Professional Documents
Culture Documents
Dengan memanjatkan Puji syukur kehadirat Tuhan YME atas segala anugerahnya,
sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan referat ini dengan judul Psikoterapi yang
merupakan salah satu syarat dalam melaksanakan kepaniteraan klinik Program Pendidikan
Profesi Dokter di Bagian Ilmu Kejiwaan di Rumah Sakit Bhayangkara Tingkat I RS Sukanto.
Dalam menyelesaikan tugas ini penulis di bimbing oleh dosen pembimbing serta di
bantu oleh beberapa pihak, maka penulis mengucapakan terima kasih kepada :
1. Dr. Suhendro, Sp. KJ dan dr. Henny R, Sp.KJ, selaku dosen pembimbing penulisan
referat
2. Rekan-rekan Co Assisten, serta pihak yang telah membantu dalam penulisan referat
ini
Penulisan referat ini masih jauh dari sempurna, karena itu penulis mengharapkan dan
kritik yang berguna. Semoga untuk selanjutnya tulisan dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Penulis
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR . 1
DAFTAR ISI 2
BAB I PENDAHULUAN . 3
2.1. Definisi .. 5
2
BAB I
PENDAHULUAN
2. Untuk memenuhi tugas referat di bagian kepaniteraan Ilmu Jiwa RS. Polri Sukanto.
4
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 DEFINISI
Psikoterapi (Psychotherapy) berasal dari dua kata dalam bahasa Yunani, yaitu
Psyche yang artinya jiwa, pikiran atau mental dan Therapy yang artinya
penyembuhan, pengobatan atau perawatan. Maka psikoterapi disebut juga dengan
istilah terapi kejiwaan, terapi mental atau terapi pikiran.
5
metode terapi serta terapisnya. Psikoterapi memiliki angka gugur (drop out) yang
cukup tinggi sehingga pasien seringkali menolak melanjutkan proses terapi kecuali
pasien merasa benar-benar mendapat keuntungan atau merasakan adanya perbaikan
dengan jenis terapi yang dijalankan. Tetapi individual merupakan yang paling banyak
digunakan dan jenisnya sangat bervariasi; terapi kelompok, keluarga dan perkawinan
penggunaannya juga cukup luas. 2.
1. Menguatkan daya tahan mental yang telah dimiliki atau membuat seseorang
merasa bahagia dan sejahtera.
2. Mengembangkan mekanisme daya tahan mental yang baru dan lebih baik untuk
mempertahankan fungsi pengontrolan diri, ataupun membuat seseorang lebih
mengenal dan mengerti tentang dirinya sendiri.
3. Meningkatkan kemampuan adaptasi terhadap lingkungannya.
6
2. Tingkat Insight (Tujuan Reedukatif)
Terapi tingkatan insight dengan tujuan reedukatif untuk membantu pasien
mencapai insight. Menurut Gelso dkk (dalam Kivlighan dkk, 2000). Istilah
insight, menunjukkan derajat pemahaman pasien mengenai hal-hal yang digali
selama proses terapi, yang bisa berupa pemahaman mengenai hubungan di
dalam proses terapi, keberfungsian individu diluar terapi, atau aspek-aspek
dinamika dan perilaku pasien. Secara teoritis, insight dialami pasien diduga
akan meningkat selama proses psikoterapi dan gejala-gejala akan berkurang
seiring dengan peningkatan tersebut. Individu yang mencapai insight selama
proses terapi menunjukkan penurunan keluhan yang berkaitan dengan tekanan
yang dirasakan. Terapi diharapkan dapat mengubah pola perilaku dengan
meniadakan kebiasaan (habits) tertentu dan membentuk kebiasaan yang lebih
menguntungkan.
Cara atau pendekatan: Terapi perilaku, terapi kelompok, terapi keluarga,
psikodrama, dll.
3. Tingkat Insight Therapy (Tujuan Rekonstruktif)
Level ini bertujuan sebagai rekonstruktif. Level ini mengupayakan tercapainya
kesadaran atas konflik-konflik yang tidak disadari dan dengannya dengan
mekanisme pertahanan tertentu. Tujuan utamanya adalah merasakan
emosional yang berawal dari pemahaman total melalui rekonstruksi
kepribadian. Diharapkan dengan usaha mencapai perubahan luas struktur
kepribadian seseorang maka dapat diperoleh pemahaman total dan mencapai
tilikan (insight) akan konflik-konflik nirsadar.
