Professional Documents
Culture Documents
25/02/2011 | Mey
19 Votes
Latar Belakang
Selama ini, para ahli di bidang manajemen sumber daya manusia seringkali disibukkan
dengan pemikiran bagaimana para karyawan ditarik, dipilih, dikembangkan, dan dibentuk
menjadi kelompok kelompok kerja yang kohesif. Meskipun kegiatan kegiatan tersebut
penting, tetapi ukuran terakhir keberhasilan departemen personalia adalah prestasi kerja
(performance) karyawan. Baik departemen personalia maupun karyawan memerlukan
feedback atas upaya upaya yang telah mereka lakukan selama ini.
Rumusan Masalah
Tujuan Penulisan
Definisi prestasi kerja menurut Hasibuan (1990) adalah suatu hasil kerja yang dicapai
seseorang dalam melaksanakan tugas-tugas yang dibebankan kepadanya yang didasarkan atas
kecakapan, pengalaman, kesungguhan, serta waktu.
Pengertian prestasi kerja disebut juga sebagai kinerja atau dalam bahasa Inggris
disebut dengan performance. Pada prinsipnya, ada istilah lain yang lebih menggambarkan
pada prestasi dalam bahasa Inggris yaitu kata achievement. Tetapi karena kata tersebut
berasal dari kata to achieve yang berarti mencapai, maka dalam bahasa Indonesia
sering diartikan menjadi pencapaian atau apa yang dicapai. (Ruky:15)
Bernardin dan Russel (1993:378) memberikan definisi tentang prestasi kerja sebagai berikut :
performance is defined as the record of outcome produced on a specified job function or
activity during a specified time period (Prestasi kerja didefinisikan sebagai catatan dari
hasil-hasil yang diperoleh melalui fungsi-fungsi pekerjaan tertentu atau kegiatan selama
tempo waktu tertentu).
Dari definisi diatas dapat dipahami bahwa prestasi kerja lebih menekankan pada hasil atau
yang diperoleh dari sebuah pekerjaan sebagai kontribusi pada perusahaan.
Rahmanto menyebutkan prestasi kerja atau kinerja sebagai tingkat pelaksanaan tugas
yang bisa dicapai oleh seseorang, unit, atau divisi, dengan menggunakan kemampuan
yang ada dan batasan-batasan yang telah ditetapkan untuk mencapai tujuan perusahaan.
Zeitz (dalam Baron & Byrne, 1994) mengatakan bahwa prestasi kerja dipengaruhi oleh dua
hal utama, yaitu faktor organisasional (perusahaan) dan faktor personal. Faktor organisasional
meliputi sistem imbal jasa, kualitas pengawasan, beban kerja, nilai dan minat, serta kondisi
fisik dari lingkungan kerja. Diantara berbagai faktor organisasional tersebut, faktor yang
paling penting adalah faktor sistem imbal jasa, dimana faktor tersebut akan diberikan dalam
bentuk gaji, bonus, ataupun promosi. Selain itu, faktor organisasional kedua yang juga
penting adalah kualitas pengawasan (supervision quality), dimana seorang bawahan dapat
memperoleh kepuasan kerja jika atasannya lebih kompeten dibandingkan dirinya.
Sementara faktor personal meliputi ciri sifat kepribadian (personality trait), senioritas, masa
kerja, kemampuan ataupun keterampilan yang berkaitan dengan bidang pekerjaan dan
kepuasan hidup. Untuk faktor personal, faktor yang juga penting dalam mempengaruhi
prestasi kerja adalah faktor status dan masa kerja. Pada umumnya, orang yang telah memiliki
status pekerjaan yang lebih tinggi biasanya telah menunjukkan prestasi kerja yang baik.
Status pekerjaan tersebut dapat memberikannya kesempatan untuk memperoleh masa kerja
yang lebih baik, sehingga kesempatannya untuk semakin menunjukkan prestasi kerja juga
semakin besar.
