You are on page 1of 10

MAKALAH

SEJARAH PEMIKIRAN PERADABAN ISLAM


KEKHALIFAHAN DINASTI UMAYYAH (661-
750M)

Disusun Oleh : Kelompok 3


1.Anugrah Pangesti 13312314
2.Nina Nathania
3.Xx
4.Xx
KATA PENGANTAR
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Penting untuk diketahui bahwa dinasti umayyah/ bani umaiyah memberikan dampak besar
terhadap perkembangan sejarah islam. Daulah Bani Umayyah berkuasa kurang lebih selama
90 tahun (40-132H/ 661-750M).

Proses perpindahan periode kekuasaan dari Ali bin Abi Thalib (khalifah rasyidin ke-4) kepada
Daulah Bani Umayyah dicatat sejarah sarat makna dan intriks sehingga patutdikaji lebih
mendalam.

Munculnya Dinasti Umayyah memberikan babak baru dalam kemajuan peradaban Islam, hal
ini diwujudkan dengan perluasan wilyah, kemajuan pendidikan, kebudayaan, politik,
kemajuan dalam bidang pemerintahan, militer, ekonomi perdagangan, sosial kemasyarakatan,
kesenian, pemikiran, filsafat, dan pemahaman keagamaan.

Makalah ini disusun untuk membahas tentang Daulaah Bani Umayyah, terutama bagian
keteladanan khalifah- khalifah masa Bani Umayyah.

BAB 11

PEMBAHASAN

2.1. Sejarah Singkat Bani Umayyah

Nama dinasti umayyah dinisbatkan pertama kali kepada Umayyah bin Abd Syam bin Abdu
Manaf, ia adalah paman dari Hasyim bin Abdu Manaf yang selalu bertarung untuk
mendapatkan kekuasaan dan kedudukan. Ia adalah salah seorang tokoh penting di tengah
Quraisy pada masa Jahiliyah.

Sejarah Daulah Bani Umayyah bermula dari kemelut politik kepemimpinan umat islam
paska terbunuhnya kholifah Usman, bibit konflik mulai muncul.umat islam mulai
mengalami konflik internal yang mengantarkan pada perang jamal antar kelompok ummul
mukminin Aisyah dan Zubair bin Awaam r.a dengan kelompok Ali Bin Abi Talib. Tidak
lama setelah itu menyusul perang shiffin antara Muawwiyah dengan Ali.

Perang shiffin terjadi antara dua golongan yang berseteru akibat krisis kepemimpinan yaitu
golongan kholifah Ali dan golongan Muawiyah dengan dalih menuntut darah Usman
menuntut Ali agar menyikapi dan menyelesaikan tragedi pembunuhan Usman menyusun
kekuatan menentang pemerintahan Ali. Persaingan antara Ali Bin Abi Thalib dan
Muawiyyah Ibn Abi Sufyan sudah terjadi sejak jaman nenek moyang yaitu Bani Umayyah
dan Bani Hasyim.

Dikala itu Khalifah Ali menginginkan penyelesaian dengan cara damai, akan tetapi
mengalami kegagalan sehingga pertumpahan darah terjadi. Ali dengan kepribadiannya dapat
membangkitkan semangat dan kekuatan laskarnya, sehingga kemenangan pun
membayanginya. Akan tetapi, dengan kecerdikannya Muawiyyah atas nasehat dari Amr Ibn
Ash, meminta agar perselisihan diselesaikan menurut Al-Quran. Amr Ibn Ash mewakilii
Muawiyyah, dan Abu Musa Al Asyari sebagai penengah dari pihak Ali.

Akan tetapi, penyelesaian kompromi tersebut tidak menguntungkan bagi Ali, ia harus
melepaskan kekhalifahannya dan menimbulkan perpecahan kaum muslim. Pada tanggal 20
ramadhan 40 H (660M) Ali Bin Abi Thalib terbunuh oleh salah seorang anggota khawarij.
Sehingga kedudukan khalifahnya turun pada putranya Hasan, namnun tidak berlangsung
lama karena kedudukan Hasan lemah, dan Muawiyyah semakin kuat, dibawah
kepemimpinan Muawiyyah Ibn Abi Sufyan.

