SAGU, Maret 2008 Vol. 7 No. 1: 32-37
ISSN 1412-4424
Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Beberapa Mutu
Manisan Belimbing Wuluh (Averrhoa bilimbi L.) Kering
SHANTI FITRIANI
Laboratorium Pengolahan Hasil Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Riau
ABSTRACT
‘The effet of different drying temperatures (75, 80,85 and 90°C) and drying times (12, 13,14, and 15 hours)
onthe production of dried sweetened
imbing waluh was evaluated. Data obtained were treated by thzndleate
that different drying temperature and drying time significantly affeeted the water content and solid total,
however no effect ofthese compounds on sucrose content. Combination of 90°C of drying temperatureand 14
hours of drying time exhibited the lowest water content and highest solid total that me the SNI dried sweetened.
Key words: temperature and time of drying, dred sweetened, Averrhoa bilimbi.
PENDAHULUAN
Belimbing wuluh (Averrhoa bilimbi)
rmerupakan tanaman tahunan yang berasal dari
daratan Malaysia dan banyak terdapat di
Indonesia. Belimbing wuluh mempunyai rasa
yang asam, schingga kurang disukai untuk
dimakan langsung sebagai buah seperti halnya
‘belimbing mani. Pada satin belimbing waluh
belum banyak dimanfaatkan, dan biasanya
digunakan sebagai penambah rasa pada masakan
lauk pauk, seperti asam pedas dan acar.
Belimbing wuluh termasuk tanaman
yang berbuah sepanjang tahun atau tidak
musiman dan berbuah sangat banyak.
Kernampuan pohon belimbing wuluh yang dapat
berbuah sepanjang tahun tersebut tidak diimbangi
dengan pemanfaatannya secara optimal,
sehingga buah ini sering terbuang begitu saa,
Menurut Soetanto (1998), tanaman belimbing
‘wuluh yang tumbuh baik dapat menghasilkan
100-360 buahipohon, sehingga seringkali
‘mengalami Kebusukan sebelum dimanfaatkan,
Untuk itu perlu adanya pengolahan produk
sebagai cara mengantisipasi hasil produ segar
‘yang berlimpah.. Pengolahan produk yang dapat
dilakukan antara lain adalah pembuatan manisan
blimiing waluh kering yang diharapkan dapat
‘memberikan nila tambah,
Produk manisan pada dasarmya sudah
banyak dikenal dan digemasi olch masyarakat
luas, karena disamping rasanya enak, cara
pembuatannya mudah, tidak memerluken
{eknologi yang tinggi dan hanya memerlukan
peralatan yang sederhana. Manisan belimbing
‘waluh kering merupakan salah satu produk hasil
pengolaban yang dapat dilakukan dengan cara
pengeringan schingga dapat langsung
dikonsumsi
Dalam proses pengeringan menurut
Gaman dan Sherrington (992), hal yang paling
penting adalah subu yang digunakan tidak terlalu
tinggi, karena akan menyebabkan perubahan-
perubahan yo" dak dikehendaki pada bahan
pangan. Jik* au yang digunakan terialu tinggi
akan meny. aban case hardening yaita suat
Keadaan dimana bagian luar bahan menjadi
Keriput dan keras, sedangkan air terperangkap
didalamnya, Airinitidakbisa menerobos bahan
dengan proses difusi secara normal.
Menurut Winarno dk. (1980),
pengeringan dapat dilakukan dengan dua cara
yaitu pen;
motaitari dan pengeringan buatan dengan alat-
lat penzering seperti oven, Lamanya waktu
‘pengerin.gan bervariasi dan tergantung pada jenis
mokanan, besamya potongan dan tipe pengering.
Pengeringan dengan tcknik penjemuran pada
csanisanmenas biasanya memerukan waktu yang
‘ngan secara alami dengan sinar
3 Sag (1): 2008SHANTIETTRIANI
cukup lama, jika cuaca cerah pengeringan
dlilakukan selama 2-3 hari sampai manisan cukup
ering dengan kadar air sekitar 20% (Wahono,
2005), Suhu yang digunakan untuk pengeringan
bush-buahan dan sayuran dengan oven menurat
Apandi (1984) adalah 60-80°C dengan lama
antara 6-16 jam. Jika suhu terlalu rendah
ppengeringan akan berlangsung lama, Sementara
jk suhuteralu tinggi teksturbahan akan Kurang,
baik (Rens, 2006).
