You are on page 1of 35

DAFTAR ISI

Daftar Isi .................................................................................................................. 1


Skenario ................................................................................................................... 2
Kata Sulit ................................................................................................................. 3
Pertanyaan ................................................................................................................ 4
Jawaban .................................................................................................................... 5
Hipotesis .................................................................................................................. 6
Sasaran Belajar......................................................................................................... 7
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Coxae dan Femoris......................... 8
LO 1.1 Makroskopik................................................................................... 8
LO 1.2 Mikroskopik.................................................................................... 13
LO 1.3 Kinesiologi...................................................................................... 19
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur............................................................. 21
LO 2.1 Definisi............................................................................................ 21
LO 2.2 Klasifikasi........................................................................................ 21
LO 2.3 Etiologi............................................................................................ 22
LO 2.4 Patofisiologi.................................................................................... 24
LO 2.5 Manifestasi Klinis........................................................................... 26
LO 2.6 Diagnosis & Diagnosis Banding..................................................... 26
LO 2.7 Tata Laksana................................................................................... 28
LO 2.8 Pencegahan...................................................................................... 33
LO 2.9 Prognosis......................................................................................... 33
LO 2.10 Komplikasi.................................................................................... 33
Daftar Pustaka......................................................................................................... 35

1
SKENARIO
Nyeri Panggul
Seorang perempuan berusia 60 tahun datang ke UGD Rumah Sakit dengan keluhan nyari
panggul kanannya setelah jatuh datu kamar mandi. Sejak terjatuh tidak mampu berdiri karena
rasa nyeri yang sangat pada pinggul kanannya. Pada keadaan umum ditemukan sakit berat,
pasien merintih kesakitan, dan keadaan komposmentis. Pada pemeriksaan tanda vital
didapatkan tekanan darah 140/90 mmHg, frekuensi nadi 104 kali/menit, dan frekuesi nafas 24
kali/menit. Ditemukan hematom pada articulatio coxae dextra. Posisi tungkai atas kanan
sedikit fleksi, abduksi, dan eksorotasi. Terdapat krepitasi tulang, nyeri tekan, pemendekan
ekstremitas, dan gerakan terbatas karena nyeri. Neurovaskular distal baik. Pada pemeriksaan
radiologis ditemukan fraktur femoris tertutup. Dokter menyarankan untuk operasi

2
KATA SULIT
1. Hematom : Penggumpalan darah yang terlokalisasi umumnya menggumpal pada
organ, rongga, atau jaringan akibat pecahnya dinding pembuluh darah
2. Krepitasi tulang : Bunyi yang terdengar akibat pergerakan dari ujung patahan tulang
3. Neurovaskular : Saraf dan pembuluh darah
4. Fraktur : Terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang
umumnya disebabkan oleh trauma
5. Eksorotasi : Gerakan rotasi yang mengarah dari medial ke lateral
6. Fleksi : Gerakan membengkokkan bagian tubuh
7. Abduksi : Gerakan yang mengarah menjauhi tubuh
8. Komposmentis : Keadaan sadar penuh

3
PERTANYAAN
1. Mengapa pasien mengalami rasa nyeri?
2. Mengapa hematom bisa timbul?
3. Apa hubungan fraktur dan tekanan darah?
4. Mengapa terjadi pemendekan ekstremitas?
5. Apakah ada hubungan fraktur dengan usia?
6. Apakah ada hubungan antara jenis kelamin dengan karakteristik tulang?
7. Gerakan apa saja yang tidak bisa dilakukan pasien?
8. Bagaimana upaya pertolongan pertama untuk fraktur?
9. Mengapa dokter menyarankan operasi?
10. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan?
11. Mengapa pada kasus ini neurovaskular dalam keadaan baik?
12. Apa dampak dari hematom yang ditemukan pada articulatio coxae dextra?
13. Mengapa pada pemeriksaan tanda vital terjadi kenaikan frekuensi nafas dan nadi?
14. Bagaimana keadaan pada fraktur femoris tertutup?

4
JAWABAN
1. - Karena hematom menjepit saraf.
- Patahan fraktur femoris tertutup menyebabkan inflamasi pada area tersebut.
2. Saat terjatuh, terjadi penekanan yang keras sehingga menyebabkan pembuluh darah
terhimpit dan pecah, lalu darah akan menggumpal di sekitar pembuluh darah yang pecah.
3. Karena ada pembuluh darah yang pecah akibatnya terjadi kebocoran pembuluh darah,
sehingga jantung memompa lebih cepat dan tekanan darah mengalami kenaikan.
4. Karena ada fraktur, terjadi dislokasi os. Femoris di luar posisi anatomis yang normal dan
terjadi deformitas tulang akibat friksi antar fragmen tulang yang mengalami fraktur.
5. Semakin bertambahnya usia, densitas tulang berkurang sehingga lebih rentan terjadi
fraktur.
6. Ada, pada perempuan memiliki hormon estrogen yang bekerja menghambat osteoklas.
Pada saat menopause, perempuan memiliki hormon estrogen yang lebih sedikit, sehingga
fungsi osteoklas tidak dihambat dan menyebabkan lebih mudah terjadinya osteoporosis.
7. Ekstensi, adduksi, dan endorotasi.
8. 1. Look, feel, movement (pada Look ditemukan hematom, pada Feel ditemukan nyeri
tekan dan krepitasi, pada Movement ditemukan pergerakan terbatas)
2. Imobilisasi dengan balut dan bidai
9. - Karena ada fraktur yang tidak bisa ditangani dengan cara gips atau pembidaian
- Karena ada pecahnya pembuluh darah
- Karena ada pemendekan ekstremitas sehingga harus dilakukan penarikan dengan
pemasangan pen
10. Radiologi.
11. Karena pada fraktur tertutup tidak terdapat lesi luar, jadi neurovaskular distal tidak
terganggu, dan juga karena luka ada di daerah proksimal.
12. Menghambat pergerakan sendi pada articulatio coxae dextra.
13. Karena tekanan darah tinggi maka frekuensi nadi dan nafas ikut meningkat.
14. Dislokasi dan deformitas os. Femoris. Karena fraktur tertutup, fragmen tulang tidak
menembus kulit.

5
HIPOTESIS
Fraktur adalah terputusnya kontinuitas jaringan tulang dan atau tulang rawan yang umumnya
disebabkan oleh trauma. Faktor lain yang menunjang terjadinya fraktur adalah usia dan jenis
kelamin. Fraktur menyebabkan dislokasi, deformitas, dan hematom. Hematom disebabkan
karena terjadi penekanan keras sehingga pembuluh darah terhimpit dan pecah lalu
menggumpal di sekitar pembuluh darah yang pecah kemudian jantung akan memompa lebih
cepat dan terjadi kenaikan tekanan darah, frekuensi nadi dan nafas. Pada saat terjadi fraktur
pertolongan pertama yang dapat dilakukan adalah dengan balut dan bidai.

