Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sebelum diambil alih oleh Prancis, wilayah Indocina terbagi menjadi tiga
wilayah kesatuan merdeka, yang terpisah secara politik dan budaya. Vietnam yang
kerajaan yang beribukota di Hue, dan terdiri atas Anam, Cochincina, dan Tongking,
Cina, tetapi Cina jarang mencampuri urusan dalam negeri Vietnam. Kampuchea
menyatukan semua unit itu dalam satu kekuasaan kolonial. Siam sendiri bertahan
terutama sebagai nagara penyangga antara kekuasaan kolonial Inggris dan Prancis.
B. Rumusan Masalah
1
C. Tujuan Penulisan
berikut:
kedatangan Prancis.
D. Manfaat Penulisan
2
BAB II
PEMBAHASAN
Behaine. Uskup Pigneau memberi bantuan militer kepada Pengeran Nguyen Anh dan
membantunya meraih takhta Vietnam pada 1802. Sebagai ucapan terima kasih
pemerintah Prancis di Eropa tidak berada dalam posisi untuk mengambil keuntungan
dari situasi itu kerena adanya revolusi dan perang-perang Napoleon serta perubahan-
perubahan yang mengikutinya. Salah satu faktor penting yang perlu diperhatikan pada
politik Gia Long yang bersifat toleran tidak diteruskan oleh para penggantinya.
terputus, konsul Prancis dikeluarkan dari Hue, dan pengejaran terhadap kaum
misionaris Katolik dimulai, Minh Mang adalah seorang Konfusius yang mengagumi
3
Meskipun ada larangan dari pihak istana terhadap pengikut baru dan
menyebutnya), bencana alam, garis pantai yang panjang yang tidak dapat diawasi
oleh pihak istana secara efesien, menurunnya tingkat konflik dengan penganut
Buddhisme Vietnam untuk sementara waktu, dan tidak adanya perlawanan dari
seperti yang terdapat di Cina. Dinasti Nguyen dan para intelektual membangun
masyarakat dan jauh dari keinginan para petani yang mendukungnya. Dinasti nguyen
tidak pernah benar-benar dapat menegakkan pemerintahan yang sah di tingkat desa,
maupun selatan serta kekacauan berkembang lebih buruk dalam kurun waktu 1840-an
dan 1850-an.
misionaris Katolik, tetapi utusannya tersebut tidak diterima oleh pemerintah Prancis.
4
Pada tahun 1843 dan tahun-tahun selanjutnya Prancis mengirim kapal-kapal
merupakan awal kekerasan yang lebih sistematis dari kedua belah pihak.
kebijakan yang lebih keras lagi, bahkan ia membubarkan komunitas Katolik pribumi
Eropa, 3000 orang pendeta pribumi, dan 30.000 penganut Katolik dibantai di
Vietnam. Inilah yang menyebabkan Prancis bersikap lebih keras di Vietnam sampai
Spanyol dari Tongking, Mgr. Diaz, maka Prancis segera memberikan reaksinya
berhasil menduduki benteng Da Nang, tetapi banyak tentara yang tekena wabah
penyakit.
kompleks pertahanan di Gia Dinh (sekarang: Saigon) pada 17 Februari 1859. Bulan
5
April laksamana Genoully kembali ke Da Nang walaupun sedang terjadi wabah
Pihak Vietnam juga tetap melakukan perlawanan, akhirnya pada 1862 tercapai
Prancis, hal ini membuahkan koloni Prancis yang dikenal sebagai Cochincina.
Adapun isi perjanjian tersebut antara lain; umat katolik diizinkan beribadah secara
bebas di seluruh wilayah Vietnam, dibukanya tiga buah pelabuhan untuk perdagangan
Prancis dan untuk tempat tinggal, dan suatu jumlah kerugian perang yang dijanjikan
oleh Kaisar. Pada waktu yang bersamaan ketiga provinsi bagiat timur Cochincina
yaitu Bien Hoa, Gia Dinh, dan My Tho diserahkan kapada Prancis. Kemudian pada
1867 Prancis berhasil menduduki wilayah Cochincina bagian Barat. Hal tersebut
Vietnam. Tujuan Prancis saat itu membuat koloni Cochincina bukan ingin
melindungi kaum misionaris mereka, tetapi tujuan yang lebih besar adalah menyaingi
wilayah dari kekuasaan Inggris, karena Prancis sangat terbebani oleh tindakan Inggris
yang terus memperluas daerah jajahan di Asia. Fakta tersebut didapat dari pengakuan
timur.