Pada tahun 41H(661M) disebut sebagai tahun jamaah, artinya tahun persatuan antara Hasan
dengan Muawiyyah, dimana diantara mereka tidak lagi terjadi pertengkaran dan perebutan
kekuasaan, berdamai serta menjalankan pemerintahan dalam satu kepemimpinan. Dengan
demikian berakhirlah kekuasaan al khulafaar rasyidin dan dimulailah kekuasaan bani
umayyah.

2.2. Khalifah khalifah Bani Umayyah

Masa kekuasaan Bani Umayyah kurang lebih 90 tahun, dengan 14 khalifah. Khalifah yang
pertama adalah Muawiyah Bin Abi Sofyan dan yang terakhir adalah Marwan Bin
Muhammad. Berikut adalah urutan para khalifah pada masa Bani Umayyah:

1. Muawiyah I Bin Abi Sofyan (41-60H/661-679M)


2. Yazid Bin Muawiyah (60-64H/679-683M)
3. Muawiyah II Bin Yazid (64H/683M)
4. Marwan I Bin Hakam (64-65H/683-684M)
5. Abdul Malik Bin Marwan (65-86H/684-705M)
6. Al Walid I Bin Abdul Malik (86-96H/705-714M)
7. Sulaiman Bin Abdul Malik (96-99H/714-717M)
8. Umar Bin Abdul Aziz (99-101H/717-719M)
9. Yazid II Bin Abdul Malik (101-105H/719-723M)
10. Hisyam Bin Abdil Malik (105-125H/723-742M)
11. Al Walid II Bin Yazid II (125-126H/742-743M)
12. Yazid Bin Walid Bin Malik (126H/743M)
13. Ibrahim Bin Walid
14. Marwan Bin Muhammad
Khalifah terbesar pada masa Bani Umayyah adalah Muawiyyah, Abdul Malik, dan Umar
Bin Abdul Aziz.

2.3. Ketauladanan Para Khalifah

I. Muawiyah I Bin Abi Sofyan (41-60H/661-679M)

Dinasti umayyah didirikan oleh muawiyah bin abu sufyan bin harb. Muawiyah
disamping sebagai pendiri daulah bani abbasiyah juga sekaligus menjadi kholifah
pertama. Ia memindahkan ibu kota kekuasaan islam dari kufah ke damaskus.
Muawiyah dipandang sebagai pembangun Dinasti yang oleh sebagian sejarawan
awalnya dipandang negative. Keberhasilannya memperoleh legalitas atas kekuasaannya
dalam perang saudara di siffin dicapai melalui cara yang curang. Lebih dari itu,
muawiyah juga dituduh sebagai penghianat prinsip-prinsip demokrasi yang diajarkan
islam, karena dialah yang mula- mula mengubah pemimpin Negara dari seorang yang
dipilih oleh rakyat menjadi menjadi kekuasaan raja yang diwariskan turun-temurun
(monarchy heredity).
Ketauladanan khalifah:
Muawiyah tumbuh sebagai pemimpin besar. Pengalaman politik telah memperkaya
dirinya dengan kebijaksanaan-kebijaksanaan dalam memerintah, mulai dari menjadi
salah seorang pemimpin pasukan dibawah komando panglima Abu ubaidah bin Jarrah
yang berhasil merebut wilayah Palestina, Suriyah dan Mesir dari tangan Imperium
Romawi yang telah menguasai ketiga daerah itu sejak tahun 63 SM. Kemudian
Muawiyah menjabat kepala wilayah di Syam yang membawahi Syuriah dan Palestina
yang berkedudukan di damaskus selama kira-kira 20 tahun semenjak diangkat oleh
kholifah Umar. Kholifah Utsman telah menobatkannya sebagai Amir Al Bahr yang
memimpin armada besar dalam penyerbuan ke kota konstantinopel walaupun belum
berhasil. Di dalam dirinya terkumpul sifat- sifat seorang penguasa, politikus dan
administrator, bahkan kesalahannya dapat terlupakan berkat jasa dan kebijaksanaannya
yang mengagumkan.
Di antara jasa jasa Muawiyah ialah mengadakan dinas pos kilat dengan menggunakan
kuda-kuda yang selalu siap di tiap pos. Ia pun berjasa mendirikan kantor Cap
(percetakan mata uang). Pada masa pemerintahnya, ia melanjutkan perluasan wilayah
kekuasaan islam yang sempat terhenti pada masa kholifah Utsman dan Ali. Ekspansi
teritorial yang dijalankannya mengarah ke Afrika utara dibawah komando panglima
Uqbah bin Nafi. Selain itu ia juga melakukan ekspansi ke wilayah timur yakni
khurasan dan berbagai daerah lainnya.
Muawiyah adalah seorang politisi yang cukup paham strategi. Menjelang kematiannya
pada tahun 60 H di usia 80 tahun. Ia mengajak keseluruh penduduk untuk bersedia
menyatakan baiat kepada yazid putranya sebagai putra mahkota yang akan
menggantikan kedudukannya setelah kematiannya dikemudian hari. Bahkan ia
memerintahkan kepada seluruh pemerintah propinsi agar mengutus wakilnya untuk
memberikan baiat kepada Yazid. Disalah satu bidang keagamaan, muawiyah
membangun sebuah bilik khusus untuk imam sholat berjamaah. Ini dilakukannya
sebagai antisipasi keamanan dirinya.

