You are on page 1of 6

http://putriekaayu.blogspot.co.

id/2015/10/

BAB III

Ethical Governance

1. Governance System

Ethical Governance (Etika Pemerintahan) adalah Ajaran untuk berperilaku yang baik dan benar sesuai
dengan nilai-nilai keutamaan yang berhubungan dengan hakikat manusia. Dalam Ethical Governance
(Etika Pemerintahan) terdapat juga masalah kesusilaan dan kesopanan ini dalam aparat, aparatur,
struktur dan lembaganya. Kesusilaan adalah peraturan hidup yang berasal dari suara hati manusia.
Suara hati manusia menentukan perbuatan mana yang baik dan mana yang buruk, tergantung pada
kepribadian atau jati diri masing-masing. Manusia berbuat baik atau berbuat buruk karena bisikan
suara hatinya (consience of man).

Kesusilaan mendorong manusia untuk kebaikan akhlaknya, misalnya mencintai orang tua, guru,
pemimpin dan lain-lain, disamping itu kesusilaan melarang orang berbuat kejahatan seperti mencuri,
berbuat cabul dan lain-lain. Kesusilaan berasal dari ethos dan esprit yang ada dalam hati nurani.
Sanksi yang melanggar kesusilaan adalah batin manusia itu sendiri, seperti penyesalan, keresahan
dan lain-lain. Saksi bagi mereka yang melanggar kesopanan adalah dari dalam diri sendiri, bukan
dipaksakan dari luar dan bersifat otonom. Kesopanan adalah peraturan hidup yang timbul karena
ingin menyenangkan orang lain, pihak luar, dalam pergaulan sehari-hari bermasyarakat,
berpemerintahan dan lain-lain.

Kesopanan dasarnya adalah kepantasan, kepatutan, kebiasaan, keperdulian, kesenonohan yang


berlaku dalam pergaulan (masyarakat, pemerintah, bangsa dan negara). Kesopanan disebut pula
sopan santun, tata krama, adat, costum, habit. Kalau kesusilaan ditujukan kepada sikap batin
(batiniah), maka kesopanan dititik beratkan kepada sikap lahir (lahiriah) setiap subyek pelakunya,
demi ketertiban dan kehidupan masyarakat dalam pergaulan. Tujuan bukan pribadinya akan tetapi
manusia sebagai makhluk sosial (communal, community, society, group, govern dan lain-lain), yaitu
kehidupan masyarakat, pemerintah, berbangsa dan bernegara. Sanksi terhadap pelanggaran
kesopanan adalah mendapat celaan di tengah-tengah masyarakat lingkungan, dimana ia berada,
misalnya dikucilkan dalam pergaulan. Sanksi dipaksakan oleh pihak luar (norma, kaedah yang ada
dan hidup dalam masyarakat). Sanksi kesopanan dipaksakan oleh pihak luar oleh karena itu bersifat
heretonom. Khususnya dalam masa krisis atau perubahan, prinsip pemerintahan dan fundamental
etikanya di dalam masyarakat sering kali dipertanyakan dan kesenjangan antara ideal dan kenyataan
ditantang. Belum lagi, kita mengerti diskusi Etika Pemerintahan sebagai diskursus berjalan dalam
pengertian bersama tentang apa yang membuat pemerintahan itu baik, dan langkah konkrit yang
mana yang harus dilakukan dalam rangka berangkat dari konsensus bersama ke pemerintahan praktis
itu adalah indikator demokrasi dan masyarakat multidimensi.

2. Budaya Etika

Gambaran mengenai perusahaan, mencerminkan kepribadian para pimpinannya Budaya etika adalah
perilaku yang etis. Penerapan budaya etika dilakukansecara top-down. Langkah-langkah penerapan :

a. Penerapan Budaya

1) Etika Corporate Credo : Pernyataan ringkas mengenai nilai-nilai yang dianut dan ditegakkan
perusahaan.
http://putriekaayu.blogspot.co.id/2015/10/

2) Komitmen Internal :

a) Perusahaan terhadap karyawan

b) Karyawan terhadap perusahaan

c) Karyawan terhadap karyawan lain

3) Komitmen Eksternal:

a) Perusahaan terhadap pelanggan

b) Perusahaan terhadap pemegang saham

c) Perusahaan terhadap masyarakat

b. Penerapan Budaya Etika

Program Etika : Sistem yang dirancang dan diimplementasikan untuk mengarahkan karyawan agar
melaksanakan corporate credo.

Contoh : audit etika Kode Etik Perusahaan

Lebih dari 90% perusahaan membuat kode etik yang khusus digunakan perusahaan tersebut dalam
melaksanakan aktivitasnya.