Cara atau pendekatan: Psikoanalisis klasik dan Neo-Freudian (Adler, Jung,
Sullivan, Horney, Reich, Fromm, Kohut, dll.), psikoterapi berorientasi
psikoanalitik atau dinamik.
b. menurut dalamnya, psikoterapi terdiri atas:
1.Superfisial yaitu yang menyentuh hanya kondisi atau proses pada permukaan,
yang tidak menyentuh hal-hal yang nirsadar atau materi yang direpresi.
2. Mendalam (deep), yaitu yang menangani hal atau proses yang tersimpan dalam
alam nirsadar atau materi yang direpresi.
c. Menurut teknik yang terutama digunakan (teknik perubahan), antara lain:
psikoterapi ventilatif, sugestif, katarsis, ekspresif, operant conditioning,
modeling, asosiasi bebas, interpretatif, dll.
7
d. Konsep teoritis mengenai motivasi dan perilaku
- psikoterapi perilaku atau behavioral (kelainan mental-emosional dianggap
teratasi bila deviasi perilaku telah dikoreksi)
- psikoterapi kognitif (problem diatasi dengan mengkoreksi sambungan
kognitif automatis yang keliru)
- psikoterapi evokatif, analitik, dinamik (membawa ingatan, keinginan,
dorongan, ketakutan, dll. yang nirsadar ke dalam kesadaran).
Psikoterapi kognitif dan perilaku banyak bersandar pada teori belajar,
sedangkan psikoterapi dinamik berdasar pada konsep-konsep psikoanalitik
Freud dan pasca-Freud.
e. Menurut setting anggota terapi: psikoterapi terdiri atas psikoterapi individual
dan kelompok (terdiri atas terapi marital/pasangan, terapi keluarga, kelompok).
- Terapi marital atau pasangan diindikasikan bila ada problem di antara
pasangan, misalnya komunikasi, persepsi,dll.
- Terapi keluarga, dilakukan bila struktur dan fungsi dalam suatu keluarga tidak
berjalan sebagaimana mestinya. Bila salah satu anggota keluarga mengalami
gangguan jiwa, akan mempengaruhi keadaan dan interaksi dalam keluarga
dan sebaliknya, keadaan keluarga akan mempengaruhi gangguan serta
prognosis pasien. Untuk itu seluruh anggota keluarga diwajibkan hadir pada
setiap sesi terapi.
- Terapi kelompok, dilakukan terhadap sekelompok pasien (misalnya enam
atau delapan orang), oleh satu atau dua orang terapis. Metode dan caranya
bervariasi; ada yang suportif dan bersifat edukasi, ada yang interpretatif dan
analitik. Kelompok ini dapat terdiri atas pasien-pasien dengan gangguan yang
berbeda, atau dengan problem yang sama, misalnya gangguan makan,
penyalahgunaan zat, dll. Diharapkan mereka dapat saling memberikan
dukungan dan harapan serta dapat belajar tentang cara baru mengatasi
problem yang dihadapi.
f. Teknik tambahan khusus yang digabung dengan psikoterapi, misalnya
narkoterapi, hypnoterapi, terapi musik, psikodrama, terapi permainan dan
peragaan (play therapy), psikoterapi religius, dan latihan meditasi.
8
2.3 Tahap-tahap psikoterapi :
1. Wawancara awal
a. Kemukakan apa yang akan terjadi selama terapi berlangsung, aturan-aturan
yang akan dilakukan terapi & diharapkan dari pasien, kontrak terapeutik
(tujuan, harapan, kapan, dimana, lama, keterbatasan, dll)
b. Hal apa yang menjadi masalah pasien, pasien bersedia menceritakan masalah
(harus ada komitmen untuk mengkomunikasikan), terapis & pasien
bekerjasama.
2. Proses terapi
a. Mengkaji pengalaman pasien, hubungan terapis & pasien, pengenalan
penjelasan pengertian perasaan & pengalaman pasien.
b. Pengertian ke tindakan
c. Terapis bersama pasien mengkaji & mendiskusikan apa yang telah dipelajari
pasien selama terapi berlangsung, pengetahuan pasien akan aplikasinya nanti
di perilaku & kehidupan sehari-hari.