6
SASARAN BELAJAR
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Coxae dan Femoris
LO 1.1 Makroskopik
LO 1.2 Mikroskopik
LO 1.3 Kinesiologi
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur
LO 2.1 Definisi
LO 2.2 Klasifikasi
LO 2.3 Etiologi
LO 2.4 Patofisiologi
LO 2.5 Manifestasi Klinis
LO 2.6 Diagnosis & Diagnosis Banding
LO 2.7 Tata Laksana
LO 2.8 Pencegahan
LO 2.9 Prognosis
LO 2.10 Komplikasi

7
LI 1. Memahami dan Menjelaskan Anatomi Coxae dan Femoris
LO 1.1 Makroskopik

Gambar 1. Os Coxae

Gambar 1. Os Coxae
Os coxae matur (L.os coxae), dahulu tulang innominata (tak-bernama), adalah tulang panggul
besar dan rata yang terbentuk melalui fusi tiga tulang primer-illium, ischium, dan pubis-pada
akhir masa remaja. Setiap tulang dari tiga tulang tersebut terbentuk dari pusat ossifikasi
primernya sendiri; lima pusat ossifikasi sekunder tampak belakangan. Saat lahir, tiga pusat
ossifikasi primer disatukan oleh cartilago hyalin; pada anak-anak, tulang tersebut mengalami
osifikasi tidak lengkap. Saat pubertas, ketiga tulang masih dipisahkan oleh kartilago triradiata
berbentuk huruf Y yang berpusat pada acetabulum, meskipun dua ramus ischiopubicum
menyatu pada usia 9 tahun. Tulang mulai menyatu pada usia 15-17 tahun; fusi lengkap terjadi
pada usia 20-25 tahun. Tidak terlihat atau hanya sedikit jejak garis fusi tulang primer yang
terlihat pada tulang dewasa tua. Meskipun komponen tulang secara kaku menyatu, namun
nama ketiganya masih digunakan pada orang dewasa untuk menjelaskan ketiga bagian os
coxae.
Karena sebagian besar aspek medial os coxae/pelvis bertulang banyak dihubungkan
dengan struktur dan fungsi pelvik dan perineal atau penyatuannya dengan columna vertebralis.

8
Illium
Os illium merupakan bagian paling besar pada os coxae dan menjadi bagian superior
acetabulum. Os ilium memiliki bagian media tebal (columna) untuk menahan beban, dan
bagian posterolateral, berbentuk sayap dan tipis yang disebut alae (L.sayap), yang emiliki
permukaan lebar untuk pelekatan otot. Corpus ossis illi menggabungkan pubis dan ischium
untuk membentuk acetabulum. Di anterior illium memiliki spina iliaca anterior inferior dan
superior anterior kokoh yang memberikan perlekatan untuk ligamen dan tendo otot ekstremitas
bawah. Dimulai pada spina iliaca anterior superior (SIAS), batas superior yang menebal dan
melengkung pada ala ossis ilii, crista iliaca, memanjang ke posterior, yang berakhir pada spina
iliaca posterior superior (SIPS). Crista berperang sebagai bumper pelindung dan merupakan
terpenting pelekatan aponeurotik untuk otot tipis seperti kertas dan facia profunda. Suatu
tonjolan pada labium externum crista, tuberculum iliacum, terletak 5-6 cm di posterior SIAS.
Spina iliaca posterior inferior menandai ujung superior incisura ischiadica major.
Permukaan lateral ala ossis ilii memiliki tiga garis lengkung asar-garis gluteal posterior,
anterior, dan inferior-yang membatasi pelekatan proksimal tiga otot gluteal (glutei) besar. Di
medial, setiap ala memiliki depresi halus yang besar yaitu fossa illiaca, yang memberikan
perlekatan proksimal untuk M.iliacus. tulang yang membentuk bagian superior fossa tersebut
dapat menjadi tipis dan translusen, terutama pada perempuan tua dengan osteoporotis. Di
posterior, aspek medial ilium memiliki area artikular berbentuk seperti telinga dan kasar
disebut dengan permukaan auricular (L. Auricula) dan bahkan tuber ischiadicum yang lebih
kasar di superiornya untuk articultio sindesmosis dan sinovial dengan permukaan resiprokal
sacrum pada articulatio sacroiliaca.

Ischium
Ischium membentuk bagian posteroinferior os coxae. Bagian superior corpus ossis ischii
menyatu dengan pubis dan ilium, yang membentuk aspek posteroinferior acetabulum. Ramus
ossis ischii menyatu dengan ramus inferior ossis pubis untuk membentuk suatu batang tulang,
ramus ischiopubicum, yang merupakan batas inferomedial foramen obturatorium. Batas
posterior ischium membentuk pinggir inferior identasi dalam yang disebut incisura ischiadica
major. Spina ischiadica triangular yang besar pada pinggir inferior incisura tersebut
memberikan pelekatan ligamentosa. Demarkasi tajam tersebut memisahkan incisura ischiadica
major dari identasi yang lebih inferior, lebih kecil, bulat, dan dengan pelekatan halus, yaitu
incisura ischiadica minor. Incisura ischiadica minor berperan sebagai trochlea atau kerekan
untuk otot yang berasal dari pelvis bertulang di bagian tersebut. Proyeksi tulang kasar pada taut
ujung inferior corpus ossis ischii dan ramusnya adalah tuber ischiadicum besar. Berat tubuh
terletak pada tuberositas saat duduk, dan tuberositas ini memberikan pelekatan tendinosa
proksimal pada otot paha posterior.

Pubis
Pubis membentuk bagian anteromedial os coxae, yang berperan sebagai bagian anterior
acetabulum, dan memberikan pelekatan proksimal untuk otot-otot paha medial. Pubis dibagi
menjadi corpus rata dan dua ramus, superior da inferior. Ramus merupakan penyangga
(brace) skeletal kuat namun relatif ringan yang mempertahankan arcus yang terdiri dari sacrum
dan dua ilium, yang padanya berat aksial dibagi dan dipindahkan ke lateral ke ekstremitas
ketika berdiri dan ke tuber ischiadicum ketika duduk. Di sebelah medial, permukaan simfisial

9
corpus ossis pubis berartikulasi dengan permukaan yang berhubungan pada corpus ossis pubis
kontralateral melalui symphisis pubis. Batas anterosuperior corpus dan symphisis yang
menyatu menjadi crista pubicum, yang memerikan pelekatan untuk otot-otot abdominal.
Proyeksi kecil pada ujung lateral crista tersebut, tuberculum pubicum, merupakan tanda
penting di regio inguinal. Tuberkel memberikan pelekatan otot indirek. Pinggir posterior ramus
superior pubis memiliki tepi meninggi tajam, pecten pubis, yang membentuk bagian pinggir
pelvis.

Foramen Obturatorium
Foramen obturatorium adalah apertura triangular iregular atau oval besar pada os coxae.
Foramen dibatasi oleh pubis dan ischium dan raminya. Kecuali untuk jalan kecil bagi nervus
dan pembuluh darah obturatorius (canalis obturatorius), foramen obturatorum ditutupi oleh
membrana obturatoria tipis yang kuat. Adanya foramen meminimalkan massa tulang (berat)
saat penutupannya oleh membrana obturatoria masih menjadi area permukaan luas pada kedua
sisi untuk pelekatan otot.

Acetabulum
Acetabulum (L. Mangkok arak dangkal) adalah cavitas atau socket berbentuk mangkok besar
pada aspek lateral od coxae yang berartikulasi dengan caput femoris untuk memebentuk
articulatio coxae. Ketiga tulang primer yang membentuk os coxae berperan pada pembentukan
acetabuli, yang menyebabkan fossa menyerupai suatu mangkok dengan sepotong bibirnya
yang hilang. Depresi kasar pada dasar acetabulum yang memanjang ke superior dari incisura
acetabuli. Incisura dan fossa acetabuli juga membentuk satu defisit pada permukaan lunatum
acetabulum yang halus, yang berartikulasi dengan caput femoris.