Blumberg & Pringle (dalam Jewell & Siegall, 1990) juga menyatakan bahwa ada beberapa
faktor yang menentukan prestasi kerja seseorang, yaitu kesempatan, kapasitas, dan kemauan
untuk melakukan prestasi. Kapasitas terdiri dari usia, kesehatan, keterampilan, inteligensi,
keterampilan motorik, tingkat pendidikan, daya tahan, stamina, dan tingkat energi. Kemauan
terdiri dari motivasi, kepuasan kerja, status pekerjaan, kecemasan, legitimasi, partisipasi,
sikap, persepsi atas karakteristik tugas, keterlibatan kerja, keterlibatan ego, citra diri,
kepribadian, norma, nilai, persepsi atas ekspektasi peran, dan rasa keadilan. Sedangkan
kesempatan meliputi alat, material, pasokan, kondisi kerja, tindakan rekan kerja, perilaku
pimpinan, mentorisme, kebijakan, peraturan, prosedur organisasi, informasi, waktu, serta
gaji.
Prestasi kerja inilah yang akan diukur melalui performance appraisal. Penilaian prestasi kerja
(performance appraisal) adalah proses di mana organisasi organisasi mengevaluasi atau
menilai prestasi kerja karyawan. Kegiatan ini dapat memperbaiki keputusan keputusan
departemen personalia dan memberikan feedback kepada para karyawan tentang pelaksanaan
kerja mereka.
Job related
Sistem penilaian harus mempnyai hubungan dengan pekerjaan. Sistem ini menilai perilaku
perilaku kritis yang berpengaruh terhadap keberhasilan pelaksanaan kerja dari suatu
perusahaan.
Praktis
Sistem penilaian harus dipahami dan dimengerti oleh penilai dan para karyawan.
Performance appraisal juga memerlukan ukuran prestasi kerja yang dapat diandalkan
(performance measures). Ukuran ukuran tersebut harus mudah digunakan, bersifat reliable,
dan dapat melaporkan perilaku perilaku kritis yang menentukan prestasi kerja. Dimensi lain
dari ukuran ukuran prestasi kerja adalah apakah ukuran tersebut berdifat objektif ataukah
subjektif. Ukuran ukuran yang objektif adalah yang dapat dibuktikan atau diuji oleh orang
lain, sedangkan yang subjektif adalah yang tidak dapat dibuktikan atau diuji oleh orang lain.
Kelebihan dari metode ini adalah dapat mengukur prestasi kerja yang telah terjadi
sebelumnya, sedangkan kelemahannya adalah tidak dapat mengubah atau memperbaiki
prestasi kerja di masa lalu. Tetapi dengan mengevaluasi prestasi kerja karyawan di masa lalu,
para karyawan memperoleh feedback mengenai upaya upaya yang telah mereka lakukan.
Feedback ini yang kemudian dipakai sebagai patokan untuk memperbaiki prestasi kerja
karyawan di masa depan.
Rating scale
Teknik ini adalah bentuk performance appraisal yang tertua dan paling banyak digunakan,
biasa dilakukan oleh atasan secara langsung. Pada teknik ini, evaluasi subjektif dilakukan
oleh penilai terhadap prestasi kerja karyawan. Evaluasi hanya didasarkan pada pendapat
penilai yang membandingkan hasil pekerjaan karyawan dengan faktor faktor yang dianggap
penting bagi pelaksanaan pekerjaan tersebut. Dalam banyak kasus, faktor faktor tersebut
mungkin juga tidak berhubungan langsung dengan pelaksanaan kerja.
d. Teknik ini dapat diterapkan untuk organisasi dengan jumlah karyawan yang besar.
Kelemahannya adalah sulitnya menentukan faktor faktor yang relevan dalam pelaksanaan
pekerjaan dan besarnya unsur subjektivitas yang dipakai penilai dalam melaksanakan
performance appraisal sehingga hasil penilaian cenderung bias.