PPenelitin ni berujuan untuk mengetahui
ppengaruh perbedean suhu dan lama pengeringan
ferhadap muta, terutama mutu fisik manisan
betimibing wuluh kering.
BAHAN DAN METODE
Penelitian dilakukan di Laboratorium
Pengolahan dan Analisis Hasil Pertanian Fakeltas
Pertanian dan Laboratorium Kimia Orgenik
akultas Teknik Universitas Riau, pada bulan Juli
sampai Agustus 2007. Bahan yang digunakan
adalah belimbing wuluh segar bewarma hijau
kekuningan yang diperolch dari pasar Sail Kota
ekanhann, gil pasir, air, garam can tawas, HCL
2N, Luff Scohri, KI 10%, H,SO,, Natrium
tiosulfat0,1N, indikator amilum. Sementara itu
lat yang diperlukan yaitu pisau stainless atau
lat perajang buah, wadah dari plastk,talenan,
‘garpu, saringan, timbangan, oven, cawan
porselen, desikator, tanur_listrik, timbangan
nalts, Kertassaring,erlenmeyer,pendinginbalik,
buret, plastik (bahan pengemas) dan alattulis
Penelitian dilakukan secara eksperimen
‘menggunakan Rancangan Acak Lengkap (RAL)
terdii dari dua faktor yaitusubu pengeringan dan
lama pengeringan dengan tiga ulangan. Faktor
pertama adalah Suhu Pengeringan (S) yang
terdir dari empat tara'yatu: $1=75°C; $2-80°C;
S3=85°C; $4-90°C, dan faktor kedua adalah
‘Lama Pengeringan (L) yang terdiri dari empat
taraf yaitu: L1=12 jam; L2=13 jam; L3=14 jam;
dan L4=15 jam. Dari kedua faktor tersebut
diperoleh 16 kombinasi perlakuan dan setiap
perlakuan diulang scbanyak tiga kali, sehingga
Aiperoleh 48 unit percobaan. Analisis dilakukan
terbadap kadar air produk, total padatan dan
kadar sukrosa. Data yang diperoleh dianalisis
secara statistik dengan menggunakan analisis,
sidik rogam,Jika Fhitung lebih esar atau sarma
dengan F tabel maka analisisdilanjutkan dengan
yi DNMRF pada taraf 5%.
Pelaksanaan Penelitian
Pembuatan manisan belimbing wuluh
ering mengacu kepada Satuhu (2003), dimana
proses pembuatannya dimulai dari persiapan
bahan dengan cara memilih buah belimbing
wuluh segar yang mengkal bewarna hijau
kekuningan, kemudian bush belimbing wuluh
dicuci bersih dan ditusuk-tusuk dengan garpu.
Untuk setiap perlakuan digunakan sebanyak dua
kilogram buah belimbing wuluh. Buah kemudian
direndam dalam larutan kapur 0,6% selarma 24
jam Selanjutnya buah dicuci dan direndam dalam
larutan garam 0,12% selama 24 jam, Kemudian
dicuci dengan air panas dan ditiriskan, direndam
lagi dalam Tarutan tawas 0,4% yang mendidih
selama 5 menit. Setelah itu belimbing wuluh
siangkat emudian dicelupkan ke dalamairdingin
ddanditiriskan. Selanjutnyadisiapkan larutan gula
80% lalu dipanaskan selama 20 menit
Buah kemudian dimasukkan ke dalam
larutan gula yang telah dingin (suhu kamar)
selama 24 jam, sehingga diperoleh manisan
belimibing wuluh basah. Langkah ini dilakukan
‘sampai larutan gula menjadi kental yaitu dengan
3 kali pemanasan dan 72 jam perendaman,
Kemudian manisan belimbing wuluh basah
tersebut diangkat lau disiram dengan air panas
dandiitiriskan.
Proses akhir dari pembuatan manisan
belimbing wuluh kering adalah pengeringan
Pengeringan yang dilakukan menggunakan oven
dengan subu dan lama pengeringan sesuai
periakuan, Manisan belimbing wulub kering yang
telah diperoleh dikemas dalam plastik. Hal ini
bertujuan untuk penyimpanan manisan yang telah
dikeringkan sebelum dianalisis.