10
Gambar 2. Os Femur

Femur adalah tulang paling panjang dan paling berat dalam tubuh. Tulang tersebut
mentransmisi berat tubuh dai os coxae ke tibia ketika seseorang berdiri. Panjangnnya sekitar
seperempat tinggi badan seseorang. Femur terdiri dari copus dan dua ujung, superior atau
proksimal dan inferior atau distal. Ujung superior (proksimal) femur terdiri dari caput, collum,
dan da trochanter (major dan minor). Caput femoris yang bulat merupakan dua pertiga sferis
yang ditutupi oleh cartilago articularis, kecuali untuk bagian depresi atau cekungan yang
terletal di medial, fovea capitis femoris. Pada masa awal kehidupan, ligamen memberikan
pasase bagi arteri yang menyuplai epifisis caput. Collum femoris berbentuk trapezoid, dengan
ujung sempitnya yang enopang caput dan dasarnya yang lebih luas berlanjut dengan corpus.
Diameter rata-ratanya adalah tiga perempat diameter caput femoris.
Femur proximalis berbentuk bengkok (berbentuk L) sehingga aksis panjang caput
dan collum berproyeksi ke superomedial pada suatu sudut terhadap corpus yang berorientasi
oblik. Sudut inklinasi paling besar (hampir lurus) saat lahir dan secara bertahap berkurang
(menjadi lebih akut) sampai sudut dewasa mencapai (115-1400, rata-rata 1260). Sudut pada
perempuan lebih kecil karena jarak antara acetabula lebih lebar (suatu konsekuensi pelvis
minor yang lebih lebar) dan posisi corpus lebih oblik. Sudut inklinasi memungkinkan mobilitas
femur yang lebih besar pada articulatio memungkinkan mobilitas femur yang lebih besar pada
articulatio coxae karena menempatkan caput dan collum lebih tegak lurus terhadap acetabulum
pada posisi netral. Abduktor dan rotator pada terutama menempel pada apex sudut (trochanter

11
major) sehingga menarik pada pengungkit (ekstremitas pendek L) yang mengarah lebih lateral
dari pada vertikal. Keadaan tersebut meningkatkan kemampuan pengungkitan untuk abduktor
dan rotator paha dan memungkinkan massa besar abduktor paha terletak superior terhadap
femur (di regio gluteal) daripada di lateral, yang membebaskan aspek lateral corpus femoris
sehingga terdapat area luas untuk pelekatan dengan ekstensor lutut. Sudut tersebut
memungkinkan obliquitas femur dalam paha, yang memungkinkan lutut berdekatan dan
berada di inferior batang tubuh, seperi yang telah dijelaskan sebelumnya. Semua ini merupakan
keuntungan untuk pola berjalan dengan dua kaki; namun, hal tersebut menimbulkan strain pada
collum femoris. Akibatnya, fraktur collum femoris dapat terjadi pada orang tua akibat
tersandung ringan jika collum melemah oleh osteoporosis.

Collum femoris bergabung dengan corpus femoris pada dua elevasi tumpul dan besar
yang disebut trochanter. Trochanter minor berbentuk bundar, konikal, dan terputus memanjang
di medial dari bagian posteromedialtaut collum dan corpus untuk memberikan pelekatan
tendinosa pada fleksor primer paha (illiopsoas). Trochanter major merupakan massa tulang
besar yang di lateral yang berproyeksi ke superior dan posterior dimana collum bersatu dengan
corpus femoris, yang memberikan perlekatan dan pengungkit untuk abduktor dan rotator paha.
Tempat dimana collum dan corpus bersatu ditunjukkan oleh linea intertrochanterica.

Vaskularisasi
Pada orang dewasa, A. circumflexa femoris medialis adalah pembuluh utama yang
menyediakan darah bagi caput femoris. Pada anak bayi, R. acetabularis (dari A. obturatoria dan
A. circumflexa femoris medialis), yang berjalan bersama Lig. capitis femoris, menjadi tempat
utama penyediaan darah ke caput femoralis. Namun, pada orang dewasa hanya disediakan
seperlima atau sepertiga dari proksimal epifisis. A. circumflexa femoris medialis menyuplai
kepala femoral dan lehernya melalui beberapa cabang kecil yang melewati sisi posterior
bersama dengan kapsula sendi. A. circumflexa femoris lateralis menyuplai sebagian besar
collum femoris pada bagian anterior. Acetabulum mendapat suplai dari vetral dan dorsal oleh
A.obturatoria dan dari kranial oleh A. glutea superior.

12
LO 1.2 Mikroskopik
Sel jaringan tulang
Terdapat 4 jenis sel pada jaringan tulang
Osteoprogenitor
Osteoblast
Osteocyte
Osteoclast

Osteoprogenitor

Sel induk tulang


Pada tulang dewasa terdapat pada:
- Periosteum
- Endosteum, yang melapisi rongga
sumsum tulang, saluran Havers dan
saluran Volkman
Berperan pada bone repair dan
pembentukan callus
Pada stimulasi dapat berdifferensiasi
menjadi pro-osteoblast dan osteoblast
Multipotent, selain menjadi osteoblast,
osteoprogenitor mampu berdifferensiasi
menjadi sel lemak, chondroblast dan
fibroblast.

Membentuk tulang baru

Osteoblast
Morphologis mirip fibroblast
Mensekresi matrix organik tulang (serat
kolagen dan proteoglycan) dengan
bantuan vitamin C
Turut berperan dalam proses kalsifikasi
Saling berhubungan melalui gap junction
dengan osteoblast lain / osteocyte.

Gap junction = ikatan antar sel

13
Terlihat pada daerah osteogenesis balok
tulang
Sitoplasma biru, mempunyai aparatus
Golgi, banyak rER, mengandung alkali
phosphatase

Osteocyte

Bentuk seperti buah kenari


Sel tulang dewasa, hasil differensiasi
dari osteoblast, terperangkap didalam
lacuna dikelilingi matrix padat, saling
berhubungan dengan osteocyte lain
melalui gap junction diujung kanalikuli
Nutrisi disalurkan melalui sistem
kanalikuli
Dipengaruhi oleh hormon parathyroid
dan calcitonin
Secara aktif terlibat dalam
mempertahankan matrix tulang
Matinya ostecyte akan diikuti oleh
resorbsi matrix

Osteocyte terdapat didalam lacuna


diantara lapisan lamel, cabang
sitoplasmanya terdapat didalam canaliculi.

14
Osteoclast
Sel motil dan sangat besar
Multinuclei (5-50 inti)
permukaan sel keriput, didalam sitoplasma
terdapat banyak vacuola dan vesicle
Bersifat fagositik, diturunkan dari monosit,
mengeluarkan lisosome ke ruang extra
selular.
Aktivitas meningkat atas pengaruh hormon
parathyroid, dihambat oleh calcitonin
(tiroid)
Tempat resorbsi tulang, osteoclast raksasa
terletak di dalam lekukan Lakuna
Howship

Arsitektur tulang
Jaringan tulang
Osteocyte tedapat didalam lacuna, cabang cytoplasmanya terdapat didalam canaliculi.
Matrix tulang tersusun secara berlapis (lamellae).
Terbungkus oleh periosteum.
Tumbuh secara appositional.