Checklist
Teknik ini bertujuan mengurangi beban penilai. Penilai tinggal memilih item item, yang
berisi berbagai statement, yang menggambarkan prestasi kerja dan karakteristik karyawan.
Seperti pada teknik rating scale, penilai biasanya adalah atasan langsung. Departemen
personalia juga dapat memberikan bobot tertentu pada item item tertentu pada daftar
checklist. Pemberian bobot ini memungkinkan penilaian dapat dikuantifikasikan sehingga
skor total dapat ditentukan.
a. Ekonomis
b. Mudah administrasinya
d. Sudah terstandardisasi
Kelemahannya :
b. Adanya pengaruh halo effect yang memungkinkan hasil penilaian menjadi bias.
Teknik ini merupakan teknik penilaian yang didasarkan pada catatan catatan penilai yang
menggambarkan perilaku karyawan sangat baik ataukah sangat buruk dalam kaitannya
dengan pelaksanaan kerja. Catatan catatan inilah yang disebut peristiwa peristiwa kritis.
Berbagai peristiwa tersebut dicatat selama periode evaluasi terhadap setiap karyawan.
Teknik ini sangat berguna dalam memberikan feedback kepada karyawan dan mengurangi
kesalahan recency effect. Kelemahannya adalah para penilai (biasanya para atasan) sering
tidak berminat melakukan pencatatan atau cenderung mengada ada dan bersikap subjektif.
Dengan teknik ini, wakil ahli departemen personalia turun dan ikut membantu para penilai
dalam melakukan performance appraisal. Spesialis personalia mendapatkan informasi
khusus dari atasan langsung tentang prestasi kerja karyawan. Kemudian mereka
mempersiapkan evaluasi atas dasar informasi tersebut. Evaluasi dikirim kepada penilai untuk
direview, diubah, dilakukan persetujuan, dan dibahas dengan karyawan yang dinilai.
Bila jumlah pekerjaan terbatas, performance appraisal bisa didasarkan pada tes pengetahuan
dan ketrampilan, berupa tes tertulis atau peragaan ketrampilan. Tes yang dilakukan harus
valid dan reliable.
Observasi observasi di sini dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Observasi
langsung terjadi apabila penilai secara langsung atau nyata melihat pelaksanaan kerja.,
sedangkan observasi tidak langsung terjadi apabila penilai hanya dapat menilai tiruan
pelaksanaan kerja sehingga hasil penilaian pun mungkin kurang akurat.
Ada beberapa teknik untuk melakukan evaluasi terhadap kelompok kelompok karyawan.
Penilaian seperti ini biasanya dilakukan oleh penilai atau atasan langsung. Teknik evaluasi
kelompok ini berguna untuk pengambilan keputusan tentang hal hal yang berkaitan dengan
pemberian kompensasi, promosi jabatan, dan berbagai bentuk pemberian penghargaan
organisasional karena saat menerapkan teknik ini dapat diketahui ranking karyawan dari yang
terbaik hingga yang terburuk.
a. Metode ranking
Penilai membandingkan karyawan yang satu dengan karyawan yang lain untuk menentukan
siapa yang lebih baik kemudian menempatkan setiap karyawan dalam urutan dari yang
terbaik hingga yang terburuk. Departemen personalia dapat mengetahui karyawan mana yang
lebih unggul berdasarkan ranking tetapi tidak dapat diketahui seberapa besar perbedaan
prestasi kerja mereka.
Penilai mungkin terpengaruh dengan halo effect atau recency effect sehingga hasil
penilaian mungkin bias.
b. Grading / Forced Distributions
Metode ini memusatkan perhatian pada prestasi kerja karyawan di masa depan melalui
penilaian potensi karyawan atau penetapan sasaran prestasi kerja di masa depan. Metode ini
meliputi :
Teknik ini berguna apabila tujuan evaluasi adalah untuk melanjutkan pengembangan diri
karyawan. Apabila karyawan menilai dirinya sendiri, perilaku defensif cenderung tidak
terjadi, sehingga upaya perbaikan diri juga cenderung dilakukan.