HASIL DAN PEMBAHASAN
1. Kadar Air
Hasil pengamatan kadar air manison
belimbing wuluh kering setelah dianalisis secara
statiskedisajikan pada Tabel |, Berdasarkan has
pengamatan diketahui bahwa suhu dan lama
pengeringan serta interaksi antara suhu dan lama
pengeringan berpengeruh terhadap kadar air
‘manisan belimbing wuluh kering.
Sag (1), 2008 3Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Teshadap Beberapa Mutu Manisan Belimbing Waluh
‘Data pada Tabet 1 menunjukkan bahwa manisan
belimbing wuluh Kering dengan subu pengeringan
‘TSC (Si) menghasilkan kadar air yang lebih
‘tinggi dibandingkan suhu 85°C dan 90°C ($3 dan
'S4). Hal ini disebabkan karena dengan semakin
tingginya suhu maka semakin banyak molekul
air yang menguap dari manisan belimbing wuluh
yang dikeringkan sehingga kadar air yang
‘iperoleh semakin rendah. Sejalan dengan
‘pendapat Winarno (1980), dimana semakin tinggi
suuhu pengeringan maka semakin cepat terjadi
penguapan, schingga kandungan air di dalam
bbahan semakin rendah,
‘Tabel 1. Kadar air manisan belimbing wuluh kering
Teak ti ie iB a Reaia
SI Bae 3a SCT 35,000 37333°
2 39433" 35933 25,000 22.333 30,675
33 31.00% 22,667 22,93 25,700" 25,600
4 26667 19,000 300" 2455334 20,800 *
Rerata 36,633" 27,733" _ 3,150" _26892*
‘Angkavangka pada njr yang dik oleh hur Kell yang sam
tara?
Tabel 1 juga menunjukkan bahwa
‘manisan belimbing wuluh kering dengan lama
pengeringan 12 jam (L1) mempanyai kadar air
yang lebih tinggi ibandingkan dengan perlakuan
Jama pengeringan 13 jam, 14 jam dan 15 jam
(L2, 13, dan L4), Hal ini sejaian dengan hasil
penelitian Matondang (1991), yang melaporkan
bahwa semakin lama waktu pengeringan kadar
airakan menurun, menyebabkan penguapan air
lebih banyak sehingga kadar air dalam babar
semakin kecil. Penguapan tersebut juga
diakabatkan karena terjadinya perbedaan tekanan
tap antara ait pada bahan dengan uap air di
udara, Tekanan ap air bahan pada umamnya
lebih besar dari tekanan wap air udara schingga
terjadi perpindahan massa air dari bahan ke
uudara, Sean itu dengan semakin besarnyaenergi
panas yang dibawa udara akibat dari makin
tingginya suhu dan lamanya waktu pengeringan
‘maka jumlah massa cairan yang divapkan dari
permukaan manisan belimbing wuluh kering
semakin banyak, Hal ini diperkuat oleh Taib et
al (1988) dalam Histifarina dkk (2004), yang
‘menyatakan bahwa kemampuan bahan untuk
melepaskan air dari permukaannya akan
semakin besar dengan meningkatnya suhu udar®
pengering yang digunakan dan makin ‘sya
proses pengeringan, sehingea hadar air yang
lihasifkan semakin rendah.
Interaksi antara perlakuan suhu dan
Jama pengeringan manisan belimbing wuluh
™
‘Saga 7 (1): 2008
sama barbed dake njala menarat uj DNVIRT pad
ering juga menunjukkan perbedaan yang nyata
terhadap kadar air yang dihasilkan. Kadar air
tertinggidiperoleh pada perlakukan $1L1 (suhu
75°C dan lama pengeringan 12 jam) yaitusebesar
49,333% dan kadar air terendah diperoleh pada
perlakuan S4L3 (suhu 90°C dan lama
pengeringan 14 jun) yaitu sebesar 13,00%. Hal
ini diduga karena suhu yang rendah dan waktu
pengeringan yang pendek menyebabkan air
terikat yang terkandung di dalam bahan tidak
terlalu banyak menguap sebingga kadar air
‘manisan!! mbingwuluh ke’ og yang dihasikan
‘masih tip, dimana kav > ar ditentukan oleh
air teril: dan air bees yang terdapat pada
Dahan, Hal ini seistan vengan pendapat Syarief
dan Halid (19° yengmenyatakan bahwa tinggi
rendahnya hi” sir suatu bahan sangat
ditentukan oleh ir terikat dan air bebas yang.