II. Yazid Bin Muawiyah (60-64H/679-683M)

Kholifah yazid merupakan putra dari Muawiyah. Beliau lahir pada tahun 22 H/643 M.
Yazid menjabat sebagai kholifah dalam usia 34 tahun. Ketika Yazid naik tahta , sejumlah
tokoh di madinah tidak mau mengangkat baiat kepadanya. Kholifah yazid kemudian
mengirim surat kepada gubernur Madinah dan memintanya untuk mengangkat baiat
kepada yazid beserta warga hijaz secara keseluruhan. Dengan cara ini, semua orang
terpaksa tunduk kecuali Husain bin Ali dan Abdulloh bin zubair.

Bersamaan dengan itu, pengikut Ali melakukan rekonsidasi kekuatan. Perlawanan


terhadap bani Umayyah dimulai oleh Husain bin Ali. Pada tahun 680 M, ia pindah dari
Makkah ke Kufah atas permintaan pengikut Ali yang ada disekitar kufah dan
mengangkat Husein sebagai khalifah. Akan tetapi, rombongan Husein yang tidak
didukung oleh polisi atau tentara kemudian dihadang oleh pasukan kholifah Yazid.

Dalam pertempuran yang tidak seimbang di Karbala, sebuah daerah yang sekarang
masuk ke wilayah Irak. Tentara Husein yang tidak bersenjata lengkap kalah dan husein
sendiri mati terbunuh. Kepalanya dipenggal dan dikirm ke damaskus, sedang tubuhnya
dikubur dikarbala. Lain halnya dengan penduduk makkah, sebagian dari mereka
membaiat Abdulloh bin zubair sebagai khalifah. Maka pasukan yazid yang telah
menundukkan madinah meneruskan perjalanannya ke Makkah untuk menguasainya.
Abdulloh bin Zubair selamat dari gempuran pasukan yazid karena ada berita bahwa
yazid telah wafat sehingga ditariklah pasukannya kesuriah. Akan tetapi, kota mekkah
menjadi porak poranda akibat perlakuan Yazid tersebut. Yazid meninggal pada tahun 64
H setelah memerintah 4 tahun dan digantikan oleh anaknya, Muawiyah II.

III. Muawiyah II Bin Yazid (64H/683M)

Muawiyah bin yazid menjabat sebagai kholifah pada usia 23 tahun, berbeda dengan
ayahnya, ia bukan seorang yang berwatak keras atau menyukai peperangan. Ia
memerintah hanya selama enam bulan.

IV. Marwan I Bin Hakam (64-65H/683-684M)

Ketika muawiyah II wafat dan tidak menunjuk siapa penggantinya, maka keluarga besar
Uamayyah mengangkatnya sebagai kholifah. Ia dianggap orang yang dapat
mengendalikan kekuasaan karena pengalamannya. Marwan bin Hakam bukanlah
sosok baru dalam catur perpolitikan kala itu.

