You are on page 1of 2

HALAMAN 5

Sebenarnya, jaringan adenoid merupakan tempat utama bagi respon imun adaptif, baik
sebagai penghasil sel imun dan pengatur pembentukan antibodi. Selain itu, ditemukannya dua
jenis sel T-helper baru, seperti Th17 (yang berperan dalam melindungi host melawan patogen
ekstraseluler) dan Treg (yang berperan dalam mendorong dan menjaga toleransi imunologis
terhadap benda asing dan antigen sendiri), keduanya masih dilakukan pemeriksaan dalam
keterkaitanya dengan alergi dan penyakit infeksius. Dalam hal ini, Sade et al, melakukan
investigasi terhadap ekspresi Th17 dan Treg pada hipertrofi adenoid. Sade menemukan
adanya korelasi linier negatif yang signifikan antara rasio Th17/Treg dan derajat tingkat
keparahan klinis pada 20 anak yang menjalani adenoidektomi. Hasil tersebut mungkin
memiliki hubungan patofisiologi yang jelas, karena inflamasi pada alergi ditandai dengan
meningkatnya ekspresi Th17 dan defek fungsi Treg. Oleh karena itu tingkat keparahan
hipertrofi adenoid dapat berbanding terbalik dengan gangguan fungsi Th17 dan atau Treg.
Dalam jalur yang kompleks inilah, penemuan ini dapat menambah kontribusi untuk
pemahaman yang lebih baik mengenai hubungan antara alergi dan hipertrofi adenoid.

Penelitian ini berdasarkan pada situasi nyata, seperti studi cohort mengenai keluhan obstruksi
hidung pada anak- anak. Para peneliti mengunjungi sebuah klinik THT yang memiliki
fasilitas endoskopi hidung dan selanjutnya dievaluasi pada sub bagian alergi. Penelitian
dimulai dari gejala obstruksi hidung yang kemudian didapatkan diagnosis rhinitis alergi,
hipertrofi adenoid, atau keduanya. Hasil tersebut mungkin akan memperlihatkan bahwa
pembesaran konka jarang berhubungan dengan pembesaran adenoid, begitu pula dengan
pembesaran adenoid jarang berhubungan dengan alergi. Interpretasi yang paling
memungkinkan adalah kemungkinan obstruksi hidung anterior berat, yang disebabkan oleh
alergi, akan mempengaruhi perjalanan alergen yang dapat menstimulasi jaringan adenoid
untuk membesar. Selain itu, infeksi mungkin memiliki peran yang penting bila tidak
ditemukannya alergi.

Keterbatasan penelitian ini adalah tidak adanya parameter imunologi yang beguna untuk
lebih memahami data. Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian imunologi lanjut terhadap
masalah ini. Masalah lain yang perlu dipertimbangkan adalah evaluasi dari hipertrofi tonsil
dan kemungkinan dampak hipertrofi adenoid dalam mempengaruhi volume tonsil dalam
hipertrofi adenoid. Dalam hal tersebut penulis sedang melakukan studi investigasi
kemungkinan hubungan antara volume tonsil, alergi, hipertrofi konka, dan adenoid.
Kemudian, bernapas melalui mulut (obstruksi hidung anterior akibat hipertrofi konka atau
hipertrofi adenoid) dapat menginduksi paparan alergen dan agen infeksius melalui mulut dan
atau tonsil. Pemasaahan ini membutukan investigasi lanjut untuk dapat memahami efek
obstruksi saluran napas atas pada tonsil.

Kesimpulannya, pada studi nyata ini menunjukkan bahwa pembesaran adenoid mungkin
berhubungan dengan ketiadaan alergi, sedangkan pembesaran konka mungkin berhubungan
dengan adenoid yang kecil. Penemuan ini mungkin bermanfaat dalam manajemen klinis pada
anak dengan obstruksi hidung dikarenakan evaluasi yang detail mengenai hidung dan
nasopharynx merupakan suatu hal yang wajib pada setiap anak dengan keluhan tersebut dan
harus dilakukan endoskopi hidung. Konsekuensinya, pengobatan sebaiknya diarahkan sesuai
temuan spesifik pada setiap individu. Studi saat ini mungkin memiliki dampak pada
pengambilan keputusan klinis dan perawatan sebagaimana sebagai spesialis THT harus selalu
mempertimbangkan melakukan endoskopi hidung pada anak dengan obstruksi hidung. Selain
itu, sebagai spesialis tidak perlu heran bila menemukan perbedaan antara adenoid yang
membesar dengan konka yang kecil atau sebaliknya. Penemuan penting lainnya adalah
penyebab obstruksi hidung sering dianggap akibat hipertrofi adenoid pada balita bahkan bila
balita tersebut mengidap alergi. Aspek ini secara klinis relevan dikarenakan pada anak yang
alergi tidak membutuhkan terapi antibiotik dan adenoidektomi tidak perlu dilakukan. Oleh
karena itu, penelitian ini menyarankan bahwa pada obstruksi hidung tidak dapat bergantung
dengan kejadian obstruksi adenoid, seperti yang diyakini peneliti, terutama untuk dokter
spesialis anak, dimana mereka tidak memiliki kemungkinan untuk menginvestigasi rongga
hidung

You might also like