terdapat dalam bahan, Air terikat ini
‘membutuhken suhu yang lebih tinggi untuk
‘menguapkannya bila ")andingkan dengan air
bebas yang me /siuhkan suhu yang relatif
rendah wtuk menguapkannya, sehingga baban
ryan» memiliki air terikat yang lebih banyak
‘ender ung memliki kadar air lebih tinggi.
Data pada Tabel 1 menunjukkan bahwa
craksi perlakuan S114, S3L4 dan S4L4
vemiliki kadar aie yang tinggi seiring dengan
bertambahnys suhu dan lamanya waktu
pengeringan. Vial ini diduga karena dengan
semakin tinggi subu semakin besar tekanan udaraSHANTIFITRIANI
‘yang menyebabkan semakin tinggi kelembaban
disckitar pengeringan, sehingga dapat
‘menghambat proses pengeringan. Yusmarini dan
Pato (2004) menjelaskan bahwa jika tekanan
uudara semakin besar maka udara di sekitar
ppengeringan akan lembab, sehingga kemarmpuan
‘menampung uap air terbatas dan menghambat
proses atau laju pengeringan.
Berdasarkan standar mutu manisan
kering buah-buahan (SIUNo.0718-83), kadar air
rmanisan kering maksimum 25%, Berarti kadar
air pada perlakuan $3L2, S412, $2L3, S3L3,
S413, S2L4 dan S4L4_ yang berkisar antara
25,00%-13,00% telah memenuhi standar mutu
‘manisan kering buah-buahan,
2. Total Padatan
Tabel 2 menunjukkan rerata total
padatan setclah diy lanjut DNMRT pada taraf
5%. Dari basil pengamatan diketabui bahwa sub
ddan ama pengeringan seria interaksi antara sua
dan lama pengeringan berpengaruh nyata
terhadap total padatan manisan belimbing wuluh
ering
‘Tabel 2, Total padatan manisan belimbing wuluh kering.
Perla a om B vy Rena
SI 7 65.667 68.333" 65000" 2.6677
82 60567* 64.067 75000" 77,667 69325"
3 68900" 77333" 77,067" 74,300 743400
St 73333" 81,000 87,000" 75,467" 79200
Re 63367" 72267 76.850" __73,108"
“Aigka-angka pada Taur yang ikl oleh hurat kee
yang sama erbeda tidak nyata menurut wji DNMIRT pada
rat 3%
‘Data pada abel 2 menunjuldcan bahwa
rmanisan belimbing wuluh Kering dengan sun
pengeringan 75°C (S1) menghasilkan total
padatan yang lebih rendah dibandingkan sub
85°C dan 90°C ($3 dan $4). Hal ini dapat
disebabkan karena kadar air yang semakin
rendah sehingga total padatan yang dihasikan,
ssemakin besar. Dengan semakin rendahnya
kadar air akan menyebabkan Komposisi
arbohidrat, protein dan lemak meningkat
schingga total padatan yang diperolch meningkat.
Menurut Ratnaningtyas (2002) dalam Alfiah
(2007), total padatan merupakan gabungen
Komponen karbohidrat, protein, lemak, vitamin
dan mineral yang terdegradasi. Komponen-
Komponen tersebut akan mempengaruhi
bbesamya total padatan yang dihasilkan. Hal ini
didukung oleh Winaro (1980) bahwa dengan
‘mengurangi kadar air bahan pangan maka
senyawa yang terkandung di dalamaya seperti
larbohidrat, protein, lemak dan mineral dalam
‘onsentrasi yang tinggi akan etapi vitamin dan
zat wama pada umumnya menjadi rasak atau
berkurang.