6
Intervensi Prancis di Vietnam awalnya sama saja dengan eksploitasi militer
yang elite. Apabila agama Katolik mau menerobos di antara kaum elite, maka jelas ia
mengizinkan persaingan dan pernyataan damai yang tidak menentu dari sudut
pandang yang berbeda dan berlawanan, terutama apabila sudut pandang yang
Ketika keluarga kekaisaran Vietnam tumbuh lebih besar dalam abad XIX,
Duc juga senantiasa berjaga-jaga terhadap kudeta dikalangan istana dan rumah
tetangganya sendiri, suatu ciri baru di dalam sejarah dinasti Nguyen. Usaha pertama
Hong Bao, yang berharap mengantikan Tieu-Tri pada 1847. Merencanakan untuk
merebut takhta dari jalan kekerasan, Hong Bao membentuk sebuah kelompok yang
yang menarik kesetiaan dan bantuan setiap orang katolik pribumi di daerah itu.
Rupanya Hong Bao menjanjikan kebebasan dan bahkan hak-hak istimewa bagi
7
orang-orang katolik pribumi apabila ia berhasil menggusur Tu-Duc. Akan tetapi,
Dalam 1864-1865 takhta Tu-Duc digoncankan oleh usaha kudeta yang lain,
yang melepaskan ketiga provinsi di selatan kepada pihak Prancis, kaum elite
daerah di Thua Thien, Nghe An, Hanoi, dan Dam Dinh berdemonstrasi menentang
perjanjian yang harus tentara. Kaum elite Vietnam takut terhadap penghianat dalam
golongannya sendiri; sebuah pengumuman dari awal 1850 an memberi waktu sebulan
bagi pegawai-pegawai istana yang beragama Katolik secara rahasia untuk menahan
diri; bagi para pegawai provinsi diberi waktu enam bulan. Oleh karena perjanjian
1862 memberi hak kepada orang-orang Prancis untuk menyebarkan agama Katolik di
Vietnam, maka perjanjian itu menimbulkan perang agama antar orang-orang Vietnam
kelompok yang bertujuan untuk merekrut sebuah pasukan liar untuk membunuh
orang Katolik dan orang birokrat tertentu. Dalam keanggotaan kelompok itu
termasuk seorang suami ratu, cucu Minh-Mang, hakim distrik, dan sekitar 25 orang
8
lainnya, yang beberapa diantaranya adalah para putra pejabat tinggi provinsi. Akan
Ada segi yang lebih positif dari persebaran agama Katolik diantara misionaris
pegawai Tu-Duc yang keras kepala. Sementara beberapa orang pegawai yang
beragama Katolik yang secara tidak terang-terangan di Hue, yang dijauhkan dari
kaisar dan tidak berdaya untuk menyatakan ketidaksepakatannya acara resmi dalam
persekongkolan seperti konspirasi Hong Bao, maka beberapa ilmuan pribumi Katolik
dengan berfungsi sebagai penengah yang konstuktif antara peradaban Barat dan
istana Vietnam, loyalis Katolik yang demikian itu memperoleh jauh lebih banyak
perubahan dan status quo dari pada kaum birokrat pada umumnya. Hal itu disebabkan
karena satu hal, yaitu mereka tahu lebih banyak mengenai dunia Barat. Lagi pula,
karena menjadi Katolik mereka tidak dapat meningggalkan kekuasaan mereka sendiri
Konfusianisme tanpa ada perubahan didalam sitem itu. Akan tetapi, mereka itu
Kelompok kecil menengah Katolik yang loyal dikalangan kaum elite tidak mungkin
kepada mereka.