Sebelumnya, ia pernah menjabat penasihat khalifah Usman bin Affan. Pengaruhnya tidak
kecil terhadap kebijakan pemerintahan. Tak sedikit kebijakan yang ditelurkan khalifah
Ustman kental aroma kekeluargaan. Beberapa gubernur kala itu banyak yang diganti
dengan orang-orang dari pihak Umayyah. Misalnya jabatan gubernur di mesir yang
dipegang oleh Amr bin Ash di ganti oleh Abdulloh bin Said.

Namun demikian terdapat kemajuan untuk islam dimasa pemerintahannya adalah


seorang dokter beragaman Yahudi asal Persia yang berhasil menerjemahkan naskah
Suriyah tentang ilmu pengobatan kedalam bahasa Arab. Kenyataannya karya tersebut
merupakan prestasi Ilmiyah yang pertama menggunakan bahasa Arab. Marwan
meninggal pada usia 63 tahun. Ia hanya menjabat sebagai khalifah selama 9 bulan 18
hari. Masa pemerintahnnya tak membawa banyak perubahan bagi sejarah islam.

V. Abdul Malik Bin Marwan (65-86H/684-705M)

Abdulloh bin Marwan dilantik sebagai kholifah setelah kematian ayahnya. Dibawah
kekuasaannya pemerintahan Umayyah mencapai kejayaannya. Hal yang terlebih dahulu
dilakukan oleh Abdul Malik adalah menyatukan kembali kekuasaan politik bani
Umayyah yang sempat terpecah diera sebelumnya. Kholifah Abdul Malik kemudian
mengorganisasi kekuatan militer untuk menghadapi kelompok Abdulloh bin Zubair yang
menguasai Hijaz.

Khalifah Abdul malik sebagai khalifah tegas, perkasa dan negarawan yang cakap dan
berhasil memulihkan kembali kesatuan dunia islam. Ia memiliki kontribusi penting
dalam tata moneter dunia islam, antara lain diperkenankannya Dinar dan Dirham yang
dicetak oleh pemerintah pada waktu itu. Tata administrasi dan birokrasi pemerintahan
juga dipertegas antar lain dengan dibentuknya berbagai lembaga pemerintahan yang
kemudian mengatur urusan-urusan umat islam. Philip K. Hitti mencatat kontribusi yang
ditanamkan oleh khalifah ini adalah rasional atau gerakan arabisasi di bidang
administrasi pemerintahan, pembuatan keping mata uang arab untuk pertama kalinya. Ia
juga membentuk layanan pos dan membangun berbagai monument yang diantaranya
kubah batu di yerusalem.

Khalifah Abdul Malik bin Marwan juga memiliki kontribusi dalam penyebaran islam.
Politik luar Negeri yang bebasis pada penyebaran Agama Islam keluar daerah juga
menuai hasil yang cukup signifikan, antara lain dengan berhasil dikuasainya balkha,
bukhara, khawarij, farghana dan samarkand di Asia kecil yang sekarang masuk ke teritori
negara Uzbekistan serta Kazhakhstan. Pasukannya juga meneruskan penyebaran islam ke
timur antara lain Balokhistan (khurasan sebelah timur) Sind dan Punjab (sekarang
Pakistan). Prestasi lain khalifah Abdul Malik Bin Marwan juga juga merencanakan
penyebaran ke Eropa dengan penunjukan Musa Bin Nashair sebagai gubernur Afrika
Utara dan menyiapkan armada untuk menyebrang ke Andalusia, menghadapi kekaisaran
gothik yang berada di daerah tersebut, namun, rencananya belum berhasil direalisasikan.

VI. Al Walid I Bin Abdul Malik (86-96H/705-714M)


Khalifah Walid lebih berkonsentrasi pada konsolidasi politik dan pelaksanaan politik luar
negeri dengan menyebarkan islam kedaerah lain dengan kekuatan dan sumber daya yang
dimiliki. Ia memerintahkan penggunaan bahasa Arab sebagai bahasa administrasi di
wilayah Umayyah yang sebelumnya masih memakai bahasa yang bermacam-macam,
seperti bahasa Yunani di Syam, bahasa Persia di persia, dan Bahasa Qibti di mesir. Ia
juga memerintahkan untuk mencetak uang secara teratur, membangun beberapa gedung
dan masjid serta saluran-saluran air.

