan bahwa penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu dalam ilmu pengetahuan sosial yang
secara fundamental bergantung pada pengamatan manusia dalam kawasannya sendiri dan berhubungan dengan
orang-orang tersebut dalam bahasanya dan dalam peristilahannya. 12 Ciri-ciri penelitian kualitatif adalah sebagai
berikut: Latar alamiah, Manusia sebagai alat (instrumen), Metode kualitatif, Analisis data secara induktif, Teori
dari dasar, Deskriptif, Lebih mementingkan proses daripada hasil, Adanya batas yang ditentukan oleh
fokus, Adanya kriteria khusus untuk keabsahan data, Desain yang bersifat sementara, Hasil penelitian
dirundingkan dan disepakati bersama. 13
Jenis dari penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas atau yang lebih dikenal dengan Classroom
Action Research. Prosedur penelitian ini berlangsung secara siklik. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan
tiga siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat kegiatan yaitu, perencanaan, pelaksanaan tindakan, analisis,
dan refleksi.

B. Kehadiran Peneliti dan Lokasi Penelitiaan


1. Kehadiran Peneliti: Dalam penelitian ini, peneliti bertindak sebagai participant observer. Dalam
penelitian ini, guru bertindak sebagai peneliti utama kegiatan.
2. Lokasi Penelitian: Penelitian dilaksanakan di SDN Rawabadak Utara 10 Petang Jakarta, yang terletak
di jalan Rawabinangun, Kec. Koja, Jakarta Utara. Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas IV
dengan jumlah siswa yaitu 25 orang, pada tahun pelajaran 2008/2009 semester genap.

C. Data dan Sumber Data


1. Data Kuantitatif: Hasil tes awal (pra siklus), Hasil belajar siswa pada setiap siklus
Data Kualitatif: Data hasil observasi setiap siklus, Data hasil wawancara, Data yang memuat aktivitas
siwa berupa lembar observasi dan catatan lapangan, Dokumentasi atau foto.
2. Sumber Data: Sumber data pada penelitian kaji tindak ini adalah siswa kelas IV, guru, Peneliti dan dua
pengamat (observer).
3. Subjek Penelitian: Subjek peneilitian adalah seluruh siswa kelas IV SDN Rawabadak Utara 10 Petang
Jakarta.
4. Instrumen Penelitian: Peneliti, Lembar observasi siswa, Lembar tes belajar siswa pada setiap akhir
siklus.

12
Lexy Moleong. Metodologi Penelitian Kualitatif, (Bandung : Remaja Rosdakarya, 2000), h. 3
13
Ibid.,h. 4-8
D. Teknik Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data dalam penelitian tindakan ini adalah dengan wawancara, observasi, dan
dokumentasi.

E. Analisis Data
Proses analisis data terdiri atas analisis data pada saat penelitian di lapangan dan analisis data yang
sudah terkumpul.

F. Pengecekan Keabsahan Data


Untuk mengecek keabsahan data, peneliti menggunakan sistem triangulasi data, yaitu mengecek
keabsahan data dengan mengkonfirmasikan data yang telah ada ke sumber data.

G. Tahap-Tahap Penelitian
Tahap-tahap penelitian tindakan kelas ini dimulai dengan tahap pra siklus, dan akan dilanjutkan dengan
siklus I yang terdiri dari tahap perencanaan, tahap pelaksanaan, tahap analisis data, dan tahap refleksi. Setelah
peneliti melakukan analisis dan refleksi pada siklus I maka penelitian akan dilanjutkan dengan siklus II dan
seterusnya sampai siklus III.

