You are on page 1of 20

1

BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Partai politik merupakan keharusan dalam kehidupan politik modern

yang demokratis. Sebagai suatu organiasasi, partai politik secara ideal

dimaksudkan untuk mengaktifkan dan memobilisasi rakyat, mewakili

kepentingan tertentu, memberikan jalan kompromi bagi pendapat yang saling

bersaing, serta menyediakan sarana suksesi kepemimpinan politik secara

absah (legitimate) dan damai.1

Secara umum partai politik dikatakan sebagai satu kelompok yang

terorganisir yang anggota-anggotanya mempunyai orientasi, nilai-nilai dan

cita-cita yang sama. Tujuan kelompok ini adalah untuk memperoleh

kekuasaan politik dan melalui kekuasaan itu, melaksanakan kebijakan-

kebijakan mereka.2 Karena itu, Partai Politik dalam pengertian modern

dapat didefisinikan sebagai kelompok yang mengajukan calon-calon bagi

jabatan publik untuk dipilih oleh rakyat sehingga dapat mengontrol atau

mempengaruhi tindakan-tindakan pemerintah.

Batasan lengkap dikemukakan oleh Mark N. Hagopian, menurutnya

partai politik adalah suatu organisasi yang dibentuk untuk mempengaruhi

bentuk dan karakter kebijakan publik dalam kerangka prinsip-prinsip dan

1
Ichlasul Amal, Teory Mutakhir Partai Politik. Yogyakarta : Tiara Mutiara, 1996, hlm. xi
2
Miriam Budihardjo, Partisipasi dan Partai Politik-sebuah bunga rampai. Jakarta : PT
Gramedia, 1981, hlm. 14

1
2

kepentingan idiologis tertentu melalui praktek kekuasaan secara langsung atau

partisipasi rakyat dalam pemilihan.3

Dengan demikian partai politik merupakan perantara yang meng

hubungkan kekuatan-kekuatan dan idiologi-idiologi sosial dengan lembaga-

lembaga pemerintahan yang resmi dan yang mengkaitkannya dengan aksi

politik didalam masyarakat politik yang lebih luas.

Dalam pelaksanaan kehidupan demokrasi, keberadaan partai politik

merupakan komponen yang sangat penting dalam sistem politik.4 Sebab ia

merupakan infrastruktur elemen politik sebuah bangsa.5 Tidak terbantahkan

bahwa tidak ada sistem politik yang dapat berlangsung tanpa adanya

keterlibatan partai politik, kecuali dalam masyarakat tradisional yang

berkepemimpinan otoriter.6 Melalui partai politik, rakyat dapat mewujudkan

haknya untuk menyatakan pendapat tentang arah kehidupan dan masa

depannya dalam bermasyarakat dan bernegara.7

Sementara keberadaan demokrasi memberikan asumsi bahwa lebih

banyak partisipasi masyarakat akan lebih baik. Dalam alam pikiran ini

menunjukkan tingginya tingkat partisipasi menunjukkan bahwa warga negara

3
Ichlasul Amal, Op.Cit
4
Penjelasan Undang-Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 2002 tentang Partai
Politik hlm. 2
5
Garis-Garis Besar Program Perjuangan (GBPP) Partai Kebangkitan Bangsa. Jakarta : DPP
PKB, 2000, hlm. 9
6
Partai Untuk Rakyat, LP2KS DPW Partai Kebangkitan Bangsa Jateng. Semarang : Aneka
Ilmu, 2003, hlm. 33.
7
Undang-Undang Republik Indonesia, Op. Cit
3

mengikuti dan memahami masalah politik kenegaraan dan ingin melibatkan

diri dalam kegiatan-kegiatan tersebut.8

Dianggap bahwa berhasil tidaknya pembangunan bergantung kepada

partisipasi rakyat dan bahwa pengikut sertaan partisipasi akan membantu

proses penanganan masalah-masalah yang ditimbulkan oleh perbedaan-

perbedaan etnis, budaya, status sosial dan ekonomi, agama dan sebagainya.