Contoh : IBM membuat IBMs Business Conduct Guidelines (Panduan Perilaku Bisnis IBM).

Corporate culture(budaya perusahaan) merupakan konsep yang berkembang dari ilmu manajemen
serta psikologi industri dan organisasi. Bidang-bidang ilmu tersebut mencoba lebih dalam mengupas
penggunaan konsep-konsep budaya dalam ilmu manajemen dan organisasi dengan tujuan
meningkatkan kinerja organisasi, yang dalam hal ini, adalah organisasi yang berbentuk perusahaan.

Djokosantoso Moeljono mendefinisikan corporate culture sebagai suatu sistem nilai yang diyakini
oleh semua anggota organisasi dan yang dipelajari, diterapkan, serta dikembangkan secara
berkesinambungan, berfungsi sebagai sistem perekat, dan dijadikan acuan berperilaku dalam
organsisasi untuk mencapai tujuan perusahaan yang telah ditetapkan.

Kalau dikaji secara lebih mendalam, menurut Martin Hann, ada 10(sepuluh) parameter budaya
perusahaan yang baik :

1) Pride of the organization

2) Orientation towards (top) achievements

3) Teamwork and communication

4) Supervision and leadership

5) Profit orientation and cost awareness

6) Employee relationships

7) Client and consumer relations


http://putriekaayu.blogspot.co.id/2015/10/

8) Honesty and safety

9) Education and development

10) Innovation

3. Mengembangkan Struktur Etika Korporasi

Semangat untuk mewujudkan Good Corporate Governance memang telah dimulai di Indonesia, baik
di kalangan akademisi maupun praktisi baik di sektor swasta maupun pemerintah. Berbagai
perangkat pendukung terbentuknya suatu organisasi yang memiliki tata kelola yang baik sudah di
stimulasi oleh Pemerintah melalui UU Perseroan, UU Perbankan, UU Pasar Modal, Standar Akuntansi,
Komite Pemantau Persaingan Usaha, Komite Corporate Governance, dan sebagainya yang pada
prinsipnya adalah membuat suatu aturan agar tujuan perusahaan dapat dicapai melalui suatu
mekanisme tata kelola secara baik oleh jajaran dewan komisaris, dewan direksi dan tim
manajemennya. Pembentukan beberapa perangkat struktural perusahaan seperti komisaris
independen, komite audit, komite remunerasi, komite risiko, dan sekretaris perusahaan adalah
langkah yang tepat untuk meningkatkan efektivitas Board Governance.

Dengan adanya kewajiban perusahaan untuk membentuk komite audit, maka dewan komisaris dapat
secara maksimal melakukan pengendalian dan pengarahan kepada dewan direksi untuk bekerja
sesuai dengan tujuan organisasi. Sementara itu, sekretaris perusahaan merupakan struktur
pembantu dewan direksi untuk menyikapi berbagai tuntutan atau harapan dari berbagai pihak
eksternal perusahaan seperti investor agar supaya pencapaian tujuan perusahaan tidak terganggu
baik dalam perspektif waktu pencapaian tujuan ataupun kualitas target yang ingin dicapai.

Meskipun belum maksimal, Uji Kelayakan dan Kemampuan (fit and proper test) yang dilakukan oleh
pemerintah untuk memilih top pimpinan suatu perusahaan BUMN adalah bagian yang tak
terpisahkan dari kebutuhan untuk membangun Board Governance yang baik sehingga
implementasi Good Corporate Governance akan menjadi lebih mudah dan cepat.

1. Pengertian GCG

Mencuatnya skandal keuangan yang melibatkan perusahaan besar seperti Enron, WorldCom, Tyco,
Global Crossing dan yang terakhir AOL-Warner, menuntut peningkatan kualitas Good Corporate
Governance (GCG), Soegiharto (2005:38) dalam Pratolo (2007:7). Istilah GCG secara luas telah dikenal
dalam dunia usaha. Berikut ini adalah beberapa pengertian GCG :

1) Menurut Hirata (2003) dalam Pratolo (2007:8), pengertian CG yaitu hubungan antara
perusahaan dengan pihak-pihak terkait yang terdiri atas pemegang saham, karyawan, kreditur,
pesaing, pelanggan, dan lain-lain. CG merupakan mekanisme pengecekan dan pemantauan perilaku
manejemen puncak.

2) Menurut Pratolo (2007:8), GCG adalah suatu sistem yang ada pada suatu organisasi yang
memiliki tujuan untuk mencapai kinerja organisasi semaksimal mungkin dengan cara-cara yang tidak
merugikan stakeholder organisasi tersebut.