‘Tabel 2 juga menunjukkan bahwa
‘manisan belimbing wuluh Kering dengen lama
pengeringan 12 jam (L1) mempunyai total
‘adatan yang lebih rendah dibandingkan dengan
perlakuan lama pengeringan 13 jam, 14 jam dan
15 jam (L2, 13, dan L4). Hal ini disebabkan
arena semakin lama waktu pengeringan maka
kadar air manisen belimbing wuluh kering juga
semakin rendah menyebabkan total padatan
semakin tinggi Data ini didukung oleh pendapat
‘Yusmarini dk (2003), menyatakan bahwra total
padatan berhubungan erat dengan kadar a
Semakin tinggi kadar air maka semakin rendah
total padatan
Interaksi antara perlakuan suha dan
Jama pengeringan juga menunjukkan perbedaan
yang nyata terhadap,total padatan manisan
belimbing wulub kering yang dikasilkan, Total
padatan yang tertinggidiperoleh pada perlakuan
S4L3 (sub 90°C dan lama pengeringan 14 jam)
yaitusebesar 87,00% dan total padatanterendah
diperoleh pada perlakuan SILI (suhu 75°C dan
Tarra pengeringan 12 jam) yaitu sebesar $0,667%.
“otal padatan yang tinggi dan kadar air yang
rendah menyebabkan komposisi karbohideat,
protein dan lemak juga tings sehingga makanan
lebih tahen lama
Sagi 7 (1), 2008 35Pengaruh Suhu dan Lama Pengeringan Terhadap Beberapa Mutu Manisan Belimbing Wuluh
Kadar Sukrosa
‘Rerata kadar sukrosa manisan belimbing
‘wuluh kering setelah diyjilanjut DNMRT pada
taraf 5% disajikan pada Tabel 3. Dari hasil
pengamatan diketahui bahwa suhu dan lama
pengeringan berbeda tidak nyata terhadap kadar
sukrosa manisan belimbing wuluh kering, naman
interaksi antara suhu dan lama pengeringan
bberpengaruh terhadap kadar sukrosa manisan
belimbing waluh kering.
{ertinggi diperoleh pada kombinasi subu 90°C selama LS jam pengeringan,
Perfakuan ii D2 1 rr Rest
SI 130 172309 952397 16,700 19,117
2 y7zs3* 18200" 18133 17,467 17,758"
3 7800 17067" 23,733 18,008 *
s4 15067* 12,413 13,767"
Rerata 16850" 16208" 20217"
~Rrgka-angka pada lajur yang Gk oleh rat Wel yang soma bevbede
tant
Data pada Tabel 3 menunjukkan bahwa
‘manisan belimbing wuluh kering dengan suf
pengeringan 75°C (S1) menghasilkan kadar
sukrosa yang lebih tinggi dibandingkan suhu 80°C,
85°C dan 90°C (S2, $3 dan S4). Data pada Tabel
3 juga menunjukkan bahwa semakin tinggi sub
dan semakin lama waktu pengeringan
‘menyebabkan kadar sukrosa yang dihasilkan
semakin rendah, Hal ini diduga karena sukrosa
‘yang terhidrolisis dengan asam akan membentuk
tlukosa dan fruktosa. Dengan adanya asam pada
‘bahan maka glukosa dan fruktosa akan mengalami
oksidasi sehingya kadar sukrosanya berkurang.
Menurut Achyadi dan Hidayanti (2004),
pendidihan dan pengeringan larutan sukrosa akan
rmengalami inverse atau pemecahan sukrosa
‘menjadi glukosa dan fruktosa akibat pengaruh
asam dan panas yang akan meningkatkan
kelarutan gul, sshingga proses pengeringan dapat
‘mengurangi kadar sukrosa dalam bahan. Selain
itu selama perendaman kadar gula aken
‘mengalami penurunan. Pada penelitian ini tidak
dilakukan penambahan gula, schingga kadar gula
relatiftetap
‘Tabel 3 menunjukkan bahwa manisan
belimbing wulub kering dengan lama pengeringan
12 jamdan 13 jam (S1 dan $2) mempunyai kadar
suksosa yang lebih rendah dibandingkan
perlakuan lama pengeringan 14 jamdan 15 jam
(L3 dan L4). Namun pada lama pengeringan 15
jam (L4) kadar sukrosa mengalami penurunan,
Hal ini diduga karena sukrosa mengalami inverse
atau pemecahan sukrosa menjadi glukosa dan
fruktosa akibat pengaruh asam dan panas
schingga meningkatkan kelarutan gue, akibatnya
proses pengeringan dapat mengurangi kadar
sukrosa dalam bahan,
Interaksi antara perlakuan suhu dan
lama pengeringan memberikan perbedaan yang,
nyata terhadap kadar sukrosa.. Kadar sukrosa
tertinggi diperoleh pada perlakuan S4L4 (suhu
90°C dan lana pengeringan 15 jam) dan kadar
sukrosa terendah diperoleh pada perlakuan S412
(euhu 90°C dan lama pengeringan 13 jam).