Anggota masyarakat yang berpartisipasi dalam kehidupan politik,

dalam kenyataannya hanya sedikit orang yang mau terlibat aktif dalam

kehidupan politik. Dan lebih besar jumlah orang yang tidak mau berpartisipasi

dalam kehidupan politik. Bahkan terdapat pula orang-orang yang menghindar

diri dari semua bentuk partisipasi politik, atau hanya berpartisipasi pada

tingkatan yang paling rendah. 9

Dalam hal ini Morris Rosenberg mengemukakan adanya tiga alasan

mengapa orang tidak mau berpartisipasi dalam kehidupan politik.10

Pertama, karena katakutan akan konsekwensi negatif dari aktifitas

politik. Disini orang beranggapan bahwa aktifitas politik merupakan ancaman

terhadap kehidupannya. Kedua, karena orang beranggapan bahwa partisipasi

dalam kehidupan politik merupakan kesia-siaan. Dia merasa sia-sia karena

partisipasi politiknya tidak akan mempengaruhi proses politik. Ketiga, karena

tidak adanya perangsang untuk berpartisipasi dalam kehidupan berpolitik.

Disini misalnya, tidak adanya penghargaan atas gagasan-gagasan politik.

8
Miriam Budihardjo, Op.Cit, hlm. 3
9
Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik. Jakarta : Rineka Cipta, 2001, hlm. 155
10
ibid, hlm. 156
4

Tidak ada hasil yang dapat dipetik dari partisipasi tersebut. Maka orangpun

enggan atau tidak mau berpartisipasi dalam aktivitas persoalan politik.

Bagi negara-negara berkembang, persoalan partisipasi masyarakat

menjadi masalah yang cukup rumit. Bahkan dibeberapa negara berkembang

partisipasi yang bersifat otonom artinya lahir dari diri mereka sendiri sangat

terbatas, malahan mendekati apati. Kebanyakan negara-negara baru ini ingin

cepat mengadakan pembangunan untuk mengejar keterbelakangan mereka.

Integrasi nasional, pembentukan identitas nasional serta loyalitas kepada

negara diharapkan akan ditunjang pertumbuhannya melalui partisipasi politik

masyarakat.11

Akan tetapi setiap usaha pembangunan, terutama dalam negara yang

berhadapan dengan masalah kemiskinan dan sumber daya yang langka, akan

sesalu dibarengi dengan gejolak-gejolak sosial. Keresahan-keresahan ini ini

akan mewarnai kehidupan politik di negara-negara berkembang dan

menjadikan baginya penuh dinamika.

Bagi Indonesia, di mana situasi transisional dari rezim otoriter

menuju sistem yang lebih demokratis seperti sekarang ini, merupakan

pekerjaan yang tidak dapat dielakkan bila demokrasi ingin segera ditegakkan

dan pemerintah yang adil bisa dilaksanakan. Mengingat selama ini politik

telah siplot sebagai penopang rezim otoriter. Maka agar sesuai tata nilai sistem

demokrasi, maka restrukturisasi politik perlu segera dilaksanakan. Hanya

dengan pembangunan politik ini pembangunan dibidang yang lain seperti

11
Meriam Budihardjo, Op.Cit, hlm. 11
5

ekonomi, hukum, pendidikan dan sebagainya bisa dilaksanakan dengan baik.

Sebab tanpa ditunjang kekuatan politik, hambatan yang ada baik struktural

maupun kultural sulit untuk dikikis.

Di sini tidak hanya diperlukan political will tetapi juga memerlukan

political pressure.12 Yaitu serangkaian keterlibatan masyarakat secara aktif

dalam per masalahan kebijakan publik dan pelibatan bagi pelaksanaannya.

Bukan komonitas yang menyerahkan segala nasib dan penentuan kebijakan

pada penguasa secara total. Untuk itu diperlukan adanya penguatan hak politik

sipil ditengah apatisme masyarakat yang semakin menjadi.

Lalu bagaimana dengan keberadaan partai-partai politik di

Indonesia? Bagaimana pula sikap Partai Kebangkitan Bangsa (DPW PKB

Jawa Tengah berperan dalam persoalan tersebut?