15
Ossifikasi
OSSIFIKASI DESMAL OSSIFIKASI ENDOCHONDRAL
Ossifikasi intra membranosa Ossifikasi intra kartilaginosa
Tulang terbentuk dari differensiasi jaringan Terjadi pada tulang panjang
mesenchym Melalui pembentukan model rangka
Terjadi pada tulang pipih, contoh tulang dari tulang rawan hyalin yang
tengkorak. kemudian diganti dengan tulang
Langsung membentuk jaringan mesenkim

Ossifikasi desmal
Terjadi pada pembentukan tulang tipis:
tulang tengkorak, clavicula dan sebagian
mandibula
Dimulai dengan differensiasi sel
mesenchym menjadi osteoblast, sekresi
matrix, terbentuk balok tulang

Ossifikasi endochondral
Awal terjadi pada daerah
diaphysis dari model
rangka tulang rawan (pusat
ossifikasi primer)
Pada waktu umur
kehamilan 12 minggu,
terjadi perubahan pada
tulang rawan didaerah
diaphysis, berupa:
hypertrophy chondrocyte
kalsifikasi matrix
disintegrasi chondrocyte
degenerasi tulang rawan

16
Growth plate akan tertutup pada usia 25 tahun sehingga tidak bisa bertumbuh lagi.
Periosteal bone collar

Secara simultan, pada waktu yang


bersamaan terjadi transformasi
perichondrium yang melingkari daerah
diaphysis menjadi sel osteoprogenitor,
kemudian berdifferensiasi menjadi
osteoblast. Oleh aktivitas osteoblast
terbentuk periosteal bone collar.

Ossifikasi endochondral

Jaringan ikat vaskular dari periosteum


tumbuh menembus periosteal bone collar
dan masuk kedaerah degenerasi tulang
rawan.

17
Aktivitas osteoblas didaerah degenerasi
menyebabkan terbentuknya trabekula.

Pertambahan diameter tulang terjadi dengan pertumbuhan apositional berupa


pembentukan tulang baru dibawah periosteum
Pertambahan panjang tulang terjadi dengan pembentukan matrix tulang rawan baru pada
lempeng tulang rawan epiphysis
Pertumbuhan panjang tulang terhenti dengan menutupnya lempeng epiphysis (epiphyseal
closure)

Zona pertumbuhan ossifikasi endochondral


1. Zona istirahat / zone of reserve cartilage (sel-sel tersebar)
2. Zona proliferasi chondrocyte (sel-sel bermitosis membentuk deretan)
3. Zona maturasi chondrocyte dan hypertrophy
4. Zona kalsifiksi matrix tulang rawan
5. Zona resorbsi tulang rawan dan deposisi tulang

Zona istirahat
Berupa tulang rawan
hialin

Tidak terlihat proliferasi


sel tulang rawan atau
pembentukan matrix

Zona proliferasi
Terlihat pada daerah
metaphysis.
Tampak mitosis
chondrocyte.
Chondrocyte tersusun
berderet-deret

18
Zona maturasi & hypertrophy chondrocyte
Chondrocyte sangat
membesar, sehingga
matrix hanya terlihat
sebagai garis diantara
chondrocyte.

Zona kalsifikasi matrix tulang rawan


Matrix menjadi
basophil karena
kalsifikasi.
Mulai tampak
degenerasi
chondrocyte
Kalau sudah
degenerasi lacuna
mulai rusak / pecah
Kalsifikasi tulang rawan

Zona resorbsi tulang rawan & deposisi tulang


Pada daerah yang dekat ke
diaphysis.
Tampak daerah tulang rawan
yang hancur diisi oleh sel
periosteum dan jaringan
bervascular

LO 1.3 Kinesiologi
Dalam articulatio coxae, acetabulum yang merupakan bagian dari os coxae membentuk sebuah
socket. Bersama dengan labrum acetabuli, acetabulum menutupi lebih dari setengah caput
femoris. Art. coxae termasuk jenis sendi enarthrosis spheroidea. Terdapat tulang rawan pada
facies lunata sebaga penguat sendi.
Ligamentum dan musculus memiliki peran besar dalam pergerakan art. coxae dimana
ligamen berfungsi untuk mempertahankan gerak serta otot yang menggerakkan tulang. Berikut
adalah ligamentum-ligamentum tersebut.
1. Lig. iliofemorale yang berfungsi mempertahankan art. coxae tetap ekstensi, menghambat
rotasi femur, mencegah batang badan berputar ke belakang pada waktu berdiri sehingga
mengurangi kebutuhan kontraksi otot untuk mempertahankan posisi tegak.
2. Lig. ischiofemorale berfungsi mencegah rotasi interna.
3. Lig. pubofemorale berfungsi mencegah abduksi, ekstensi, dan rotasi eksterna.

19
4. Lig. capitis femoris menghubungkan acetabulum dengan fovea capitis femoris. Dalam
ligamentum tersebut terdapat pembuluh darah yang berasal dari A. obturatoria yang
mendarahi caput femoris.

Gerak Sendi:
1) Fleksi: M. iliopsoas, M. pectineus, M. rectus femoris, M. adductor longus, M. adductor brevis, M.
adductor magnus pars inferior tensor fascia lata
2) Ekstensi: M. gluteus maximus, M. semitendinosus, M. adductor magnus pars posterior, M. biceps
femoris caput longum
3) Abduksi: M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M. piriformis, M. sartorius, M. tensor fasciae lata
4) Adduksi: M. adductor magnus, M. adductor longus, M. adductor brevis, M. gracilis, M. pectineous,
M. obturator externus, M. quadratus femoris
5) Rotasi medialis: M. gluteus medius, M. gluteus minimus, M. tensor fasciae latae, M. adductor
magnus (pars posterior)
6) Rotasi lateralis: M.piriformis, M.obturator internus, M. gamelli, M. obturator externus, M. quadratus
femoris, M. gluteus maximus, M. adductores

20
LI 2. Memahami dan Menjelaskan Fraktur
LO 2.1 Definisi
Fraktur adalah hilangnya kontinuitas tulang, tulang rawan sendi, dan tulang rawan epifisis,
baik yang bersifat total maupun parsial (Rasjad, 2003)

LO 2.2 Klasifikasi

Berdasarkan sifat fraktur (luka yang ditimbulkan)


1) Faktur Tertutup (Closed), bila tidak terdapat hubungan antara fragmen tulang dengan dunia
luar, disebut juga fraktur bersih (karena kulit masih utuh) tanpa komplikasi.
2) Fraktur Terbuka (Open/Compound), merupakan fraktur dengan luka pada kulit (integritas
kulit rusak dan ujung tulang menonjol sampai menembus kulit) atau membran mukosa
sampai ke patahan tulang. Fraktur terbuka digradasi menjadi:
a. Grade I: luka bersih dengan panjang kurang dari 1 cm
b. Grade II: luka lebih luas tanpa kerusakan jaringan lunak yang ekstensif
c. Grade III: sangat terkontaminasi, dan mengalami kerusakan jaringan lunak ekstensif

Berdasarkan komplit atau ketidak klomplitan fraktur


1) Fraktur Komplit, bila garis patah melalui seluruh penampang tulang atau melalui kedua
korteks tulang seperti terlihat pada foto.
2) Fraktur Inkomplit, bila garis patah tidak melalui seluruh penampang tulang seperti:
a. Hair Line Fraktur (patah retidak rambut)
b. Buckle atau Torus Fraktur, bila terjadi lipatan dari satu korteks dengan kompresi tulang
spongiosa di bawahnya.
c. Green Stick Fraktur, mengenai satu korteks dengan angulasi korteks lainnya yang terjadi
pada tulang panjang.

Berdasarkan bentuk garis patah dan hubungannya dengan mekanisme trauma.


1) Fraktur Transversal: fraktur yang arahnya melintang pada tulang dan merupakan akibat
trauma angulasi atau langsung.
2) Fraktur Oblik: fraktur yang arah garis patahnya membentuk sudut terhadap sumbu tulang
dan meruakan akibat trauma angulasi juga.
3) Fraktur Spiral: fraktur yang arah garis patahnya berbentuk spiral yang disebabkan trauma
rotasi.

21
4) Fraktur Kompresi: fraktur yang terjadi karena trauma aksial fleksi yang mendorong tulang
ke arah permukaan lain.
5) Fraktur Avulsi: fraktur yang diakibatkan karena trauma tarikan atau traksi otot pada
insersinya pada tulang.

