You are on page 1of 52

RESUME MATRA LAUT DAN UDARA

Oleh :
YOHANA NOVITASARI SUTRISNO
151.0058

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN HANG TUAH
SURABAYA
2017
PERTEMUAN 1
PERALATAN PENYELAMAN

Masker
Penglihatan di dalam air sangat buruk, maka diperlukan alat yaitu masker.
Alat tersebut memberikan rongga udara antara mata dan air, sehingga penglihatan
akan lebih jelas dan dapat melindungi terhadap iritasi air pada mata.
Sewaktu menyelam, masker akan mendapat tekanan hidrostatis. Oleh
karena itu, pemakaian masker tidak boleh terlalu ketat dan selalu mengadakan
equalisasi (penyesuaian tekanan) dengan menghembuskan udara ke dalam masker
melalui hidung, maka hidung harus diikutsertakan ke dalam masker. Dengan
alasan inilah kenapa goggle (kacamata renang) tidak dapat digunakan untuk
menyelam.
Masker mempunyai kelemahan sebagai akibat dari kombinasi sudut bias
dan indeks bias antara air, kaca, dan udara yang menyebabkan benda-benda akan
terlihat 2 kali lebih besar dan 1/2 kali lebih dekat.
Untuk mendapatkan masker yang baik dan sesuai dengan kegunaannya, perlu
memperhatikan ciri-ciri masker sebagai berikut:
1. Safety tempered glass
2. Frame terbuat dari bahan anti karat
3. Double seal/skirt yang lentur untuk wajah
4. Nose pocket/kantung hidung
5. Ikat kepala/strap dilengkapai dengan buckle
6. Katup Kuras
Jenis-Jenis Masker
A. Ditinjau dari bahan:
1. Neoprene
2. Silicon
B. Ditinjau dari kaca:
1. Single
2. Double
3. Triple

Pemilihan Masker
Cara memilih masker yang baik sesuai dengan muka adalah dengan cara
memasang pada muka tanpa menggunakan strapnya, hisap udara didalamnya
dengan hidung sedikit mungkin kemudian tahan napas, jika masker tersebut
tertahan pada muka, maka masker tersebut cocok untuk dipakai. Pilihlah masker
yang kacanya tempered, volumenya kecil, medan penglihatan luas, hindari masker
yang ada katup buangnya.
Perawatan Masker
Setelah dipakai menyelam bilaslah dengan air tawar yang bersih kemudian
keringkan (hindari terkena panas langsung). Setelah kering berikan talk (bedak),
lalu simpan di tempat yang sejuk. Jangan sampai tertekan waktu menyimpannya.

Snorkel
Snorkel adalah sebuah pipa yang dipergunakan untuk bernapas bagi
penyelam di permukaan air, berguna untuk skin diving sewaktu beristirahat di
permukaan. Melalui snorkel seorang penyelam dapat mudah bernapas tanpa harus
menegakkan kepala keluar dari air saat berada di permukaan, sehingga dapat
bebas mengamati keadaan bawah air. Panjang pipa 30 cm, apabila lebih maka
akan bertambah besar volume ruang udara mati (dead air space) yang dapat
mengurangi udara baru yang masuk ke dalam paru-paru.
Snorkel biasanya digantungkan di sebelah kiri masker pada penyelaman,
namun dapat juga di depan atau sebelah kanan, tergantung tipe snorkel.
Teknik napas melalui snorkel dengan menghembuskan udara terlebih dahulu,
kemudian membuang napas, hal ini untuk menghindari adanya air yang masuk
melalui ujung pipa yang terbuka.
Untuk mengetahui ujung pipa snorkel berada diatas permukaan, dapat di
cek dengan dipegang oleh tangan kiri. Untuk mengetahui ujung pipa sudah masuk
ke dalam air biasanya akan terdengar air masuk ke pipa snorkel pada telinga
sebelah kiri atau kanan.

Jenis Snorkel
Ditinjau dari bahan:
1. Neoprene
2. Silicon

Ditinjau dari bentuk:


1. J-Shaped
2. L-Shaped
3. Type countour
4. Flexible Hose
Pemilihan Snorkel
Carilah snorkel yang bagian dalamnya licin, untuk mempermudah meniup
sehingga tidak ada sisa air yang tertinggal. Pilih moutpiece yang cocok dan
nyaman dimulut. Panjang antara 12 s/d 14 inci.

Perawatan Snorkel
Sehabis dipakai menyelam, bilas dengan air tawar yang bersih kemudian
keringkan dan diberi talk (bedak) dan disimpan di tempat yang sejuk.

Fins
Fins digunakan untuk menambah daya kayuh penyelam sehingga
menambah laju pergerakan dalam air, bukan untuk kecepatan. Teknik pemakaian
ayunan kaki perlahan namun kuat serta santai.
Fins yang diindonesiakan dengan istilah "sirip selam" atau "kaki katak"
diciptakan untuk memberi kekuatan pada kaki dan merupakan piranti penggerak.
Fins bukan dibuat demi menambah kecepatan berenang namun menambah daya
kayuh. Dengan bantuan fins kemampuan renang kita bertambah 10 kali lebih
besar dibanding tanpa menggunakan fins.

Tipe
a. Full Foot Style
b. Open Hill Style
c. Rocket/jet Fins
d. Open Tournamen Fins

Jenis Fins
Ditinjau dari bahan
a. Neoprene
b. Silicon

Pemilihan Fins
Pilihlah fins yang sesuai dengan ukuran kaki, jangan terlalu ketat dan
sempit, sesuaikan tipe fins dengan keadaan dan keperluan:
Jenis Full Foot Style /Foot Pocket
Cocok untuk kegiatan skin diving atau fins swimming, biasanya lebih
fleksible, dengan letak lempeng lebih menyudut, yang menyebabkan kaki tidak
mudah lelah. Ukuran besar-kecil merupakan hal yang lebih menentukan; lebih
repot untuk dikenakan maupun mencopotnya untuk kegiatan scuba diving.
Jenis Open Heel
Cocok untuk kegiatan scuba diving, biasanya berlempeng lurus, semi kaku
dengan lempengan lebih panjang. Jenis ini memberikan kekuatan lebih besar,
namun membutuhkan waktu penyesuaian bagi otot-otot kaki. Open heel fins
mempunyai kelebihan dalam hal kemudahan waktu mengenakan dan melepasnya.
Adjustable Open Heel
Jenis ini paling cocok/sesuai untuk scuba diving di perairan karena dibuat
mempunyai kantong yang cukup besar untuk kaki kaki yang memakai boots
(semacam kaos kaki terbuat dari karet), mempunyai lempengan yang lebih lebar
untuk menghasilkan tenaga besar dan biasanya terdapat lobang-lobang alur air di
bagian atas lempengan tersebut. Lobang alur air ini mengurangi kelelahan kaki
yang disebabkan oleh daerah negatif pada lempengan.

Perawatan Fins
Sama halnya dengan Masker dan Snorkel, selesai digunakan bersihkan
dengan air tawar yang bersih, keringkan dan beri talk (bedak).

Boots
Boots merupakan sepatu boot yang dipakai pada saat penyelaman. Hal ini
berguna menghindari cedera kaki sewaktu menyentuh dasar laut, karang, benda-
benda keras seperti besi dll juga perlindungan terhadap kejang kaki disebabkan
kedinginan dan kemungkinan kaki lecet. Boots dari karet busa dengan sol keras
adalah jenis perlengkapan pelindung kaki yang umum dipakai penyelam, kaos
kaki yang umum dipakai penyelam, kaos kaki tebalpun dapat digunakan sebagai
pencegah lecet sewaktu latihan. Pemakaian boot juga dapat mengurangi cedera
karena duri pari stingray walaupun tidak bisa mencegah tembusan durinya.

Pemakaiannya disatukan dengan fins. Boot dipakai dahulu, lalu kemudian


memakai fins.
Pemilihan Boots
Sesuaikanlah dengan ukuran fins yang akan dipakai. Pilihlah boots yang
mempunyai komposisi kuat yang dapat melindungi kaki, sehingga cedera dapat
minimal. Semakin tebal boots, maka semakin baik. Sebaiknya pilihlah boot yang
tidak terlalu ketat sehingga dapat memudahkan peredaran darah. Untuk
menghindari selip pada penggunaan boots gunakan bedak sebelum memakaiya.

Perawatan Boots
Setelah dipakai, boots dicuci dengan air tawar dan kemudian keringkan.

Rompi Apung
Peralatan ini biasanya dipegunakan untuk keadaan darurat namun di dalam
kegiatan penyelaman dipergunakan untuk:
a. Terapung di permukaan air sambil berenang.
b. Istirahat di permukaan air.
c. Penyelamatan diri sendiri dan orang lain.
d. Netralisasi keterapungan dalam setiap kedalaman.
Jenis Rompi Apung
a. Life Vest/ Standard Safety Vest.
b. Bouyancy Compensator (BC)

Pemilihan Rompi Apung


Pilihlah sesuai dengan keperluannya dan cocok dengan ukuran badan,
yang umum dipakai sekarang dari jenis BC (Bouyancy Compensator).

Perawatan Rompi Apung


Setelah menyelam, rompi mungkin kemasukan air, untuk itu tiuplah rompi
apung kemudian balikkan ke arah bawah untuk mengeluarkan air melalu pipa
peniup. Bilas dengan air tawar yang bersih di bagian luar, dan bilas dengan air
hangat pada bagian dalamnya. Keringkan dengan diangin-anginkan, simpan dalam
keadaan berisi udara.
Pakaian Selam
Memperlambat kehilangan panas tubuh karena adanya air hangat antara
pakaian selam dan kulit serta melindungi tubuh dari goresan karang maupun
sengatan kehidupan laut.

Jenis Pakaian Selam


a. Wet suit :bagian baju dapat basah oleh air, tapi menghalangi sirkulasi air yang
ada antara pakaian selam dan kulit.
b. Dry suit :terbuat dari bahan karet dan mempunyai ruang udara antara pakaian
selam luar dan dalam yang berfungsi sebagai insulator.

Pemilihan Pakaian Selam


Pilihlah pakaian selam sesuai dengan ukuran tubuh dan kebutuhan saat
penyelaman. Di daerah yang dingin sebaiknya memakai jenis dry suit, karena
dapat membuat badan penyelam tetap hangat.
Pakaian pelindung penyelam yang kini umum dipakai adalah FOAM
NEOPRENE WET SUIT, terbuat dari karet neoprene yang mempunyai
gelembung-gelembung busa berudara. Bahan ini tidak menyerap air dan dibuat
dalam berbagai ukuran ketebalan bahan.
Perawatan Pakaian Selam
Untuk wetsuit, jagalah kelenturan dengan tidak menyikat baju sewaktu
mencuci, cukup direndam dengan deterjen. Keringkan dengan tidak terkena sinar
matahari langsung.

Sabuk Pemberat
Tubuh manusia akan mendapat daya apung ke atas di dalam air sebesar
6 pound atau lebih. Wet suit yang terbuat dari neoprene akan menambah daya
apung lebih besar 5 sd 25 pound, maka seorang penyelam untuk dapat dengan
mudah masuk ke dalam air membutuhkan pemberat.

Jenis Sabuk Pemberat


a. Weight Belt : Sabuk yang diberi pemberat timah diatur sesuai kebutuhan.
b. Weight Pack : Jarang digunakan karena tidak dapat dilepas bila terjadi keadaan
darurat

Pemilihan Sabuk Pemberat


Yang paling mudah umumnya memakai weight belt. Jika memakai wet
suit setebal 3/16 inch biasanya membutuhkan timah seberat 10 % dari berat tubuh.
Weight belt harus dilengkapi dengan QUICK RELEASE BUCKLE yaitu suatu
gesper pengancing yang dapat dilepas secara cepat. Cara pemakaian weight belt
dipasang paling terakhir dan paling pertama dilepas, jika dalam keadaan darurat.

