You are on page 1of 3

Investigasi Air Bersih di Yogyakarta dan Mengulik SPAM Toya Gama UGM

Sanitation is more important than political freedom (independence)


-Mahatma Gandhi

Sanitasi merupakan suatu tindakan pemisahan hal-hal yang mengarah pada


kontaminasi. Menurut KBBI, sanitasi didefinisikan sebagai usaha untuk membina dan
menciptakan suatu keadaan yang baik di bidang kesehatan, terutama kesehatan masyarakat.
Dua definisi diatas menunjukkan bahwa sanitasi berkaitan erat dengan kesehatan, khususnya
terkait pencegahan kontaminasi.

Masalah terkait sanitasi, seringkali muncul dari kebiasaan buruk yang dilakukan
sehari-hari. Misalnya, tidak mencuci tangan dengan benar. Manusia seringkali abai terhadap
bahaya bakteri yang terbawa oleh tangan sehingga mengontaminasi makanan. Selain itu,
kebiasaan begadang pun dapat menimbulkan masalah kesehatan. Hal ini terjadi karena
begadang dapat menyebabkan penurunan sistem imun. Saat sistem imun tidak stabil, sedikit
saja tubuh melakukan kontak dengan sesuatu yang tidak higienis dan tidak steril, maka tubuh
dapat dengan mudah terserang penyakit.

Pembahasan sanitasi seringkali difokuskan pada sanitasi air, mengingat air adalah
elemen terpenting dalam kehidupan manusia. Kebutuhan minum, mandi mengharuskan
manusia untuk berkontak fisik dengan air, padahal air adalah elemen yang paling mudah
terkontaminasi oleh zat-zat berbahaya. Permasalahan utama yang seringkali muncul pada
sanitasi air adalah mengenai mutu air. Mutu air yang menurun disebabkan oleh berkurangnya
filter air akibat banyaknya lahan terbuka yang dialihfungsikan sebagai sarana infrastruktur.
Adapun standar air aman dikonsumsi adalah tidak berbau, tidak berwarna dan tidak
mengandung bakteri E.coli.

Mutu air di DIY menunjukkan tingkat yang mengkhawatirkan. Hasil survei Badan
Pusat Statistik tahun 2015, menunjukkan bahwa kualitas air di DIY, 89% sumber airnya
tercemar bakteri E.coli, 87,8% sumber air layak minum tercemar bakteri E.coli, sedangkan
95,5% sumber air tidak layak tercemar bakteri E.coli. Kondisi sumber air layak sebagai
sumber air siap minum juga terkontaminasi bakteri E.coli dengan rincian 73% air pipa
terkontaminasi E.coli, 52% air kemasan bermerek terkontaminasi E.coli, 68,9% air tanah
terkontaminasi E.coli, dan 47,2% air isi ulang terkontaminasi E.coli. Kontaminasi lainnya
berupa nitrat dan khlorida dapat dikatakan berada dalam zona aman.
Pembangunan infrastruktur berskala besar seperti hunian mewah (apartemen), pusat
perbelanjaan (swalayan) sejatinya dapat ber-impact pula pada sistem sanitasi dan
ketersediaan air bagi rumah-rumah di sekitarnya. Hal ini terjadi karena bangunan berskala
besar tersebut, sanitasinya tidak menginduk pada Perusahaan Daerah Air Minum (PDAM),
akan tetapi mereka melakukan pengeboran sumur sendiri dengan alat canggih sedemikian
rupa sehingga lebih dalam dibanding sumber air rumah-rumah sekitar, akibatnya terjadi
penurunan ketersediaan air yang didapat warga sekitar bangunan tersebut.

Pengukuran mutu air dapat dilakukan di dalam laboratorium pengujian secara akurat.
Akan tetapi, konsumen tidak mungkin mengecek mutu air ke laboratorium setiap kali akan
mengonsumsinya. Maka solusinya adalah dengan melakukan pengujian mandiri secara
sensorif, seperti pengamatan pada warna, bau, dan rasa air.

Sistem Penyediaan Air Minum Kampus (SPAM) dapat menjadi solusi bagi
permasalahan kualitas air minum masyarakat kampus. Universitas Gadjah Mada sudah
memiliki SPAM kampus sendiri yang diberi nama Toya Gama. Mengapa SPAM kampus
dapat dijadikan solusi bagi permasalahan kualitas air minum? Hal ini karena sebelum
dikonsumsi oleh masyarakat kampus, air minum dari Toyagama selalu diuji mutunya terlebih
dahulu.

Toyagama memiliki sumber air baku yang berasal dari sumur dangkal berkedalaman
6-6,5 meter. Sumur tersebut berada tepat di belakang gedung utama Toya Gama Center.
Kualitas air baku selalu terjaga karena sumur tersebut dilengkapi pelindung berupa bangunan
rumah beratap. Air baku yang telah disedot dari sumur kemudian memasuki tahap pre-
treatment, yakni penyaringan melalui sand filter (dengan bantuan koagulan) dan dilanjutkan
dengan carbon filter yang dipasang paralel sebelum kemudian air masuk ke dalam feed tank
dan disebut dengan feed water. Feed water inilah yang nantinya akan diolah menjadi air
minum.

Proses selanjutnya adalah proses treatment. Pada proses ini, feed water disaring
menggunakan teknologi membran ultrafiltrasi. Membran ini mampu menyaring zat terlarut
hingga ukuran 0,03 mikron. Air yang telah melewati membran ini sudah menjadi air siap
minum yang kemudian ditampung dalam product tank untuk kemudian dipompa melalui
sinar ultraviolet. Scanning oleh sinar ultraviolet berguna untuk membunuh bakteri atau virus.
Air hasil scanning disebut sebagai air produk untuk selanjutnya akan didistribusikan ke
jaringan yang ada di UGM.

Proses distribusi air Toya Gama menggunakan jaringan pipa khusus air minum
HDPE. Saat ini Toya Gama melayani 50 titik Water Fountain, 12 titik Water Dispenser, dan
25 titik Sambungan Rumah yang sudah terpasang di semua fakultas, perumahan dinas, dan
pusat studi. Selain itu, tengah dikembangkan pula Air Minum Dalam Kemasan (AMDK)
dengan merek Toya Gama

Pengujian dilakukan rutin dengan skala harian dan bulanan. Pengujian harian berupa
uji Fisika meliputi bau, warna, rasa, total zat padat terlarut, kekeruhan, pH, suhu,
konduktivitas, sisa chlor dan bakteri E.coli pada titik-titik yang diambil sampelnya pada hari
itu. Sementara untuk pengujian bulanan yakni 2 bulan sekali dilakukan di LPPT UGM,
meliputi uji Mikrobiologi, Fisika dan Kimia dengan mengacu pada PERMENKES
492/MENKES/PER/IV/2010 yang berlaku untuk air minum. Tingkat aman konsumsi dan
mineral dari air Toya Gama sendiri tidak kalah jauh bahkan hampir menyamai produk air
minum kemasan yang berasal dari sumber mata air pegunungan yang kini beredar luas di
masyarakat.

Sumber: :
Kajian Ilmiah Lingkar Studi Sains mengenai Air Bersih dan Sanitasi bersama Moh. Prasetya
Kurniawan, S.TP., M.P.,Dosen FTP UGM dan Delegasi dari Toya Gama pada tanggal 07 Mei
2017

You might also like