Penilaian ini pada umumnya terdiri dari wawancara mendalam, tes tes psikologis, diskusi
dengan atasan secara langsung, dan review review lainnya. Penilaian psikologis biasa
dilakukan oleh para psikolog, terutama untuk menilai potensi karyawan di masa depan.
Evaluasi terhadap segi segi intelektual, emosional, motivasi karyawan, dan karakteristik
hubungan pekerjaan lainnya diharapkan dapat membantu untuk memperkirakan prestasi kerja
karyawan di masa depan. Hasil evaluasi tersebut biasanya digunakan sebagai dasar keputusan
penempatan dan pengembangan diri karyawan. Akurasi penilaian sepenuhnya tergantung
pada ketrampilan psikolog.
Inti dari pendekatan ini adalah seluruh karyawan, manajer, dan direksi bersama sama
menetapkan tujuan organisasi dan sasaran sasaran pelaksanaan kerja di masa depan. Seiring
dengan penetapan tujuan dan sasaran tersebut, performance appraisal juga dilakukan
bersama sama.
Untuk membantu identifikasi potensi manajemen di masa depan, banyak organisasi besar
yang mendirikan pusat pusat penilaian (assessment centers). Assessment centers adalah
suatu bentuk penilaian karyawan yang distandardisasikan tergantung pada berbagai tipe
penilaian yang ditentukan penilai. Penilaian ini bisa meliputi wawancara mendalam, tes tes
psikologis, diskusi kelompok, simulasi, dan teknik teknik lain untuk mengevaluasi potensi
karyawan di masa depan.
Performance appraisal menghasilkan suatu evaluasi atas prestasi kerja karyawan di masa lalu
dan / atau prediksi prestasi kerja mereka di masa depan. Proses penilaian ini akan sia sia
apabila para karyawan tidak menerima feedback mengenai prestasi kerja mereka. Tanpa
adanya pemberian feedback kepada para karyawan, perilaku karyawan tidak akan dapat
diperbaiki.
Untuk mengantisipasi hal di atas, perlu dilakukan wawancara evaluasi. Wawancara evaluasi
adalah periode peninjauan kembali hasil penilaian prestasi kerja yang memberikan feedback
kepada karyawan tentang prestasi kerja mereka di masa lalu maupun potensi mereka di masa
depan. Berikut ini beberapa pedoman yang perlu diperhatikan agar wawancara evaluasi
berlangsung secara efektif :
Penilai hendaknya menekankan pada aspek aspek positif tentang hasil penilaian
prestasi kerja karyawan.
Performance appraisal ini sebenarnya untuk meningkatkan prestasi kerja, bukan
untuk menegakkan kedisiplinan.
Wawancara evaluasi hendaknya dilakukan secara pribadi, sehingga gangguan
gangguan yang tidak perlu terjadi dapat diminimalisasikan.
Melakukan performance appraisal formal secara rutin, paling tidak setiap tahun, atau
lebih sering dilakukan untuk karyawan baru atau karyawan yang berprestasi buruk.
Penilai hendaknya mengajukan kritik kritik yang spesifik.
Penilai hendaknya memusatkan kritik kritik pada hal hal yang berkaitan dengan
prestasi kerja, bukan yang berkaitan dengan karakteristik karyawan.
Selalu menjaga suasana tetap tenang dan jauh dari perdebatan.
Penilai hendaknya mampu mengidentifikasi kegiatan kegiatan khusus yang dapat
dilakukan karyawan untuk memperbaiki prestasi kerja mereka.
Penilai hendaknya menunjukkan kesan ingin membantu usaha usaha perbaikan
prestasi kerja karyawan.