Berdasarkan jumlah garis patah.


1) Fraktur Komunitif: fraktur dimana garis patah lebih dari satu dan saling berhubungan.
2) Fraktur Segmental: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak berhubungan.
3) Fraktur Multiple: fraktur dimana garis patah lebih dari satu tapi tidak pada tulang yang sama.

Berdasarkan pergeseran fragmen tulang.


1) Fraktur Undisplaced (tidak bergeser): garis patah lengkap tetapi kedua fragmen tidak
bergeser dan periosteum masih utuh.
2) Fraktur Displaced (bergeser): terjadi pergeseran fragmen tulang yang juga disebut lokasi
fragmen, terbagi atas:
a. Dislokasi ad longitudinam cum contractionum (pergeseran searah sumbu dan
overlapping)
b. Dislokasi ad axim (pergeseran yang membentuk sudut)
c. Dislokasi ad latus (pergeseran dimana kedua fragmen saling menjauh)

Berdasarkan posisi frakur


Sebatang tulang terbagi menjadi tiga bagian :
1) 1/3 proksimal
2) 1/3 medial
3) 1/3 distal

LO 2.3 Etiologi
Fraktur pada regio femur sering disebabkan oleh beberapa faktor :
Osteoporosis
Kecelakaan lalu lintas
Jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi (seperti terpeleset di kamar mandi)
Trauma memuntir
Trauma yang hebat
Jatuh dari tempat yang tinggi
Trauma langsung
Trauma angulasi
Tekanan varus/valgus

Pada dasarnya tulang bersifat relatif rapuh, namun cukup mempunyai kekuatan dan daya pegas
untuk menahan tekanan. Fraktur dapat terjadi akibat :
a. Peristiwa trauma tunggal
Sebagian besar fraktur disebabkan oleh kekuatan yang tiba tiba dan berlebihan, yang dapat
berupa benturan, pemukulan, penghancuran, penekukan atau terjatuh dengan posisi miring,
pemuntiran, atau penarikan.

22
Bila terkena kekuatan langsung tulang dapat patah pada tempat yang terkena; jaringan lunak
juga pasti rusak. Pemukulan (pukulan sementara) biasanya menyebabkan fraktur melintang dan
kerusakan pada kulit diatasnya; penghancuran kemungkinan akan menyebabkan fraktur
komunitif disertai kerusakan jaringan lunak yang luas.
Bila terkena kekuatan tidak langsung tulang dapat mengalami fraktur pada tempat yang jauh
dari tempat yang terkena kekuatan itu; kerusakan jaringan lunak di tempat fraktur mungkin
tidak ada.

Kekuatan dapat berupa :


1. Pemuntiran (rotasi), yang menyebabkan fraktur spiral
2. Penekukan (trauma angulasi atau langsung) yang menyebabkan fraktur melintang
3. Penekukan dan Penekanan, yang mengakibatkan fraktur sebagian melintang tetapi disertai
fragmen kupu kupu berbentuk segitiga yang terpisah
4. Kombinasi dari pemuntiran, penekukan dan penekanan yang menyebabkan fraktur obliq
pendek
5. Penarikan dimana tendon atau ligamen benar benar menarik tulang sampai terpisah

b. Tekanan yang berulang ulang


Retak dapat terjadi pada tulang, seperti halnya pada logam dan benda lain, akibat tekanan
berulang ulang.

c. Kelemahan abnormal pada tulang (fraktur patologik)


Fraktur dapat terjadi oleh tekanan yang normal kalau tulang itu lemah (misalnya oleh tumor)
atau kalau tulang itu sangat rapuh (misalnya pada penyakit paget )
Sedangkan menurut Smeltzer & Bare (2001) penyebab fraktur dapat dibagi menjadi tiga yaitu:
Cidera Traumatik
Cidera traumatic pada tulang dapat di sebakan oleh :
Cedera langsung bearti pukulan langsung terhadap tulang sehingga tulang patah secara
spontan. Pemukulan biasanya menyebabkan fraktur melintangdan kerusakan pada kulit
diatasnya.
Cedera tidak langsung bearti pukulan langsung berada jauh dari lokasi benturan.
Fraktur yang disebabkan kontraksi keras yang mendadak dari otot yang kuat.

Fraktur Patologik
Dalam hal ini kerusakan tulang akibat proses penyakit dimana dengan trauma minor dapat
mengakibatkan fraktur dapat juga terjadi pada berbagai keadaan berikut :
Tumor tulang (jinak atau ganas): pertumbuhan jaringan baru yang tidak terkendali dan
progesif.
Infeksi seperti osteomielitis : dapat terjadi sebagai akibat infeksi akut atau dapat timbul
sebagai sebagai salah satu proses yang progesif, lambat dan nyeri.
Rakhitis : suatu penyakit tulang yang disebabkan oleh defisiensi Vitamin D yang
mempengaruhi semua jaringan skelet lain, biasanya disebabkan oleh defisiensi diet, tetapi

23
kadang-kadang dapat disebabkan oleh kegagalan absorbs Vitamin D atau oleh karena
asupan kalsium atau fosfat yang rendah.
Secara spontan : disebakan oleh stress tulang yang terus menerus misalnya pada penyakit
polio dan orang yang bertugas dikemiliteran.

LO 2.4 Patofisiologi
Ketika terjadi patah tulang yang diakibatkan oleh truma, peristiwa tekanan ataupun
patah tulang patologik karena kelemahan tulang, akan terjadi kerusakan di korteks, pembuluh
darah, sumsum tulang dan jaringan lunak. Akibat dari hal tersebut adalah terjadi perdarahan,
kerusakan tulang dan jaringan sekitarnya.. Keadaan ini menimbulkan hematom pada kanal
medulla antara tepi tulang dibawah periostium dengan jaringan tulang yang mengatasi fraktur.
Terjadinya respon inflamsi akibat sirkulasi jaringan nekrotik adalah ditandai dengan
vasodilatasi dari plasma dan leukosit. Ketika terjadi kerusakan tulang, tubuh mulai melakukan
proses penyembuhan untuk memperbaiki cidera, tahap ini menunjukkan tahap awal
penyembuhan tulang. Hematon yang terbentuk bisa menyebabkan peningkatan tekanan dalam
sumsum tulang yang kemudian merangsang pembebasan lemak dan gumpalan lemak tersebut
masuk kedalam pembuluh darah yang mensuplai organ-organ yang lain. Hematon menyebabkn
dilatasi kapiler di otot, sehingga meningkatkan tekanan kapiler, kemudian menstimulasi
histamin pada otot yang iskhemik dan menyebabkan protein plasma hilang dan masuk ke
interstitial. Hal ini menyebabkan terjadinya edema. Edema yang terbentuk akan menekan ujung
syaraf, yang bila berlangsung lama bisa menyebabkan syndroma compartement.