B. PERUMUSAN MASALAH

Pemilu 1999 menjadi titik kegairahan kader dan konstituen Partai

Kebangkitan Bangsa (PKB) sehingga dalam bilangan waktu yang sebenarnya

tidak begitu memadai bagi sebuah partai untuk mengikuti pemilu, ternyata

PKB berhasil melalui dengan baik. Pada pemilu 1999 tersebut PKB dapat

menempatkan dirinya sebagai pemenang ketiga dan untuk partai yang baru

lahir diera reformasi, partai ini menempati urutan pertama.13

12
Garis-Garis Besar Program Perjuangan (GBPP), Op. Cit, hlm. 10
13
Idham Cholied, Kearah Pendewasaan Politik Rakyat dalam Partai Untuk Rakyat.
LP2KS DPW Partai Kebangkitan Bangsa Jateng, Semarang : Aneka Ilmu, 2003, hlm. iv
6

Dalam kaitan persoalan penguatan hak politik sipil, fenomena PKB

tentu merupakan hal yang menarik untuk dikaji. Sebab tidak dapat dipungkiri

bahwa kelahirannya dibidani oleh Pengurus Besar Nadhotul Ulama (PBNU),

sebagai organisasi masyarakat terbesar keislaman Indonesia. Tentu kiprahnya

akan membawa efek besar pula bagi perilaku politik masyarakat pengikutnya

secara khusus disamping tidak menafikkan bagi warga negara secara luas.

Karenanya dalam penulisan skripsi ini penulis berusaha lebih

menfokuskan kajiannya dalam batasan beberapa pertanyaan sebagai berikut:

1. Apa saja Model program penguatan hak politik sipil DPW Partai

Kebangkitan Bangsa Jawa Tengah?

2. Faktor-faktor apa yang berpengaruh padalm perumusan program

penguatan hak politik sipil DPW Partai Kebangkitan Bangsa Jawa

Tengah?

3. Bagaimana dampak program penguatan hak politik sipil DPW Partai

Kebangkitan Bangsa Jawa Tengah terhadap perilaku politik masyarakat?

C. TUJUAN PENULISAN

Uraian dalam berbagai sudut pandang persoalan yang diajukan

penulis dalam skripsi ini diharapkan dapat memberikan gambaran terhadap

fenomena perumusan dan pelaksanaan program penguatan hak politik sipil.

Sehingga dapat dilihat tingkat kesungguhan Partai Kebangkitan Bangsa untuk

merealisasikannya dalam mewujudkan tatanan kehidupan yang lebih

demokratis.
7

Adapun tujuan secara khusus penulisan skripsi ini adalah:

1. Mengetahui bentuk program penguatan hak politik sipil DPW Partai

Kebangkitan Bangsa Jawa Tengah.

2. Guna menjelaskan gambaran komitmen DPW Partai Kebangkitan Bangsa

Jawa Tengah dalam pelaksanaan program penguatan hak politik sipil.

3. Untuk mengetahui dampak pelaksanaan program Penguatan Hak Politik

Sipil DPW Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Tengah atas karakter

perpolitikan konstituen (dan masyarakat).

Adapun manfaat yang diharapkan dari penulisan skripsi ini adalah:

1. Untuk memberikan gambaran tentang teori penguatan hak politik sipil

yang diliminasi kepada kepentingan Partai Politik.

2. Memberikan manfaat bagi upaya pemberdayaan atas hak politik sipil

khususnya bagi konstituen partai, dan lebih luas bagi seluruh komponen

masyarakat.

D. TELAAH PUSTAKA

Pembahasan secara khusus tentang peran partai politik dalam

penguatan hak politik sipil sejauh ini memang masih minim. Hal ini dapat

dilihat dari sedikitnya referensi yang ada. Tidak terkecuali bagi pembahasan

keterlibatan Partai Kebangkitan Bangsa yang mana termasuk pendatang baru

dalam arena percaturan perpolitikan ditanah air.

Hal ini bisa jadi dipengaruh adanya pandangan minor akan apatisme

dan ketidakmungkinan peran partai politik untuk melakukan keseriusan dalam


8

persoalan pemberdayaan masyarakat, termasuk dalam persoalan politik.

Apatisme masyarakat muncul dengan melihat adanya kecenderungan partai

politik untuk selalu menumpuk piranti kekuasaan dan kemudian menafikkan

kepentingan masyarakat.

Kenyataan ini menunjukkan kinerja yang tidak berimbang atas peran

partai politik menyangkut fungsi, hak, dan kewajibannya. Dalam kondisi

demikian, sedikitnya pembahasan tentang peran dan fungsi partai politik tentu

merupakan hal paradok. Terlebih bagi bangsa Indonesia di mana tingkat

elitisme partai politik (termasuk kader partai) masih tinggi.