3. Mengakhiri terapi
a. Terapi dapat berakhir jika tujuan telah tercapai, pasien tidak melanjutkan
lagi, atau terapis tidak dapat lagi menolong pasiennya (merujuk ke ahli lain)
b. Beberapa pertemuan sebelum terapi berakhir pasien diberitahu untuk menjadi
lebih mandiri menghadapi lingkungannya nanti. Sehingga pasien dibantu
agar merasa dirinya diterima, aman, dilindungi, diperhatikan, dibesarkan
hatinya dan dikurangi kecemasannya.6
9
Dalam melakukan wawancara, hendaknya kita juga melakukan observasi
secara menyeluruh dengan teliti. Sambil mengajukan pertanyaan, kita juga
mengamati dan turut serta (sebagai participant observer) dalam proses yang
sedang berlangsung pada saat dan situasi tersebut (the here and now). Yang
kita amati yaitu :
Hal yang sebaliknya juga perlu diingat, bahwa wawancara bukan hanya
menghasilkan pengaruh dokter atau terapis atas pasien, namun juga pengaruh
pasien terhadap dokternya. Sang dokter, sadar atau tidak, akan terpengaruh oleh
sikap dan perkataan pasien, yang akan tercermin dalam sikap, perasaan dan
perilakunya sendiri. Dipacu oleh sikap dan perilaku pasien terhadapnya
(ditambah lagi dengan kehidupan fantasinya sendiri), dokter atau terapis dapat
menjadi tenang, tegang, santai, kuatir, terbuka, tertutup, bosan, sedih, kesal,
malu, terangsang, dll.; perasaan-perasaan tersebut turut menentukan apa yang
dikatakannya kepada pasien (atau tidak dikatakannya) dan bagaimana ia
mengatakannya. Untuk dapat mengatasi hal ini seorang dokter atau terapis
perlu belajar untuk memantau perasaan-perasaan reaktifnya tersebut, agar
10
ucapan-ucapan dan sikapnya terhadap pasien sedapat-dapatnya beralasan
profesional dan sedikit mungkin tercampur dengan unsur-unsur yang berasal
dari respons emosional subyektifnya sendiri.
11
kelompok terapi menjadi lebih berpengalaman apa yang sebenarnya mereka lakukan
dalam terapi menjadi semakin mirip. Unsur unsur psikoterapi dapat dipilih untuk
masing masing pasien dan dimodifikasi dengan berlanjutnya terapi. Ciri ciri ini
dapat diubah dengan berubahnya tujuan terapeutik, keadaan mental dan kebutuhan
pasien. Psikoterapi ditandai dengan tujuan, lingkungan, format, jadwal waktu, teknik
dan penggunaan bersamaan modalitas terapeutik lain.3
1. PSIKOANALISIS
Psikoanalisis adalah sebuah model perkembangan kepribadian, filsafat
tentang sifat manusia, dan metode psikoterapi. Secara historis, psikoanalisis
adalah aliran pertama dari tiga aliran utama psikologi. Psikoanalisis dimulai
dengan pengobatan pasien dengan hipnosis. Di tahun 1881 Anna O, seorang
wanita muda neurotik yang menderita gangguan visual dan motorik yang
multipel dan perubahan kesadaran, diobati oleh dokter ahli penyakit daiam
dari Vienne, Josef Breuer. Ia mengamati bahwa gejala pasien menghilang jika
ia mengekspresikannya secara verbal saat dihipnosis. Sigmeun Freud dan
Breuer menggunakan teknik secara bersama, mereka mendorong pasiennya
untuk berkonsentrasi dengan mata tertutup pada ingatan masa lalu yang
berhubungan dengan gejala mereka. Metode konsentrasi tersebut akhirnya
menjadi teknik asosiasi bebas. Freud menginstruksikan pasiennya untuk
mengatakan apa saja yang datang ke dalam pikirannya, tanpa menyensor
pikiran mereka. Metoda ini masih sering digunakan sekarang dan merupakan
salah satu ciri psikoanalisis, melalui mana pikiran dan perasaan yang berada
dalam alam bawah sadar dibawa ke dalam alam sadar.