Faktor-faktor yang mempengaruhi:


Jatuh (simple fall) adalah kejadian dan faktor risiko yang sangat penting pada fraktur femur
proksimal (fraktur panggul) pada usia tua. Diestimasikan bahwa > 90% fraktur panggul
disebabkan oleh karena jatuh. Beberapa penelitian telah dilakukan untuk menganalisis

24
karakteristik jatuh yang menjadi risiko terjadinya fraktur hip. Arah terjadinya jatuh merupakan
determinan yang penting pada kejadian fraktur hip. Saat mengalami jatuh, risiko fraktur akan
meningkat 6 kali saat jatuh keaarah samping (sideway fall) dibanding jatuh ke depan (forward
fall) atau ke belakang (backward fall). Studi lainnya menyebutkan bahwa impaksi pada sisi
lateral pelvis meningkatkan risiko fraktur sebesar 20-30 kali lipat dibandingkan saat jatuh ke
sisi lainnya, selain itu jatuh saat berputar/berbelok berisiko menyebabkan fraktur lebih tinggi
dibanding saat berjalan lurus. Faktor lain yang berhubungan dengan risiko fraktur potensial
energi meliputi jatuh dari ketinggian, berat badan, ketebalan jaringan lunak pada regio
trochanter, kekuatan otot, kontrol neuromuskular dan kemampuan respon protektif seseorang.
Pada saat jatuh, beban kompresif yang terjadi pada hanya mencapai 85% dari total beban, 15%
beban akan didistribusikan pada struktur disekitar sendi panggul. Beban yang dialami akan
berkurang apabila ketebalan jaringan lunak regio trochanter tinggi. Namun penelitian lain
menyebutkan penurunan ketebalan jaringan lunak regio trochanter hanya berhubungan dengan
peningkatan risiko fraktur pada wanita, tidak pada pria (Jhannesdttir, 2012)

a. Fraktur collum femur


Fraktur leher femur terjadi pada proksimal hingga garis intertrokanter pada regio intrakapsular
tulang panggul. Faktur ini seirng terjadi pada wanita usia di atas 60 tahun dan biasanya
berhubungan dengan osteoporosis. Fraktur leher femur disebabkan oleh trauma yang biasanya
terjadi karena kecelakaan, jatuh dari ketinggian atau jatuh dari sepeda dan biasanya disertai
trauma pada tempat lain. Jatuh pada daerah trokanter baik karena kecelakaan lalu lintas atau
jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi seperti terpeleset di kamar mandi di mana panggul
dalam keadaan fleksi dan rotasi dapat menyebabkan fraktur leher femur. Fraktur leher femur
harus ditatalaksana dengan cepat dan tepat sekalipun merupakan fraktur leher femur stadium I.
jika tidak, maka akan berkembang dengan cepat menjadi fraktur leher femur stadium IV.

b. Fraktur intertrokanter
Fraktur intertrokanter menurut definisi bersifat ekstrakapsular. Seperti halnya fraktur leher
femur, fraktur intertrokanter sering ditemukan pada manula ataun penderita osteoporosis.
Kebanyakan pasien adalah wanita berusia 80-an.
Fraktur terjadi jika penderita jatuh dengan trauma lansung pada trokanter mayor atau pada
trauma yang bersifat memuntir. Fraktur intertrokanter terbagi atas tipe yang stabil dan tak
stabil. Fraktur yang tak stabil adalah fraktur yang korteks medialnya hancur sehingga terdapat
fragmen besar yang bergeser yang mencakup trokanter minor; fraktur tersebut sangat sukar
ditahan dengan fiksasi internal.

25
LO 2.5 Manifestasi Klinis
a. Nyeri tekan dan sakit ketika digerakkan
Nyeri terus menerus dan bertambah beratnya sampai fragmen tulang diimobilisasi. Spasme
otot yang menyertai fraktur merupakan bentuk bidai alamiah yang dirancang untuk
meminimalkan gerakan antar fragmen tulang.
b. Pembengkakan
Pembengkakan baru terjadi setelah beberapa jam atau beberapa hari setelah terjadi cedera.
Pembengkakan dan perubahan warna lokal pada kulit terjadi akibat trauma dan perdarahan
yang mengikuti fraktur.
c. Deformitas
Deformitas dapat diketahui dengan membandingkan dengan ekstremitas normal.
Deformitas dapat disebabkan karena adanya pergeseran fragmen pada eksremitas.
Ekstremitas tidak dapat berfungsi dengan baik karena fungsi normal otot bergantung pada
integritas tulang tempat melekatnya obat.
d. Krepitasi
Krepitus (suara gemeretak) dapat terdengar saat tulang digerakkan karena ujung patahan
tulang bergeser satu sama lain.

LO 2.6 Diagnosis & Diagnosis Banding


Diagnosa fraktur ditegakkan berdasarkan:
1) Anamnesa: ada trauma
Bilamana tidak ada riwayat trauma berarti fraktur patologis. Trauma harus diperinci
jenisnya, besar-ringannya trauma, arah trauma dan posisi penderita atau. ekstremitas yang
bersangkutan (mekanisme trauma).
Dari anamnesa saja dapat diduga:
a. kemungkinan politrauma
b. kemungkinan fraktur multiple
c. kemungkinan fraktur-fraktur tertentu, misalnya: fraktur Colles, fraktur suprakondilair
humerus, fraktur kolum femur
d. pada anamnesa ada nyeri tetapi bisa tidak jelas pada fraktur inkomplit
e. ada gangguan fungsi, misalnya: fraktur femur, penderita tidak dapat berjalan.
Kadang-kadang fungsi masih bertahan pada fraktur inkomplit dan fraktur impacted
(impaksi tulang kortikal ke dalam tulang spongiosa).
2) Pemeriksaan Umum
Dicari kemungkinan komplikasi umum, misalnya: syok pada fraktur multipel, fraktur
pelvis atau fraktur terbuka, tanda-tanda sepsis pada
fraktur terbuka terinfeksi.
3) Pemeriksaan status lokalis
Tanda-tanda fraktur yang klasik adalah untuk fraktur tulang panjang. Fraktur tulang-
tulang kecil misalnya: naviculare manus, fraktur avulsi, fraktur intra artikuler, fraktur
epifisis. Fraktur tulang-tulang yang dalam misalnya: odontoidservikal, servikal,
acetabulum, dan lain-lain.mempunyai tanda-tanda tersendiri.
Tanda-tanda fraktur yang klasik tersebut adalah:
A. Look
a. Deformitas
i. penonjolan yang abnormal, misalnya: fraktur kondilus lateralis humerus
ii. angulasi
iii. rotasi
iv. pemendekan

26
b. Fungsiolaesa
Hilangnya fungsi, misalnya pada fraktur kruris tidak dapat berjalan dan pada
fraktur antebrakhii tidak dapat menggunakan lengan.
B. Feel
Terdapat nyeri tekan dan nyeri sumbu
C. Move
a. Krepitasi
Terasa krepitasi bila fraktur digerakkan, tetapi ini bukan cara yang baik dan
kurang halus. Krepitasi timbul oleh pergeseran atau beradunya ujung-ujung
tulang kortikal. Pada tulang spongiosa atau tulang rawan epifisis tidak terasa
krepitasi.
b. Nyeri bila digerakkan, baik pada gerakan aktif maupun pasif.
c. Memeriksa seberapa jauh gangguan-gangguan, fungsi, gerakan-gerakan yang
tidak mampu dilakukan, range of motion dan kekuatan.
d. Gerakan yang tidak normal: gerakan yang terjadi tidak pada sendi, misalnya:
pertengahan femur dapat digerakkan. Ini adalah bukti paling penting adanya
fraktur yang membuktikan adanya putusnya kontinuitas tulang sesuai definisi
fraktur. Hal ini penting untuk membuat visum, misalnya: bila tidak ada fasilitas
pemeriksaan rontgen. Pada look-feel and move ini juga dicari komplikasi lokal
dan keadaan neurovaskuler distal.
4) Pemeriksaan Radiologis
Untuk fraktur-fraktur dengan tanda-tanda klasik, diagnosis dapat dibuat secara klinis
sedangkan pemeriksaan radiologi tetap diperlukan untuk melengkapi deskripsi fraktur dan
dasar untuk tindakan selanjutnya. Untuk fraktur-fraktur yang tidak memberikan tanda-
tanda klasik memang diagnosanya harus dibantu pemeriksaan radiologis, baik rontgen
biasa atau pun pemeriksaan canggih seperti MRI, misalnya untuk fraktur tulang belakang
dengan komplikasi neurologis. Foto rontgen minimal harus dua proyeksi yaitu AP dan
lateral. AP dan lateral harus benar-benar AP dan lateral. Posisi yang salah akan memberi
interpretasi yang salah. Untuk pergelangan tangan atau sendi panggul diperlukan posisi
aksial pengganti lateral. Untuk asetabulum diperlukan proyeksi khusus alar dan obturator.