Adalah kenyataan yang tidak bisa dipungkiri oleh siapapun bahwa

hingga saat ini proses politik masih bersifat sangat elitis. Artinya keputusan-
14
keputusan politik lebih banyak ditentukan oleh elit politik. Masyarakat

senantiasa melihat terjadinya kesenjangan antar konfigurasi politik ditingkat

rakyat yang berbeda dengan konfigurasi politik ditingkat elit, sehingga apa

yang menjadi kehendak sebagian besar rakyat justru hanya menjadi kehendak

sebagian kecil elit politik.

Hal ini menjadi ironi dalam proses reformasi yang diusung dengan

beragam pengorbanannya. Sehingga tidaklah mengherankan jika kemudian

tertadapat beragam pertanyaan akan manfaat partai politik bagi kepentingan

masyarakat.

Idialnya di samping sebagai wadah representasi, partai politik

(anggota Dewan) juga berfungsi sebagai perwakilan yang bersifat fungsional,

14
Abdurrahman Wahid, Meretas Kinerja Politik Yang Lebih Baik, dalam Partai Untuk
Rakyat, LP2KS DPW Partai Kebangkitan Bangsa Jateng, Semarang : Aneka Ilmu, 2003, hlm. Xii
9

ditambah integritas moral yang tinggi. Sehingga mempunyai legitimasi yang

kuat sekaligus mampu menjalankan tugas di bidang legislasi.15 melihat

kecenderungan tersebut perlu ditata kembali sistem politik yang ada sehingga

berjalan wajar. Lalu bagaimana dengan pelaksanaan program pemberdayaan

hak politik sipil akan tergarap.

Untuk menuju kepada persoalan penguatan peran masyarakat,

terdapat nukilan beberapa tema berbeda yang dapat dijadikan acuan dalam

merumuskan teori penguatan hak politik sipil.

Meriam Budiarjo dalam bukunya Partisipasi dan Partai Politik-

sebuah bunga rampai terbitan PT Gramedia pada tahun 1981 menfokuskan

pembahasan tentang persoalan partisipasi. Dalam politik modern persoalan

partisipasi politik merupakan suatu masalah penting. Persoalan yang akhir-

akhir ini banyak dipelajari terutama dalam hubungannya dengan negara-

negara berkembang. Di negara-negara demokrasis pemikiran konsep

partisipasi ialah bahwa kedaulatan ada ditangan rakyat, yang melaksanakan

nya melalui kegiatan bersama untuk menetapkan tujuan-tujuan serta masa

depan masyarakat itu dan untuk menentukan orang-orang yang akan

memegang tumpuk jabatan pada periode berikutnya. Jadi partisipasi politik

merupakan pengejawantahan dari penyelenggaraan kekuasaan politik yang

absah oleh rakyat.

Sementara itu pembahasan lain tentang persoalan penguatan hak

politik sipil dilakukan oleh Hendro prasetyo dan Ali Munhanif yang

15
A. Kusnadi, Pemilu Sekedar Perebutan Kursi. Suara Merdeka edisi Senin 12 April 2004.
10

menguraikan tentang perkembangan, keterlibatan dan perbedaan pemaknaan

civil society di Indonesia yang dilakukan oleh kelompok Islam tradisional

dan kelompok Islam modern dalam buku Islam dan Civil Society yang

dditerbitkan oleh Gramedia Jakarta.

Dalam pendahuluannya mereka memberikan pandangan bahwa civil

society merupakan upaya untuk mensintesiskan kepentingan individu dan

negara dalam ruang publik yang dapat menjamin terpenuhinya kepentingan

individu dan tertibnya kehidupan umum.16 Karenanya sistem demokrasi tidak

bisa didasarkan semata pada niat baik pemegang kekuasaan. Upaya tersebut

harus dilakukan oleh masyarakat, khususnya melalui penguatan potensi-

potensi yang ada. Sehingga dapat menjembatani hubungan antara individu dan

masyarakat di satu pihak, dan negara serta institusi pemegang kekuasaan di

pihak lain.17

Pembahasan tentang penguatan masyarakat pernah dilakukan pula

oleh Arbi Sanit, dimana dalam bukunya Swadaya Politik Masyarakat-telaah

tentang keterlibatan ormas, partisipasi politik, pertumbuhan hukum, dan hak

asasi ia menyoroti tentang keberadaan dan perkembangan organisasi

masyarakat di hadapan negara. Baginya, lemahnya kemampuan seluruh

jajaran masyarakat untuk merealisasikan hak politik mereka tergambar dari

ketimpangan distribusi sumber daya politik, kurang berfungsinya organisai

masyarakat, kecilnya peranan organisasi politik dan tidak berdayanya

masyarakat dalam menyelesaikan pertikaian diantara mereka. Bersama strategi

16
Hendro Prasetyo, Islam dan Civil Society. Jakarta : Gramedia, 2002, hlm. 6
17
ibid, hlm. 8.
11

politik, kenyataan ini menyebabkan cukup tingginya kadar ketergantungan

masyarakat kepeda pemerintah dan elit penguasa.