Dalam The Interpretation of Drewns Freud menjelaskan model
topografik dan pikiran yang terdiri dari alam sadar (conscious), alam prasadar
(preconscious), dan alam bawah dasar (unconscious). Pikiran sadar dianggap
sebagai kesiagaan. Prasadar, di mana pikiran dan perasaan mudah masuk ke
kesadaran, dan bawah sadar, di mana pikiran dan perasaan tidak dapat disadari
tanpa melewati tahanan yang kuat. Bawah sadar mengandung bentuk fungsi
pikiran nonverbal dan membangkitkan mimpi, parapraksis (lidah terpeleset),
dan gejala psikologis. Psikoanalisis menekankan konflik antara dorongan
bawah sadar dan pertimbangan moral yang dimiliki pasien terhadap impuls
mereka. Konflik tersebut menyebabkan fenomena represi, yang dianggap
12
sebagai patologis. Asosiasi bebas memungkinkan ingatan yang terepresi
diungkapkan kembali dan dengan demikian berperan dalam penyembuhan.
SADAR SADAR
SUPEREGO
EGO
Id
BAWAH SADAR BAWAH SADAR
13
b. Sumbangan utama psikoanalisis
1. kehidupan mental individu menjadi bisa dipahami, dan pemahaman
terhadap sifat manusia biasa diterapkan pada perbedaan penderitaan
manusia
2. tingkah laku diketahui sering ditentukan oleh faktor tak sadar
3. perkembangan pada masa dini kanak-kanak memiliki pengaruh yg kuat
terhadap kepribadian di masa dewasa
4. teori psikoanalisis menyediakan kerangka kerja yg berharga untuk
memahami cara-cara yg digunakan oleh individu dalam mengatasi
kecemasan.
5. terapi psikoanalisis telah memberikan cara-cara mencari keterangan dari
ketidaksadaran melalui analisis atas mimpi-mimpi.
c. Tujuan
Tujuan utama psikoanalitik adalah membentuk kembali struktur karakter
individual dengan jalan membuat kesadaran yang tak disadari di dalam diri klien.
Proses terapeutik difokuskan pada upaya mengalami kembali pengalaman kanak-
kanak. Pengalaman-pengalaman masa lampau direkonstruksi, dibahas, dianalisis,
dan ditafsirkan dengan sasaran merekonstruksi kepribadian. Terapi psikoanalitik
menekankan dimensi afektif dari upaya menjadikan ketaksadaran diketahui.
Pemahaman dan pengertian intelektual memiliki arti penting, tetapi perasaan-
perasaan dan ingatan-ingatan yang berkaitan dengan pemahaman siri lebih penting
lagi. 3
d. Lingkungan Analisis
Analisis terutama berurusan dengan usaha membantu klien dalam
mencapai kesadaran diri, kejujuran keefektifan dalam melakukan hubungan
personal, dalam menangani kecemasan secara realistis serta dalam memperoleh
kendali atas tingkah laku yang impulsive dan interpersonal.3 Lingkungan analisis
yang biasanya adalah pasien berbaring pada dipan atau sofa dan ahli analisis
duduk di sebelahnya, sebagian atau sama sekali di luar lapangan pandang pasien.
Dipan membantu ahli analisis menimbulkan regresi terkendali yang
mempermudah timbulnya material yang rerepresi. Posisi pasien yang berbaring
dengan kehadiran ahli analisis yang penuh perhatian, pada saat berbaring klien
melaporkan perasaan-perasaan, pengalaman-pengalaman, asosiasi-asosiasi,
ingatan-ingatan dan fantasi-fantasinya. Posisi juga membantu pasien memusatkan
14
perhatian pada pikiran, perasaan, dan khayalan dalam, yang selanjutnya dapat
menjadi pusat asosiasi bebas. 4
e. Peranan AhIi Analisis
Idealnya, ahli analisis yang telah menjalani psikoanalisis pribadi sebagai
bagian dan latihan mereka mampu untuk mempertahankan sikap objektivitas atau
netralitas yang kepada pasien, mencoba untuk tidak menanamkan kepribadian atau
sistem nilai dirinya sendiri.4
f. Lama Terapi
Pasien dan ahli psikoanalisis harus siap untuk terlibat dalam proses untuk
jangka waktu yang tidak ditentukan. Psikoanalisis mernbutuhkan waktu antara
tiga dan enam tahun, kadang-kadang lebih lama. Sesi biasanya dilakukan empat
atau lebih dalarn seminggu masing-masingnya selama 45 sampai 50 menit.
Beberapa analisis dilakukan dengan frekuensi yang lebih jarang dan dengan sesion
yang bervaniasi dan 20 sampai 30 menit.4
g. MetodaTerapi
Aturan dasar psikoanalisis adalah bahwa pasien setuju untuk jujur
sepenuhnya terhadap ahli analisis dan menceritakan segala sesuatu tanpa pilih-
pilih. Freud menarnakan teknik yang memungkinkan kejujuran tersebut sebagai
asosiasi bebas.