memperoleh pendidikan tradisional dan dapat menulis huruf Cina klasik dengan
9
bagus. Pada usia mudanya ia berkenalan dengan seorang pendeta misi Prancis,
Gauthier, yang mengajarinya bahasa Prancis dan membawanya kembali ke Italia dan
audiensi dengan Paus Pius IX, yang menghadiahinya 100 buah buku Barat. Setibanya
kembali di Vietnam, sebagai seorang pegawai provinsi Antara 1863 dan 1871, To
mengubah birokrasi.
provinsi, prefektur, dan distrik di Vietnam untuk mengurangi jumlah pegawai yang
tinggal kemudian dapat dinaikkan sebagai alat penangkal terhadap suap dan korupsi.
harus dipisahkan secara eksplisit sesuai dengan pemisahan kekuasaan dari doktrin
oleh spesialis asing, yang akan menghasilkan sebuah angkatan perang Vietnam
sistem perpajakan yang lebih adil berdasarkan sensus penduduk yang baru dan survei
tanah, meningkatkan pajak dan dia juga mengharapkan supaya koperasi rapat
10
menghasilkannya, mengakhiri dikotomi tradisional antara penguasa yang melek huruf
dan rakyat yang buta huruf. Dia menghendaki penggunaan huruf Cina dihapuskan
dan diganti dengan huruf latin, sehingga para petani dapat diajarkan membaca dengan
cepat. Jika tujuan jabatan bagi pegawai sipil masih hidup, To akan menekankan
bahwa kelangsungan hidup sistem itu harus memenuhi persyaratan pengetahuan yang
diujikan.
Ide revolusi institusional yang diciptakan oleh orang Katolik yang percaya
(vested interest) adalah total, para ilmuan konfusianisme, para birokrat, tuan tanah,
dan pedagang asing yang menjadi korban dan dipungut pajak yang lebih berat. Ketika
To meninggal pada 1871 Vietnam mengarah kapada kehancuran yang tidak dapat
dicegah. Akan tetapi, yang terpenting ialah bahwa sejak awal 1860-an sisis luar kaum
elite Vietnam telah banyak dari rekomendasinya yang lebih ambisius daripada
kebijakan modern yang akan dihasilkan oleh para kolonialis Prancis Antara 1880-an
Misalnya pada 1864, istana melancarkan sebuah program pelajaran bahasa Prancis
dengan mengundang seorang Katolik pribumi, Nguyen Hoang, supaya datang ke Hue
untuk mengajar dan menerjemahkan buku-buku Barat. Akan tetapi, tekanan Prancis
sangat bertubi pada satu sisi yang tidak memungkinkan birokrasi Vietnam menyerah
tanpa menyetujui akan kepunahannya sendiri. hak Prancis untuk mengubah Vietnam
11
kedalam masyarakat yang dibeda-bedakan secara ideologis, sehingga agama Katolik
dapat bersaing dengan birokrasinya secara ideologis dan institusional. Karena tradisi
mendamaikan konflik yang akan terjadi sinkritisme dari tiga agama tradisional yaitu
memikirkan cara gaya Eropa dalam mengatur koeksistensi agama yang berbeda.
Banyak orang Vietnam menafsirkan apa yang oleh orang Prancis sebagai kebebasan
Sebagian hal itu disebabkan karena masalah kepribadian raja. Raja Tu-duc tidak
memiliki penasehat tingkat tinggi yang berani menghadapi partai ortodoks di istana;
dia didukung ibunya yang ultrakonservatif yang menguasainya. Ditambah lagi Tu-
duc ditimpa penyakit fisik, dan ini sering menyebabkan ia beranggapan bahwa ada
Dari jauh Tu-duc berupaya untuk memerintah unit-unit dan para komandan
strategiamatir melainkan karena menurut teori dan adat itulah cara sebuah dinasti
mereka lambat laun dapat mengusik kesatuan tentara Prancis untuk menarik diri.