Pisau Selam
Merupakan alat serbaguna, dipergunakan untuk menolong, menggali, juga
sebagai alat pengukur. Terbuat dari logam antikarat, bergerigi pada matanya dan
yang lain dapat berguna memotong tali di dalam air. Di pasang pada betis sebelah
dalam untuk menghindari tersangkut pada rumput dan sebagainya. Tulisan SS.320
atau SS.420 berarti SS.320 mengandung carbon lebih sedikit dibandingkan
SS.420.
Sarung Tangan
Peralatan ini merupakan tambahan pakaian selam. Berguna untuk
melindungi anggota tubuh yaitu bagian dari tangan dari goresan tangan dan
sebagainya.
Tangan penyelam akan menjadi lembut jika terendam dalam air dan
apabila tergores sangat sulit untuk menghentikan pendarahan.

Tas Selam/Gear Bag


Tas Selam (Gear Bag), untuk menyimpan piranti selam agar tidak
tercecer, serta melindungi peralatan dari panas matahari.
Gunakan tas yang besar yang bisa mengangkut peralatan selam selama di
perjalanan maupun di boat. Tas ini harus kuat dan tahan air karena kondisi medan
penyelaman biasanya jauh dan basah. Pilhlah tas selam yang bisa memuat fin,
snorkel, masker, serta Bouyancy Compensator. Gunakan pembukaan
menggunakan tipe metal, hindari penggunaan tas dengan resleting.

SCUBA
Scuba singkatan dari Self Contained Under Water Breathing Apparatus,
yaitu suatu peralatan selam yang dapat dibawa penyelam kemana saja dengan
waktu tertentu. Scuba mulai dikenal pada tahun 1943, diperkenalkan oleh seorang
perwira Angkatan Laut Perancis yang bernama Jacques Cousteau dan seorang
insinyur yaitu Emile Gagnan. Sistemnya dikenal dengan nama Aqualung. Aqua
artinya air dan Lung adalah paru-paru.

Perlengkapan scuba menurut sistem kerjanya dibagi menjadi 4 sistem:


Sistem Sirkulasi Tertutup
Suatu sistem yang menggunakan zat asam/oksigen murni dilengkapi
penyerap kimia untuk menghalau zat asam arang/CO2 yang keluar dari paru-paru.
Unit ini pada hakekatnya meniupkan kembali O2 membuang udara ke dalam air.
Ini merupakan suatu sistem tertutup sama sekali. Unit ini digunakannya terbatas
hingga kedalaman 33 feet. Penggunaan SCUBA jenis ini dituntut keahlian tertentu
karena sangat berbahaya.
Sistem Sirkulasi Terbuka
Terdiri dari Demand Regulator dan Tabung Udara yang dimampatkan
(Compressed Air Tank) adalah jenis alat scuba yang pada saat ini merupakan alat
yang paling aman dipergunakan. Udara yang dimampatkan disalurkan melalui
regulator ke penyelam, dan udara yang telah dihisap dibuang langsung ke air
tanpa dipergunakan lagi.
Sistem Sirkulasi Semi Tertutup
Dipakai untuk operasi militer dan merupakan kombinasi dari sistem-sistem
sirkuit terbuka dan tertutup. Sistem ini mempunyai kantong udara, kotak kimiawi,
regulator dan tabung udara yang dimampatkan. Sistem ini memungkinkan
penyelam militer untuk bekerja pada kedalaman dan jangka waktu yang lama.
Sistem ini memerlukan pemanasan yang khusus serta membutuhkan peralatan
pendukung yang khusus pula, hingga unit ini jarang dipakai umum.
Sistem Gas-Campuran Sirkulasi Tertutup
Sistem ini sangat rumit, memerlukan pemeliharaan khusus dan cukup
mahal. Unit ini mempunyai kantong pernafasan, kotak kimiawi dan suatu alat
elektronis penyaring oksigen yang dapat mengontrol jumlah O2 pada kedalaman
lebih dari 1.000 feet, yang memberikan cukup udara untuk turun dan naik kembali
ke permukaan untuk pekerjaan-pekerjaan ilmiah dalam penggunaannya
memerlukan latihan yang sangat khusus.

Dari keempat sistem yang dibicarakan untuk selam olahraga adalah sistem
terbuka.

Definisi Sistem Terbuka


Sirkulasi terbuka artinya udara yang dikeluarkan penyelam langsung
terbuang keluar. Sistem ini sangat mempermudah yang pengawas yang berada di
atas untuk mengetahui posisi penyelam dengan melihat gelembung udara yang
muncul di permukaan air.

Tabung
Tabung scuba dirancang secara khusus dan ditest untuk dapat menampung
udara bertekanan tinggi. Udara yang diisikan dalam tabung adalah udara biasa
yang disaring bukan oksigen murni, yaitu udara yang biasa dihirup setiap hari.
Udara lebih ringan dibandingkan air, pengaruh tersebut dapat berakibat
pada tabung yang berisi udara. Sebuah tabung yang berisi udara penuh
mempunyai daya apung yang lebih besar dibandingkan pada tabung yang
tekanannya sudah berkurang. Ini dapat terasa bila penyelam scuba yang selesai
melakukan penyelaman akan berkurang daya apungnya karena udara tabung
sudah berkurang.
Tabung scuba untuk olahraga selam yang dipergunakan dari bahan terbuat dari:
Steel (baja), macam ukuran: 38;50;71,2 cuft
Alluminium alloys, macam ukuran 38;50;71,2;80 dan 100 cuft.

Lapisan luar tabung yang terbuat dari baja lebih baik digalvanisasi untuk
menghindarkan karat, kemudian diberi lapisan vinyl atau diwarnai dengan cat.
Sedangkan untuk tabung yang terbuat dari aluminium tidak membutuhkan
galvanisasi karena adanya oksida aluminium itu sendiri yang merupakan suatu
proteksi.
Untuk lapisan tabung baja agar dijaga kelembaban guna menghindarkan
dari karat. Sedangkan untuk tabung aluminium juga dihindarkan dari kelembaban
walaupun dilapisi dengan aluminium oksida. Lakukan tes visual tiap 1 tahun atau
2 kali untuk tabung yang sering dipakai di laut.
Untuk mengetahui tabung terbuat dari bahan apa, dari pabrik mana,
kekuatan penampungan udara, test hidrostatis terakhir, dll, harus membaca sidik-
sidiknya yang terdapat pada leher tabung
Memilih tabung
Umumnya para penyelam olahraga memilih tabung standar tunggal
dengan kapasitas 80 cuft, untuk keamanan belilah tabung yang baru dikeluarkan.
Perawatan
Jangan mengisi melebihi tekanan ijin tabung.
Isi tabung dengan udara bersih.
Setelah penyelaman bilas dengan air tawar yang bersih. Sebuah baskom
plastik besar berisi air kira-kira 2/3 nya sangatlah ideal untuk mencuci
semua alat-alat. Perendaman yang lama akan melepaskan garam yang
mengering dan mengendap daripada hanya penyiraman saja.
Tutup lubang agar terhindar dari kotoran.
Lakukan pemeriksaan visual tiap 1 tahun sekali /lebih sering terutama
tabung yang sering dipakai di laut. Sesekali sepatu tabung dilepas untuk
dibersihkan dari kotoran atau karat yang terbentuk.
Lakukan test hidrostatis tiap 5 tahun sekali pada badan yang berwenang.
Lindungi terhadap benturan.
Jangan memakai tabung sampai udaranya habis sama sekali.
Penyimpanan jangka panjang; isi dengan udara segar, letakkan tabung
secara tegak berisi 500 psi bertumpu pada sepatu tabung (tank boots)
pada bagian bawah tabung.
Jangan menyimpan di tempat yang panas karena bisa meningkatkan
tekanan tabung.
Jangan menghilangkan cat dengan membakar.

Pengisian Tabung
Untuk pengisian tabung tiap penyelam harus bisa melaksanakan pengisian.
Caranya adalah:
Sambungkan selang pengisian dengan katup tabung.
Untuk membuka kran katup, tunggu sampai tekanan pada kompresor lebih
dari tekanan tabung.
Tempatkan tabung pada bak air.
Pada saat yang tertentu buka kran pembuangan uap air.
Dianjurkan pengisian kurang dari ijin tekanan.

Katup Tabung
Adalah salah satu bagian dari tabung, dipasang pada leher tabung scuba,
bekerja sebagai keran yaitu membuka dan menutup serta sebagai tempat
memasang regulator.
Ada beberapa macam bentuk katub yaitu:
Katup K/Non Reserve
Yaitu katup tabung yang paling sederhana, mempunyai sebuah lubang
untuk masuk dan keluarnya udara. Kran penutup atau pembuka terletak disisinya.
Tabung dengan katup ini mengharuskan penyelam menggunakan alat tambahan
untuk memonitor seberapa banyak udara yang masih ada dalam tabung. Alat itu
disebut "Submersible Pressure Gauge" atau SPG .

Katup J/Constant Reserve


Adalah katup yang hampir sama dengan type K, tetapi mempunyai
sebuah klep cadangan mekanis (reserve). Reserve bekerja apabila tekanan tabung
turun 300 psi, maka secara otomatis klepnya menutup lubang. Dengan
menurunkan cadangan maka masih ada udara sisa 500 psi.
Katup cadangan menyediakan udara cukup untuk penyelam segera naik
ke permukaan. Batang penarik katup cadangan harus selalu pada posisi naik (up
position) walaupun tabung dalam keadaan kosong, hal ini untuk mengendorkan
pegas pada katup cadangan tersebut. Katup cadangan dapat dengan mudah ditarik
ke bawah selama melakukan penyelaman dan hal ini tidak mempengaruhi supply
aliran udara, hanya bila isi tabung dibawah 300 Psi akan ada penghentian aliran
udara.
Penanganan dan Perawatan tabung
Hindarkan dari benturan karena katup mudah patah.
Untuk katup K bila pengisian cadangan turun maka isilah sampai sisa
500 psi.
Periksa selalu O ringnya.
Bila membuka suatu katup, putarlah kearah buka sampai habis, kemudian
putar kembali kearah tutup setengah putaran, hal ini untuk menghindari
kemacetan atau kerusakan pada katup tabung. Bila akan menutup katup
tabung, lakukanlah secara halus namun rapat dan tidak perlu keras-keras.,
sebab kebanyakan katup menggunakan nilon yang dapat rusak bila ditutup
secara paksa dan kuat-kuat.
Apabila ingin melakukan pengujian visual, maka tabung harus
dikosongkan perlahan-lahan untuk menghindari pengembunan di
sekeliling katup dan leher tabung bila kosong.
Jangan sekali-kali membubuhi lemak atau pelumas apapun pada katup.
Bengkel perbaikan dan pemeliharaan hanya menggunakan minyak
pelumas silikon anti meledak.

Melepaskan Katup
Untuk mengadakan test visual harus melepaskan katup dari tabung dengan
cara pada katup dijepit dengan alat penjepit (tangdem). Kemudian tabungnya
diputar dengan alat bantu dari tali atau rantai. Bila sudah terlepas periksa keadaan
O ringnya.
Cincin pengedap O (O ring)
Adalah sebuah alat penahan kebocoran antara sambungan regulator dan
valve, berbentuk O terbuat dari karet / silikon. O-ring karet (gelang karet
berbentuk O) yang kecil terletak pada permukaan katup membuat suatu kedap
tekanan tinggi antara regulator dengan katup tabung. Bawalah selalu persediaan
O-ring dalam tas perlengkapan selam, sebab apabila O-ring tersebut hilang maka
regulator anda tidak dapat dipakai.