3) Tanri Abeng dalam Tjager (2003:iii) menyatakan bahwa CG merupakan pilar utama fondasi
korporasi untuk tumbuh dan berkembang dalam era persaingan global, sekaligus sebagai prasyarat
berfungsinya corporate leadership yang efektif.
http://putriekaayu.blogspot.co.id/2015/10/

4) Zaini dalam Tjager (2003:iv) menambahkan bahwa CG sebagai sebuah governance system
diharapkan dapat menumbuhkan keyakinan investor terhadap korporasi melalui mekanisme control
and balance antar berbagai organ dalam korporasi, terutama antara.

Dewan Komisiaris dan Dewan Direksi. Secara sederhananya, CG diartikan sebagai suatu sistem yang
berfungsi untuk mengarahkan dan mengendalikan organisasi.

2. Prinsip-prinsip dan Manfaat GCG

Prinsip-prinsip GCG merupakan kaedah, norma ataupun pedoman korporasi yang diperlukan dalam
sistem pengelolaan BUMN yang sehat. Berikut ini adalah prinsip-prinsip GCG yang dimaksudkan
dalam Keputusan Menteri BUMN Nomor: Kep-117/M-MBU/2002 tentang penerapan praktek GCG
pada BUMN.

1) Transparansi

Keterbukaan dalam melaksanakan proses pengambilan keputusan dan keterbukaan dalam


mengemukakan informasi materiil dan relevan mengenai perusahaan. Contohnya mengemukakan
informasi target produksi yang akan dicapai dalam rencana kerja dalam tahun mendatang,
pencapaian laba.

2) Kemandirian

Suatu keadaan di mana perusahaan dikelola secara profesional tanpa benturan kepentingan dan
pengaruh/ tekanan dari pihak manapun yang tidak sesuai dengan peraturan perundang-undangan
yang berlaku dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Misalnya pada perusahaan ini sedang
membangun pabrik, tetapi limbahnya tidak bertentangan dengan UU lingkungan yg dapat merugikan
piha lain.

3) Akuntabilitas

Kejelasan fungsi, pelaksanaan dan pertanggungjawaban organ sehingga pengelolaan perusahaan


terlaksana secara efektif. Misalnya seluruh pelaku bisnis baik individu maupun kelompok tidak boleh
bekerja asal jadi, setengah-setengah atau asal cukup saja, tetapi harus selalu berupaya
menyelesaikan tugas dan kewajibannya dengan hasil yang bermutu tinggi.

4) Pertanggungjawaban

Kesesuaian di dalam pengelolaan perusahaan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku


dan prinsip-prinsip korporasi yang sehat. Contohnya dalam hal ini Komisaris, Direksi, dan jajaran
manajemennya dalam menjalankan kegiatan operasi perusahaan harus sesuai dengan kebijakan yang
telah ditetapkan.

5) Kewajaran (fairness)

Keadilan dan kesetaraan di dalam memenuhi hak-hak stakeholder yang timbul berdasarkan
perjanjian dan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Misalnya memperlakukan rekanan
sebagai mitra, memberi perlakuan yang sama terhadap semua rekanan, memberikan pelayanan yang
terbaik bagi pelanggan/pembeli, dan sebagainya.
http://putriekaayu.blogspot.co.id/2015/10/

4. Kode Perilaku Korporasi (Corporate Code of Conduct)

Code of Conduct adalah pedoman internal perusahaan yang berisikan Sistem Nilai, Etika Bisnis, Etika
Kerja, Komitmen, serta penegakan terhadap peraturan-peraturan perusahaan bagi individu dalam
menjalankan bisnis, dan aktivitas lainnya serta berinteraksi dengan stakeholders. Salah satu contoh
perusahaan yang menerapkan kode perilaku korporasi (corporate code of conduct) adalah sebagai
berikut :

PT. NINDYA KARYA (Persero) telah membentuk tim penerapan Good Corporate Governance pada
tanggal 5 Februari 2005, melalui Tahapan Kegiatan sebagai berikut :

Sosialisasi dan Workshop. Kegiatan sosialisasi terutama untuk para pejabat telah dilaksanakan
dengan harapan bahwa seluruh karyawan PT NINDYA KARYA (Persero) mengetahui & menyadari
tentang adanya ketentuan yang mengatur kegiatan pada level Manajemen keatas berdasarkan
dokumen yang telah didistribusikan, baik di Kantor Pusat, Divisi maupun ke seluruh Wilayah.

Melakukan evaluasi tahap awal (Diagnostic Assessment) dan penyusunan pedoman-pedoman.