IV. PAPARAN DATA DAN HASIL PENELITIAN


A. Paparan Data
1. Pra Siklus
Kegiatan pra siklus dilaksanakan selama 7 kali pertemuan, yaitu dari tanggal 16, 17, 18, 23, 24, 25,
dan 30 April 2009. Kegiatan pra siklus meliputi: pengamatan kelas pada saat penyajian materi, pengenalan
metode Fun Teaching, dan wawancara dengan guru dan siswa. Peneliti mengamati keadaan kelas dengan
menggunakan catatan lapangan dan dibantu oleh dua orang observer. Peneliti memilih enam orang siswa
sebagai subjek penelitian yang memiliki kemampuan tinggi, kemampuan menengah dan kemampuan
rendah pada materi operasi hitung bilangan, kelipatan dan faktor bilangan, pengukuran, dan segitiga dan
jajaran genjang.

a. Pengamatan kelas pada saat penyajian materi


Pertemuan pertama berlangsung pada hari Kamis, 16 April 2009 pukul 12.30-13.40 keadaan kelas
IV tampak ramai. Guru memulai pelajaran dengan menanyakan apakah materi yang akan diberikan hari ini
sudah dipelajari sebelumnya di rumah. Guru menjelaskan materi mengenal pecahan dan urutannya dengan
menggunakan metode ekspositori. Kemudian guru memberikan latihan soal mengenai materi yang baru saja
dipelajari pada buku paket. Namun kondisi kelas ramai. Sesekali guru menegur siswa yang membuat
suasana kelas gaduh. Guru berkeliling memberikan kesempatan siswa bertanya apabila ada soal yang
dianggap sulit dan mempersilahkan siswa dan mempersilahkan siswa untuk mengerjakan soal di papan
tulis. Setelah itu, guru dan siswa secara bersama-sama memeriksa jawaban siswa yang ada di papan tulis
dan menyuruh siswa untuk memperbaiki jawaban yang masih salah. Pada pengamatan selanjutnya yaitu
pada tanggal 18, 23, 24, dan 25, KBM berjalan seperti biasa tidak ada yang berbeda, hanya materi yang
diajarkan saja yang berbeda.

b. Pemberian tes akhir pra siklus


Pada hari Kamis, 30 April 2009 diadakan tes akhir pada pra siklus guna mengetahui hasil belajar
siswa selama diajari dengan metode ekspositori. Rata-rata nilai tes akhir pra siklus adalah 55,2 dan hanya
44% dari siswa kelas IV yang nilainya telah memenuhi SKBM yaitu 60.

c. Wawancara dengan guru dan siswa


Wawancara dengan guru dan observer dilakukan pada hari Jumat, 24 April 2009. Berdasarkan
hasil wawancara dengan guru dan observer diperoleh keterangan bahwa: perhatian siswa terhadap pelajaran
masih kurang, siswa yang aktif di kelas didominasi oleh siswa yang berkemampuan tinggi. Dari hasil
pengamatan dan wawancara pada kegiatan pra siklus diperoleh keterangan tidak semua siswa mengerti apa
yang dijelaskan guru, perhatian siswa terhadap penjelasan guru kurang.
Pelaksanaan pembelajaran dengan metode pembelajaran yang dilakukan oleh guru selama ini
kurang efektif digunakan untuk siswa kelas IV karena tidak melibatkan semua siswa dengan kemampuan
yang berbeda untuk aktif dalam pelajaran. Kegiatan pembelajaran didominasi oleh siswa yang
berkemampuan tinggi.
2. Kegiatan Siklus I
a. Tahap Perencanaan
Guru dan peneliti merencanakan pembelajaran dengan metode fun teaching.

