Professional Documents
Culture Documents
Chapter II - 2
Chapter II - 2
TINJAUAN PUSTAKA
Perubahan kognitif (sentral) : kecemasan, ketakutan, gangguan tidur dan putus asa
perifer1,3,30,35,37.
2.4.4 Persepsi
Hasil akhir dari proses interaksi yang kompleks dari proses tranduksi,
transmisi dan modulasi yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu proses
subjektif yang dikenal sebagai persepsi nyeri, yang diperkirakan terjadi pada
Parasetamol
terjadi1,3.
Prostaglandin merupakan hasil bentukan dari asam arakhidonat yang mengalami
metabolisme melalui siklooksigenase. Prostaglandin yang lepas ini akan
menimbulkan gangguan dan berperan dalam proses inflamasi, edema, rasa nyeri
lokal dan kemerahan (eritema lokal). Selain itu juga prostaglandin meningkatkan
kepekaan ujung-ujung saraf terhadap suatu rangsangan nyeri
(nosiseptif) 1,3.
Enzim siklooksigenase (COX) adalah suatu enzim yang mengkatalisis sintesis
prostaglandin dari asam arakhidonat. Obat AINS memblok aksi dari enzim COX
yang menurunkan produksi mediator prostaglandin, dimana hal ini menghasilkan
kedua efek yakni baik yang positif (analgesia, antiinflamasi) maupun yang negatif
(ulkus lambung, penurunan perfusi renal dan perdarahan). Aktifitas COX
dihubungkan dengan dua isoenzim, yaitu ubiquitously dan constitutive yang
diekspresikan sebagai COX-1 dan yang diinduksikan inflamasi COX-2. COX-1
terutama terdapat pada mukosa lambung, parenkim ginjal dan platelet. Enzim ini
penting dalam proses homeostatik seperti agregasi platelet, keutuhan mukosa
gastrointestinal dan fungsi ginjal. Sebaliknya, COX-2 bersifat inducible dan
diekspresikan terutama pada tempat trauma (otak dan ginjal) dan menimbulkan
inflamasi, demam, nyeri dan kardiogenesis. Regulasi COX-2 yang transien di
medulla spinalis dalam merespon inflamasi pembedahan mungkin
kanker)1,3.
lebih sulit2,3,26,27.
Pasien dengan nyeri akut atau kronis bisa memperlihatkan tanda dan gejala
sistem saraf otonom (takikardi, tekanan darah yang meningkat, diaforesis, nafas
cepat) pada saat nyeri muncul. Guarding biasa dijumpai pada nyeri kronis yang
menunjukkan allodinia. Meskipun begitu, muncul ataupun hilangnya tanda dan
gejala otonom tidak menunjukkan ada atau tidaknya nyeri3,26,27.
organ lunak terkena dan nyeri tajam bila organ padat terkena 3,26,27.
Penyebab nyeri viseral termasuk iskemia, peregangan ligamen, spasme otot
polos, distensi struktur lunak seperti kantung empedu, saluran empedu, atau ureter.
Distensi pada organ lunak terjadi nyeri karena peregangan jaringan dan mungkin
iskemia karena kompresi pembuluh darah sehingga menyebabkan
yang dirasakan1,2,38.
2.8.1 Farmakologis
Modalitas analgetik paska pembedahan termasuk didalamnya analgesik oral
parenteral, blok saraf perifer, blok neuroaksial dengan anestesi lokal dan opioid
intraspinal1.
2.8.1.4 Parasetamol
Parasetamol banyak digunakan sebagai obat analgetik dan antipiretik, dimana
kombinasi parasetamol dengan opioid dapat digunakan untuk penanganan nyeri
berat paska pembedahan dan terapi paliatif pada pasien-pasien penderita kanker.
Onset analgesia dari parasetamol 8 menit setelah pemberian intravena, efek puncak
tercapai dalam 30 45 menit dan durasi analgesia 4 6 jam serta waktu pemberian
intravena 2 15 menit. Parasetamol termasuk dalam kelas aniline analgesics dan
termasuk dalam golongan obat antiinflamasi non steroid (masih ada perbedaan
pendapat). Parasetamol memiliki efek anti inflamasi yang sedikit dibandingkan
dengan obat AINS lainnya. Akan tetapi parasetamol bekerja dengan mekanisme
yang sama dengan obat AINS lainnya (menghambat sintesa prostaglandin).
Parasetamol juga lebih baik ditoleransi dibandingkan aspirin dan obat AINS lainnya
pada pasien-pasien dengan sekresi asam lambung yang berlebihan atau pasien
dengan masa perdarahan yang memanjang48,49,50,51,52.
N-(4-hydroxyphenyl)acetamide
Dosis pada orang dewasa sebesar 500 1000 mg, dengan dosis maksimum
direkomendasi 4000 mg perhari. Pada dosis ini parasetamol aman digunakan untuk
anak-anak dan orang dewasa54,55.
Parasetamol menghambat kerja COX dengan dua jalur, yang pertama bekerja
dengan cara menghambat COX-3 (variant dari COX-1). Enzim COX-3 ini hampir
sama dengan enzim COX lainnya dengan menghasilkan kimiawi proinflammatory
dan penghambat selektif oleh parasetamol. Jalur kedua bekerja seperti aspirin
dengan memblok siklooksigenase, dimana didalam lingkungan inflamasi dengan
konsentrasi peroksida yang tinggi dan melindungi aksi kerja parasetamol dalam
keadaan oksidasi tinggi. Ini berarti bahwa parasetamol tidak memiliki efek langsung
pada tempat inflamasi, akan tetapi bereaksi di SSP dimana keadaan lingkungan tidak
teroksidasi. Namun mekanisme kerja pasti dari parasetamol di COX-3 masih
diperdebatkan59,60.
Bioavailibilitas dari parasetamol adalah 100%. Parasetamol dimetabolisme di hati
dengan tiga jalur metabolik, yakni glucuronidation 40%, sulfation 20-40% dan N-
hydroxylation serta GSH konjugasi 15%, dengan obat dan metabolitnya
3. Gastrointestinal
Dapat menimbulkan erosi mukosa gastrointestinal, perforasi, mual, muntah,
dispepsia, konstipasi, diare, melena, anoreksia dan pankreatitis.
4. Kardiovaskuler
Hipertensi, palpitasi, pallor dan syncope
5. Dermatologi
Ruam, pruritus, urtikaria, sindroma Stevens-Jhonson, sindroma Lyell
6. Neurologi
Nyeri kepala, pusing, somnolen, berkeringat, kejang, vertigo, tremor, halusinasi,
euforia, insomnia dan gelisah.
7. Pernafasan
Dispnu, asma, edema paru, rhinitis dan batuk
8. Urogenital
Gagal ginjal akut dan poliuri.
PEMBEDAHAN
STIMULUS NOKSIUS
ANALGESIA
VAS