You are on page 1of 12

LAPORAN PRAKTIKUM MIKROBIOLOGI

SISTEM TERAPEUTIK

Pembimbing: dr. Hj. Jekti T Rochani, MS, Sp.MK

Disusun Oleh :
KELOMPOK 12

Jananda Musdhika P 2013730057


Tian Tiffani 2013730111
Aulia Febriana Romadhona 2013730014
M. Iqbal 2013730063
Cindy Sally 2013730022
Rizkianna Narwiningtyas 2013730094
Nadia Santika Ayu 2013730074
Ratih Andriani 2013730089
Dera Seta Saputri 2013730024
Dita Khunti Heru Putri 2011730025

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2016

1
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan nikmat kepada
umat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan laporan ini. Shalawat serta salam
semoga tetap tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW yang telah membawa
umatnya dari jaman jahiliyah menuju jaman islamiyah.
Dalam Laporan ini, penulis akan menguraikan tentang hasil praktikum
mikrobiologi dalam sistem terapeutik .Laporan ini diharapkan bisa menambah
wawasan dan pengetahuan yang selama ini kita cari.Berbagai teknik dan intrik
penulis kemas dalam laporan ini dan juga penulis berharap bisa dimanfaatkan
semaksimal mungkin.
Terima kasih penulis ucapkan kepada :
1. Dr. Hj. Jekti T Rochani, MS, Sp.MK sebagai tutor pembimbing kami
dalam praktikum,
2. Kepada staf laboratorium yang membantu kami mempersiapkan alat dan
bahan saat praktikum dilaksanakan, dan
3. Kepada teman-teman yang memberikan dukungan dan support.
Meskipun telah berusaha segenap kemampuan, namun penulis menyadari
bahwa laporan ini belum sempurna. Oleh karena itu, segala tegur sapa dan kritik
yang diberikan akan penulis sambut dengan kelapangan hati guna perbaikan pada
masa yang akan datang.
Akhir kata, penulis berharap laporan ini dapat memberikan banyak
manfaat bagi para mehasiswa/i Fakultas Kedokteran Universitas Muhammadiyah
Jakarta.

Jakarta, 30 Mei 2016

Penulis

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Landasan Teori


Bahan Kimia
Berbagai jenis bahan kimia dapat menghambat pertumbuhan kuman, misalnya
kadar gula yang tinggi, zat warna, desinfektan, antibiotika. Bahan kimia ini dapat
menghambat pertumbuhan kuman, disebut efek Bakteriostatik atau dapat
membunuh kuman, disebut Bakterisid.Disinfektan adalah bahan kimia yang
digunakan untuk sanitasi, disinfeksi, antisepsis dan untuk membunuh kuman.
Antibiotika sering digunakan untuk mengobati berbagai penyakit infeksi
bacterial.Antibiotika dapat bersifat bakteriostatik dan juga bersifat bakterisid.
Dalam melakukan terapi dengan menggunakan antibiotika guna penanggulangan
penyakit infeksi bacterial, kadang diperlukan Pemeriksaan Kepekaan (Tes
Sensitivitas) kuman terhadap Antibiotika yang tersedia, karena pada masa kini
telah banyak ditemukan kuman yang resisten terhadap antibiotika.
Uji sensitivitas
Uji sentifitas bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat
kerentanan bakteri terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni
yang memiliki aktivitas antibakteri. Metode Uji sensitivitas bakteri adalah metode
cara bagaimana mengetahui dan mendapatkan produk alam yang berpotensi
sebagai bahan anti bakteri serta mempunyai kemampuan untuk menghambat
pertumbuhan atau mematikan bakteri pada konsentrasi yang rendah. Uji sentivitas
bakteri merupakan suatu metode untuk menentukan tingkat kerentanan bakteri
terhadap zat antibakteri dan untuk mengetahui senyawa murni yang memiliki
aktivitas antibakteri.Seorang ilmuan dari perancis menyatakan bahwa metode
difusi agar dari prosedur Kirby-Bauer, sering digunakan untuk mengetahui
sensitivitas bakteri. Prinsip dari metode ini adalah penghambatan terhadap
pertumbuhan mikroorganisme, yaitu zona hambatan akan terlihat sebagai daerah
jernih di sekitar cakram kertas yang mengandung zat antibakteri. Diameter zona
hambatan pertumbuhan bakteri menunjukkan sensitivitas bakteri terhadap zat