Pipa Partikel
Untuk mencegah pencemaran yang masuk melalui lubang udara, terbuat dari
bahan yang licin dan tahan karat.

Safety Plug/ Safety Disc


Adalah sumbat/pelat pengaman yang kecil bentuknya. Terpasang pada
valve (katup), akan pecah apabila tekanan melebihi tekanan maksimal tabung. Hal
ini untuk menghindari tabung meledak.
Letak pelat ini belakang katup tabung, berfungsi mencegah kerusakan
pada saat pengisian udara yang berlebihan atau apabila terjadi kebakaran. Contoh
tekanan pengisian yang dapat merusakkan pelat pengaman
1800 Psi akan pecah pada tekanan 2800 Psi
2250 Psi akan pecah pada tekanan 3400 Psi
3000 Psi akan pecah pada tekanan 3900 Psi

Pada keadaan tertentu pelat (lempengan tipis) dapat pecah pada tekanan
yang rendah. Hal ini terjadi akibat pengisian yang terlalu cepat atau pengisian
panas tanpa merendam tabung dalam air. Pelat-pelat pengaman ini dapat diganti
pada fasilitas bengkel perbaikan alat selam

Penyandang Tabung (Back Pack)


Adalah suatu sistem harness yang melekatkan tabung pada punggung
penyelam. Bentuknya bermacam-macam. Tetapi yang beredar sekarang adalah
BC yang sekaligus bergabung dengan back packnya, sehingga mudah untuk
memasangnya tabung pada BC nya.
Backpack dan sabuk penyandang harus mempunyai gesper luncur cepat
pada ikat bahu kiri ikat pinggang. Hal ini dimaksudkan untuk memudahkan
penyelam melepas maupun memasang kembali tabung di dalam air.
Seperti halnya dengan peralatan selam lain, setelah dipakai menyelam dibersihkan
dengan air tawar yang bersih, untuk BC dibilas dengan air hangat di bagian
dalamnya, simpan dengan kondisi berisi udara.
Regulator
Regulator adalah suatu alat yang sederhana untuk mengubah udara
bertekanan tinggi dari sebuah tabung scuba menjadi udara bertekanan rendah
sesuai dengan kebutuhan penyelam dan hanya memberikan udara yang diperlukan
sesuai dengan tekanan sekelilingnya.
Ada beberapa tipe regulator:
Pipa udara ganda (Double Hose)
Regulator Demand yang biasa dikenal di Amerika sejak tahun 1949 terdiri
dari satu bagian yang dipasang di atas katup tabung dengan sebuah pipa penyalur
udara napas, mouthpiece dan sebuah pipa buang udara. Pada saat ini biasanya
disebut Two Hose Regulator. Mouthpiece atau Genggam Mulut adalah suatu
bagian yang dimasukkan ke dalam mulut.
Jenis dari regulator ini pemakaiannya lebih sukar, karena penyelam harus
menghembus dengan keras bila akan menghirup udara. Pada umumnya digunakan
oleh penyelam komersil. Oleh karena gelembung udara yang dikeluarkan oleh
penyelam keluar di belakang penyelam, maka gelembung tidak mengganggu
pandangan penyelam.
Prinsip kerjanya mempunyai dua tingkat yaitu tingkat pertama (first stage)
dan tingkat kedua (second stage). Pada tingkat pertama udara diturunkan diatas
tekanan sekelilingnya dan tingkat kedua tekanan udara berkurang sesuai yang
dibutuhkan penyelam yaitu sesuai dengan keadaan sekelilingnya. Sisa udara yang
berasal dari mouthpiece akan dikembalikan ke tingkat pertama untuk dibuang
keluar.
Pipa udara tunggal (Single Hose)
Yang umum dipakai sekarang adalah pipa udara tunggal terdiri dari dua
tingkat yaitu tingkat pertama (first stage) dan tingkat kedua (second stage) yang
dipasang pada bagian mulut (mouthpiece). Udara pada tingkat pertama menjadi
140 psi diatas tekanan sekelilingnya. Pada tingkat kedua dikurangi menjadi
sebesar tekanan yang dibutuhkan.
Perbedaan utama dengan double hose adalah bahwa kedua tingkatannya
terpisah. Dimana Second Stage terletak dekat mulut penyelam untuk memudahkan
bernapas, oleh karena itu sekat karet berada pada permukaan yang sama dengan
paru-paru dalam posisi berenang biasa.
Single hose juga dilengkapi dengan tombol kuras (purge botton) yaitu
berfungsi membuang sisa air dalam mouthpiece bila ditekan.
Untuk melindungi bagian first stage dari masuknya air dan debu juga
dilengkapi dengan penutup (cup) dipasang pada bagian first stage jika regulator
tidak dipakai.
Udara dan air keduanya dapat dibuang keluar melalui katup pembuang
yang terbuat dari karet, yang terletak di bagian dalam regulator.

Selain dari jumlah hose diatas, regulator juga dapat dibedakan dengan:
Balance First Stage
Unbalance First Stage

Balance yang dimaksud adalah first stage sanggup menyesuaikan outputnya


dengan keadaan isi tabung yang akan berubah tekanannya selama dipakai yaitu
100 psi diatas tekanan udara mouth piece sedangkan tekanan tabung akan berubah
dari beberapa ribu menjadi sekitar 300 psi.
Selain itu ada juga jenis regulator yang dilengkapi dengan First Stage audio
yang akan mengeluarkan bunyi bila tekanan tabung kurang dari 350 psi diatas
tekanan sekelilingnya, ini isyarat bahwa tekanan tabung mendekati cadangan.
Bunyi terdengar sampai 60 feet jauhnya.

Sistem kerja regulator dapat dibedakan menjadi:


Open Circuit
Semi Closed Circuit
Closed Circuit

Muara Tekanan Tinggi-SPG (Submersible Pressure Gauge)


Untuk mengetahui berapa isi udara tabung scuba adalah dengan memakai
alat pressure gauge. Pada first stage terdapat muara yang biasa ditandai dengan
HP (high pressure). Apabila akan dipasang SPG maka selang SPG dihubungkan
dengan muara bertanda H.P. SPG adalah alat tolok ukur yang dapat dibawa
kemana penyelam berada sehingga akan dapat selalu mengontrol tekanan tabung
yang dipakai penyelam. Umumnya sekarang dirangkai juga dengan kompas dan
depth meter (tolok kedalaman).

Muara Tekanan Rendah


Untuk memasang selang yang berhubungan dengan mouth piece maka
dihubungkan dengan muara tekanan rendah dan juga dapat dipasangkan selang
regulator octopus dan selang inflator untuk BC.
Merakit Regulator pada Tabung
Untuk memasang regulator ke katup tabung ada teknik pemasangannya yaitu
dengan urutan sebagai berikut:
Buka kran katup sedikit. Hal ini dilakukan karena kemungkinan ada debu
dan kotoran yang ada di dalam lubang katup akan dapat terlepas /terdorong
keluar.
Pasang regulator pada katup, sebelumnya kontrol O-ring katup lalu
tempatkan pada yokenya.
Tempatkanlah selalu pipa regulator ke arah kanan melewati bahu kanan
penyelam.
Sebelum membuka, hisap melalui mouthpiece untuk mengontrol baik dan
tidaknya regulator.
Buka kran udara katup sampai habis kemudian kembalikan kran setengah
putaran. Hal ini untuk menghindari kemacetan/kerusakan pada kran buka
dan tutup. Saat membuka kran arahkan SPG ke tempat yang aman.
Mencoba bernapas melalui mouth piece 2/3 kali hisap.
LIhat SPG, cek tekanan udara pada tabung.

Melepas Regulator
Setelah menyelam, untuk melepaskan regulator yang masih terhubung pada
tabung maka yang harus dilakukan yaitu kebalikan dari pemasangan, yaitu:
Biarkanlah air terlebih dulu menetes hingga kering dari katup sebelum
dibuka.
Tutup kran katup, penutupan jangan keras, sewajarnya saja.
Buang udara yang tertinggal dalam selang dengan menekan tombol
kurasnya pada single hose atau dengan meniup keluar udara sisa pada Two
hose. Bila regulator dilepas tanpa mengeluarkan udara sisa, maka dapat
mengakibatkan terjadinya sentakan pada O-ring yang kadang-kadang
mengakibatkan O-ring tersebut pecah.
Buka regulator dari katup tabung, kontrol O ring katup.
Pasang penutup (cup) agar terhindar dari kotoran dan debu.

Perawatan Regulator
Sehabis dipakai untuk menyelam regulator harus dirawat secara benar.
Kaporit dari air kolam renang maupun di laut dapat merusak regulator bila tidak
dicuci dengan air tawar yang bersih, yaitu dengan cara tetap membiarkan
regulator terpasang pada tabung scuba dengan udara bertekanan di dalamnya.
Bilaslah dengan air hangat yang bersih. Bila cara ini tidak memungkinkan, cara
kedua adalah dengan meletakkan second stage di bawah kran air dan bilaslah.
Jangan menekan purge botton (tombol kuras) karena dapat mengakibatkan
masuknya air ke first stage. Keringkan sebelum disimpan, selang jangan sampai
tertekuk waktu penyimpanan, tempatkan pada tempat khusus dan sejuk serta
kering, hindarkan dari tertumpuk yang dapat merusak selang regulator dan mouth
piece.

Tolok Tekanan
Tolok tekanan digunakan untuk mengecek tekanan tabung yang akan
dipakai. Pemakaian alat ini lebih efisien, karena tidak perlu mengecek tiap tabung
dengan SPG dan untuk pengecekan kembali tekanan tabung yang selesai dipakai
agar dapat memilah tabung yang masih dapat dipakai dan yang sudah sedikit
isinya.

Pengukur Kedalaman (Depth Gauge)


Untuk dapat mengetahui kedalaman pada saat penyelaman, diperlukan
suatu alat yaitu Depth gauge/ Depth meter. Hal ini sangat penting dalam
penggunaan tabel selam. Tolok ukur kedalaman ini terdiri dari:
Tolok Kapiler
Tolok kapiler bekerja atas prinsip hukum boyle, terdiri dari suatu pipa
gelas yang tertutup salah satu ujungnya, udara yang ada dalam kapiler akan
berubah bila tekanannya berubah, maka volume air yang ada di dalam tabung
kapiler ini ukurannya akan menjadi ukuran kedalaman. Tolok ini dapat dibaca
dengan ketelitian besar sampai 80 feet.
Tolok Bourdan Terbuka
Tolok ini terdapat lubang di pinggir rumahnya. Air yang ditekan kedalam
bourdan melalui lubang itu menyebabkan perubahan bentuk pada bourdan dan
secara mekanis diteruskan pada jarum yang menunjuk kedalaman. Digunakan
pada kedalaman 150-200 feet.
Tolok Bourdan Tertutup
Tolok ini tidak terbuka terhadap air yang ada disekelilingnya, rumahnya
terdapat tutup terdapat minyak. Tekanan air sekeliling diteruskan melalui dinding
yang flexibel kepada bourdan. Perubahan bentuk bourdan karena tekanan itu
diteruskan pada jarum yang menunjuk kedalaman.
Tolok Diafragma
Tolok ini terdiri dari mekanisme roda bergigi dalam ruangan yang tertutup
rapat, perubahan tekanan akan menyebabkan defleksi pada diafragma logam.
Defleksi ini menggerakkan roda-roda gigi dan gerakan ini diteruskan ke jarum
yang menunjuk kedalaman. Tolok ini sangat teliti. Terkadang dikombinasikan
dengan tolok ukur kapiler untuk kedalaman dangkal dan tolok diafragma untuk
kedalaman dalam.
Kompas
Kompas biasanya sudah disatukan dengan regulator dan bagian SPG.
Kompas di dalam air sangat berfungsi terutama pada daerah yang berpasir dimana
penyelam sulit menentukan arah.
GPS (Global Positioning System) biasanya dipakai untuk selam malam
(night dive) atau penyelaman dalam dan lama karena sulit menentukan arah dalam
kegelapan.