Akan tetapi, apabila monarki meninggalkan Hue yang sangat mudah untuk diserang
dari laut, dan memindahkan ibukota ketempat lain yang lebih aman, dia akan
12
mengikuti prosedur historis yang sah dan akan dapat memformulasikan suatu
peperangan lama. Akan tetapi dia juga akan menghadapi pokok persoalan yang jauh
lebih banyak terhadap kebutuhan dan permintaan dari pihak rakyat dalam jumlah
yang besar. Akhirnya jika para peninjau dan para utusan dikirim keluar negeri untuk
memperoleh pengertian yang lebih baik mengenai ancaman dari pihak asing,
politik Prancis dan menasihati istana untuk mengadakan perubahan yang perlu. Akan
tetapi ada kemungkinan juga bahwa mereka akan membawa kembali doktrin yang
menafik yang dapat merusak dasar sistem politik Vietnam. Apabila orang terpelajar
melawat keluar negeri atas kehendaknya sendiri dan kembali dengan membawa
saran-saran yang luas, maka mereka itu diperlakukan dengan kecurigaan dan
permusuhan.
pertahanan yang sesuai. Dalam keadaan kritis itu para Mandarin yang selalu dibina
dapat menggerakkan tambahan kekuatan angkatan laut dan darat secara besar-besaran
ke Gia Dinh. Kunci peperangan terjadi pada akhir Februari 1861 di Ky-Hoa
13
seksama oleh jendral Nguyen Tri Phuong tepat diluar kota. Angkatan perang Vietnam
yang agak besar (22.000) tampaknya mempertahankan posisi mereka dengan bandel;
akan tetapi pasukan meriamnya jauh lebih lemah dibandingkan dengan Prancis, dan
Vietnam yang bersifat progresif, terorganisasi secara resmi dan timbulnya perlawanan
regional secara umum didaerah delta sungai Mekong, kebanyakan dipimpin oleh
golongan intelektual lokal yang menolak mengikuti usaha Hue yang menempuh jalan
hati-hati dalam mencari perdamaian yang bersifat kompromis dengan orang barbar.
mengikuti strategi yang sama dengan yang diterapkan terhadap Peking, yaitu mereka
mendukungnya sebagai penguasa lokal untuk memelihara status quo yang baru. Ini
merupakan yang pertama dalam rentetan usaha Prancis yang panjang, baik untuk
1885 dengan sikap tunduk terhadap semua masalah esensial dari pihak orang Vietnam
yang memilih tetap tinggal di Hue. Ini merupakan persekutuan yang keterlaluan yang
akan memelihara banyak aspek kekolotan istana Vietnam pada abad XX.
14
para kolaborator dan pengiriman pesan yang bersifat terus terang kepada wakil istana
istana kaitan antara kekuatan militer Prancis yang superior dan meningkatnya para
patriot yang berani dan tegas, antara usaha menciptakan perdamaian dan mendorong
perlawanan yang pada akhirnya tidak ada yang dilakukan secara efektif. Perlawanan
yang tidak teratur cukup mantap pada akhir 1862 dan awal 1863 untuk memeksa unit-
unit prancis untuk mengundurkan diri dari tempat-tempat yang terpencil dan
beberapa konsesi kepada Hue, tetapi partai kolonial yang sedang tumbuh di Paris dan
Prancis di daerah delta Sungai Mekong berkembang sebagai akibat perlawanan lokal
Salah seorang pemimpin perlawanan di daerah selatan yang merupakan tokoh yang
paling penting dari tipenya sebelum 1920-an dan 1930-an ialah Truong Dinh (juga
dikenal Troung Cong Din) yang dlahirkan di Vietnam Tengah pada 1820, anak
15
D. Dampak Serangan Prancis
dan rakyat biasa sangatlah penting. Dalam arti sempit, politik perdamaian Tu-Duc
menjadi berantakan. Adapun apa yang paling penting dari 1867 adalah bersifat
psikologis. Di antara para Partisan di daerah selatan, peristiwa itu mula-mula berarti
disintegrasi dalam gerakan dan kambuhnya kembali sebagian besar rakyat daerah
Sebagian besar golongan intelektual yang tidak ikut terbunuh kini memilih
terkemuka desa dan kepala daerah hal itu adalah saatnya untuk mulai, di bawah
dominasi kolonial Prancis, berpikir tentang penyelamatan sesuatu bagi mereka sendiri
dan keluarga mereka. Sampai 1867 hanya sedikit rakyat terpelajar yang bekerja sama
dengan pihak Perancis. Sesudah 1867 alasan-alasan yang lebih positif dan logis untuk
mencemoohkan kolaborasi dan yang berusaha meneruskan cita-cita Troung Dinh dan
tokoh-tokoh yang hidup sezaman dengannya. Media mereka biasanya berbentuk puisi
yang merupakan suatu refleksi dari keinginan mereka untuk menyebarluaskan ide-ide
16
mereka di kalangan rakyat. Keadaan jiwa mereka bergerak dari sifat pembunuhan
yaitu mereka yang baru saja kehilangan nyawa dalam penyerangannya terhadap
Prancis. Seorang tokoh penulis yang paling terkenal yang menentang kolaborasi di
daerah selatan ialah Nguyen Dinh Chieu yang dilahirkan di Provinsi Gia Dinh pada
ialah kekuasaan yang diberikan kepada Perancis atas daerah delta Sungai Mekong.