Pada masa ini, penyebaran islam mengalami momentumnya tersendiri. Tercatat suatu
peristiwa besar yaitu perluasan wilayah kekuasaan dari Afrika Utara menuju wilayah
Barat daya, yaitu benua eropa, yaitu pada tahun 711 M. Perluasan wilayah kekuasaan
islam sampai ke Andalusia (spanyol) di bawah pimpinan panglima Thariq bin Ziyad.
Perjuangan panglima Thariq bin Ziyad mencapai kemenangan, sehingga dapat
menguasai kota Cordoba, Granada dan Toledo yang merupakan wilayah kekuasaan
Roderik, penguasa Gothik yang memerintah wilayah Spanyol dan Portugal.

Khalifah Walid Bin Malik juga berhasil menyebarkan Islam sampai ke India di bawah
kepemimpinan Muhammad Bin Qosim. Kemenangan pasukan islam di Punjab kemudian
memberi peluang untuk masuk ke India yang sangat kental kekuatan Hindunya. Khalifah
Walid juga melakukan pembangunan internal selama pemerintahannya untuk
kemakmuran rakyat.

Khalifah Walid bin Malik meninggalkan nama yang sangat harum dalam sejarah daulah
Bani Umayyah. Dalam kontribusi ini, al Walid membangun layanan-layanan kesehatan
untuk rakyat diantaranya klinik khusus untuk penderita lepra, lumpuh dan orang buta. Ia
juga mengeluarkan kebijakan perluasan Masjid Haram dam mempercantik serta
merenovasi masjid Nabawi di Madinah. karena kekayaan melimpah maka ia
sempurnakan pembangunan gedung-gedung, pabrik-pabrik dan jalan-jalan yang
dilengkapi dengan sumur untuk para kafilah yang berlalu lalang di jalur tersebut. Ia
membangun Masjid Al-Amawi yang terkenal hingga masa kini di Damaskus. Disamping
itu, ia menggunakan kekayaan negerinya untuk meyantuni para yatim piatu, fakir miskin,
dan penderita cacat seperti orang lumpuh, buta dan sakit kusta. Khalifah Al Walid Bin
Abdul Malik wafat tahun 96H dan digantikan oleh adiknya Sulaiman.

VII. Sulaiman Bin Abdul Malik (96-99H/714-717M)

Masa pemerintahnnya berlangsung selama 2 tahun 8 bulan. Menjelang saat terakhir


pemerintahannya beliau memanggil Guberrnur Wilayah Hijaz, yaitu Umar Bin Abdul
Aziz yang kemudian diangkat menjadi penasehatnya. Umar Bin Abdul Aziz pada
dasarnya adalah seorang ulama. Hal inilah yang menyebabkan posisinya cukup kuat di
kalangan ulama Mekkah, di samping faktor nasab beliau yang juga merupakan cucu dari
khalifah Umar bin Khattab.

VIII. Umar Bin Abdul Aziz (99-101H/717-719M)


Umar meghabiskan sebagian besar hidupnya di Madinah. Ia menghabiskan waktunya di
Madinah untuk mendalami ilmu agama Islam, khususnya ilmu hadits dan ketika menjadi
khalifah ia memerintahkan kaum muslimin untuk menulis hadits dan inilah perintah
resmi pertama dari penguasa islam. Umar adalah orang rapi dalam berpakaian. Ketika
ayahnya Abdul Aziz wafat, khalifah Adul Malik Bin Marwan menyuruhnya ke Damaskus
dan menikahkan dengan putrinya Fathimah. Pada masa pemerintahan Walid Bin Abdul
Malik, Umar Bin Abdul Aziz diangkat menjadi gubernur Hijaz. Ketika itu usianya baru
24 tahun. Saat Masjid Nabawi di bongkar untuk direnovasi, Umar Bin Abdul Aziz
dipercaya sebagai pengawas pelaksana.