Senter
Senter digunakan untuk selam malam, sebagai penanda, dan dalam
penyelaman gua.
Jika menyelam dilakukan pada sore hari atau pada cuaca yang kurang
bersahabat persiapkanlah senter.
Jam Selam
Dalam penyelaman setiap penyelam harus membawa jam atau alat
pengukur waktu lainnya. Hal ini untuk mengetahui waktu-waktu dalam
penyelaman.
Jam selama selain dapat melihat waktu, ada juga yang dikombinasikan
dengan depth meter dan kompas. Hal ini mempermudah penyelaman. Perhatikan
batas water resistant. Untuk penyelaman yang tidak melebihi 7 meter dapat
dipakai jam yang memiliki water resistant 10 bar (misal Q&Q).

Kamera Underwater
Keindahan bawah laut yang sangat indah membuat penyelam ingin
mengabadikan momen yang sangat berharga dalam penyelaman baik dengan foto
maupun video.
Selama mengambil gambar perhatikanlah keadaan sekitar dan posisi tubuh
agar aman dalam penyelaman.
Bag
Sangat berfungsi untuk menyimpan barang-barang berharga atau alat
komunikasi yang tak mungkin di tinggal selama penyelaman. Sebelum
menggunakan cek apakah bag bocor atau tidak.
Perhatikan warna dari bag, warna yang terlalu mengkilat akan menarik
ikan-ikan yang mungkin dapat mendatangkan bahaya.
PERTEMUAN 2
KESEHATAN PENYELAMAN

A. PENGENALAN PENYELAMAN
Menyelam adalah kegiatan yang dilakukan dibawah permukaan air,dengaan
atau tanpa meenggunakan peralatan,untuk mencapai suatu tujuan tertentu.
Lingkungan penyelaman memiliki berbagai potensial bahaya baik fisik
maupun biologi. Secara anatomi tubuh manusia terdiri dari 3 unsur yaitu padat,
cair dan berongga. Jaringan tubuh yang padat seperti tulang, otot, jantung, hati
relatif tidak meneruskan tekanan, sedangkan yang berupa cairan dapat
meneruskan tekanan, dan yang berongga seperti telinga, sinus, lambung, usus,
paru juga saluran nafas sangat dipengaruhi perubahan tekanan. (Ricard larn dan
Whisler Rex,1993)
Kondisi di lingkungan penyelaman akan mempengaruhi perubahan fisiologi
pada tubuh manusia sesuai dengan hukum fisika yang berlaku, yang berisiko
menimbulkan penyakit yang berakhir pada kecacatan hingga kematian apabila
penyelaman dilakukan tidak sesuai dengan prosedur yang benar.
Untuk ketepatan dalam mendiagnosis penyakit akibat penyelaman, perawat
perlu mengetahui prosedur penyelaman yang benar disamping pengetahuan
tentang riwayat penyelaman, bahaya dalam penyelaman dan gejala/ tanda
klinisnya, karena cepat dan tepatnya diagnosis menentukan nasib dari penderita
tersebut.
Sebagaimana hukum fisika, aktifitas penyelaman akan menyebabkan
(Edmons Carl, Lowry Christopher, Pennefather B, Walker Robyn, M.B., B.S,
Dip) :
Tekanan lingkungan akan meningkat
Kerapatan gas media nafas meningkat
Tekanan parsial media gas meningkat
Kelarutan gas akan meningkat.
Berlakunya hukum fisika penyelaman mempengaruhi perubahan fisiologis
tubuh peselam, sehingga perawat perlu mengetahui fungsi dan proses vital yang
terjadi pada tubuh peselam dalam lingkungan bawah air untuk menghindari akibat
yang tidak dikehendaki dari pengaruh lingkungan tersebut. Meningkatnya tekanan
bawah air 1 atmosfer mengakibatkan terjadinya perubahan fisiologis tubuh
peselam.

Peran Perawat dalam Kesehatan Penyelaman


Penyuluhan kesehatan penyelam
Pengawasan dan atau pemeriksaan kesehatan penyelam sebelum yang
bersangkutan menyelam
Pelayanan gawat darurat penyelam beserta rujukan medic.
Pengawasan atau pemeriksaan berkala terhadap instruktur (dive master).

B. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPERBERAT RISIKO PENYELAMAN


1. Faktor Peselam (SDM)
Kondisi Fisik
Kondisi Mental
2. Faktor Peralatan
Tanpa peralatan selam (penyelaman tahan nafas): Googling dan snorkling
Peralatan selam minimal: Masker, snorkel, sirip apung, rompi apung sabuk
pemberat
Peralatan selam lengkap: Masker, snorkel, sirip apung, rompi apung sabuk
pemberat, pakaian selam, pengukur kedalaman, jam selam, pisau selam,
tas kemas
3. Faktor Lingkungan
Tekanan tinggi
Binatang laut berbahaya
Suhu rendah

C. PROSEDUR PENYELAMAN
Penyelaman adalah kegiatan yang dilakukan pada keadaan lebih dari 1
atmosfir, baik di dalam air (penyelaman basah), maupun di dalam RUBT (ruang
udara bertekanan tinggi / penyelaman kering). Setiap penambahan kedalaman 10
m tekanan naik 1 atmosfir. Dengan penambahan 1 atmosfir akan berlaku hukum
fisika sehingga gas yang dihisap oleh peselam semakin bertambah dan
mempengaruhi kondisi fisik peselam. Untuk meminimalkan dampak penyakit
pada penyelaman, dokter harus mengetahui prosedur penyelaman yang benar,
yaitu sebagai berikut:
1. Kondisi fisik harus prima
2. Naik ke permukaan harus perlahan mengikuti gelembung gas pernafasan
3. Jangan menahan nafas waktu naik kepermukaan
4. Jangan panic
5. Rencanakan kegiatan penyelaman dengan baik. Rencanakan lokasi
penyelaman, lakukan review prakiraan cuaca, rencanakan kedalaman dan lama
menyelam.
6. Makan-makanan berprotein tinggi 24 jam dan karbohidrat sedang sebelum
menyelam, makanan karbohidrat tinggi dan protein sedang 2 jam sebelum
menyelam.
7. Lakukan nitrogen wash out dengan TOHB (Terapi Oksigen Hiperbarik)
setidaknya 2-7 hari sebelum penyelaman berikutnya
8. Lakukan pemanasan dan peregangan dipermukaan selama 10 menit
Selalu ditemani oleh minimal satu orang. Pada penyelam profesional pun beresiko
terjadi vertigo saat penyelaman (sd 36%). Vertigo yang terjadi bawah laut adalah
hal yang sangat membahayakan.

D. PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA PENYELAMAN


Lingkungan penyelaman memiliki banyak faktor risiko yang berpengaruh
pada kondisi fisik peselam sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan
kecacatan sampai dengan kematian.

Penyakit dan kecelakaan akibat kerja penyelaman :


1. Penyakit Dekompresi
Pengertian
Penyakit penyelaman akibat naik ke permukaan dengan cepat sesuai
dengan hukum Henry. Hukum Henry menyatakan bahwa banyaknya gas yang
larut dalam cairan adalah sebanding dengan tekanan gas tersebut di atas air.
Semakin dalam kita menyelam, kelarutan gas dalam cairan tubuh semakin tinggi,
sehingga bila peselam naik ke permukaan terlalu cepat, gas yang larut dalam
cairan tubuh akan mengembang dengan cepat membentuk gelembung gas nitrogen
yang akan menyebabkan penyumbatan (pembuluh darah, otot, otak, tulang, dll).

Faktor risiko :
Usia di atas 40 tahun
Jenis kelamin
Menggigil selama/ sesudah menyelam
Obesitas
Dehidrasi
Latihan berat selama / sesudah menyelam
Kebugaran : tidak fit, lelah, kurang tidur
Pekerja setelah mengkonsumsi alkohol mempercepat
terjadinya gelembung nitrogen.
Udara yang dihirup banyak yang mengandung CO2
Riwayat penyakit Dekompresi
Peselam naik pesawat kurang dari 24 jam setelah menyelam
Trauma/injury
Menyelam tidak mengikuti prosedur
Penyelaman berulang

Tanda dan gejala umum :


Penyakit dekompressi dibagi menjadi 2 (dua) tipe menurut gejala klinisnya, yaitu:
a) Tipe 1 (Pain Only Bends)
Gejala Utama: Nyeri di daerah persendian dan otot-otot sekitarnya.
Gejala lainnya: Kelelahan berlebihan setelah menyelam, mengantuk / pusing
ringan, gatal-gatal pada kulit (skin bends)
b) Tipe 2
Penyakit dekompresi serius yang menyerang sistem saraf pusat
Gejala neurologis : Penglihatan kabur sampai menurun, Hemiplegia/hemiparese,
Apasia motorik/ sensorik, penurunan sampai kehilangan kesadaran, terjadi
gangguan keseimbangan, gangguan bicara, tremor, vertigo dan tinitus.

Pengobatan :
Pertolongan pertama dilakukan dengan 3 (tiga) tindakan:
Oksigenisasi
Jika pasien dalam kondisi tidak sadar berikan oksigen
Rekompresi
Jika pasien masih sadar lakukan penyelaman kembali ke kedalaman
semula didampingi oleh penolongnya atau dirujuk pada fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat yang memiliki chamber (golden period < 6 jam). Jika melebihi
6 jam kemungkinan timbul kecacatan lebih besar.

2. Penyakit Barotrauma
Pengertian :
Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sequelenya akibat ketidak
seimbangan antara tekanan udara rongga fisiologis dalam tubuh dengan tekanan
udara di lingkungan sekitarnya. Hukum fisika yang berlaku adalah Hukum Boyle:
Bila temperatur dipertahankan konstan, volume gas berbanding terbalik dengan
tekanan.
Faktor risiko
Pemakaian alat yang tidak sesuai.
Menyelam yang tidak sesuai dengan prosedur penyelaman
Baik pada saat menyelam (barotrauma turun) maupun pada saat naik ke
permukaan air dengan cepat (blow up/ barotrauma naik)
Penyakit yang bisa menimbulkan obstruksi pada saluran napas (sinusitis,
influenza, asma, dll)
Panik

Tanda dan gejala umum :


Barotrauma telinga
Nyeri yang bervariasi intensitasnya pada telinga yang terkena barotrauma,
perdarahan dari telinga, kadang-kadang dijumpai perdarahan di sekitar hidung dan
mulut, gangguan pendengaran, tinnitus.
Terapi :
Dilarang menyelam
Dekongestan
Anti Biotik
Barotrauma sinus
Barotrauma gigi
Nyeri pada gigi yang ditambal dengan tidak sempurna sehingga masih ada rongga
pada tambalan tersebut.
Barotrauma wajah
Nyeri pada wajah, pembengkakan pada jaringan facial khususnya di bawah mata,
haemorhagi conjungtiva dan prostusi mata.
Terapi:
Kompres es pada bagian yang udema atau yang mengalami perdarahan

3. Penyakit Osteonekrosis Disbarik


Pengertian :
Penyakit dekompresi tipe lambat yang mengenai tulang panjang (ekstremitas).
Faktor risiko :
Usia dan jenis kelamin
Temperatur
Obesitas
Dehidrasi
Kebugaran : tidak fit, lelah, kurang tidur
Pekerja setelah mengkonsumsi alkohol mempercepat terjadinya gelembung
nitrogen.
Pekerja peselam naik pesawat kurang dari 24 jam setelah menyelam.
Trauma/injury
Menyelam tidak mengikuti prosedur

Tanda dan gejala umum :


Nekrosis pada tulang, ada dua tempat lesi utama yaitu;
a) Lesi dekat permukaan sendi
Gejala: nyeri dan kekakuan sendi hingga limitasi gerakan sendi
b) Lesi di daerah kaput
Gejala: terjadi perubahan jaringan tulang baru dan terjadi fraktur patologis

Penatalaksanaan :
Konservatif: tirah baring, mengurangi beban semaksimal mungkin
Operatif

4. Penyakit Akibat Keracunan Oksigen


Pengertian :
Tekanan partial oksigen yang normal di udara adalah 0,2 ATA atau sekitar 160
mmHg. Sifat oksigen adalah merupakan gasyang tidak berbau, berasa dan
membantu proses pembakaran. Keracunan oksigen disebabkan karena kenaikan
tekanan partial oksigen dalam darah.
Faktor Risiko:
Tergantung pada lama menghisap oksigen dan banyaknya oksigen yang
dihisap
Obat-obatan yang dikonsumsi
Demam

Tanda dan gejala umum :


o Iritasi ringan pada trachea
o Batuk
o Hiperemi membran mukosa hidung
o Demam

Penatalaksanaan :
Pada terapi HBO: Buka masker oksigen
Pada penyelam close circuit: naik kepermukaan perlahan
Kemampuan pengikatan hemoglobin (hb) terhadap CO 200 kali lebih besar
daripada oksigen sehingga mengakibatkan eliminasi CO yang sangat lambat dan
mengakibatkan hb tidak dapat mengangkut oksigen.