Diagnosis banding
a. Osteitis Pubis
Peradangan dari simfisis pubis - sendi dari dua tulang panggul
besar di bagian depan panggul.

b. Slipped Capital Femoral Epiphysis


Patah tulang yang melewati fisis (plat tembat tumbuh pada tulang), yang menyebabkan
selipan terjadi diatas epifisis.

c. Snapping Hip Syndrome


Kondisi medis yang ditandai oleh sensasi gertakan terasa saat pinggul yang tertekuk dan
diperpanjang. Hal ini dapat disertai oleh gertakan terdengar atau muncul kebisingan dan
rasa sakit atau ketidaknyamanan. Dinamakan demikian karena suara retak yang berbeda
yang berasal dari seluruh daerah pinggul ketika sendi melewati dari yang tertekuk untuk
menjadi diperpanjang. Secara medis dikenal sebagai iliopsoas tendinitis, mereka sering
terkena adalah atlet, seperti angkat besi, pesenam, pelari dan penari balet, yang secara

27
rutin menerapkan kekuatan yang berlebihan atau melakukan gerakan sulit yang
melibatkan sendi panggul.

LO 2.7 Tata Laksana


1. Terapi farmakologi
Penanganan fraktur batang femur ditangani dengan cara :
A. Antibiotik
Antibiotik diberikan apabila terjadi fraktur terbuka misalnya pada fraktur corpus femur. Luka
pada fraktur terbuka harus segera diberi antibiotik karena apabila luka ditimbulkan karena
terkena benda dari luar atau luka yang kotor dan jaringan lunak banyak yang rusak, sehingga
memungkinkan mikroorganisme masuk melalui luka tersebut.
Contoh antiobiotik yang diberikan yaitu :
Penisilin G
Obat untuk terapi tetanus (C.tetani), perlu ditambahkan toksoid tetanus dan imunoglobulin
tetanus (ATS) sebab Penisilin G hanya tertuju pada pembasmian mikroorganisme vegetatif
saja
Tetrasiklin
Obat ini merupakan pengganti apabila tidak ada Penisilin G
Kombinasi benzilpenisilin dan flukloksasilin tiap 6 jam selama 48 jam
Gentamisin atau metronidazol
Mencegah dari bakteri gram negative

B. Analgesik dan Anti inflamasi Non-Steroid (AINS)


Dipakai untuk menghilangkan rasa nyeri dan mencegah proses terjadinya inflamasi pada
pasien. Contoh obat jenis analgesik dan Anti-Inflamasi Non-Steroid(AINS) diantaranya
ibuprofen, salisilat, salisilamid, diflunisial, dan para amino fenol (parasetamol)

2. Terapi non-farmakologi
Prinsip-Prinsip Pengobatan Fraktur :
A. Jangan membuat keadaan lebih buruk
Beberapa fraktur terjadi akibat trauma disebabkan oleh pengobatan yang diberikan disebut
iatrogenik.

B. Pengobatan berdasarkan diagnosis dan prognosis yang akurat


Perlu ditetapkan apakah fraktur tersebut merupakan jenis fraktur tertutup atau terbuka

C. Seleksi pengobatan untuk tujuan khusus


Menghilangkan nyeri : terjadi karena adanya trauma pada jaringan lunak dan akan
bertambah nyeri bila ada pergeseran
Memperoleh posisi yang lebih baik dari fragmen
Mengusahakan terjadinya penyambungan tulang

D. Bersifat realistik dan praktis

28
E. Menyesuaikan pengobatan sesuai dengan penderita (umur, jenis fraktur, komplikasi)

Prinsip umum pengobatan fraktur. Ada empat prinsip pengobatan fraktur:


A. Recognition, diagnosis dan penilaian fraktur
Prinsip pertama adalah mengetahui dan menilai keadaan fraktur dengan anamnesis, pemeriksan
klinis dan radiologis. Pada awal pengobatan perlu diperhatikan:
Lokalisasi fraktur
Bentuk fraktur
Menentukan teknik yang sesuai untuk pengobatan
Komplikasi yang mungkin terjadi selama dan sesudah pengobatan

B. Reduction; reduksi fraktur apabila perlu


Restorasi fragmen fraktur dilakukan untuk mendapatkan posisi yang dapat diterima. Pada
fraktur intraartikuler diperlukan reduksi anatomis dan sedapat mungkin mengembalikan fungsi
normal dan mencegah komplikasi seperti kekakuan, deformitas, serta perubahan osteoartritis
di kemudian hari. Posisi yang baik adalah :
Alignment yang sempurna
Aposisi yang sempurna

C. Retention; imobilisasi fraktur

D. Rehabilitation; mengembalikan aktifitas fungsional semaksimal mungkin

Penatalaksanaan Awal
Sebelum dilakukan pengobatan, maka diperlukan :
1. Pertolongan pertama
Membebaskan jalan nafas, menutup luka dengan perban bersih, steril dan imobilisasi fraktur
pada anggota gerak yang terkena agar penderita merasa nyaman dan mengurangi nyeri sebelum
ambulans datang.
2. Penilaian klinis
Misalnya apakah luka terkena tulang, atau ada trauma pembuluh darah atau saraf
3. Resusitasi
Kebanyakan penderita dengan cidera fraktur multipel datang dengan keadaan syok, sehingga
diperlukan resusitasi berupa cairan infus atau transfusi darah serta obat-obat anti nyeri.

Terapi pada Fraktur Terbuka

Banyak pasien dengan fraktur terbuka mengalami cidera ganda dan syok hebat. Bagi mereka,
terapi di tempat seperti pada prinsip diatas merupakan hal penting. Semua fraktur terbuka, tak
peduli seberapa ringannya harus dianggap terkontaminasi karena itu penting untuk
mencegahnya dari infeksi.
Untuk hal ini, ada beberapa hal yang penting :
1) Pembalutan luka dengan segera
2) Profilaksis antibiotik
3) Debridemen luka sedini mungkin
Pengangkatan benda asing atau jaringan yang mati misalnya kulit, Fasia, Otot mati (makanan
bagi bakteri), vaskuler, nervous, Tendon dan tulang

29
4) Stabilisasi fraktur
a. Penutupan luka
Pada luka setelah debridemen, dapat ditutup dengan dijahit, atau dengan cangkokan kulit.
b. Perawatan setelahnya
Tungkai ditinggikan di atas tempat tidur, jika luka dibiarkan terbuka, periksa setelah 5-7 hari,
jika terjadi toksemia atau septikemia dilakukan drainase.
Tindakan terhadap fraktur terbuka:
a. Nilai derajat luka, kemudian tutup luka dengan kassa steril serta pembidaian anggota gerak,
kemudian anggota gerak ditinggikan.
b. Kirim ke radiologi untuk menilai jenis dan kedudukan fraktur serta tindakan reposisi
terbuka, usahakan agar dapat dikerjakan dalam waktu kurang dari 6 jam (golden period 4
jam)
c. Penderita diberi toksoid, ATS atau tetanus human globulin.