b. Tahap Pelaksanaan
Pertemuan pertama, Jumat, 1 Mei 2009, sebelum pelajaran dimulai, guru mengadakan tanya
jawab kepada siswa tentang materi bilangan pecahan dan bilangan romawi. Untuk menarik perhatian siswa,
siswa yang bisa menjawab dengan tepat pertanyaan dari guru akan mendapatkan reward. Pada fase ini
terlihat para siswa yang terlihat antusias berusaha menjawab pertanyaan dari guru. Guru meneruskan materi
dengan memberikan contoh soal kepada siswa dengan metode ekspositori. Saat ada siswa yang mengobrol
ataupun bercanda, guru menegur siswa dengan lembut dengan menggunakan sikap fun teaching. Pada fase
terakhir guru meminta beberapa siswa untuk maju memperagakan permainan dan dapat bergantian dengan
siswa lain yang ingin bermain.
Pertemuan kedua, Sabtu, 2 Mei 2009, pada pertemuan ini pelajaran di awali dengan guru
mengulang materi sebelumnya, agar menyegarkan ingatan siswa tentang materi pada pertemuan
sebelumnya. Pada pertemuan ini permainan dilakukan dua kali. Kemudian guru membagi kelas menjadi dua
tim dan sisanya menjadi wasit permainan. Pada permainan pertama ini, guru membebaskan siswa dalam
memilih tim mereka sendiri. Namun pada permainan kedua guru membuat tim yang seimbang
kemampuannya. Di akhir permainan guru memberikan reward kepada tim yang memenangkan permainan.
Pertemuan ketiga, Kamis, 7 Mei 2009, diadakan tes akhir pada siklus I guna mengetahui hasil
belajar siswa selama diajari dengan metode Fun Teaching, berbentuk tes uraian yang dikerjakan
perorangan. Rata-rata nilai tes akhir siklus I adalah 60,00 dan hanya 68% dari siswa kelas IV yang nilainya
telah memenuhi SKBM yaitu 60.

c. Tahap Analisis
Permainan pada siklus I ini sudah cukup berjalan dengan baik. Namun pada saat pembentukan
kelompok bermain banyak waktu terbuang sia-sia karena siswa dibebaskan memilih sendiri tim yang
mereka inginkan. Selain itu, semua subjek penelitian mengalami peningkatan nilai dari tahap pra siklus ke
siklus I. Jumlah siswa yang nilainya memenuhi SKBM mengalami kenaikan 24% yaitu dari 44% meningkat
meenjadi 68%.

d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil analisis pada kegiatan siklus I dapat disimpulkan bahwa sebagian besar siswa
merasa senang dan menjadi termotivasi dengan metode Fun Teaching dengan teknik permainan. Pemberian
penghargaan dan reward kepada siswa atau kelompok terbaik membuat siswa termotivasi untuk
mendapatkan penghargaan dan juga berusaha lebih keras lagi dalam belajar. Pada siklus II tidak ada yang
ditambah ataupun dikurangi hanya dioptimalkan saja pelaksanaanya.

3. Kegiatan Siklus II
a. Tahap Perencanaan
Guru dan peneliti merencanakan pembelajaran dengan metode fun teaching.

b. Tahap Pelaksanaan
Pertemuan pertama, Jumat, 8 Mei 2009, pada awal pelajaran guru memanggil siswa yang
mendapatkan peringkat terbaik untuk memberikan sertifikat. Pemberian sertifikat ini diharapkan dapat
memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi. Kemudian guru melakukan tanya jawab dengan siswa
tentang materi bilangan Romawi dan bangun ruang sederhana dengan menggunakan sikap-sikap Fun
Teaching dan memberikan reward kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dari guru dengan
benar. Siswa tampak antusias untuk mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru ditandai
dengan banyaknya siswa yang mengangkat tangan berusaha menjawab pertanyaan guru. Kemudian guru
mulai mengenalkan bangun ruang sederhana dengan menggunakan alat peraga dan para siswa terlihat focus.
Setelah selesai mencatat siswa diberikan beberapa latihan soal dan guru memberikan bimbingan kepada
siswa yang membutuhkannya.
Pertemuan kedua, Kamis, 14 Mei 2009, pada pertemuan ini pelajaran di awali dengan guru
mengulang materi sebelumnya, agar menyegarkan ingatan siswa tentang materi pada pertemuan
sebelumnya. Kemudian guru membagi kelas menjadi enam tim yang seimbang serta menjelaskan cara main
dan peraturan-peraturannya. Setelah semua siswa berada pada meja sesuai dengan timnya, guru
memberikan kepada masing-masing tim seperangkat kartu domino, dan seperangkat lembar soal dan
jawaban serta memberitahukan waktu penyelesaian permainannya.
Pertemuan ketiga, Jumat, 15 Mei 2009, diadakan tes akhir pada siklus II guna mengetahui hasil
belajar siswa selama diajari dengan metode Fun Teaching, berbentuk tes uraian yang dikerjakan
perorangan. Rata-rata nilai tes akhir siklus II adalah 64,50 dan 76% dari siswa kelas IV yang nilainya telah
memenuhi SKBM yaitu 60.