5. Penyakit Akibat Keracunan Karbonmonoksida (CO)


Pengertian :
Kemampuan pengikatan hemoglobin (hb) terhadap CO 200 kali lebih besar
daripada oksigen sehingga mengakibatkan eliminasi CO yang sangat lambat dan
mengakibatkan hb tidak dapat mengangkut oksigen.

Tanda dan gejala umum :


Sakit kepala, sesak nafas, mual, delirium sampai dengan kehilangan kesadaran
dan mati.

Penatalaksanaan :
Hiperbarik oksigen, anti konvulsi (bila kejang)
kortikosteroid
Pencegahan
Penggunaan alat kompresor yang aman.

6. Penyakit Akibat Keracunan Karbondioksida ( CO2 )


Pengertian :
CO2 merupakan sisa metabolism normal yang diproduksi oleh tubuh, jumlahnya
hampir sama dengan oksigen yang dikonsumsi. Kelarutan CO2 20 kali lebih besar
dibanding O2 dalam darah.
Tanda dan gejala umum :
Sakit kepala, sesak nafas, mual, delirium sampai dengan kehilangan kesadaran
dan mati.
Penatalaksanaan :
Hiperbarik oksigen, anti konvulsi (bila kejang)
Kortikosteroid
7. Penyakit Akibat Keracunan Nitrogen
Pengertian :
Narkosis disebabkan oleh kenaikan tekanan parsial dari gas yang inaktif dalam
metabolisme yakni nitrogen. Narkosis terjadi beberapa menit setelah mencapai
kedalaman tertentu. Dikatakan lebih cepat terjadi dengan kompressi yang cepat.
Berlaku hukum Henry.
Gejala umum :
Gangguan ringan pelaksanaan tugas, euforia, mengantuk, halusinasi, konsentrasi
menurun hingga hilang ingatan

8. Penyakit Akibat Gigitan Binatang Laut


Pengertian :
Binatang laut yang berbahaya karena gigitannya: hiu, bara kuda, eel, groper.
Tanda dan gejala umum :
o Secara lokal perdarahan hebat
o Secara umum pre shock sampai shock

9. Penyakit Akibat Sengatan Binatang Laut


Pengertian :
Binatang yang berbahaya karena racunnya: ikan pari, ular laut, kalajengking, ikan
sembilang, ubur-ubur, kerang lonjong, bulu babi.
Faktor Risiko :Pakaian selam tidak standar.
Tanda dan gejala umum : Nyeri sampai paralisis, preshock sampai shock

10. Hipotherma
Pengertian :
Kehilangan panas tubuh lebih besar dari panas yang dihasilkan.
Faktor Risiko :Peralatan selam tidak standar.
Tanda dan gejala umum :
Gejala Lokal:
Diawali ujung-ujung jari tangan dan kaki dingin.
Kemantapan kekuatan lengan menggenggam menurun
Timbul rasa sakit dan baal mulai dari tangan dan kaki
Gejala Sistemik:
Vaso konstriksi pembuluh darah
Tekanan darah meningkat
Curah jantung meningkat
Berlanjut metabolic rate menurun, kardiak output menurun akhirnya kesadaran
menurun.
PERTEMUAN 2
RESCUE DIVING

PERTOLONGAN PERTAMA PADA KECELAKAAN PENYELAMAN


1.Tindakan Medis Umum
a. Resusitasi
Adalah semua tindakan untuk mengembalikan fungsi vital tubuh guna
menyelamatkan jiwa korban. Ada dua macam resusitasi :
1) Resusitasi paru (pulmonary resuscitation) atau memberikan pernapasan
buatan untuk mengembalikan fungsi pernapasan.
2) Resusitasi jantung dan paru-paru (pulmoner resuscitation = CPR).
Korban kecelakaan penyelaman sering ditemukan dalam keadaan tidak
sadar, disertai dengan berhentinya pernapasan dan denyut jantung, untuk itu
diperlukan pernapasan buatan bersama-sama pemijatan jantung. Untuk
memudahkan resusitasi paru sering digunakan alat resusitasi (misal AMBU Type
Resuscitation) yang dapat digerakkan secara mekanis (dengan pompa karet) atau
dihubungkan dengan tangki oksigen.

1)Resusitasi Paru
a) Teknik pemberian nafas buatan mulut ke mulut didarat
Cara pemberian pernafasan buatan adalah sebagai berikut :
Miringkan kepala korban, ambil (bersihkan) benda-benda asing dari
mulut/hidung.
Tengadahkan kepala untuk membuka saluran nafas dengan :
Tangan kiri mengangkat leher.Tangan kanan mendorong kening ke arah bahu.
Dengan ibu jari dan telunjuk tangan kanan, pijatlah hidung korban, sambil
mempertahankan posisi kepala (tetap tengadah).
Buka mulut Anda, hisaplah nafas sedalam-dalamnya, tempelkan mulut Anda ke
mulut korban (mouth to mouth), tiupkan udara ke paru-paru korban.
Setelah selesai meniup, lihat dada korban adakah gerakan dada naik turun
terdengarkah suara korban menghembuskan nafas.
Jika tak ada gerakan naik, mungkin kesalahan teknis, misal :
Hidung lupa/tidak ditutup. Masih ada benda asing, keluarkan.
Ulangi dengan teknik yang benar.
Jika udara tetap belum bisa masuk ke paru, miringkan tubuh penderita, tepuk
kuat-kuat di antara kedua tulang belikat agar sumbatan jalan nafas dapat terbuka.

b)Teknik pernafasan buatan dipermukaan air


Pada prinsipnya cara pemberian nafas buatan di permukaan air adalah sama
dengan di darat, untuk memudahkan kembangkanlah pelampung korban dan
pelampung Anda. Bila jarak dengan daratan/kapal cukup dekat, pernafasan buatan
dapat diberikan sambil berenang ke darat/kapal. Jika jaraknya cukup jauh tetaplah
di tempat anda, berikan nafas buatan sambil menunggu pertolongan.
Teknik memberikan nafas buatan mulut ke mulut di air (di tempat).
1. Tiup pelampung korban dan pelampung penolong.
2. Buka masker korban dan penolong masukkan ke lengan penolong.
3. Buka sabuk pemberat dan lain-lain yang dianggap tidak perlu.
4. Segera lakukan nafas buatan, jika ada reaksi (korban masih hidup) kirimkan
isyarat minta tolong dengan gerakan tangan, meniup peluit, menyalakan lampu
pelampung dan lain-lain.
5. Pertimbangkan kemampuan penolong bila merasa tidak mampu menunggu
pertolongan atau berenang membawa korban ke kapal/ke pantai sambil
memberikan nafas buatan lepas dan buang scuba korban dan atau scuba
penolong.
6. Terus lakukan pernafasan buatan sambil menunggu pertolongan, atau sambil
berenang ke pantai.
Teknik memberikan nafas buatan mulut ke mulut sambil berenang ke kapal atau
ke pantai.
Setelah pelampung dikembangkan dan peralatan yang harus dilepas, masukkan
lengan kanan penolong ke ketiak kiri korban, pegang pelampung korban dibagian
belakang leher sambil menahan kepala agar mulut dan hidung korban selalu di
atas permukaan air (punggung telapak tangan terletak di antara tengkuk dan
pelampung korban).
Tangan kiri memijit hidung korban berikan nafas buatan secara cepat dua kali,
lepas tangan kiri.
Kemudian berenang dengan kayuhan kaki (flutter kick) sambil membawa
korban ke kapal/pantai terdekat sambil menghitung dalam hati 1000, 2000, 3000,
4000 kemudian berhenti sejenak sambil memberikan nafas buatan lagi dan
seterusnya.

2) Pemijatan Jantung Bersama Pernafasan paru paru (resusitasi jantung


dan paruparu)
Resusitasi jantung dan paru paru terdiri dari 3 tahap yaitu :
a) Membuka jalan nafas (Air Way Open = A)
Tindakan :
Bersihkan mulut dan hidung korban untuk mengeluarkan benda asing dari
saluran nafas korban.
Tengadahkan kepala korban agar saluran nafas terbuka (lurus).
b) Lakukan pernafasan buatan (Breathing Restored = B)
Pernafasan buatan dilakukan 12 kali per menit untuk orang dewasa, 20-30 kali
untuk anakanak.
c) Pemijatan jantung (Circulation Restored) pemijatan paru dan nafas buatan
tergantung jumlah penolong, dimana pada :
Seorang penolong : dilakukan 15 kali penekanan/pemijatan jantung
diseling 2 kali pernafasan buatan.
Dua orang penolong : dilakukan 5 kali pemijatan jantung diselingi sekali
pernafasan buatan.

b.Gangguan peredaran darah ( Shock)


Merupakan reaksi tubuh ditandai oleh melambatnya atau terhentinya
peredaran darah, yang mengakibatkan penurunan persediaan darah pada organ
organ vital / penting.

1)Tanda-tanda shock :
a) Muka pucat.
b) Kulit basah dan dingin (kening, telapak, tangan).
c) Denyut nadi lemah dan cepat, lebih dari 100 kali per menit.
d) Korban gelisah, merasa haus dan mual.
e) Tekanan darah sangat rendah.

2) Jika berat didapatkan :


a) Sangat pucat.
b) Mata terlihat cekung, tampak hampa dan tidak bercahaya.
c) Pernafasan cepat dan dangkal, kadang-kadang tidak teratur.
d) Nadi susah teraba dan apabila teraba sangat cepat 150 kali per menit.
e) Kesadaran penderita menurun.

3)Pada syok berat, kematian dapat mengancam dalam beberapa menit.


a) Tindakan :
Bawa korban ke tempat teduh dan aman.
Tidurkan penderita terlentang dengan kepala lebih rendah dari bagian tubuh
lainnya. Jika ada patah tulang kepala dan atau pendarahan di kepala.
Kendorkan pakaian penderita. Bila perlu pakaian korban dilepaskan dan ditutup
dengan selimut.
Tenangkan korban dan usahakan agar badannya tetap hangat.
Korban jangan diberi minum apabila tidak sadar.
Bila ada luka dengan perdarahan pasang pembalut cepat dan bila ada patah
tulang pasang bidai.

