You are on page 1of 6

Pemanfaatan Limbah Bawang Merah sebagai Sumber Bioenergi Pertanian Ramin Saaman, Chery Soraya 67

Ammatillah, dan Erna Puji Astuti

PEMANFAATAN LIMBAH BAWANG MERAH SEBAGAI


SUMBER BIOENERGI PERTANIAN

Utilization of Shallot Waste as Farm Bioenergy Source


1 2 2
Ramin Saaman , Chery Soraya Ammatillah , dan Erna Puji Astuti
1
Kelompok Tani Lestari
Jl. Masjid Assyakirin No.25, Kramat Jati, Jakarta Timur
2
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta
Jl. Raya Ragunan No.30, Pasar Minggu, Jakarta Selatan 12540
E-mail: vaneeya_87@yahoo.com; chery.soraya@yahoo.com

ABSTRACT

Market waste is a very potential alternative source of renewable bioenergy. One of the biggest markets in
Jakarta is Kramat Jati, and one of the contributors to the organic waste is shallots. Along with the development of
market, most of the shallots is now being sold without skin. The locations of shallot peeling have shifted to
homes, one of which is widely spread in RW 10, Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, East Jakarta. The
shift has a positive impact on communitys income; however, it also has a negative impact on environment.
Lestari Farmer Group tries to overcome the problem of the environmental pollution through processing shallot
waste into organic fertilizer. Organic fertilizer produced has proven to increase vegetable production while safe
for human health. Utilization of shallot waste can be an alternative source of renewable bioenergy for agriculture
development in the future. Government support and cooperation with various parties are still needed for future
agriculture development, especially in processing market waste into one of the sources of renewable energy.

Keywords: market waste, shallots, organic fertilizer, bioenergy

ABSTRAK

Limbah pasar sangat berpotensi menjadi salah satu alternatif sumber bioenergi terbarukan. Salah satu
pasar terbesar di Jakarta adalah Pasar Kramat Jati, dan salah satu penyumbang limbah organiknya adalah
bawang merah. Seiring perkembangan pasar sebagian bawang merah kini dijual tanpa kulit dan lokasi
pengupasannya kini bergesar ke rumah-rumah, yang salah satunya banyak tersebar di RW 10, Kelurahan
Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur. Berpindahnya lokasi pengupasan tidak hanya berdampak positif
terhadap pendapatan warga, akan tetapi berdampak negatif terhadap pencemaran lingkungan. Melihat
fenomena ini Kelompok Tani Lestari mencoba mengatasi permasalahan yang ada melalui pengolahan limbah
bawang menjadi pupuk organik yang ramah lingkungan. Pupuk organik yang dihasilkan terbukti meningkatkan
produksi tanaman sayuran dan aman bagi kesehatan manusia. Pemanfaatan limbah pasar bawang merah dapat
menjadi salah satu alternatif sumber bioenergi terbarukan yang ramah lingkungan untuk pengembangan
pertanian ke depan. Dukungan pemerintah dan kerja sama berbagai pihak masih sangat diperlukan untuk
pengembangan pertanian ke depan khususnya dalam pengolahan limbah pasar menjadi salah satu sumber
bioenergi pertanian terbarukan.

Kata kunci: limbah, bawang merah, pupuk organik

PENDAHULUAN

Limbah atau sampah merupakan hasil buangan dari suatu proses produksi baik skala kecil
maupun besar. Karena bau dan dampak negatifnya bagi kesehatan, limbah sering kali menjadi
permasalahan utama di lingkungan masyarakat.
Permasalahan limbah tidak lepas dari peran sektor pertanian, sektor pertanian mempunyai
peran ganda dalam permasalahan limbah, selain sebagai penghasil limbah, sektor pertanian (sebagai
pengguna pupuk organik) juga dapat menjadi solusi permasalahan limbah yang ada. Limbah yang
dihasilkan oleh sektor pertanian mayoritas adalah limbah organik. Pengelolaannya lebih lanjut dapat
menjadikan limbah pertanian salah satu sumber bioenegi terbarukan.
68 Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial

Pemanfaatan limbah pertanian dapat diolah lebih lanjut menjadi biogas yang penerapannya
menggunakan teknologi tinggi dan banyak diolah oleh sektor indutri menengah. Selain itu, limbah
juga dapat diolah lebih lanjut menjadi bahan baku pupuk organik dengan penggunaan teknologi
sederhana yang dapat dilakukan petani dan masyarakat.
Pengolahan limbah menjadi pupuk organik tanaman dapat dijadikan solusi permasalahan
limbah yang ada. Beberapa penelitian terdahulu telah menyebutkan bahwa penggunaan pupuk
organik dari limbah pertanian dapat meningkatkan hasil produksi tanaman (Sugihartini et al., 2013;
Domingus, 2012; Sastro et al., 2009). Beberapa penelitian terdahulu juga menunjukkan bahwa
penambahan pupuk organik dalam jangka panjang telah meningkatkan kesuburan tanah ke tingkat
yang lebih tinggi daripada yang dipupuk menggunakan pupuk kimia (Bulluck et al., 2002; Conacher,
1998).
Solusi untuk mengatasi permasalahan limbah pertanian dapat dilakukan dari hulu sampai hilir.
Pengelolaan limbah menjadi pupuk organik dapat dimulai pada saat panen di lahan pertanian itu
sendiri (Arkhipchenko et al., 2005). Pengolahan limbah menjadi pupuk organik sejak panen selain
menjadi penyedia pupuk organik bagi petani, menghemat biaya pembelian pupuk, juga dapat
menghemat ongkos angkut hasil pertanian ke pasar, dan menghemat ongkos angkut limbah
pertanian dari pasar.
Pengolahan limbah pertanian juga dapat dilakukan di rantai berikutnya, yaitu pasar. Pasar
merupakan salah satu areal penyumbang limbah terbesar, dan mayoritas limbah yang dihasilkan
adalah limbah organik terutama yang berasal dari produk pertanian. Proporsi limbah organik yang
dihasilkan oleh pasar berkisar 7075% (Jana et al., 2006). Tingginya jumlah limbah organik pasar
merupakan potensi bahan baku pengelolaan limbah lebih lanjut. Secara parsial penelitian
pemanfaatan sampah pasar sebagai bahan baku pupuk organik telah banyak dilakukan, di antaranya
dilaporkan oleh Sagala (2005) dan Lestari et al. (2006). Pengolahan limbah pasar menjadi pupuk
organik pertanian memililki keunggulan pada peningkatan produksi tanaman sayuran (Satro et al.,
2009; Satro et al., 2013). Pengolahan limbah selanjutnya di rantai terakhir, yaitu rumah tangga.
Pengolahan limbah rumah tangga menjadi pupuk organik juga terbukti meningkatkan pertumbuhan
pada tanaman sayuran (Sastro et al., 2012).
Salah satu pasar terbesar penyumbang limbah organik di Jakarta adalah Pasar Kramat Jati
yang merupakan pasar terbesar di DKI Jakarta. Dalam tiap minggunya Pasar Induk Kramat Jati
3
menghasilkan 280 m sampah (Perdana, 2013).
Salah satu jenis sayuran penyumbang limbah pasar keramat jati adalah bawang merah.
Produksi rata-rata bawang merah per minggu yang masuk di Pasar Kramat Jati mencapai 87 ton
(Sugihartini, 2013). Seiring dengan perkembangan pasar, kini sebagian bawang merah dijual tanpa
kulit, dan lokasi pengupasannya kini bergeser ke rumah-rumah warga di sekeliling pasar, yang salah
satunya banyak tersebar di RW 10, Kelurahan Tengah, Kecamatan Kramat Jati, Jakarta Timur.
Berpindahnya lokasi pengupasan bawang merah ke rumah-rumah warga tidak hanya
membawa dampak positif, yaitu membuka lapangan pekerjaan bagi ibu-ibu di sekitar kawasan, akan
tetapi juga berdampak negatif, yaitu limbah bawang merah yang banyak berserakan di lingkungan.
Melihat fenomena ini Kelompok Tani Lestari mencoba mengatasi permasalahan yang ada melalui
pengolahan limbah bawang menjadi pupuk organik yang lebih ramah lingkungan dan lebih
bermanfaat bagi masyarakat sekitar. Adapun tujuan pengolahan limbah bawang merah oleh
Kelompok Tani Lestari adalah mendapatkan pupuk organik berbahan baku limbah bawang merah
yang ramah lingkungan sebagai salah satu sumber bioenergi pertanian dan untuk meminimalkan
pencemaran lingkungan sekitar.