3
antibakteri.Selanjutnya dikatakan bahwa semakin lebar diameter zona hambatan
yang terbentuk bakteri tersebut semakin sensitif (Waluyo, 2008).
Sensitivitas adalah suatu keadaan dimana mikroba sangat peka terhadap antibiotik
atau sensitivitas adalah kepekaan suatu antibiotik yang masih baik untuk
memberikan daya hambat terhadap mikroba.Uji sensitivitas terhadap suatu
antimikroba untuk dapat menunjukkan pada kondisi yang sesuai dengan efek daya
hambatnya terhadap mikroba. Suatu penurunan aktivitas antimikroba akan dapat
menunjukkan perubahan kecil yang tidak dapat ditunjukkan oleh metode kimia,
sehingga pengujian secara mikrobiologis dan biologi dilakukan. Biasanya metode
merupakan standar untuk mengatasi keraguan tentang kemungkinan hilangnya
aktivitas antimikroba (Djide, 2008).
Intermediet adalah suatu keadaan dimana terjadi pergeseran dari keadaan sensitif
ke keadaan yang resisten tetapi tidak resisten sepenuhnya.Sedangkan resisten
adalah suatu keadaan dimana mikroba sudah peka atau sudah kebal terhadap
antibiotik (Djide, 2008).
Resisten adalah ketahan suatu mikroorganisme terhadap suatu anti mikroba atau
antibiotik tertentu.Resisten dapat berupa resisten alamiah, resisten karena adaya
mutasi spontan (resisten kromonal) dan resisten karena terjadinya pemindahan
gen yang resisten (resistensi ekstrakrosomal) atau dapat dikatakan bahwa suatu
mikroorganisme dapat resisten terhadap obat-obat antimikroba, karena mekanisme
genetik atau non-genetik (Djide, 2008).
Penyebab terjadiya resisten terhadap mikroorganisme adalah penggunaan
antibiotik yang tidak tepat, misalnya penggunaan dengan dosis yang tidak
memadai, pemakaian yang tidak teratur, demikian juga waktu pengobatan yang
tidak cukup lama, sehingga untuk mencegah atau memperlambat terjadinya
resisten tersebut, maka cara pemakaian antibiotik perlu diperhatikan (Djide,
2008).
Zona Hambat merupakan tempat dimana bakteri terhambat pertumbuhannya
akibat antibakteri atau antimikroba.Zona hambat adalah daerah untuk
menghambat pertumbuhan mikroorrganisme pada media agar oleh antibiotik.
Contohnya: Tetracycline, Erytromycin, dan Streptomycin. Tetracycline

4
merupakan antibiotik yang memiliki spektrum yang luas sehingga dapat
menghambat pertumbuhan bakteri secara luas (Djide, 2008).
Pemeriksaan Kepekaan Kuman terhadap Antibiotika:
1. Cara Cakram (Disc Method)
Dengan menggunakan cakram kertas saring yang mengandung
antibiotika/bahan kimia lain dengan kadar tertentu yang kemudian
diletakkan di atas lempeng agar yang ditanami kuman yang akan
diperiksa, kemudian dieram. Apabila tampak adanya zona hambatan
pertumbuhan kuman disekeliling cakram antibiotic, maka kuman yang
diperiksa sensitive terhadap antibiotika tersebut. Cara ini disebut juga
sebagai Cara Difusi Agar, cara yang lazim dilakukan adalah Cara Kirby
Bauer.
2. Cara Tabung (Tube Dilution Method)
Dengan membuat penipisan antibiotika pada sederetan tabung reaksi yang
berisi perbenihan cair. Kedalam tabung-tabung tersebut dimasukkan
kuman yang akan diperiksa dengan jumlah tertentu dan kemudian dieram.
Dengan cara ini akan dapat diketahui konsentrasi terendah antibiotika
yang menghambat pertumbuhan yang disebut: Konsentrasi Hambat
Minimal (KHM) atau Minimal Inhibitory Concentration (MIC)

1.2 Tujuan
- Melakukan pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotika dengan cara
cakram dan mencatat hasilnya.
- Mengetahui kepekaan mikroba terhadap antibiotik yang tersedia.
- Mengetahui pemeriksaan/tes sensitivitas kuman dan cara pemeriksaannya.