4)Menghentikan perdarahan
Korban kecelakaan yang tidak sadar disertai berhentinya pernafasan dan
denyut jantung, bila disertai perdarahan massive (berlebihan) sering menimbulkan
persoalan serius atau berakhir dengan kematian. Pada kasus demikian resusitasi
harus dilakukan bersama-sama tindakan untuk menghentikan perdarahan.
Perdarahan dapat berasal dari pecahnya pembuluh darah arteri ataupun permbuluh
vena (balik).
Dimana pecah atau terputusnya pembuluh darah arteri akan mengakibatkan
perdarahan yang lebih hebat dari pada putusnya pembuluh darah vena.
Cara menghentikan perdarahan :
a) Lakukan tourniquet (penekanan, mengikat) pembuluh darah yang terletak di
sebelah atas (proksimal) dari luka sehingga perdarahan berhenti atau berkurang.
b) Bersihkan dan cuci luka dengan perhidrol atau cairan garam fisiologi.
c) Tempat luka ditutup kain korban/kasa tebal, lalu di balut.
d) Torniquet sering dikendorkan agar ada aliran darah ke bagian bawah (distal)
luka.
Hal ini penting untuk mencegah nekrose (kematian) jaringan disebelah distal luka.

Prosedur Pasien Datang


a. Pasien datang atas permintaan sendiri atau rujukan.
b. Pasien diperiksa oleh dokter.
c. Pemeriksaan tanda vital, pemeriksaan THT, dan rontgen thorax.
d. Timbang berat badan.
e. Anjurkan pasien makan terlebih dahulu.
f. Anjurkan pasien buang air kecil.
g. Anjurkan membawa permen atau air minum.
h. Pakai pakaian yang longgar dan menyerap keringat.
i. Dilarang membawa kalkulator, Hp, korek api, alat elektronik yang bergerak,
jam tangan kecuali jam selam.
j.Lanjutkan untuk terapi hiperbarik, disesuaikan dengan keadaan pasien.
PERTEMUAN 3

KESEHATAN MANTRA LAUT


PENYAKIT AKIBAT KERJA KARENA PENYELAMAN
Lingkungan penyelaman memiliki banyak faktor risiko yang berpengaruh
pada kondisi fisik peselam sehingga dapat menyebabkan gangguan kesehatan dan
kecacatan sampai dengan kematian.

Penyakit dan kecelakaan akibat kerja penyelaman :


1. Penyakit Dekompresi
Pengertian
Penyakit penyelaman akibat naik ke permukaan dengan cepat sesuai
dengan hukum Henry. Hukum Henry menyatakan bahwa banyaknya gas yang
larut dalam cairan adalah sebanding dengan tekanan gas tersebut di atas air.
Semakin dalam kita menyelam, kelarutan gas dalam cairan tubuh semakin tinggi,
sehingga bila peselam naik ke permukaan terlalu cepat, gas yang larut dalam
cairan tubuh akan mengembang dengan cepat membentuk gelembung gas nitrogen
yang akan menyebabkan penyumbatan (pembuluh darah, otot, otak, tulang, dll).
Faktor risiko :
Usia di atas 40 tahun
Jenis kelamin
Menggigil selama/ sesudah menyelam
Obesitas
Dehidrasi
Latihan berat selama / sesudah menyelam
Kebugaran : tidak fit, lelah, kurang tidur
Pekerja setelah mengkonsumsi alkohol mempercepat
terjadinya gelembung nitrogen.
Udara yang dihirup banyak yang mengandung CO2
Riwayat penyakit Dekompresi
Peselam naik pesawat kurang dari 24 jam setelah menyelam
Trauma/injury
Menyelam tidak mengikuti prosedur
Penyelaman berulang

Tanda dan gejala umum :


Penyakit dekompressi dibagi menjadi 2 (dua) tipe menurut gejala klinisnya, yaitu:
a) Tipe 1 (Pain Only Bends)
Gejala Utama: Nyeri di daerah persendian dan otot-otot sekitarnya.
Gejala lainnya: Kelelahan berlebihan setelah menyelam, mengantuk / pusing
ringan, gatal-gatal pada kulit (skin bends)
b) Tipe 2
Penyakit dekompresi serius yang menyerang sistem saraf pusat
Gejala neurologis : Penglihatan kabur sampai menurun, Hemiplegia/hemiparese,
Apasia motorik/ sensorik, penurunan sampai kehilangan kesadaran, terjadi
gangguan keseimbangan, gangguan bicara, tremor, vertigo dan tinitus.
Pengobatan :
Pertolongan pertama dilakukan dengan 3 (tiga) tindakan:
Oksigenisasi
Jika pasien dalam kondisi tidak sadar berikan oksigen
Rekompresi
Jika pasien masih sadar lakukan penyelaman kembali ke kedalaman
semula didampingi oleh penolongnya atau dirujuk pada fasilitas pelayanan
kesehatan terdekat yang memiliki chamber (golden period < 6 jam). Jika melebihi
6 jam kemungkinan timbul kecacatan lebih besar.

2. Penyakit Barotrauma
Pengertian :
Barotrauma adalah kerusakan jaringan dan sequelenya akibat ketidak
seimbangan antara tekanan udara rongga fisiologis dalam tubuh dengan tekanan
udara di lingkungan sekitarnya. Hukum fisika yang berlaku adalah Hukum Boyle:
Bila temperatur dipertahankan konstan, volume gas berbanding terbalik dengan
tekanan.
Faktor risiko
Pemakaian alat yang tidak sesuai.
Menyelam yang tidak sesuai dengan prosedur penyelaman
Baik pada saat menyelam (barotrauma turun) maupun pada saat naik ke
permukaan air dengan cepat (blow up/ barotrauma naik)
Penyakit yang bisa menimbulkan obstruksi pada saluran napas (sinusitis,
influenza, asma, dll)
Panik
Tanda dan gejala umum :
Barotrauma telinga
Nyeri yang bervariasi intensitasnya pada telinga yang terkena barotrauma,
perdarahan dari telinga, kadang-kadang dijumpai perdarahan di sekitar hidung dan
mulut, gangguan pendengaran, tinnitus.
Terapi :
Dilarang menyelam
Dekongestan
Anti Biotik
Barotrauma sinus
Barotrauma gigi
Nyeri pada gigi yang ditambal dengan tidak sempurna sehingga masih ada rongga
pada tambalan tersebut.
Barotrauma wajah
Nyeri pada wajah, pembengkakan pada jaringan facial khususnya di bawah mata,
haemorhagi conjungtiva dan prostusi mata.
Terapi:
Kompres es pada bagian yang udema atau yang mengalami perdarahan

3. Penyakit Osteonekrosis Disbarik


Pengertian :
Penyakit dekompresi tipe lambat yang mengenai tulang panjang (ekstremitas).
Faktor risiko :
Usia dan jenis kelamin
Temperatur
Obesitas
Dehidrasi
Kebugaran : tidak fit, lelah, kurang tidur
Pekerja setelah mengkonsumsi alkohol mempercepat terjadinya gelembung
nitrogen.
Pekerja peselam naik pesawat kurang dari 24 jam setelah menyelam.
Trauma/injury
Menyelam tidak mengikuti prosedur
Tanda dan gejala umum :
Nekrosis pada tulang, ada dua tempat lesi utama yaitu;
a) Lesi dekat permukaan sendi
Gejala: nyeri dan kekakuan sendi hingga limitasi gerakan sendi
b) Lesi di daerah kaput
Gejala: terjadi perubahan jaringan tulang baru dan terjadi fraktur patologis
Penatalaksanaan :
Konservatif: tirah baring, mengurangi beban semaksimal mungkin
Operatif

4. Penyakit Akibat Keracunan Oksigen


Pengertian :
Tekanan partial oksigen yang normal di udara adalah 0,2 ATA atau sekitar 160
mmHg. Sifat oksigen adalah merupakan gasyang tidak berbau, berasa dan
membantu proses pembakaran. Keracunan oksigen disebabkan karena kenaikan
tekanan partial oksigen dalam darah.
Faktor Risiko:
Tergantung pada lama menghisap oksigen dan banyaknya oksigen yang
dihisap
Obat-obatan yang dikonsumsi
Demam
Tanda dan gejala umum :
o Iritasi ringan pada trachea
o Batuk
o Hiperemi membran mukosa hidung
o Demam
Penatalaksanaan :
Pada terapi HBO: Buka masker oksigen
Pada penyelam close circuit: naik kepermukaan perlahan
Kemampuan pengikatan hemoglobin (hb) terhadap CO 200 kali lebih besar
daripada oksigen sehingga mengakibatkan eliminasi CO yang sangat lambat dan
mengakibatkan hb tidak dapat mengangkut oksigen.

5. Penyakit Akibat Keracunan Karbonmonoksida (CO)


Pengertian :
Kemampuan pengikatan hemoglobin (hb) terhadap CO 200 kali lebih besar
daripada oksigen sehingga mengakibatkan eliminasi CO yang sangat lambat dan
mengakibatkan hb tidak dapat mengangkut oksigen.
Tanda dan gejala umum :
Sakit kepala, sesak nafas, mual, delirium sampai dengan kehilangan kesadaran
dan mati.
Penatalaksanaan :
Hiperbarik oksigen, anti konvulsi (bila kejang)
kortikosteroid
Pencegahan
Penggunaan alat kompresor yang aman.

6. Penyakit Akibat Keracunan Karbondioksida ( CO2 )


Pengertian :
CO2 merupakan sisa metabolism normal yang diproduksi oleh tubuh, jumlahnya
hampir sama dengan oksigen yang dikonsumsi. Kelarutan CO2 20 kali lebih besar
dibanding O2 dalam darah.
Tanda dan gejala umum :
Sakit kepala, sesak nafas, mual, delirium sampai dengan kehilangan kesadaran
dan mati.
Penatalaksanaan :
Hiperbarik oksigen, anti konvulsi (bila kejang)
Kortikosteroid

7. Penyakit Akibat Keracunan Nitrogen


Pengertian :
Narkosis disebabkan oleh kenaikan tekanan parsial dari gas yang inaktif dalam
metabolisme yakni nitrogen. Narkosis terjadi beberapa menit setelah mencapai
kedalaman tertentu. Dikatakan lebih cepat terjadi dengan kompressi yang cepat.
Berlaku hukum Henry.
Gejala umum :
Gangguan ringan pelaksanaan tugas, euforia, mengantuk, halusinasi, konsentrasi
menurun hingga hilang ingatan

8. Penyakit Akibat Gigitan Binatang Laut


Pengertian :
Binatang laut yang berbahaya karena gigitannya: hiu, bara kuda, eel, groper.
Tanda dan gejala umum :
o Secara lokal perdarahan hebat
o Secara umum pre shock sampai shock

9. Penyakit Akibat Sengatan Binatang Laut


Pengertian :
Binatang yang berbahaya karena racunnya: ikan pari, ular laut, kalajengking, ikan
sembilang, ubur-ubur, kerang lonjong, bulu babi.
Faktor Risiko :Pakaian selam tidak standar.
Tanda dan gejala umum : Nyeri sampai paralisis, preshock sampai shock

10. Hipotherma
Pengertian :
Kehilangan panas tubuh lebih besar dari panas yang dihasilkan.
Faktor Risiko :Peralatan selam tidak standar.
Tanda dan gejala umum :
Gejala Lokal:
Diawali ujung-ujung jari tangan dan kaki dingin.
Kemantapan kekuatan lengan menggenggam menurun
Timbul rasa sakit dan baal mulai dari tangan dan kaki
Gejala Sistemik:
Vaso konstriksi pembuluh darah
Tekanan darah meningkat
Curah jantung meningkat
Berlanjut metabolic rate menurun, kardiak output menurun akhirnya kesadaran
menurun.
PERTEMUAN 4