Pedoman Good Corporate Governance disusun dengan bimbingan dari Tim BPKP dan telah
diresmikan pada tanggal 30 Mei 2005. Adapun Prinsip-prinsip Good Corporate Governance di PT
NINDYA KARYA (Persero) adalah sebagai berikut :

1) Pengambilan Keputusan bersumber dari budaya perusahaan, etika, nilai, sistem, tata kerja
korporat, kebijakan dan struktur organisasi.

2) Mendorong untuk pengembangan perusahaan, pengelolaan sumber daya secara efektif dan
efisien.

3) Mendorong dan mendukung pertanggungjawaban perusahaan kepada pemegang saham dan


stake holder lainnya.

Dalam mengimplementasikan Good Corporate Governance, diperlukan instrumen-instrumen yang


menunjang, yaitu sebagai berikut :

1) Code of Corporate Governance (Pedoman Tata Kelola Perusahaan), pedoman dalam interaksi
antar organ Perusahaan maupun stakeholder lainnya.

2) Code of Conduct (Pedoman Perilaku Etis), pedoman dalam menciptakan hubungan kerjasama
yang harmonis antara Perusahaan dengan Karyawannya.

3) Board Manual, Panduan bagi Komisaris dan Direksi yang mencakup Keanggotaan, Tugas,
Kewajiban, Wewenang serta Hak, Rapat Dewan, Hubungan Kerja antara Komisaris dengan Direksi
serta panduan Operasional Best Practice.

4) Sistim Manajemen Risiko, mencakup Prinsip-prinsip tentang Manajemen Risiko dan


Implementasinya.

5) An Auditing Committee Contract arranges the Organization and Management of the Auditing
Committee along with its Scope of Work.

6) Piagam Komite Audit, mengatur tentang Organisasi dan Tata Laksana Komite Audit serta Ruang
Lingkup Tugas.
http://putriekaayu.blogspot.co.id/2015/10/

5. Evaluasi Terhadap Kode Perilaku Korporasi

Melakukan evaluasi tahap awal (Diagnostic Assessment) dan penyusunan pedoman-pedoman.


Pedoman Good Corporate Governance disusun dengan bimbingan dari Tim BPKP dan telah
diresmikan pada tanggal 30 Mei 2005.

6. CONTOH KASUS

Wali Kota Bandung Ridwan Kamil terus menata kotanya. Tak seperti pejabat di propinsi tetangga yang
dengan sangat arogan menggusur warganya yang sudah menghuni puluhan tahun, Kang Emil -begitu
beliau akrab disapa- melakukan pendekatan yang sangat manusiawi kepada warga kota Bandung.

"Hari ini berdiskusi panjang dengan PKL jalan Dayang Sumbi mencari solusi. Alhamdulillah setelah 30
tahun di situ yang zona merah mereka mau menerima solusi relokasi ke tempat baru yang dekat dan
saling menguntungkan," tutur Kang Emil di laman facebooknya, Kamis 27 Agustus 2015.

"Sebelum itu saya mengecek progres revitalisasi tepian Cikapundung agar selesai tepat waktu dan
warga Bandung bisa berinteraksi di pinggir Sungai yang bersih dan nyaman," ujar Kang Emil.

"Sebelumnya lagi melakukan Sapa Warga di Bandung Kidul. Hatur Nuhun," tutupnya. Langkah Kang
Emil ini mendapat simpati warga dan ribuan netizen yang menyematkan jempol like di facebook.

"Pemimpin yang tidak penuh janji..namun penuh dengan bukti.. menenangkan rakyat tanpa perlu
emosi namun dengan rendah hati dan diskusi...... good luck kang emil...," komen netizen Yusup
Hendrawan.

"Ada 10 orang aja pemimpin kayak kang Emil ini, inshaa Allah indonesia jadi negara terindah di dunia
ini, ujar netizen Soharudin.

Komentar senada dari 833 netizen mengapresiasi Kang Emil.

Opini Kasus : Budaya etika yang baik akan menghasilkan hal yang baik pula. Tidak hanya dalam
kehidupan bermasyarakat, budaya etika juga harus diterapkan dalam berbagai bidang, salah satunya
yaitu etika dalam pemerintahan. Pemerintah boleh mengatur rakyatnya, tapi jangan bertindak
diktaktor dan arogan dalam membuat keputusan.

Dalam kasus diatas yang dapat diambil pelajaran adalah, dalam beretika pemerintah harus
bersahabat dengan rakyatnya. Dapat melakukan cara-cara yang elegan dan lebih manusiawi seperti
musyawarah dan diskusi baik-baik untuk menerapkan sebuah kebijakan, tidak bertindak secara
arogan, ekstrem, dan dengan cara kekerasan.

You might also like