c. Tahap Analisis
Secara umum pelaksanaan siklus II lebih baik dibandingkan dengan siklus I. Keributan yang
terjadi dalam kelas saat pembagian tim lebih kecil. Pada saat mengerjakan permainan dalam tim, siswa
lebih serius tetapi ada juga siswa yang kurang terlibat dalam kelompoknya. Pelaksanaan permainan lebih
baik dan semakin banyak siswa yang terlibat aktif dalam pembelajaran. Selain itu, nilai rata-rata tes akhir
siklus II adalah 64,5. Jumlah siswa yang nilainya memenuhi SKBM mencapai 76% dari siswa yang
mengikuti tes akhir siklus II atau sebanyak 19 dari 25 siswa yang mengikuti tes akhir siklus II.

d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil analisis pada kegiatan siklus II dapat disimpulkan bahwa pelaksanaan siklus II
lebih baik daripada siklus I. Saat penyajian materi semakin banyak siswa yang aktif. Permainan mulai
berjalan lebih baik karena guru telah membentuk siswa dalam tim sebelumnya. Sebelum masuk pada siklus
III guru dan peneliti berdiskusi untuk merencanakan kegiatan siklus II. Pada siklus II tetap tidak ada yang
ditambah atau dikurangi hanya dioptimalkan saja pelaksanaannya.

4. Kegiatan Siklus III


a. Tahap Perencanaan
Guru dan peneliti merencanakan pembelajaran dengan metode fun teaching.

b. Tahap Pelaksanaan
Pertemuan pertama, Sabtu, 16 Mei 2009, pada awal pelajaran guru memanggil siswa yang
mendapatkan peringkat terbaik untuk memberikan sertifikat. Pemberian sertifikat ini diharapkan dapat
memotivasi siswa untuk belajar lebih giat lagi. kemudian guru melakukan tanya jawab dengan siswa
tentang materi bilangan Romawi dan bangun ruang sederhana dengan menggunakan sikap-sikap Fun
Teaching dan memberikan reward kepada siswa yang berhasil menjawab pertanyaan dari guru dengan
benar. Kebanyakan siswa tampak antusias untuk mencoba menjawab pertanyaan yang diberikan oleh guru
ditandai dengan banyaknya siswa yang mengangkat tangan berusaha menjawab pertanyaan guru. Kemudian
guru mulai mengenalkan jaring-jaring kubus dan balok dengan menggunakan alat peraga sederhana
dipersiapkan sebelumnya. Pada saat penyajian materi guru meminta beberapa siswa untuk ikut membantu
memperagakan permainan. Kemudian guru menjelaskan materi berikutnya yaitu mengenal bangun datar
simetris, guru meminta siswa mengambil selembar kertas berbentuk persegi panjang yang telah disediakan
sebelumnya. Kemudian guru menjelaskan agar siswa mengikuti guru untuk melipat kertas sesuai perintah
guru. Setelah selesai menjelaskan, guru mempersilahkan siswa untuk mencatat dan bertanya hal yang belum
dimengerti oleh siswa. Kemudian guru memberikan 10 soal yang berkaitan dengan materi agar siswa bisa
lebih memahami materi yang telah diberikan.
Pertemuan kedua, Jumat, 22 Mei 2009, seperti pada siklus sebelumnya pada pertemuan ini guru
mengulang materi sebelumnya, agar menyegarkan ingatan siswa tentang materi pada pertemuan
sebelumnya dan kemudian membagi kelas menjadi enam tim yang seimbang serta menjelaskan cara main
dan peraturan-peraturannya. Setelah semua siswa berada pada meja sesuai dengan timnya, guru
memberikan kepada masing-masing tim seperangkat kartu domino, dan seperangkat lembar soal dan
jawaban serta memberitahukan waktu penyelesaian permainannya.
Pertemuan ketiga, Sabtu, 23 Mei 2009, diadakan tes akhir pada siklus II guna mengetahui hasil
belajar siswa selama diajari dengan metode Fun Teaching, berbentuk tes uraian yang dikerjakan
perorangan. Rata-rata nilai tes akhir siklus III adalah 72,18 dan 88% dari siswa kelas IV yang nilainya telah
memenuhi SKBM yaitu 60.