HYGINE AND SANITASI


Kebersihan lingkungan merupakan hal yang tidak dapat dijauhkan dari
sebuah kehidupan manusia dan merupakan unsur yang pasti atau tetap dalam ilmu
kesehatan dan pencegahannya. Yang dimaksud dengan kebersihan lingkungan itu
sendiri adalah menciptakan sebuah lingkungan yang sehat sehingga tidak
gampang terserang atau terkena berbagai macam penyakit yang kapan saja bisa
menyerang kita seperti demam berdarah, muntaber dan lain-lain. Ini dapat dicapai
dengan menciptakan suatu lingkungan yang bersih indah dan nyaman. Kebersihan
lingkungan meliputi kebersihan tempat tinggal, tempat bersekolah, tempat
bekerja, dan berbagai sarana umum lainnya. Kebersihan adalah salah satu tanda
dari keadaan higiene atau jauh dari kotor baik dalam diri sendiri, lingkungan
keluarga maupun lingkungan sekitar.
Manusia perlu menjaga kebersihan lingkungan dan kebersihan diri agar sehat
tidak menyebabkan kotoran atau menularkan penyakit bagi diri sendiri maupun
orang lain karena itu kita harus pandai pandai menjaga kebersihan. Tidak sulit
menjaga kebersihan lingkungan ada banyak macam cara untuk menjaga
kebersihan lingkungan misalnya dengan membuang sampah pada tempatnya,
selalu membersihkan selokan air, memisahkan sampah kering dan sampah basah,
rajin menyapu halaman rumah, mendaur ulang barang yang tidak terpakai dan
masih banyak lagi. Jika kita tidak menjaga kebersihan lingkungan maka
lingkungan menjadi tidak sehat dan dapat mengganggu kegiatan sehari hari juga
dapat menyebabkan penyakit yang menganggu masyarakat. Lingkungan yang
bersih menjadikan hidup lebih sehat, udara terasa sejuk, tempat tinggal menjadi
bersih dan terhindar dari segala penyakit. Maka dari itu kita harus selalu menjaga
kebersihan lingkungan karena banyak sekali manfaatnya untuk kehidupan.

MANFAAT MENJAGA KEBERSIHAN LINGKUNGAN

Kita harus tahu tentang manfaat menjaga kebersihan lingkungan, karena


menjaga kebersihan lingkungan sangatlah berguna untuk kita semua karena dapat
menciptakan kehidupan yang aman, bersih, sejuk dan sehat.
Manfaat menjaga kebersihan lingkungan antara lain:
1. Terhindar dari penyakit yang disebabkan lingkungan yang tidak sehat.
2. Lingkungan menjadi lebih sejuk.
3. Bebas dari polusi udara.
4. Air menjadi lebih bersih dan aman untuk di minum.
5. Lebih tenang dalam menjalankan aktifitas sehari hari.
Masih banyak lagi manfaat menjaga kebersihan lingkungan, maka dari itu kita
harus menyadari akan pentingnya kebersihan lingkungan mulai dari rumah kita
sendiri misalnya rajin menyapu halaman rumah, rajin membersihkan selokan
rumah kita, membuang sampah pada tempatnya, pokoknya masih banyak lagi.
Lingkungan akan lebih baik jika semua orang sadar dan bertanggungjawab
akan kebersihan lingkungan, karena hal itu harus ditanamkan sejak dini, di
sekolah pun kita diajarkan untuk selalu hidup bersih.
PERTEMUAN 4

KESEHATAN BANDARA
Bandar udara (bandara) merupakan tempat bertemunya banyak orang dari
segala penjuru dunia yang datang dan pergi dengan pesawat udara, dan juga
tempat berkumpulnya banyak orang yang melakukan kegiatannya masing-masing
untuk menunjang operasi penerbangan yang lancar, aman dan nyaman.

Menurut Annex 14 dari ICAO (International Civil Aviation Organization) ,


Airpot is a defined area on land or water (including any buildings, installations,
and equipment) intended to be used either wholly or in part for arrival, departure,
and movements of aircrafts. Menurut PT (persero) Angkasa Pura, bandar udara,
ialah lapangan udara, termasuk segala bangunan dan peralatan yang merupakan
kelengkapan minimal untuk menjamin tersedianya fasilitas bagi angkutan udara
untuk masyarakat.

Dengan perkembangan dunia penerbangan dan mobilitas manusia serta


barang yang makin tinggi, maka fungsi bandara (bandar udara) makin bertambah
penting. Di daerah-daerah penerbangan perintis, bandara masih sederhana, tetapi
di kota-kota besar sudah berkembang menjadi besar dan canggih karena
merupakan tempat bertemunya banyak orang dari segala penjuru dunia, dan
tempat berkumpulnya banyak orang melakukan kegiatannya masing-masing untuk
menunjang operasi penerbangan yang aman dan nyaman. Untuk itu dalam
pengoperasiannya suatu bandara harus menyediakan fasilitas medik untuk dapat
menanggulangi gawat darurat penerbangan, gawat darurat medik atau gangguan
kesehatan lainnya. Lagi pula untuk memberi kemudahan pada calon penumpang
dan pengunjung, di bandara disediakan kafetaria, restoran, coffee shop, duty free
shop, kantor pos, bank, money changer dsb. Dan di bandara internasional selalu
ada kantor/petugas C.I.Q. (Custom Immigration Quarantine).

Akibat hal-hal di atas timbul masalah hygiene dan sanitasi di bandara yang
harus ditangani sungguh-sungguh, sebab suatu bandara internasional adalah pintu
gerbang suatu negara. Masalah hygiene dan sanitasi di bandara berhubungan erat
dengan penyebaran penyakit menular dan juga dengan keselamatan penerbangan.
Di samping masalah-masalah tersebut di atas, sering melalui bandara seorang
pasien ingin berobat ke rumah sakit yang,besar di kota lain, bahkan ke luar negeri.

Ini menimbulkan masalah, karena tidak semua orang sakit boleh diangkut
dengan pesawat udara (pesawat dari airline).
Untuk membangun suatu bandar udara harus dipilih lokasi yang cocok. Lokasi ini
harus memenuhi beberapa kriteria, yaitu :
1. Dekat dengan sumber lalu lintas.
2. Bebas dari rintangan.
3. Masih tersedia lahan untuk perluasan/perpanjangan landasan.
4. Kecocokan medan di sekitarnya untuk pendaratan.
5. Kondisi metereologis.
6. Biaya konstruksi dan pemeliharaan.
7. Hubungannya dengan airways yang ada.
Kriteria-kriteria tersebut tidak selalu sama pentingnya, misalnya jarak
dengan sumber traffic tidak begitu penting bila bandar udara yang akan dibangun
nanti hanya untuk refueling atau untuk overnight stop (tidak menurunkan
penumpang). Di samping kriteria tersebut juga perlu diperhatikan major sanitary
conditions, yaitu :

1. Jaraknya ke pemukiman penduduk.


2. Jaraknya ke daerah nyamuk berkembang biak, terutama rawa atau genangan air
yang tidak mengalir.
3. Keberadaan serangga, binatang-binatang kecil dan tikus.
4. Arah angin sepanjang tahun yang dapat membawa nyamuk dari tempat jauh.
5. Sifat persediaan air, terutama sumbernya, status kontaminasi dan debitnya yang
cukup.
6. Dalamnya dan sifat permukaan air tanah.
7. Drainase daerah itu berlangsung secara alami atau melalui saluran buatan.

Semua masalah-masalah diatas harus dianalisis lebih dahulu sebelum


pembangunan bandar udara dimulai, hal ini untuk mengindari kesulitan-kesulitan
baru atau tambahan selama proses konstruksi bandar udara sedang berjalan. Juga
perlu diperhatikan bahwa tidak semua penumpang itu sehat, tetapi ada orang
cacat, orang tua, wanita hamil dan anak-anak. Maka dalam membangun suatu
bandar udara harus dibuat fasilitas untuk orang-orang. Selain itu dalam
pembangunan bandara harus disesuaikan dengan peraturan perundang-undangan
agar dapat memenuhi persyaratan K3.

untuk menunjang operasi penerbangan yang lancar, aman dan nyaman.


Sehubungan dengan hal tersebut perlu diantisipasi kemungkinan terjadinya suatu
gawat darurat penerbangan, gawat darurat medik, gawat darurat karena bencana
alam atau suatu kecelakaan kerja. Masalah hygiene dan sanitasi di bandara harus
diperhatikan dan ditangani sungguh-sungguh karena bandara adalah pintu gerbang
suatu negara. Masalah yang juga penting di bandara adalah yang berhubungan
dengan gangguan kesehatan karena lingkungan kerja yaitu karena bising,
gelombang mikro, debu radioaktif dan sinar x, dan bahan-bahan kimia yang
terdapat di bandara. Akhirnya masalah penanggulangan dan penyelidikan
kecelakaan pesawat udara yang terjadi di bandara dan sekitarnya, dan selanjutnya
sering melalui bandara diangkut penumpang yang sakit untuk berobat ke kota atau
negara.lain semua ini perlu ditangani.

Masalah keselamatan kerja di bandara adalah menyangkut masalah tentang


tenaga kerja dan orang lain yang berada di tempat kerja. Adapun potensi bahaya
yang menyangkut tenaga kerja dan orang lain di bandara meliputi :

1. Gawat darurat yang melibatkan pesawat, yaitu :


a. Kecelakaan pesawat udara di bandar udara.
b. Kecelakaan pesawat udara di sekitar bandar udara.
c. Insiden pesawat udara dalam penerbangan.
d. Insiden pesawat udara di darat.
e. Sabotase, termasuk ancaman bom.
f. Pembajakan.

2. Gawat darurat yang tidak melibatkan pesawat yaitu :


a. Kebakaran bangunan.
b. Sabotase, termasuk ancaman bom.
c. Bencana alam.
d. Bahaya petir.
e. Bahaya listrik

3. Gawat darurat medik.


Untuk mengatasi permasalahan tersebut, perlu adanya undang-undang
yang menyangkut tentang keselamatan kerja yaitu Undang-undang No. 1 tahun
1970 yang bertujuan untuk melindungi tenaga kerja dan setiap orang lain yang
berada di dalam tempat kerja selalu dalam keadaan selamat dan sehat. Selain itu,
bandara harus mempunyai sertifikasi sesuai dengan Keputusan Menteri
Perhubungan Nomer : KM 47 Tahun 2002 tentang Sertifikasi Operasi Bandar
Udara.

Pengendalian terhadap bahaya kebakaran juga harus di perhatikan.


Menurut Permenaker RI No. Per. 04/MEN/1980 tentang Syarat-syarat
Pemasangan dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan. Dimana di dalamnya
diatur tentang syarat pemasangan yang meliputi penggunaan apar yang sesuai
dengan jenis kebakaran dan juga termasuk pemasangan alarm kebakaran yang
mungkin timbul di bandara serta jalur penyelamatan seperti tangga darurat,
koridor, pintu kebakaran, lift kebakaran, penerangan darurat dan penunjuk arah
keluar, komunikasi darurat, sistem pengendalian asap.

Pengaturan seperti instalasi listrik dan instalasi petir harus disesuaikan


dengan peraturan perundangan yang ada seperti Keputusan Menteri Tenaga Kerja
dan Transmigrasi Republik Indonesia Nomor : Kep. 75/MEN/2002 tentang
Pemberlakuan Standar Nasional Indonesia (SNI) Nomor : SNI-04-0225-2000
Mengenai Persyaratan Umum Instalasi Listrik 2000 (Puil 2000) di Tempat Kerja
dengan tujuan :
1. Instalasi listrik dapat dioperasikan dengan baik.
2. Terjamin keselamatan manusia.
3. Terjamin keselamatan instalasi listrik beserta perlengkapannya.
4. Terjamin keamanan gedung dan isinya terhadap kebakaran akibat listrik.
5. Terjamin perlindungan lingkungan.