Berdasarkan standar mutu, manisan kering buah-
buahan (SH No.0718-83) jumlah gula (kadar
sukrosa) pada manisan minimal 40%, Pada
penelitian ini kandungan sukrosa yang dihasilkan
‘belum memenuhi standar mutu yang ditetapkan.
KESIMPULAN DAN SARAN
Kesimpulan
|. Perlakuan suhu dan lama pengeringan
berpengaruh nyata terhadap kadar air dan
total padatan pada manisan belimbing wuluh
kering.
2. Perlakuan suhu dan lama pengeringan
berpengaruh tidak nyata terhadap kadar
sokrosa manisan belimbing wuluh kering yang
dias Ikan dan belum memenuhi standar muta
manisan kering buah-buahan (SII No. 0718-
8).
3. Kadar sir terendah dan total padatantertingg
manisan belimbing wuluh kering diperoleh
pada kombinasi suhu 90°C selama 14 jam
pengeringan, sementara kadar sukrosa
36 Sage (iy. 2008SHANTIFITRIANI
Saran
Penelitian lanjutan diarahkan pada kajian
tentang jumlah konsentrasigula yang tepat dalam
‘meningkatkan mutu manisan belimbing wuluh
ering. Selain itu penelitian lanjutan juga
diperiukan untuk mengetahui lama perendaman,
penyimpanan dan mutu organoleptik manisan
belimbing waluh kering.
DAFTAR PUSTAKA
Achyadi N.S dan Hidayanti A. 2004, Pengaruh
Konsentrasi Bahan Pengisi dan Konsentrasi
Sukrosa Terhadap Karakteristik Fruit
Leather Cempedak Arcarpus champeden
‘Lowr). hitp//weewsnpas.ac.id. Diakses 24
September 2007 Pull 09.33 WIB
Apandi. 1984, Teknologi Buah dan Sayur. Alumni
Bandung. Bandung
Conover W.J.1982, Pratical Non Parametrik
‘Statistik. Jhon Whiley Son. New York
GamanF.M dan K.B, Sherringion. 1992. imu Pangan,
[Nutrist dan Mikrobiologi. Gadjah Mada
‘University Press
Histifarina D, D. Musaddead dan E, Murtningsih.
2004. Teknik Pengeringan dalam Oven Untuk
sn Wortel Kering Bermutu, volume 14
@:107.112
Rans. 2006. Pisang Sale. https!
-warintek pogresi.ori Diskses 1 April 2007
Pull 17.00 WIB
Satubu $.2003, Penanganan dan Pengolahan Buh,
Penebar Swadaya. Jakarta,
SIL.0718-83, Manisan Kering Buab-bushan. Jakarta
SoetantoE. 1998, Manisan Buah-buahan 3. Kanisus.
Yogyakarta
Sofyan 2004, Mempelajari Pengaruh Ketebalan
Irisan dan Suhu Penggorengan Secara
Vakum Terhadap Karakteristike Keripik
Melon. Jurnal INFOMATEK ‘Teknologi
Pangan, Volume 6 (3):21-22
Sacra dkk 1989. Prosedur Analisa untuk Bahan
‘Makanan dan Pertanian, Liberty. Yogyakarta
Syatief dan Halid. 1993, Teknologi Penyimpanan
Pangan. Arcan Jakarta
‘Wahono C.T. 2005. Teknologi Pengolahan Nenas
‘Menjadi Manisan, Laporan Khir BPTP Ria.
ekanbaru
‘Winarno dk 1980, Pengantar Teknologi Pangan. PT
Gramedia. Jakarta
‘Yusmarnid 2003. Bvaluas! Mutu Susu yang Dibuat
ddariBeberapa Varletas Keel Vol2(2):29-
34
Saga 7 (1: 2008 37