1.3 Manfaat
Adapun manfaat dari praktikum ini adalah praktikan dapat mengetahui
teknik uji sensitivitas, dapat mengukur zona hambat pada masing-masing
antibiotik terhadap bakteri S.aureus dan E. coli, mengetahui tingkat
sensitivitas, intermediet dan resistensi antibiotik terhadap bakteri S.
aureus dan E. coli serta manfaat bagi mahasiswa kedokteran dengan
dilakukannya praktikum ini adalah mempunyai pengetahuan tentang
berbagai jenis obat antibiotik sehingga dapat mengetahui antibiotik yang
tepat untuk digunakan sebagai penghambat pertumbuhan suatu bakteri
untuk menyembuhkan penyakit.

5
BAB II
METODE PRAKTIKUM

2.1Alat dan Bahan


Cakram Antibiotika
AML (Amoxycillin)
CTX (Cefotaxime)
MET (Methicillin)
E (Erythromycin)
CIP (Ciprofloxacin)
Biakan Kuman :
Staphylococcus aureus
Escherichia coli
Lempeng Agar Mueller Hinton 2 bh Gambar2 Kuman Staphylococcus aureus

Kaldu Steril BHI 1cc 2 bh


Kapas Lidi Steril 2 bh
Bunsen
Pinset
Gambar3 Lempeng agar Mueller Hinton
Jarum Ose/Sengkelit
Pensil Marker
Inkubator
Kertas Pembungkus
Label
Gambar 4 Kaldu steril

6
Bahan praktikum :

7
2.2 Cara Kerja
1. Bagian luar Lempeng Agar Mueller Hiton diberi tanda dengan Pensil
Marker dengan membagi 4 bagian
2. Beri masing-masing Agar Mueller Hiton dengan Label untuk masing-
masing Biakan Kuman : Staphylococcus aureus dan Escherichia coli
3. Panaskan Sengkelit diatas api Bunsen sampai terlihat membara, kemudian
buka Tabung Kuman dengan terlebih dahulu dilewati Api Bunsen
4. Ambil bagian atas kuman dengan cara dioles perlahan (jangan sampai
Agar biakan terbawa)
5. Tutup kembali tabung biakan
6. Masukan Sengkelit kedalam Tabung Kaldu Steril BHI serta putar-putar
pastikan biakan Kuman tercampur dengan Kaldu Steril
7. Ambil Kapas Lidi Steril masukkan kedalam Tabung Kaldu Steril yang
telah diberi Kuman dengan terlebih dahulu panaskan tabung steril
8. Pastikan Kapas Lidi Steril telah basah, kemudian ambil Agar Muller
Hitton buka tutupnya dekat api Bunsen dan oleskan seluruh permukaan
Agar Muller Hiton dengan Lidi Kapas steril secara merata dan tutup
9. Ambil Cakram Antibiotik dan letakkan pada tempat yang telah digambar
10. Lakukan untuk kedua kuman
11. Bungkus dengan kertas dan beri nama serta waktu pemasangan Cakram
Antibiotik
12. Masukkan kedalam Inkubator dengan suhu 37C selama 18- 24 jam
13. Ukurlah zona hambatan di sekitar cakram antibiotika pada masing
masing plat dengan mengguanakan mistar (dalam mm).
14. Lakukan interpretasi hasil pada lembar kerja uji sensitivitas

Catatan :
- Sebelum dan sesudah menggunakan sangkelit pada tabung harus
dipanaskan terlebih dahulu pada api bunsen, begitu juga dengan ujung
tabung yang berisi kaldu maupun sediaan kuman.
- Pada saat mengoleskan kapas lidi pada MHA dilakukan dengn hati hati-
hati dan harus secara merata menutupi semua bagian.
Pertanyaan :
1. Apa guna pemeriksaan kepekaan kuman terhadap antibiotika?
Jawab : untuk mengetahui jenis antibiotika yang sensitif terhadap infeksi
bakteri tertentu sehingga dapat menanggulangi infeksi bakteri yang

8
sekrang ini sudah banyak yang resisten terhadap antibiotika sehingga tidak
terjadi kesalahan dalam melakukan terapi.
2. Cara mana yang paling baik menurut anda? Jelaskan alasan anda?
Jawab : cara cakram (disc method). Karena lebih mudah, cepat, dan
praktis.