Dengan ini, dapat disimpulkan arti penting performance appraisal adalah sebagai berikut :
Hasil penilaian dapat dijadikan dasar untuk menentukan kenaikan upah, pemberian bonus,
dan bentuk bentuk pemberian kompensasi lainnya.
Hasil performance appraisal dengan menggunakan metode yang berorientasi pada masa lalu
dapat dijadikan patokan apakah seorang karyawan mendapat promosi, transfer, atau demosi
jabatan.
Prestasi kerja yang buruk mencerminkan adanya kebutuhan pelatihan, sebaliknya prestasi
kerja yang baik mencerminkan adanya potensi yang perlu dikembangkan.
Pemberian feedback pada karyawan dapat dijadikan dasar untuk menentukan jalur karier
mana yang akan dipilih oleh karyawan tersebut.
Prestasi kerja yang baik atau buruk mencerminkan kekuatan atau kelemahan dari prosedur
staffing yang telah ditetapkan oleh departemen personalia.
Prestasi kerja yang buruk mungkin mencerminkan kesalahan dalam melakukan analisis
informasi jabatan, perencanaan sumber daya manusia, atau komponen komponen lain dari
sistem informasi manajemen sumber daya manusia.
Performance appraisal yang dilakukan secara akurat akan menjamin keputusan keputusan
penempatan internal juga dilakukan dengan tepat tanpa adanya diskriminasi.
Kesimpulan
Performance appraisal menghasilkan suatu evaluasi atas prestasi kerja karyawan di masa lalu
dan / atau prediksi prestasi kerja mereka di masa depan. Proses penilaian ini akan sia sia
apabila para karyawan tidak menerima feedback mengenai prestasi kerja mereka. Tanpa
adanya pemberian feedback kepada para karyawan, perilaku karyawan tidak akan dapat
diperbaiki.
Saran
Mempersiapkan penilai yang sebisa mungkin tidak melibatkan unsur emosi dan
subjektivitas dalam melakukan penilaian.
Menentukan faktor faktor atau kriteria kriteria penilaian dengan objektif dan
berkaitan dengan pelaksanaan pekerjaan.
Daftar Pustaka
Asad, Moh. Seri Ilmu Sumber Daya Manusia, Psikologi Industri, Edisi Keempat,
Cetakan Pertama, Penerbit Liberty, Yogyakarta, 1991.
Asnawi, S. (1999). Aplikasi psikologi dalam manajemen sumber daya manusia perusahaan.
Jakarta : Pusgrafin
Feinberg, M.R. (1992). Effective psychology for managers. Englewood Cliff, New Jersey :
Prentice-Hall
Filippo, Edwin B., Manajemen PersonaIia, Edisi Keenam, Penerbit Erlangga, Jakarta,
1992.
Gibson, J.L., Ivancevich, J.M., Donnely, J.M. (1985). Organizations behavior, structure,
processes. Plano : Business Publication.
Grivin, R.W. & Ebert, R.J. (1996). Business. Englewood Cliff, New Jersey : Prentice Hall,
Inc.
Handoko, T.Hani, Manajemen Personalia Dan Sumber Daya Manusia, Edisi Kedua, Penerbit
BPFE, Yogyakarta, 1987.
Hasibuan, M.S.P. (1990). Manajemen sumber daya manusia: dasar kunci keberhasilan.
Jakarta: CV Haji Mas Agung.
Jewell & Siegall, M. (1990). Psikologi industri/organisasi modern. Jakarta: Penerbit Arcan.
Robbins, S.P. (1983). Organizational behavior: concept, controversion & application (Edisi
ke-5). San Diego: Prentice Hall International, Inc.
Tutus, Moh. Agus, Drs., Manajemen Sumber Daya Manusia, Buku Panduan
Jakarta, 1995.
http://rumahbelajarpsikologi.com/index.php/prestasi-kerja.html