Langkah yang bisa dicontoh oleh para pemimpin saat ini adalah membentuk sebuah
Dewan Penasihat yang beranggotakan sekitar 10 ulama terkemuka saat itu. Bersama
merekalah Umar mendiskusikan berbagai masalah yang dihadapi masyarakat selama
dalam pemerintahannya. Karena beberapa tindakan beraninya memberantas kedhaliman
atas hasutan Hajjaj bin Yusuf dan orang orangnya. Umar di berhentikan dari jabatan
gubernur. Namun ketika khalifah Sulaiman bin Abdul Malik berkuasa. Ia kembali
diangkat sebagai katib.

Pada masa pemerintahannya ia sangat berjasa ketika menerapkan kebijakan kondifikasi


hadits-hadits Nabi SAW secara resmi untuk pertama kalinya. Lebih dari itu khalifah ini
juga berperan sebagai aset dan mengambil bagian dalam kegiatan kodifikasi hadits.
Menurut bebrapa riwayat. Umar Bin Abdul Aziz turut terlibat mendiskusikan hadits-
hadits yang tengah dihimpun, disamping ia sendiri memiliki beberapa catatan tentang
hadits hadits yang diterimanya.

Umar juga mempunyai perhatian tinggi pada berbagai cabang ilmu, seperti kedokteran.
Dialah yang mengusulkan pemindahan sekolah kedokteran di Iskandaria Mesir ke
Antakiya Turki . Umar juga bersikap agak lunak terhadap musuh-musuh politiknya. Ia
melarang kaum muslimin mengecam Ali Bin Abi tholib. Dalam bidang militer, Umar
tidak menaruh perhatian untuk membangun angkatan perang. Ia lebih mengutamakan
pemakmuran kehidupan masyarakat karenanya. Ia memerintahkan Maslamah untuk
menghentikan pengepungan Konstantinopel dan penyerbuan ke Asia Kecil.

Di bidang ekonomi, Umar membuat kebijakan-kebijakan yang melindungi rakyat kecil.


Pada masanya, orang-orang kaya membayar zakat sehingga kemakmuran benar-benar
terwujud. Konon, saat itu sulit menemukan para penerima zakat lantaran kemakmuran
begitu merata.

Kholifah Umar Bin Abdul Aziz meninggal dunia di Dir Siman, sebuah kota di wilayah
Hism pada 20 atau 25 Rajab 101 H. Menurut beberapa riwayat, Umar Bin Abdul Aziz
meninggal karena di racuni oleh internal oknum keluarga Bani Umayyah. Peristiwa itu
terjadi disebabkan ketegasan, keberanian menentang ketidak adilan dan menjunjung
tinggi kebenaran serta sikap zuhud yang dimiliki Umar. Konon sikap Umar tersebut
menyebabkan anggota Bani Umayyah tidak menjadi leluasa menyalah gunakan
kekuasaan sebagai alat untuk memperkaya diri atau bertindak sewenang-wenang dengan
berlindung di balik kekuasaan dinastinya.
IX. Yazid II Bin Abdul Malik (101-105H/719-723M)

Yazid Bin Abdul Malik menjabat khalifah kesembilan Daulah Bani Umayyah pada usia
36 tahun. Khalifah yang sering di panggil dengan sebutan Abu Kholid ini lahir pada 71
H. Ia menjabat khalifah atas wasiat saudaranaya, Sulaiman Bin Abdul Malik, dan
dilantik pada bulan rajab 101 H.

X. Hisyam Bin Abdil Malik (105-125H/723-742M)


XI. Al Walid II Bin Yazid II (125-126H/742-743M)
XII. Yazid Bin Walid Bin Malik (126H/743M)
XIII. Ibrahim Bin Walid
XIV. Marwan Bin Muhammad (132H/750M)

2.4. Xxxxx

BAB III

PENUTUP

3.1. KESIMPULAN

BAB IV

DAFTAR PUSTAKA

1. http://www.rangkumanmakalah.com/dinasti-umaiyah/ diakses 11/09/2017; 20.37


2. Al-Harafi, S.M. (

You might also like