MEMBUAT PUPUK ORGANIK DARI LIMBAH BAWANG MERAH

Pengolahan limbah bawang merah menjadi pupuk organik telah dilakukan sejak awal tahun
2005. Limbah bawang merah yang dihasilkan pengupas bawang dikirim dan dikumpulkan di rumah
kompos. Sampai dengan saat ini limbah bawang merah yang dihasilkan berkisar 500-750 kg per hari.
Pemanfaatan Limbah Bawang Merah sebagai Sumber Bioenergi Pertanian Ramin Saaman, Chery Soraya 69
Ammatillah, dan Erna Puji Astuti

Beberapa hal yang perlu dipersiapkan dalam pengolahan limbah bawang merah, antara lain
bangunan (rumah kompos) untuk melindungi limbah dan pekerja dari hujan dan panas matahari,
mesin pencacah limbah atau peralatan sefungsi, molase, pupuk kandang, serta limbah bawang
merah itu sendiri. Beberapa hal yang perlu diperhatikan agar tempat pengolahan limbah tidak
mencemari udara lingkungan sekitar antara lain dengan menghilangkan bau limbah bawang dengan
sekam/serbuk gergaji/jerami giling/kompos jadi dan selalu menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Pada pengolahan pupuk organik yang dilakukan, molase yang digunakan pada proses
pengomposan dibuat sendiri. Tahapan yang dilakukan dalam pembuatan molase antara lain: (1)
memasukkan ember limbah makanan atau limbah buah ke dalam ember (limbah yang akan
diproses lebih baik yang sudah hancur); (2) memasukkan 2 sendok makan gula/ragi; (3)
memasukkan air hingga ember; (4) setelah semua bahan tercampur, diaduk dan ember ditutup;
dan (5) menempatkan di tempat teduh selama 2 hari, hingga molase siap digunakan.
Tahapan yang harus dilakukan dalam melakukan pengolahan limbah bawang merah menjadi
pupuk organik siap pakai antara lain: (1) pemisahan limbah organik dan anorganik; (2) pencacahan
limbah organik menjadi potongan kecil agar mudah hancur; (3) pemberian sekam padi atau serbuk
gergaji untuk menyerap air saat limbah memasuki titik hancur; (4) pencampuran limbah bawang dan
pupuk kandang secara merata dengan perbandingan 3:1; (5) membasahi (sekedar lembab)
campuran limbah dengan molase; (6) pengadukan campuran limbah setiap hari dan pemantauan
panas limbah (50-60C); dan (7) dalam waktu 6 hari limbah bawang sudah menjadi kompos/pupuk
organik, selanjutnya didinginkan, pada hari ke-10 pupuk organik siap dipakai.
Limbah bawang merah yang diolah menjadi pupuk organik siap pakai akan mengalami
penyusutan berkisar 7585% dari berat limbah awal. Hasil produksi pupuk organik limbah bawang
merah yang dihasilkan Kelompok Tani Lestari sebesar 50100 kg/hari. Pupuk yang dihasilkan
diutamakan untuk memenuhi kebutuhan kelompok sendiri, yaitu untuk penanaman di sekitar kawasan
(kegiatan Kawasan Rumah Pangan Lestari), dan sisanya dijual dengan harga Rp3.500/kg.
Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Jakarta telah melakukan kajian terhadap pupuk organik
yang dihasilkan. Hasil uji terhadap tanaman cabe dan sawi secara umum menunjukkan bahwa
penggunaan pupuk organik bawang merah lebih meningkatkan pertumbuhan tanaman, yaitu tinggi
tanaman, jumlah daun, berat caisim/tanaman, dan hasil ubinan (Sugihartini, 2013).