c. Tahap Analisis
Pada pelaksanaan siklus III siswa lebih aktif dalam menjawab soal, semakin antusias dalam
mengikuti permainan dan tidak malu lagi bertanya kepada guru, baik saat penyajian materi maupun saat
permainan. Sebagian besar siswa sudah terbiasa dan menyukai penyajian materi dengan metode Fun
Teaching dengan teknik permainan. Semua subjek penelitian mengalami peningkatan nilai dari siklus II ke
siklus III. Nilai rata-rata tes akhir siklus III adalah 72,18. Jumlah siswa yang memenuhi SKBM mengalami
peningkatan, yaitu dari 76% menjadi 88% dari jumlah siswa yang mengikuti tes akhir siklus III.
d. Tahap Refleksi
Berdasarkan hasil analisis pada kegiatan siklus III dapat disimpulkan bahwa siswa menyenangi
pembelajaran dengan menggunakan metode Fun Teaching dengan teknik permainan. Siswa sudah aktif
dalam pembelajaran yang ditandai dengan suasana kelas yang tidak terlalu berisik, keikutsertaan siswa
dalam menjawab soal baik saat tanya jawab, penyajian materi, latihan, maupun saat permainan.

B. Hasil Penelitian
1. Metode Fun Teaching meningkatkan keaktifan belajar siswa dalam pembelajaran matematika
Metode Fun Teaching membuat siswa semakin antusias dalam mengikuti pelajaran matematika.
Dengan metode Fun Teaching matematika menjadi lebih menyenangkan dan lebih mudah dipahami, dan
dapat meningkatkan keaktifan siswa. Selain itu dapat di lihat juga dari catatan lapangan menunjukkan
adanya peningkatan jumlah siswa dalam bertanya dan jumlah siswa yang berusaha menjawab pertanyaan
guru, gambar menunjukkan bahwa keaktifan belajar matematika siswa meningkat pada setiap siklus. Seperti
terlihat pada grafik berikut:
25

20

jumlah siswa yang


15 bertanya kepada guru

10 Jumlah siswa yang


berusaha menjawab
pertanyaan guru
5

0
siklus I siklus II siklus III

2. Metode Fun Teaching meningkatkan hasil belajar matematika siswa


Metode Fun Teaching dengan teknik permainan membuat siswa mudah dalam memahami materi
dan termotivasi untuk mengerjakan latihan soal yang diberikan guru. Kesiapan dan keseriusan siswa dalam
mengikuti tahap-tahap yang terdapat dalam metode Fun Teaching semakin menambah pemahaman siswa
terhadap materi yang sedang dipelajari, sehingga rata-rata nilai kuis berhadiah pada tiap siklus meningkat
seperti terlihat pada grafik berikut:

Nilai Rata-Rata
80
70
60
50
Nilai

40
30
20
10
0
Tes Pra
Tes Siklus I Tes Siklus II Tes Siklus III
Siklus
Nilai Rata-Rata 55.2 60 64.5 72.18
120

100

80

Nilai 60

40

20

0
1 2 3 4 5 6
nilai siklus I 87.5 75 70 62.5 50 37.5
nilai siklus II 100 90 80 65 55 40
Nilai Siklus III 100 95 87.5 82 70 70

C. Pembahasan Hasil Penelitian


1. Metode pembelajaran Fun Teaching dengan teknik permainan dapat membuat siswa aktif dalam
pembelajaran.
Peran aktif siswa terlihat dari kontribusi pendapat dan kesungguhan mereka dalam bekerja sama
selama diskusi dalam permainan berlangsung di setiap siklusnya dan juga peran serta mereka dalam
menjawab soal sebanyak mungkin agar mendapatkan reward atau penghargaan dari guru. Setiap anggota
tim, baik yang merupakan siswa berkemampuan tinggi, berkemampuan sedang, maupun siswa yang
berkemampuan rendah saling berkompetisi dalam permainan agar dapat menjadi kelompok terbaik. Hal ini
didukung oleh ungkapan Sudjana dalam bukunya bahwa keaktifan belajar siswa dapat dilihat dari tingkah
laku siswa.
Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan terjadi pada siklus II dan siklus III. Dengan kata
lain metode Fun Teaching dengan teknik permainan mengajak siswa untuk lebih aktif dalam proses
pembelajaran matematika.