15
dinamakan perhatian mengalir bebas. Ahli analisis membiarkan asosiasi
pasien menstimulasi asosiasi mereka sendiri dan dengan demikian mampu
untuk melihat tema dalam asosiasi bebas pasien yang mungkin dicerminkan
kembali kepada pasien kemudian atau pada beberapa waktu kemudian.
Perhatian ahli analisis yang cermat kepada pengalaman subjektifnya sendini
adalah bagian yang tidak dapat diterima dari analisis.4
h. Indikasi Terapi
Indikasi utama psikoanalisis adalah konflik psikologis yang berlangsung
lama yang telah menimbulkan gejala atau gangguan yang signifikan sehingga
pasien termotivasi secara waktu dan finansial untuk menjalani terapi. Sebelum
menjalani terapi pasien harus mengerti bahwa terapi yang akan dijalani adalah
suatu proses agar pasien lebih memahami. Pasien juga harus mempunyai
pengertian bahwa terapi ini bertujuan agar mereka lebih mengerti diri mereka
sendiri sehingga proses terapi ini bukan merupakan suatu usaha yang terburu-buru
untuk mencapai kesembuhan.
Hubungan antara konflik dan gejala mungkin langsung atau tidak
langsung. Psikoanalisis dianggap efektif dalam mengobati gangguan kecemasan
tertentu, seperti fobia dan gangguan obsesif-kompulsif, gangguan depresif ringan
(gangguan distimik), beberapa gangguan kepribadian, dan beberapa gangguan
pengendalian impuls dan gangguan seksual. Tetapi, lebih penting dari diagnosis
adalah kemampuan pasien untuk membentuk persetujuan analitik dan
mempertahankan komitmen terhadap proses analitik yang semakin dalam yang
membawa perubahan internal melalui peningkatkan kesadaran terhadap diri
sendiri. Freud percaya bahwa pasien juga mampu membentuk perlekatan
transferensi yang kuat kepada ahli analisis (dinamakan neurosis transferensi),
16
tanpanya analisis tidak dimungkinkan. Hal tersebut mengecualikan sebagian besar
pasien psikotik karena kesulitan mereka dalam membentuk ikatan afektif dan
realistik yang penting untuk perkembangan dan resolusi neurosis transferensi. Ego
pasien dalam analisis harus mampu mentoleransi frustrasi tanpa berespon dengan
suatu bentuk penentangan (acting out) yang serius atau pindah dan satu pola
patologis ke pola lain. Hal tersebut mengecualikan sebagian besar pasien
ketergantungan obat, yang dianggap tidak mampu karena ego mereka tidak
mampu menoleransi frustrasi dan kebutuhan emosional dan psikoanalisis.4
i. Kontraindikasi Terapi
Berbagai kontraindikasi untuk psikoanalisis adalah relatif, tetapi masing-
masingnya harus dipertimbangkan sebelum melakukan terapi.
Usia. Biasanya, banyak ahli analisis percaya bahwa sebagian besar orang
dewasa yang berusia di atas 40 tahun tidak memiliki fleksibilitas yang cukup
untuk perubahan. Tetapi yang lebih penting dari usia adalah kapasitas pasien
individual untuk introspeksi secara bijaksana dan keinginan untuk berubah.
Calon ideal dalah biasanya dewasa muda, anak anak tidak mampu
mengikuti aturan asosiasi bebas.
Pasien juga harus cukup cerdas untuk mengerti prosedur dan untuk bekerja
sama dalam proses.
Klinisi dan peneliti percaya bahwa pasien dengan gangguan kepribadian anti
sosial adalah prediktor paling negatif dari respon psikoterapi.
Pada pasien dengan keterbatasan waktu dapat dipertimbangkan terapi lain.
Psikoanalisis pada pasien psikotik tidak disarankan karena pasien-pasien
psikotik sulit membentuk ikatan afektif dan realistik yang penting dalam
transferensi. Selain pada pasien psikotik, pasien dengan ketergantungan obat
juga sulit dilakukan karena mereka dianggap tidak mampu menoleransi
frustasi dan kebutuhan emosional dari psikoanalisis.