Tabel 1. Hasil analisis kimia pupuk organik dari limbah bawang merah

Jenis analisis Satuan Hasil laboratorium


pH H2O - 6,7
Kadar air % 47,93
C-organik % 17,32
N-total % 1,29
C/N - 13
P2O5 total % 0,46
K2O-total % 0,70
Unsur Mikro
Fe ppm 575
Mn ppm 141
Zn ppm 42
Logam Berat
Pb ppm td
Cd ppm 0,3
As ppm 0,4
Hg ppb 2,6
La ppm 0,0
Ce ppm 0,0
Sumber: Hasil analisis dari Lab. Kimia Tanah, Balittanah, Bogor (Sugihartini, 2013)
70 Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial

Data hasil analisis pupuk organik padat dilakukan di laboratorium kimia Balai Penelitian
Tanah menunjukkan bahwa pupuk dari limbah bawang merah mempunyai kandungan bahan organik
cukup tinggi. Selain itu, hasil analisis menunjukkan bahwa pupuk dari limbah bawang merah tidak
mengandung zat yang berbahaya bagi kesehatan manusia sehingga aman untuk digunakan sebagai
pupuk maupun sebagai pestisida organik (Sugihartini, 2013).
Pengolahan limbah bawang menjadi pupuk organik bukan hanya bermanfaat secara finansial
bagi kelompok tani akan tetapi juga memberikan manfaat sosial dan pencegahan pencemaran
lingkungan bagi masyarakat sekitar. Selain itu pupuk organik limbah bawang yang dihasilkan telah
menjadi penopang penyediaan pupuk organik dan penyumbang dana pengembangan kegiatan
Kawasan Rumah Pangan Lestari di RW 10 serta pemberi inspirasi lingkungan sekitar.

Gambar 1. Alur proses pembuatan pupuk limbah bawang merah

PEMANFAATAN LIMBAH BAWANG MERAH DI PERTANIAN RUMAH

Konsep pertanian rumah telah dirintis sejak awal tahun 2001, berawal dari pemanfaatan ruang
terbuka yang belum termanfaatkan seperti kebun, halaman, tepi jalan, tepi sungai, pagar, dinding
atau tempat-tempat lain yang masih bisa ditanam. Tujuan awal pemanfaatan lahan pekarangan
sebagai lahan pertanian hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan sehat keluarga tanpa harus
bergantung kepada tukang sayur maupun pasar.
Pemanfaatan lahan awal dilakukan di halaman rumah salah seorang penduduk. Tanaman
pertama yang dibudidayakan adalah tanaman sayuran, tanaman buah, dan tanaman obat keluarga,
kemudian meluas dengan melakukan budi daya ikan di kolam. Melihat sulitnya mendapatkan media
Pemanfaatan Limbah Bawang Merah sebagai Sumber Bioenergi Pertanian Ramin Saaman, Chery Soraya 71
Ammatillah, dan Erna Puji Astuti