9
BAB III
PEMBAHASAN

3. 1 Hasil Percobaan
Tabel 1.Lempeng Mueller Hinton yang berisi kuman dan lima macam antibiotik
Lempeng 1
Gambar 5 Lempeng Eschericia coli

Lempeng 2
Gambar 6 Lempeng Staphylococcus
aureus

Tabel 2. Hasil pengamatan


Nama kuman
Staphylococcus aureus Escherichia coli
Cakram Antibiotika
Zona Zona Hasil
Hasil
hambatan hambatan
AML 440 mm Sensitif 0 Resisten
CTX 300 mm Sensitif 80 mm Sensitif
MET 320 mm Sensitif 0 Resisten
E 290 mm Sensitif 50 mm Sensitif
CIP 280 mm Sensitif 70 mm Sensitif

Ket: AMC (Amoxicillin), MET (Methillin), E (Eritromicin), CTX (Cefotaxime),


CIP (Ciprofloxacin).

10
Interpretasi hasil
1. Kuman S. aureus sensitif terhadap kelima jenis antibiotika. Tetapi zona
hambatan yang didapat paling besar ada pada antibiotika jenis Aml
(Amoxicillin). oleh karena itu, antibiotika tersebut dapat digunakan untuk
membunuh kuman S. aureus
2. Kuman E. coli resisten terhadap antibiotika jenis Amc (Amoxicillin) dan
Met (Methillin). Oleh karena itu, antibiotika tersebut tidak dapat
digunakan untuk membunuh kuman E. coli.

Dari hasil percobaan yang dilakukan dan setelah dilakukan pengukuran


terhadap diameter di setiap zona hambatan di sekitar cakram ternyata didapatkan
hasil bahwa dari kelima antibiotika yang diberikan 2 resisten dan 3 sensitif
terhadap mikroba Eschericia coli dengan zona hambatan yang paling luas adalah
(CTX) Cefotaxime. Pada Staphylococcus aureus didapatkan semua hasil sensitif
dengan zona hambatan paling besar pada antibiotika (AML) Amoxcycillin. Tiap
antibiotika terdapat perbedaan ukuran dalam menghambat kepekaan mikroba
dikarenakan perbedaan ukuran (dalam cm) pada zona hambatan yang berada
disekitar cakram mempengaruhi tingkat kepekaan antibiotika.

11
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Berdasarkan percobaan yang dilakukan maka dapat disimpulkan sebagai berikut:
1. Uji antibiotik mikroba adalah pengujian suatu antibiotik terhadap pertumbuhan
mikroba.
2. Antibiotik adalah bahan yang dihasilkan oleh mikroorganisme atau sintetis yang
dalam jumlah kecil mampu menekan menghambat atau membunuh mikroorganisme
lainnya.
Pada percobaan yang dilakukan dapat diketahui bagaimana cara melakukan uji kepekaan
mikroba terhadap antibiotika. Dari hasil percobaan didapatkan bahwa setiap antibiotika
memiliki perbedaan dalam menghambat pertumbuhan mikroba (Staphylococcus aureus
dan Escherichia coli).Semakin luas zona hambatan disekitar cakram, maka semakin tinggi
tingkat kepekaan antibiotik tersebut terhadap mikroba.

3.2 Saran
Lakukanlah praktikum secara baik dan benar serta sesuai prosedur agar mendapatkan
hasil yang baik. Membaca referensi lain untuk menambah pengetahuan tentang praktikum
yang sudah dilakukan, serta menerapkan hasil dari kesimpulan yang didapat melalui
praktikum ini.

12

You might also like