Analisis dengan sifat hubungan teman, saudara dan kenalan di
kontraindikasikan karena mengganggu transferensi dan objektifitas ahli
analisis.4
j. Hasil Terapi
Analisis membantu menurunkan kekuatan konflik dan membantu
menemukan cara yang dapat diterima untuk menghadapi impuls yang tidak dapat
17
diturunkan. Tujuan akhir adalah menghilangkan gejala, dengan demikian
meningkatkan kemampuan pasien untuk bekerja, bersenang senang dan
mengerti diri sendiri. Psikoanalisis dianggap efektif pada beberapa keadaan untuk
banyak gangguan.4
2. PSIKOTERAPI PSIKOANALITIK
Psikoterapi psikoasialitik adalah terapi yang didasarkan pada rumusan
psikoanalitik yang telah dimodifikasi secara konseptual dan teknik. Psikoterapi
psikoanalitik adalah terapi yang berorientasi pada tilikan pasien. Tidak seperti
psikoanalisis, yang sebagian permasalahan akhirnya mengungkapkan dan bekerja
selanjutnya melalui konflik infantil saat timbul dalam neurosis transferensi,
psikoterapi psikonalitik memusatkan perhatian pada konflik pasien sekarang dan
pola dinamika sekarang yaitu, analisis masalah pasien dengan orang lain dan
dengan dirinya sendiri. Juga tidak seperti psikoanalisis, yang sebagai tekniknya
menggunakan asosiasi bebas dan analisis neurosis transferensi, psikoterapi
psikoanalitik ditandai dengan teknik wawancara dan diskusi yang jarang
menggunakan asosiasi bebas, Dan sekali lagi tidak seperti psikoanalisis,
psikoterapi psikoanalitik biasanya membatasi kerjanya pada transferensi dengan
suatu diskusi reaksi pasien terhadap dokter pskiatrik dan orang lain.
a. Teknik Terapi
Pada psikoterapi psikoanalitik pasien dan ahli terapi biasanya saling
bertatap-tatapan satu sama lainnya, yang membuat ahli terapi terlihat nyata
dan bukan merupakan kumpulan khayaian yang diproyeksikan. Tipe terapi ini
jauh lebih fleksibel dibandingkan. psikoanalisis, dan dapat lebih sering
digunakan bersarna-sama dengan medikasi psikotropik dibandingkan
psikoanalisis.
Psikoterapi psikoanalitik dapat terentang dari wawancara suportif
tunggal, memusatkan pada masalah yang sekarang dan menekan, sampai
terapi selama bertahun-tahun, dengan satu sampai tiga wawancara dalam
seminggu dengan lama yang bervariasi. Berbeda dengan psikoanalisis,
psikoterapi psikoanalitik mengobati sebagian besar gangguan yang dalam
bidang psikopatologi.4
18
b. Tipe
1. Psikoterapi berorientasi tilikan (psikoterapi ekspresif)
Tilikan adalah pengertian pasien tentang fungsi psikologisnya
dan kepribadiannya. Untuk mencapai tilikan, klinisi harus
menyebutkan bidang atau tingkat pengertian atau pengalaman di mana
pasien berada, Penekanan dokter psikiatrik pada terapi berorientasi
tilikan (juga disebut terapi ekspresif dan psikoterapi psikoanalitik
intensif) adalah pada nilai di mana pasien menggali sejumlah tilikan
baru ke dalam dinamika perasaan, respon, perilaku sekarang dan
khususnya, hubungan mereka sekarang dengan orang lain. Psikoterapi
ekspresif ini bertujuan agar dapat meningkatkan kesadaran diri pasien
untuk mencapai pemahaman yang berfokus pada masalah yang
dihadapi pasien dari kejadian-kejadian interpersonal melalui proses
eksplorasi dan dari persepsi pasien itu sendiri. Dari terapi diharapkan
pasien dapat menghadapi konflik yang sedang dihadapi baik pada alam
sadar maupun semi-sadar. Inilah perbedaan dari terapi psikoanalisis
yang menekankan usaha untuk mengungkap motif pada masa lalu
pasien.