dan Francis Gamier dikirim untuk mengeksplorasi rute itu, sementara administrasi
menawarkan sebuah rute alternative, dan kita akan memasuki fase ekspansi Prancis
berikutnya Vietnam.
Pukulan Prancis berikutnya terjadi antara 1872 dan 1874 di ujung Vietnam
yang berlawanan dengan petualangan yang berani dari agen-agen sukarelawan Jean
17
Dupuis dan Prancis Gamier yang dibantu oleh Laksamana Jules-Marie Durpredi
Saigon.
Pada waktu itu keadaan Tongking serba kacau. Para pelarian dari
kelompok bersenjata menteror negeri itu. Dengan adanya situasi yang demikian itu
mereka ialah adanya perselisihan yang timbul antara Jean Dupuis dan para mandarin
dari Hanoi. Dupuis ingin mengangkut muatan garam ke Yunan, dan ketika para
mandarin bentrokan bersenjata antara para mandarin dan suatu kelompok kecil
tentara bayaran di bawah Dupuis. Pada 1873 Francis Gamier (1839-1873) dikirim ke
sana oleh para penguasa Prancis untuk membicarakan sebuah pemukiman. Ketika
mereka dan Garnier mati terbunuh dalam suatu penyergapan. Peristiwa itu seluruhnya
kolonial. Laksamana Durpe, yang merasa malu secara politis, memerintahkan seorang
diplomat Prancis untuk berkunjung ke utara bersama seorang pejabat Hue untuk
mungkin sama lagi: dinasti Nguyen kini tidak mendapat kepercayaan lagi di utara
dendam terhadap mereka yang bersedia bekerja sama secara terbuka dengan orang-
orang asing, terutama orang-orang Katolik pribumi. Akhirnya, pada 1874 sebuah
perjanjian baru antara Tu-Duc mengakui kedaulatan Prancis atas Cochincina; seorang
18
residen Prancis diizinkan bermukim di Hue dan konsul-konsul Prancis di pelabuhan-
Merah; dan kebebasan beribadah sekali lagi kepada semua orang Katolik yang hidup
menjadi sangat kompleks, yang mencerminkan keruntuhan umum dan tatanan yang
telah ada serta perasaan anti-Dinasti yang meningkat. Kecuali kaum partisan yang
sisa-sisa kaum pemberontak Taiping dari Cina yang sebagian dibayar secara teratur
oleh Hue dan sebagian lagi disubsidi oleh Prancis. Juga kita jumpai kesatuan tentara
para keturunan dinasti Le, suku-suku pegunungan yang suka memberontak, dan
terakhir beberapa unit istana di sekeliling posisi Son Tay yang strategis, yang masih
Raja Tu-Duc yang menyadari bahwa Cina sedang berusaha memperkuat diri,
dank arena ia tak sanggup lagi berhadapan secara militer dengan Perancis, kini
perhatiannya semakin diarahkan untuk memperoleh bantuan dari Peking. Akan tetapi,
pihak Prancis tidak berpaku tangan sementara Hue dan Peking bekerja sama untuk
mengeluarkan mereka dari Vietnam Utara. Pada April 1882 Kapten Henri Riviere
19
sebelumnya telah mendesak Tu-Duc untuk menyetujui suatu strategi mengulur-ulur
benteng. Hoang Dieu dan beberapa orang pemimpin lain menyadari akan kapasitas
angkatan laut Prancis untuk menguasai pantai Vietnam dan sistem sungainya.