tanam, khususnya pupuk organik dan melihat potensi limbah organik yang banyak tersebar di
lingkungan sekitar, maka pada tahap selanjutnya dilakukan pembuatan rumah kompos dan
pengolahan limbah bawang merah menjadi pupuk organik.
Pada awal tahun 2012 pendampingan mulai dilaksanakan oleh aparat terkait, pendampingan
berawal dari kepala seksi dan penyuluh pertanian kecamatan setempat, dan dilanjutkan dengan
pengukuhan Kelompok Tani Lestari. Pada tahun yang sama diinisiasi oleh Badan Litbang Pertanian,
melalui Balai Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) Jakarta, dimulai pendampingan teknologi
melalui program Model Kawasan Rumah Pangan Lestari.
Melalui program M-KRPL lahan pekarangan yang ada ditata berdasarkan strata luas lahan,
yaitu lahan sempit. Selain itu, dibangun pula kebun bibit sebagai tempat penyedia benih tanaman
sayuran yang dibutuhkan. Untuk lebih mengoptimalkan lahan yang sempit diperkenalkan pula cara
bertanam metode pot, polybag vertikultur, dan wall gardening sebagai pelengkap dari cara bertanam
langsung di atas tanah yang telah dilakukan sebelumnya.
Sebagai pendukungnya dilakukan pula berbagai pelatihan budi daya tanaman, budi daya
ternak, dan pengolahan hasil pascapanen. Komoditas yang dikembangkan pun lebih diperbanyak
sesuai hasil survei kesukaan konsumen. Selain dengan penanaman vertikultur dan dalam
pot/polybag, untuk pemanfaatan kolam yang sudah ada diintroduksikan pula inovasi teknologi
tanaman sayuran aquaponik kolam. Selain itu, sesuai dengan spesifik lahan pekarangan di Jakarta
yang sempit diintroduksikan pula teknologi vertiminaponik.
Pendampingan teknologi juga terus dilakukan hingga saat ini yang mencakup pendampingan
teknologi budidaya pertanian, pendampingan teknologi budi daya peternakan, dan pendampingan
produk olahan pascapanen.
Pengembangan pertanian rumah melalui M-KRPL telah merubah wawasan masyarakat sekitar
dari apatis menjadi kreatif dan kooperatif. Dengan konsep yang diberikan Badan Litbang Pertanian,
telah membangun kepedulian masyarakat untuk berpatisipasi aktif dalam kemandirian pangan
keluarga. Melalui program M-KRPL pengembangan kawasan tidak hanya di satu titik akan tetapi
terus tersebar di RT sekitarnya menjadi suatu kawasan rumah pangan lestari.
Model Kawasan Rumah Pangan Lestari di RW 10 Kecamatan Kramat Jati bukan hanya
memberikan inspirasi bagi masyarakat sekitarnya, akan tetapi juga memberi inspirasi masyarakat di
berbagai kota di Indonesia dan berbagai kota di dunia. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya kunjungan
studi banding ke lokasi dari dalam dan luar negeri baik dari pemerintah, universitas, lembaga-
lembaga tertentu, stasiun TV, media cetak, petani, atau masyarakat yang peduli dengan pertanian
ramah lingkungan.
Pemanfaatan limbah bawang merah telah menopang kebutuhan pupuk organik dalam
pengembangan pertanian rumah. Pupuk organik limbah bawang merah telah menjadi solusi sulitnya
penyediaan pupuk organik di perkotaan. Limbah bawang merah tidak hanya digunakan dalam media
pembibitan, pot, dan lahan akan tetapi juga digunakan sebagai pestisida nabati. Selain penyedia
pupuk organik untuk menopang pertanian rumah pengolahan limbah bawang merah juga menjadi
penopang dana dalam pengembangan dan perluasan pertanian rumah.

HARAPAN KEPADA PARA PEMANGKU KEKUASAAN TERKAIT

Dukungan pemerintah pusat maupun daerah masih sangat diperlukan khususnya dalam
pengembangan kegiatan yang sudah berjalan dan sumber daya yang ada, pendampingan teknologi
yang dibutuhkan, pencarian mitra tani yang handal serta pemasaran produk yang dihasilkan.