2. Metode pembelajaran Fun teaching dengan teknik permainan dapat meningkatkan hasil belajar
bilangan romawi dan bangun ruang dan bangun datar
Penerapan metode Fun Teaching dengan teknik permainan telah meningkatkan hasil belajar
Bilangan Romawi dan Bangun Ruang dan Bangun Datar siswa kelas IV di SDN Rawa Badak Utara 10
Petang. Hal ini dapat dilihat dari rata-rata nilai tes siswa setelah diterapkan metode Fun Teaching dengan
permainan mengalami peningkatan di setiap siklusnya, yaitu 60 pada siklus I, 64,5 pada siklus II, dan 72,18
Pada siklus III. Demikian juga dengan banyaknya siswa yang memperoleh nilai 60 (memenuhi SKBM)
mengalami peningkatan pada setiap siklusnya, yaitu 68% pada siklus I, 76% pada siklus II, 88% pada siklus
III.

V. PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari hasil-hasil penelitian ini dapat disimpulkan hal-hal sebagai berikut: Pembelajaran dengan metode
Fun Teaching dengan teknik permainan telah membuat siswa aktif dalam pembelajaran. Pembelajaran dengan
metode Fun Teaching dengan teknik permainan telah meningkatkan hasil belajar siswa kelas IV di SDN Rawa
Badak Utara 10 Petang Jakarta.

B. Implikasi
Penerapan metode Fun Teaching dengan teknik permainan telah dilakukan guru dalam upaya
meningkatkan hasil belajar siswa. Guru dan siswa harus memahami terlebih dahulu bagaimana pelaksanaan dan
peraturan-peraturan yang ada pada metode Fun Teaching dengan teknik permainan agar tujuan pembelajaran
dapat tercapai.

C. Saran
Untuk melakukan pembelajaran ini, guru harus kreatif dalam membuat permainan dan dalam menarik
perhatian siswa. Penerapan pembelajaran metode Fun Teaching dengan teknik permainan dapat dijadikan
variasi dalam proses pembelajaran di kelas agar siswa tidak merasa bosan dalam menerima pelajaran.
DAFTAR PUSTAKA
1. Arikunto, Suharsimi. 1998. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktek. Jakarta: Rineka Cipta.
2. Dalyono, M. 2005. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rineka Cipta.
3. DePorter, Bobbi; Reardon, Mark; dan Singer-Nourie, Sarah. 2004. Quantum Teaching. Bandung: Kaifa.
4. Djamilah, Ummi. 2008. Upaya meningkatkan hasil belajar matematika siswa kelas VIII-6 SMP Negeri 74
Jakartamelalui Peningkatan Motivasi dengan menerapkan metode pembelajaran dengan teknik Teams
Games Tournaments (TGT) dan pemberian kartu skor partisipasi (KSPS). Skripsi.Tidak Diterbitkan:
Jurusan Matematika FMIPA UNJ.
5. Hudojo, Herman. 1988. Mengajar Belajar Matematika. Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi Proyek Pengembangan Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan.
6. Moleong, Lexy. 2000. Metodologi Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya.
7. Ralibi, Imam Maliki. 2008. Fun Teaching Kiat Sukses Belajar dan Mengajar yang Menyenangkan.
Cikarang: Duha Khasanah.
8. Sardiman. 2004. Interaksi dan Motivasi belajar-mengajar. Jakarta: PT RajaGrafindo Persada.
9. Sudjana, Nana. 2001. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: Remaja Rosdakarya.

View publication stats

You might also like