Hal ini disebabkan oleh pengembangan sistem politik yang yang

membatasi realita hak politik masyarakat luas. Komulasi realita hak politik

bergeser dari lapisan atas masyarakat, terutama para pemegeng kekuasaan

negara dan pemerintahan.

Sekalipun terdapat berbagai hambatan, sesungguhnya masyarakat

mempunyai peluang untuk mengembangkan kemampuan mempengaruhi

proses politik.18

Di samping itu, pandangan lain tentang pelaksanaan penguatan hak

politik sipil telah dilakukan AS. Hikam dalam bukunya dengan judul Politik

KewarganegaraanLandasan Demokratisasi di Indonesia, terbitan CV

Erlangga Jakarta.

Hikam melihat bahwa ditegakkannya politik kewarganegaraan akan

menjadi dasar bagi format dan struktur politik Indonesia pascakolonial.

Prinsip kewarganegaraan ini dapat di untuk mengantisipasi bahaya disintegrasi

dalam masyarakat yang pluralistik seperti Indonesia.

Dengan mengembangkan konsep kewarganegaraan yang berorientasi

pada hak-hak dasar (hak sipil, politik, sosial dan ekonomi) maka format

politik yang dibangun akan meninggalkan orientasi negara kuat yang terbukti

telah menghancurkan kehidupan berbangsa dan bernegara selama tiga

dasawarsa terakhir. Dengan orientasi kewarganegaraan, maka negara beserta

18
Arbi Sanit, Swadaya Politik Masyarakat-Telaah Tentang Keterlibatan Ormas, Partisipasi
Politik, Pertumbuhan Hukum, dan Hak Asasi. Jakarta : Rajawali, 1985, hlm 57
12

aparat-aparatnya, termasuk TNI tidak lagi memonopili proses politikdan posisi

mereka tidak lagi sebagai pengawas masyarakat. Justru sebaliknya, warga

negaralah yang memiliki hak menjadi pengawas negara agar ia tidak

berlebihan dalam intervensinya.19

Disamping pembahasan yang telah dilakukan beberapa tokoh diatas,

penulis berharap dapat menemukan adanya berbagai teori lain yang mampu

memberikan kontribusi bagi perumusan teori peran partai politik dalan

penguatan hak politik sipil dan menjadi sarana bahan analisa bagi tema pokok

penulisan skripsi tersebut.

Dengan serangkaian uraian latar belakang persoalan diatas, maka

penulis bermaksud untuk mengangkat tema dalam penulisan skripsi ini dengan

judul: Partai Politik dan Penguatan Hak Politik Sipil, (Studi Atas Peran

Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Tengah dalam Penguatan Hak Politik Sipil

Paska Pemilu 1999)

Walau pada kenyataannya teori-teori di atas bukan merupakan pem

bahasan khusus dengan latar belakang berbeda, namun pada dasarnya

merupakan upaya serius dalam melihat keberadaan hak politik sipil di

Indonesia saat ini khususunya.

Karena itu berpijak dari kilas balik uraian Meriam Buharjo, Hendro

Prasetyo-Ali Munhanif, AS Hikam dan Arbi Sanit, penulis bermaksud

membahas tentang persoalan penguatan hak politik sipil yang dilakukan oleh

partai politik yaitu PKB Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Tengah periode

19
Muhammad AS Hikam, Politik Kewarganegaraan -Landasan Demokratisasi di
Indonesia-. Jakarta : Erlangga, 1999, hlm. xxvii
13

1999-2004. Dengan melihat berbedanya letak geografis, latar belakang

masalah, waktu kejadian dengan keempat pembahasan diatas, besar

kemungkinan akan mendapat data maupun fakta baru yang berbeda tentang

pelaksanaan penguatan hak politik sipil tersebut.