KESIMPULAN

Pemanfaatan limbah pasar bawang merah dapat menjadi salah satu alternatif sumber
bioenergi terbarukan yang ramah lingkungan untuk pengembangan pertanian ke depan. Kerja sama
72 Prosiding Seminar Nasional Hari Pangan Sedunia Ke-34: Pertanian-Bioindustri Berbasis Pangan Lokal Potensial

dan koordinasi berbagai pihak dalam pengolahan limbah menjadi salah satu sumber bioenergi
terbarukan perlu dibangun dan terus dikembangkan.
Pengolahan limbah bawang merah menjadi pupuk oganik tidak hanya meningkatkan produksi
tanaman sayuran, akan tetapi aman bagi kesehatan manusia dan mempunyai kandungan bahan
organik yang tinggi. Pengolahan limbah bawang merah menjadi pupuk organik bukan hanya menjadi
solusi permasalahan sampah pasar yang ada, akan tetapi dapat menjadi solusi permasalahan
ekonomi masyarakat setempat dan solusi sulitnya mendapatkan media tanam organik dalam
pengembangan pertanian rumah.
Peranan masyarakat dalam pengembangan pertanian rumah perlu terus dikembangkan
sebagai produsen pangan sehat berbasis masyarakat, untuk menyongsong pertanian masa depan.
Dukungan pemerintah masih terus diperlukan dalam pengembangan kreativitas masyarakat,
khususnya dalam pengolahan limbah dan pengembangan pertanian rumah.

DAFTAR PUSTAKA

Arkhipchenko, I.A., M.S. Salkinoja-Salonen, J.N. Karyakina, and I. Tsitko. 2005. Study of three fertilizers
produced from farm waste. Appl. Soil Ecol. 30:126132.
Bulluck, L.R., M. Brosius, G.K. Evanylo, and J.B. Ristaino. 2002. Organic and synthetic fertility amendments
influence soil microbial, physical and chemical properties on organic and conventional farms. Appl. Soil
Ecol. 19:147-160.
Conacher, J. and A. Conacher. 1998. Organic farming and the environment, with particular reference to Australia:
A review. Biol. Agric. Horti. 16:145-171.
Domingus, D. 2012. Produksi limbah pertanian dan peternakan serta pemanfaatanya di Kecamatan Humaual
Seram bagian barat. Jurnal Agroforestri 7(1):1-7
Jana, IW., N.K. Mardani, dan IW. Budiarsa. 2006. Analisis karakteristik sampah dan limbah cair Pasar Badung
dalam upaya pemilihan sistem pengelolaannya. Ecotrophic 1(2):1-10.
Lestari, I.P., E. Sugihartini, Y. Sastro. 2006. Kajian Teknologi Pertanian Perkotaan Berbasis Organik pada
Sayuran Daun di DKI Jakarta. Laporan Penelitian. BPTP. Jakarta.
Perdana, A. 2013. Pasar Induk Kramat Jati Sumbang Sampah Terbanyak.
http://www.tempo.co/read/news/2013/09/04/214510277/Pasar-Induk-Kramat-Jati-Sumbang-Sampah-
Terbanyak (23 Oktober 2014).
Sagala, R. 2005. Pengelolaan sampah DKI Jakarta. Prosiding Lokakarya Pengolahan Sampah Pasar DKI
Jakarta. Fakultas Pertanian IPB, Bogor, 17 Februari 2005.
Sastro, Y. et al. 2009. Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Pupuk Organik Pasar dan Rumah Tangga di DKI
Jakarta. Laporan Penelitian. BPTP Jakarta. Jakarta.
Sastro, Y. et al. 2012. Teknologi Produksi dan Pemanfaatan Pupuk Organik dari Limbah Dapur Rumah Tangga
Mendukung Budidaya Pertanian di Pekarangan Ramah Lingkungan. Laporan Penelitian. BPTP Jakarta.
Jakarta.
Satro, Y. et al. 2013. Teknologi Produksi Pupuk Organik dari Sampah Pasar Menggunakan Cacing serta
Pemanfaatannya sebagai Media Pembibitan Sayuran. Laporan Penelitian. BPTP Jakarta. Jakarta.
Sugihartini, E. et al. 2013. Kajian Teknologi Pemanfaatan Limbah Bawang Merah sebagai Pupuk Organik dan
Biopestisida di DKI Jakarta. Laporan Akhir. BPTP Jakarta. Jakarta.

You might also like