Perawatan fraktur leher femur tergantung pada usia pasien. Pada anak-anak di bawah usia 16
tahun dengan fraktur undisplaced dan berdampak patah tulang dapat ditangani dengan gips atau
traksi. Untuk mendeteksi dislokasi, pemeriksaan Roentgen sangat penting pada setiap minggu
selama satu bulan. Jika fraktur terdapat dislokasi maka harus tetap dilakukan pembedahan
dengan pin atau sekrup.

Antara umur 16 sampai 60 tahun (orang yang aktif dengan deposit tulang baik) dengan patah
leher femur baik yang tidak ada dislokasi dan ada dislokasi tetap dilakukan fiksasi dengan
sekrup pinggul dinamis (Kompresi platewith plat) atau beberapa sekrup.

Dynamic hip screw


Fraktur impaksi dapat dirawat dengan istirahat dan traksi untuk
beberapa minggu diikuti dengan latihan yang lembut.Jika bagian
fraktur terpisah maka operasi dilakukan.

Di luar usia 60 tahun (orang yang kuang aktif atau dengan deposit tulang yang sedikit) semua
patah leher femur undisplaced dan dislokasi dilakukan perawatan dengan pemindahan kepala
femoralis dan penggantian dengan prostesis (ujung atas femur tulang buatan) seperti Austin
Moore atau bipolar. Fraktur impaksi dirawat sama dengan sebelumnya.

Prosthesis Austin Moore


Berikut foto sinar x menunjukkan fraktur leher femur pada anak laki-
laki berusia 13 tahun.Foto pertama diambil 20 hari setelah fraktur.Anda
dapat melihat rekahan dislokasi.Foto selanjutnya diambil 1 hari setelah

30
pembedahan memperbaiki fraktur dengan sekrup.Foto yang paling
bawah menunjukkan fraktur bersatu setelah 2 bulan.

Pemasangan sekrup pada fraktur leher femur

Penyatuan fraktur

Berikut foto seorang pasien laki-laki berusia 35 tahun yang datang berobat 1 bulan setelah
mempertahankan fraktur leher femur dislokasi. Foto pertama menunjukkan fraktur. Dia
berhasil dioperasi dengan osteotomy valgus (berbentuk baji memotong tulang) dan fiksasi
dari fraktur dengan plat samping dan sekrup.Foto kedua diambil 2 bulan setelahnya.Sekarang
memungkinkan pasien untuk berjalan dengan bantalan berat parsial pada ekstremitas. Foto
ketiga diambil lima bulan setelah operasi. Sekarang fraktur telah bersatu. (8)

Fraktur, 2 bulan setelah pemasangan sekrup, dan 5 bulan setelah pemasangan sekrup
(Gambar dari kiri ke kana)
31
Pengobatan fraktur tertutup bisa konservatif dan operatif.
1. Terapi konservatif
a. Proteksi saja
b. Imobilisasi saja tanpa reposisi, misalnya pemasangan gips pada fraktur inkomplit dan
fraktur dengan kedudukan baik.
c. Reposisi tertutup dan fiksasi dengan gips
d. Traksi, untuk reposisi secara perlahan
2. Terapi operatif
a. Reposisi terbuka, fiksasi interna
b. Reposisi tertutup dengan control radiologis diikuti fiksasi eksterna.

Tata laksana fraktur collum femoris

32
Penangangan fraktur leher femur yang bergeser dan tidak stabil adalah reposisi tertutup dan
fiksasi interna secepatnya dengan pin yang dimasukkan dari lateral melalui kolum femur. Bila
tidak dapat dilakukan pembedahan ini, cara konservatif yang terbaik adalah mobilisasi langsunf
dengan pemberian anestesi intraartikuler dan menggunakan tongkat. Mobilisasi dilakukan agar
terbentuk psedoartrisus yang tidak nyeri sehingga penderita diharapkan bias berjalan dengan
sedikit pemendekan dan sedikit rasa sakit yang dapat ditahan.Terapi operatif dianjurkan pada
orang lanjut usia berupa penggantian kaput femur dengan prosthesis atau eksisi kaput femur
diikuti dengan mobilisasi dini pascabedah

LO 2.8 Pencegahan
1. Orang orang osteoporosis harus diperiksa secara rutin untuk menemukan untuk
menemukan factor- factor yang menyebabkan hipotensi postual dan memberikan bantalan
tulang panggul sebagai pelindung.
2. Manula dengan devisiensi vitamin D harus dipertimbangan pemberian suplemen.

LO 2.9 Prognosis
Konfigurasi fraktur dapat menentukan prognosis serta waktu penyembuhan fraktur,
misalnya penyembuhan fraktur transversal lebih lambat dari fraktur oblik karena kontak yang
kurang. (Rasjad, 2012)

LO 2.10 Komplikasi
a. Syok: Syok hipovolemik atau traumatik akibat pendarahan (baik kehilangan darah eksterna
maupun yang tidak kelihatan) dan kehilangan cairan eksternal kejaringan yang rusak.
b. Sindrom emboli lemak: Pada saat terjadi fraktur globula lemak dapat masuk kedalam
pembuluh darah karena tekanan sumsum tulang lebih tinggi dari tekanan kapiler atau karena
katekolamin yang dilepaskan oleh reaksi stres pasien akan memobilisasi asam lemak dan
memudahkan terjadinya globula lemak dalam aliran darah.
c. Sindrom kompartemen: merupakan masalah yang terjadi saat perfusi jaringan dalam otot
kurang dari yang dibutuhkan untuk kehidupan jaringan. Ini bisa disebabkan karena
penurunan ukuran kompartemen otot karena fasia yang membungkus otot terlalu ketat,
penggunaan gips atau balutan yang menjerat ataupun peningkatan isi kompartemen otot
karena edema atau perdarahan sehubungan dengan berbagai masalah (misal : iskemi, cidera
remuk). Sindrom ini dapat ditangani dengan fascioctomi untuk tindakan operatif dan hindari
elevasi.
d. Trombo-emboli: obtruksi pembuluh darah karena tirah baring yang terlalu lama. Misalnya
dengan di traksi di tempat tidur yang lama.
e. Infeksi: pada fraktur terbuka akibat kontaminasi luka, dan dapat terjadi setelah tindakan
operasi.
f. Osteonekrosis (avakular): tulang kehilangan suplai darah untuk waktu yang lama (jaringan
tulang mati dan nekrotik).
g. Osteoatritis: terjadi karena faktor umur dan bisa juga karena terlalu gemuk.
h. Koksavara: berkurangnya sudut leher femur.
i. Anggota gerak memendek (ekstremitas).

33
Komplikasi lanjut
a. Delayed union: proses penyembuhan tulang yang berjalan dalam waktu yang lebih lama
dari perkiraan (tidak sembuh setelah 3-5 bulan).
b. Non union: kegagalan penyambungan tulang setelah 6-9 bulan.
c. Mal union: proses penyembuhan tulang berjalan normal terjadi dalam waktu semestinya,
namun tidak dengan bentuk aslinya atau abnormal.

34
DAFTAR PUSTAKA

Davery, P. 2005. At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga


Moore LK, Dalley AF. 2013. Anatomi Berorientasi Klinis Edisi 5 Jilid 2.Jakarta:Erlangga
Paulsen, F. dan J. Waschke. 2010. Sobotta: Atlas Anatomi Manusia. Edisi 23. Jakarta: EGC.
Rasjad,c. 2003. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Makassar: Bintang Lamumpatue
Rasjad, Chairuddin. 2012. Pengantar Ilmu Bedah Ortopedi. Jakarta: Yarsif Watampone.
Smetzer, Suzanna. C. dkk. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth. Edisi
8, vol 3. Jakarta : EGC.

35

You might also like