terhadap daerah-daerah pegunungan yang akan memberi ciri sebagian besar usaha-
usaha perlawanan yang jelas untuk delapan tahun berikutnya. Akan tetapi, Hoang
Dieu tahu bahwa permintaannya ditolak dan setelah tujuh jam bombardemen yang
dilakukan oleh angkatan laut Prancis, akhirnya suatu tembakan tepat meengenai
sebagian besar tentaranya, melainkan ia menulis pesan selamat tinggal kepada rajanya
tindakannya yang paling tegas setelah Hanoi jatuh dengan menguat pertahanannya di
Thuan An, tidak jauh dari ibu kota Hue. Jendral yang ditugaskan mempertahankan
luar penglihatan pihak Prancis. Akan tetapi, Hoang tidak menurut perintah raja; dia
beserta anggota-anggota lain dari partai perang sebagian besar di Hue, pada
yang akan memasuki Vietnam Utara, dan bukannya pada perlawanan rakyat mereka
20
sendiri. Jika harapan-harapan itu tidak terpenuhi, maka sebagian pejabat tinggi akan
Dalam hal itu, satu-satunya unit yang terorganisasi dengan baik di utara dalam
menghadapi pihak Prancis dipimpin oleh mantan pimpinan Cina, Liu Yung-fu (dalam
bahasa Vietnam, Luu Vinh Phuc), orang yang bertanggung jawab atas kematian
Garnier. Dia mencari tempat pengungsian di seberang perbatasan Vietnam pada 1865
Merah. Unit-unitnya, yang sering disebut Co Den (Bendahara Hitam) terdiri atas
campuran bangsa Vietnam, Cina, dan kesatuan-kesatuan suku bangsa yang sebagian
besar berperang untuk merampok dan dan kelangsungan hidup mereka, tetapi juga
karena perasaan benci terhadap orang-orang Barat dan perasaan kesadaran kelas.
Mereka memperlihatkan kekerasan Khusus antara 1882 dan 1884, sebagian karena
Liu menyadari bahwa dominasi Prancis akan mengakhiri eksistensi mereka yang
Kwangsi dan dari Yunan pada Juli 1882. Setelah negosiasi-negosiasi yang
merasa cukup yakin untuk mencoba serangan mendadak di Barat Hanoi dalam
perjalanan ke Son Tay. Akan tetapi, unit-unit Co Den, yang bertindak berdasarkan
informasi dari seorang juru bahasa Vietnam yang sedang dalam perjalanan bersama
21
orang-orang Prancis, menangkap Riviere di Cau Giay. Riviere bersama tiga puluh dua
Kekalahan Cau Giay dan di atas semuanya, parade kemenangan Riviere yang
keras kepala dari desa ke desa mungkin merupakan kehilangan muka yang paling
serius di Indocina sebelum peperangan Prancis dengan Jepang pada 1940. Sebenarnya
Majelis Umum Nasional Perancis telah memutuskan pengiriman uang untuk bala
minoritas, yaitu militer, komersial, birokrasi, dan religious semua pengaruh yang
telah mereka cari bertahun-tahun. Strategi menyerang Istana Vietnam secara langsung
hidup kembali; pada Agustus 1883 unit-unit Prancis mendarat di Thuan An dan
bagi sebuah protektorat baru, sementara sepanjang waktu pihak militer bersiap-siap di
sekitar Hue.