E. METODE PENELITIAN

Metode penelitian mengandung makna lebih luas, yaitu mengandung

prosedur dan cara melakukan ferivikasi data yang diperlukan untuk

memecahkan atau menjawab masalah penelitian. Peranan metode ini akan

menentukan upaya penghimpunan data yang diperlukan.

Untuk mengetahui seberapa besar upaya partai politik dalam melak

sanakan program penguatan politik masyarakat (politik sipil), penulis

melakukan studi tentang peran Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Tengah

Periode 1999 dalam penguatan hak politik sipil.

Studi ini menfokuskan pada peran DPW Partai Kebangkitan Bangsa

Jawa Tengah dalam pelaksanaan program penguatan hak politik sipil baik

yang dilakukan secara praktis dengan pembinaan masyarakat ataupun dalam

perumusan kebijakan-kebijakan kerja untuk didistribusikan pada struktur

partai ditingkat bawah.

Adapun metodelogi yang digunakan dalam adalah sebagai berikut:

1. Sumber dan Metode Pengumpulan Data

a. Sumber Data
14

Untuk mencapai penelitian yang valid, reliabel, maka

diperlukan sumber-sumber data yang sesuai dan bisa dipercaya

kebenarannya, serta diguna kannya metode yang tepat.20

Dalam hal ini terdapat sumber data primer yaitu sumber data

yang penulis peroleh langsung dan segera dari sumber data oleh

penulis untuk tujuan-tujuan khusus, serta dokumentasi asli.

Disamping itu data yang dikumpulkan tetap menyertakan data

sekunder dari perpustakaan (library reseach), yang merupakan

pengumpulan data dari berbagai literatur baik kepustakaan ataupun

tempat lain yang dapat disebut sebagai dokumentasi reseach atau book

survey.21

b. Metode pengumpulan data yang penulis pergunakan adalah sebagai

berikut:

b.1. Interview

Adalah alat pengumpulan data dengan melakukan wawancara

secara langsung baik dilakukan dengan dua orang atau lebih,

interview dilaksanakan dengan berhadapan/berkomunikasi secara

langsung. Dalam hal ini penulis lakukan terhadap beberapa

fungsionaris Partai Kebangkitan Bangsa, dan tidak terkecuali

terhadap Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) yang memiliki

20
Sutrisno Hadi, Metedologi Reseach, Yogyakarta : YP UGM, 1987, hlm. 67
21
Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta : UGM Press, 1991,
hlm. 30
15

perhatian khusus terhadap persoalan pemberdayaan (penguatan)

hak politik sipil.

b.2. Dokumentasi

Metode ini adalah cara mengumpulkan data melalui peninggalan

tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku-buku

tentang pendapat, teori, dalil, hukum, dan lain-lain yang

berhubungan dengan penyelidikan.22

Metode ini penulis pergunakan guna mencari data-data terkait

pelaksanaan dan perumusan program kerja penguatan hak politik

sipil, baik dari DPW Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Tengah

ataupun Lembaga lainnya.

2. Metode Analisa Data

Analisa data merupakan upaya mencari dan menata secara

sistematis data yang telah terkumpul untuk meningkatkan pemahaman

peneliti tentang fenomena bagi orang lain. Dalam hal ini penulis

menggunakan metode Deskriptif Analis.

Metode ini digunakan untuk menjawab pertanyaan pada rumusan

masalah sebagaimana telah diuraikan di atas. Dengan metode ini bertujuan

menggambarkan secara objektif dalam rangka melakukan perbaikan

terhadap masalah yang dihadapi sekarang23. Serta melakukan pengukuran

tingkat ketepatan dan kesesuaian terhadap teori yang di terapkan,

khususnya terhadap perilaku hak politik sipil.

22
ibid, hlm 109
23
Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian. Jakarta : Rineka Cipta, hlm. 209
16

F. SISTEMATIKA PENULISAN

Dalam penulisan hasil penelitian ini penulis membagi dalam lima

bab, dimana antara satu bab dan bab yang lain saling mendasari dan terkait.

Hal ini dimaksudkan guna memudahkan pekerjaan penulis dan memudahkan

bagi pembaca dalam menangkap dan memahami persoalan dalam penyusunan

hasil penelitian.

Adapun sistematika penulisannya sebagai berikut:

Pendahuluan, berisikan latar belakang, perumusan masalah, tujuan

penelitian, telaah pustaka, metode penelitian, dan sistematika penulisan.