Selain itu aspek kesehatan di bandara juga perlu mendapat perhatian.


Karena banyak sekali faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kesehatan tenaga
kerja maupun orang lain yang berada atau di sekitar bandara. Faktor-faktor
tersebut adalah :
1. Bising.
2. Bahan kimia.
3. Debu atau bahan radioaktif.
4. Gelombang mikro dan sinar X.
5. Polusi udara.

Bising yang terdapat di bandara terutama berasal dari mesin pesawat yang
mempunyai frekuensi tinggi dan intensitas besar, yaitu 90-110 dBA atau lebih.
Menurut Kepmenaker No. Kep 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di Tempat Kerja bahwa untuk NAB kebisingan adalah 85 dBA untuk
pemajanan 8 jam sehari. Artinya tenaga kerja dapat bekerja dengan intensitas
kebisingan sebesar 85 dBA maksimal hanya 8 jam. Sedangkan kebisingan di
bandara yang mencapai 90-100 dBA hanya boleh di alami tenaga kerja maksimal
selama 2 jam. Untuk itu tenaga kerja harus memakai alat pelindung diri, karena
intensitas pekerjaan hampir selama 24 jam.
Akibat bising yang paling penting adalah menurunnya pendengaran dan
dapat terjadi tuli permanen (sensoric deafness). Hampir 15% dari awak darat
airline mengalami gangguan ini secara tak langsung. Dalam hubungannya dengan
pesawat tersebut karyawan dibagi dalam golongan, yaitu :
1. Golongan I : Mereka yang bekerja dekat sekali dengan pesawat (kurang dari 8
meter) selama runs up.
2. Golongan II : Mereka yang relatif dekat (8 50 m) pesawat, misalnya
maintenance personnel, starting crew, dan trouble line personnel.
3. Golongan lII : Mereka yang kadang-kadang harus bekerja tidak jauh dari
pesawat (50 120 m), misalnya pramugari darat, personel kargo, dsb.
Menurut tingkatan bising (noise level) daerah sekitar pesawat dibagi menjadi 4
zone yaitu :
1. Zone A : Daerah dengan tingkatan bising antara 150 dB. Zone ini jangan
dimasuki sama sekali.
2. Zone B : Daerah dengan tingkatan bising antara 135 150 dB. Di daerah ini
orang harus berusaha sesingkat mungkin dan harus memakai ear muff.
3. Zone C : Daerah dengan tingkatan bising antara 115 135 dB. Semua orang
yang bekerja di sini harus memakai ear muff. Bila hanya sebentar boleh memakai
ear plug.
4. Zone D : Daerah dengan tingkatan bising antara 100 115 dB. Mereka yang
bekerja di sini harus mekakai ear plug terus menerus.
Untuk mencegah/mengurangi akibat gangguan bising perlu dilakukan
Hearing Conservation Program, dengan cara :
1. Pemeriksaan audiometris secara berkala pada karyawan tersebut di atas.
2. Dilakukan usaha-usaha pencegahannya, di antaranya ialah memakai :
a. Helmet : Dipakai bila bekerja dekat sekali dengan pesawat yang run-up.
Diperkirakan sebagian bising diserap oleh tulang-tulang kepala, jadi perlu helmet.
b. Ear muff : Dibuat dari plastik atau karet dengan ukuran small, medium dan
large.
c. Golongan I memakai helmet dan ear plug.
d. Golongan II memakai ear muff.
e. Golongan III cukup memakai ear plug.
Dalam pemeriksaan audiometri, dibuat Base Line Audiogram untuk frekuensi
250, 500, 1000, 2000, 4000, dan 8000 c/s, yang terpenting adalah frekuensi 500,
1000, dan 2000 c/s. Bila ada seorang dengan hearing loss 15 dB atau lebih, perlu
dibuat audiogram ulangan setelah 48 jam bebas dari bising. Pemeriksaan
audiometris secara berkala pada karyawan yang terpapar bising, dilakukan tiap 2
4 tahun sekali.
Para tenaga kerja atau karyawan di darat juga dihadapkan pada bahan
kimia, seperti bahan bakar (bensin, bensol, avtur) minyak hidrolik, larutan
desinfektans, insektisida dsb. Bahan-bahan tersebut dapat menyebabkan dermatitis
kontak, dan bila tertelan atau terhirup dapat terjadi intoksikasi yang
membahayakan. Oleh karena itu perlu dicegah dengan cara :
1. Memakai sarung tangan dan pakaian kerja, bila perlu masker.
2. Disediakan tempat cuci tangan, kamar mandi dan kamar ganti pakaian.
3. Ventilasi kerja harus baik.
4. Penyuluhan tentang kesehatan kerja.
5. Pemeriksaan kesehatan berkala (1 2 tahun sekali).

Selain itu perlu juga diketahui nilai ambang batas bahan kimia yang
diperbolehkan sebagai upaya pengendalian. Peraturan yang mengatur tentang
bahan kimia adalah SE Menaker No. SE 01/MEN/1997 tentang NAB faktor kimia
di udara lingkungan kerja dan juga Kepmenaker No. KEP 187/MEN/1999 tentang
pengendalian bahan kima berbahaya di tempat kerja. Di dalamnya diatur tentang
Nilai Ambang Batas bahan kimia dan juga mencegah kecelakaan dan penyakit
akibat kerja, akibat penggunaan bahan kimia berbahaya di tempat kerja maka
perlu diatur pengendaliannya.
Dalam pengoperasian radar digunakan gelombang mikro dan sinar X.
Gangguan yang ditimbulkan gelombang ini akan dirasakan terutama oleh teknisi
radar, jarang pada operator radar. Gelombang mikro dapat merusak lensa mata
dan terjadilah katarak, atau dapat juga merusak kelenjar testis, akibatnya adalah
kemandulan. Oleh karena hal-hal tersebut perlu dilakukan usaha pencegahannya.
Dalam Kepmenaker No. Kep 51/MEN/1999 tentang Nilai Ambang Batas Faktor
Fisika di Tempat Kerja menyatakan bahwa NAB untuk gelombang mikro .
Sinar X juga dapat menimbulkan gangguan kesehatan, yaitu dapat menyebabkan
mutasi gen, munculnya kanker dan lain sebagainya.
Dalam penanganannya, ada beberapa cara yaitu :
1. Mengatur waktu pemajanan dengan memberikan jam istirahat.
2. Isolasi sumber sinar X.
3. Bekerja dengan menggunakan remote control.
4. Tenaga kerja harus menggunakan APD.

Petugas ground handling kadang-kadang harus menangani muatan yang


berisi bahan radioaktif. Bila terjadi kebocoran dalam pengepakan dapat
membahayakan sekitarnya. Dan pesawat udara secara berkala diperiksa untuk
mengetahui keretakan pada bagian-bagiannya. Kedua radiasi ini dapat
membahayakan kesehatan dan perlu dilakukan usaha pencegahannya. Polusi udara
terjadi karena asap yang keluar dari mesin pesawat, kendaraan ground handling,
dan mobil yang lalu lalang. Juga hembusan yang kuat (jet blast) yang keluar dari
exhaust pesawat menyebabkan debu beterbangan; ini akan menambah tingkat
polusi yang sudah ada.
Untuk itu perlu usaha pencegahan yaitu :
1. Pemakaian masker.
2. Sarung tangan.
3. Baju pelindung.
4. Penyuluhan kesehatan bagi tenaga kerja.

Masalah hygiene dan sanitasi di bandara juga perlu di perhatikan sesuai


dengan Undang-undang Nomor 23 tahun 1997 tentang Ketentuan-ketentuan
Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup. Pemeliharaan dan peningkatan hygiene
dan sanitasi di bandar udara akan menyangkut empat masalah,yaitu :
1. Penyediaan air (water supply).
2. Kebersihan makanan (food hygiene).
3. Pembuangan sampah dan kotoran (waste disposal).
4. Pemberantasan serangga/binatang yang dapat menularkan penyakit (vector
control).
Hygiene dan sanitasi di bandar udara harus ditangani dengan sungguh-
sungguh, karena bila tidak, dapat membahayakan keselamatan penerbangan dan
orang lain di lingkungan bandara.
PERTEMUAN 6

KESEHATAN KELAUTAN DAN MASYARAKAT PESISIR

Daerah pesisir merupakan salah satu daerah yang banyak memiliki


masalah khususnya di bidang kesehatan masyarakat. Penelitian ini dilakukan
untuk menggali tentang masalah-masalah kesehatan masyarakat yang terjadi di
Kota Manado Sulawesi Utara sebagai salah satu kota pesisir di Indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian eksploratif yang dilakukan melalui


observasi lapangan dan penelusuran kepustakaan. Hasil penelitian menunjukkan
bahwa masalah kesehatan di daerah pesisir kota Manado yaitu masalah
lingkungan, perilaku dan sosial. Kata kunci: Penelitian eksploratif, wilayah
pesisir, observasi lapangan, studi kepustakaan Abstract Coastal areas is the one
area that many have problems, especially in the public health. This study was
conducted to explored public health problems that occur in the city of Manado in
North Sulawesi as one of the coastal cities in Indonesia. This is an exploratory
study conducted through field observations and literature review. The results
showed that the health problems in the coastal city of Manado that is
environmental, behavioral and social. Latar belakang Banyak masyarakat berpikir
bahwa laut termasuk di dalamnya wilayah pesisir merupakan tempat sampah yang
ideal. Laut yang luas diperkirakan mampu menghancurkan atau melarutkan setiap
bahan-bahan yang dibuang ke perairan laut.

Faktanya, laut merupakan suatu sistem ekologis yang mempunyai


kemampuan daya urai yang terbatas. Hal ini berkaitan dengan semakin
meningkatnya kegiatan manusia dalam usaha memenuhi kebutuhan hidupnya.
Kegiatan ini menghasilkan produk-produk yang diperlukan bagi kehidupannya
dan menghasilkan produk sisa (limbah) yang dapat menjadi bahan pencemar
(polutan). Cepat atau lambat polutan itu sebagian akan sampai ke daerah pesisir
dan laut. Hal ini dapat menyebabkan masalah pada lingkungan dan masalah
kesehatan masyarakat khususnya masyarakat pesisir dan laut (Supriharyono,
2002; Misran, 2002). Masalah kesehatan merupakan suatu masalah yang sangat
kompleks. Hal ini saling berkaitan dengan masalah-masalah lain di luar kesehatan.
Demikian pula pemecahan masalah kesehatan masyarakat, tidak hanya dilihat dari
segi kesehatannya sendiri tetapi harus dilihat dari seluruh segi yang ada
pengaruhnya terhadap masalah "sehat-sakit".

Banyak faktor yang mempengaruhi kesehatan, baik kesehatan individu


maupun kesehatan masyarakat. Hendrik L. Blum seorang pakar di bidang
kedokteran pencegahan mengatakan bahwa status kesehatan masyarakat
dipengaruhi oleh 4 hal yaitu lingkungan, perilaku, pelayanan kesehatan dan
genetik (keturunan) (Notoatmodjo, 2011). Faktor-faktor ini, berpengaruh langsung
pada kesehatan dan saling berpengaruh satu sama lainnya. Status kesehatan dapat
tercapai secara optimal jika keempat faktor ini secara bersama-sama mempunyai
kondisi yang optimal. Salah satu faktor saja berada dalam keadaan yang terganggu
(tidak optimal) maka status kesehatan dapat tergeser ke arah di bawah keadaan
optimal (Sarudji, 2006).

You might also like