Sementara itu, Raja Tu-Duc meninggal dalam Juli. Istana kemudian menjadi
arena perjuangan antar kekuatan, lengkap dengan kudeta-kudeta kecil istana, raja-raja
yang tinggal di Vietnam. Pada awal 1884 Ton That Thuyet, seorang mandarin militer
yang keras dan merupakan musuh bebuyutan dari bangsa Prancis muncul di
22
dan pasukan-pasukan lokal. Akan tetapi, Ton That Thuyet menunda satu setengah
sebelumnya, yaitu penarikan mundur raja dari Hue ke daerah-daerah pegunungan dan
proklamasi gerakan perlawanan yang luas. Akan tetapi, hal itu telah terlambat. Pada
waktu itu Prancis telah menemukan kelompok kolaborator yang terdiri atas para
mandarin yang penting di istana, telah menghancurkan sisa-sisa tentara istana di Son
Tay, dan telah memaksa orang-orang Cina menghentikan peperangan dan melepaskan
Prancis. Oleh karena persenjataan Prancis lebih unggul, maka akhirnya kekaisaran
Vietnam yang baru, Hiep-Hoa, dipaksa untuk mengakui sukses-sukses yang dicapai
Prancis dalam perjanjian Hue ditandatanganinya pada 1883. Sekarang Anam dan
mereka di Tongking. Ketika perjanjian Hue diratifikasi pada 1884, maka kaisar
Yang penting di dalam peperangan antara tentara Cina dan unit-unit Prancis
atau kadang-kadang bangkit secara bebas untuk mengusir bangsa Prancis meskipun
beberapa unit Cina telah memperlihatkan suatu kecenderungan untuk tidak mengakui
kekuasaan Vietnam dan kepekaan etnis. Akan tetapi, pihak Prancis juga telah mulai
23
mengorganisasi unit-unit kolonial pribumi untuk dimanfaatkan di daerah utara, yang
diambil dari orang-orang Katolik dan para petani Cochincina. Pada akhirnya, bagi
banyak orang Vietnam penceritaan psikologis yang paling dalam akan berasal dari
suatu realisasi bahwa orang-orang Prancis sejak itu dan seterusnya telah berhasil
24
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Sebelum terbentuk menjadi sebuah negara dan dijajah oleh Prancis, Vietnam
awalnya memang sudah terlebih dahulu dijajah oleh Cina. Pengaruh Cina cukup kuat
di Vietnam, baik dari aspek ekonomi, sosial maupun kebudayaan. Pada awal abad 19
Prancis mulai memberi pengaruh terhadap kerajaan Vietnam dengan cara mengirim
Pada tahun 1820an Kaisar Minh-Mang menerapkan kembali budaya Cina dan
Vietnam dengan Prancis terputus, para misionaris diusir dari Vietnam dan Prancis
mulai menyerang Vietnam dengan serius. Tahun 1883 akhirnya Prancis berhasil
Sistem pendidikan modern gaya Barat dikembangkan dan agama Kristen diperkuat
mempromosikan ekspor tembakau, nila (indigo), teh dan kopi. Tahun 1887 Wilayah
25
Tonkin, Annam, Cochincina, Laos dan Kamboja dikategorikan sebagai daerah
Semangat kebangsaan itu tetap membara sampai pada pendudukan Prancis. Politik
asimilasi yang diterapkan Prancis berakibat buruk bagi Prancis sendiri. Kebijakan
di Vietnam. Mereka inilah yang nanti akan melakukan perlawanan dalam bentuk
melawan Prancis mulai dari tahun 1900an, pasca perang dunia I, dan terus berlanjut
B. Saran
Mempertahankan budaya asli negeri kita sendiri memang penting, tetapi kita
juga tidak bisa menghindari pengaruh-pengaruh yang datang dari luar. Tidak salah
memang kalau kita harus menerima hal-hal baru dari budaya luar, karena itu suatu
langkah untuk menuju kemajuan, apalagi untuk wilayah Asia Tenggara yang masih
Dari peristiwa invasi Prancis di Vietnam kita dapat mengambil hal positif,
26
DAFTAR PUSTAKA
http://file.upi.edu/Direktori/FPIPS/JUR._PEND._SEJARAH/1971010119990
31-WAWAN_DARMAWAN/Imperilisme_di_Asteng.pdf , diakses 26
Oktober 2013.
27