Pada bab dua, pembahasan berkisar tentang tinjauan umum seputar

kondisi perpolitikan masyarakat. Yang terdiri dari pengertian umum, peran

Islam dalam pemberdayaan umat dan kondisi umum masyarakat dalam

pemerintahan orde baru.

Bab tiga membahas tentang peran DPW Partai Kebangkitan Bangsa

Jawa Tengah dalam melaksanakan program penguatan hak politik sipil.

Analisa terhadap perumusan dan dampak pelaksanaan program

penguatan hak politik sipil DPW Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Tengah

akan dibahas dalam bab empat.

Penutup dibahas dalam bab lima yang berisi kesimpulan dan saran.
17

Daftar Pustaka

A. Kusnadi, Pemilu Sekedar Perebutan Kursi?, dalam Suara Merdeka Edisi Senin

12 April 2004

Arbi Sanit, Swadaya Politik Masyarakat-telaah tentang keterlibatan ormas,

partisipasi politik, pertumbuhan hukum, dan hak asasi, Jakarta :

Rajawali, 1985

Garis-Garis Besar Program Perjuangan (GBPP) Partai Kebangkitan Bangsa,

Jakarta : DPP PKB, 2000

Hadari Nawawi, Metodologi Penelitian Bidang Sosial, Yogyakarta : UGM Press,

1991

Hendro Prasetyo, Islam dan Civil Society, Jakarta : Gramedia, 2002

Ichlasul Amal, Teory Mutakhir Partai Politik, Yogyakarta : Tiara Mutiara, 1996

Miriam Budihardjo, Partisipasi dan Partai Politik-sebuah bunga rampai, Jakarta :

PT Gramedia, 1981

Partai Untuk Rakyat, LP2KS DPW Partai Kebangkitan Bangsa Jateng, Semarang

: Aneka Ilmu, 2003

Rafael Raga Maran, Pengantar Sosiologi Politik, Jakarta : Rineka Cipta, 2001

Sutrisno Hadi, Metedologi Reseach, Yogyakarta : YP UGM, 1987

Undang-Undang Republik Indonesia No. 31 Tahun 2002 tentang Partai Politik


18

Telaah tentang persoalan seputar partai politik (Partai Kebangkitan

Bangsa) juga telah dilakukan oleh beberapa Tokoh NU. Dalam prakatanya,

Idham Cholid mengungkapkan arah perkembangan visi Partai Kebangkitan

Bangsa yang meneguhkan diri sebagai partai kader dan partai advokasi.24

Baginya penguatan peran kader partai dapat dilakukan dengan proses

pembelajaran wawasan politik dan penyadaran. Sehingga ia akan terpicu

menjadi kader partai yang memiliki militansi tinggi, namun selalu ditopang

dengan pemikiran logis dan tindakan positif di tengah masyarakat. Dari proses

tersebut maka akan lahir kedewasaan dan kecerdasan politik, sehingga akan

menopang kemampuannya malakukan program advokasi masyarakat.

PROPOSAL SKRIPSI

JUDUL :

Partai Politik dan Penguatan Hak Politik Sipil

(Studi Atas Peran Partai Kebangkitan Bangsa Jawa Tengah

dalam Penguatan Hak Politik Sipil Paska Pemilu 1999)

24
Idham Cholied, Op. Cit, hlm iv
19

Di Ajukan Oleh :

Nama : Muhammad Bilal

NIM : 2199062

Fakultas Syariah

Institut Agama Islam Negeri Walisongo

Semarang

2004

Sementara itu didalam Undang-Undang No 31 tahun 2002 tentang Partai

Politik dalam bab V Pasal 7 dijelaskan macam fungsi, hak, dan kewajiban

partai politik
20

1. Pendidikan politik bagi anggotanya dan masyarakat luas agar menjadi

warga negara Republik Indonesia yang sadar akan hak dan kewajibannya

dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa, dan bernegara;

2. Penciptaan iklim yang kondusif serta sebagai perekat persatuan dan

kesatuan bangsa untuk menyejahterakan masyarakat;

3. Penyerap, penghimpun, dan penyalur aspirasi politik masyarakat secara

konstitusional dalam merumuskan dan menetapkan kebijakan negara;

4. Partisipasi politik warga negara; dan

Rekrutmen politik dalam proses pengisian jabatan politik melalui

mekanisme demokrasi dengan memperhatikan kesetaraan dan keadilan gender.

18 des 04

You might also like