Efektivitas terapi tidak tergantung semata-mata pada tilikan
yang dikembangkan atau digunakan. Respon terapi pasien juga
didasarkan pada faktor faktor tertentu seperti pengungkapan
perasaaan dalam suasana yang tidak menghakimi tetapi memiliki
batas-batas, identifikasi dengan ahli terapi, dan faktor hubungan
lainnya. Hubungan terapetik tidak memerlukan suatu penerimaan tanpa
pilih pilih sama sekali terhadap apa yang dikatakan dan dilakukan
pasien. Kadang kadang ahli terapi harus mengintervensi sisi ego
yang relatif lemah dengan memberikan bukti-bukti yang tidak dapat
disanggah sehingga pasien dapat mencoba untuk mencapai
penyesuaian yang lebik baik atau dengan menentukan batas yang
realistik untuk perilaku maladaptif pasien.4
2. Psikoterapi suportif
Psikoterapi suportif (juga disebut psikoterapi berorientasi hubungan)
ini memiliki tujuan untuk memulihkan dan memperkuat pertahanan pasien dan
19
mengintegrasikan kapasitas yang telah terganggu. Cara ini memberikan suatu
periode penerimaan dan ketergantungan bagi pasien yang membutuhkan
bantuan untuk menghadapi rasa bersalah, malu dan kecemasan dan dalam
menghadapi frustasi atau tekanan eksternal yang mungkin terlalu kuat untuk
dihadapi. 4
Terapi suportif menggunakan sejumlah metoda, baik sendiri-sendiri atau
konbinasi, termasuk :
Kepemimpinan yang kuat, hangat, dan ramah
Pemuasan kebutuhan tergantungan
Mendukung perkembangan kemandirian yang sah pada akhirnya
Membantu mengembangkan sublimasi yang menyenangkan (sebagai
contohnya, hobi)
Istirahat dan penghiburan yang adekuat
Menghilangkan ketegangan eksternal yang berlebihan.jika mungkin
Perawatan di rumah sakit jika diindikasikan
Medikasi untuk menghilangkan gejala
Bimbingan dan nasehat dalam menghadapi masalah sekarang. Cara ini
rnenggunakan teknik yang membantu pasien merasa aman, diterima,
terlindungi, terdorong dan tidak merasa cemas.4
20
2. Persuasi ialah menerangkan secara masuk akal tentang gejala-gejala penyakitnya
yang timbul akibat cara berpikir, perasaan, dan sikapnya terhadap masalah yang
dihadapinya. Kritik diri sendiri oleh pasien penting untuk dilakukan. Dengan
demikian maka impuls-impuls yang tertentu dibangkitkan, diubah atau diperkuat
dan impuls-impuls yang lain dihilangkan atau dikurangi, serta pasien dibebaskan
dari impuls-impuls yang sangat menganggu. Pasien pelan-pelan menjadi yakin
bahwa gejala-gejalanya akan hilang.2 Hal ini dibantu dokter dengan sikap
membangun, mengubah dan menguatkan impuls tertentu serta membebaskan dari
impuls yang menggangu secara masuk akal dan sesuai hati nurani. Berusaha
meyakinkan pasien dengan alasan yang masuk akal bahwa gejalanya akan hilang.
3. Sugesti ialah secara halus dan tidak langsung menanamkan pikiran pada pasien
atau membangkitkan kepercayaan padanya bahwa gejala-gejala akan hilang.
Dokter sendiri harus mempunyai sikap yang meyakinkan dan otoritas profesional
serta menunjukkan empati. Pasien percaya pada dokter sehingga kritiknya
berkurang dan emosinya terpengaruh serta perhatiannya menjadi sempit. Ia
mengharap-harapkan sesuatu dan ia mulai percaya. Bila tidak terdapat gangguan
kepribadian yang mendalam, maka sugesti akan efektif, umpamanya pada reaksi
konversi yang baru dan dengan konflik yang dangkal atau pada neurosa cemas
sesudah kecelakaan.2
Sugesti dengan aliran listrik (faradisasi) atau dengan masasi kadang-
kadang juga menolong, tetapi perbaikan itu cenderung untuk tidak menjadi tetap,
karena pasien menganggap pengobatan itu datang dari luar dirinya. Jadi sugesti
harus diikuti dengan reeduksi. Anak-anak dan orang dengan inteligensi yang
sedikit kurang serta pasien yang berkepribadian tak matang atau histerik lebih
mudah disugesti. Jangan memaksa-maksa pasien dan jangan memberikan kesan
bahwa dokter menganggap ia membesar-besarkan gejalanya. Jangan menganggu
rasa harga diri pasien. Pasien harus percaya bahwa gejala-gejalanya akan hilang
dan bahwa tidak terdapat kerusakan organik sebagai penyebab gejala-gejala itu. Ia
harus diyakinkan bahwa bila gejala-gejala itu hilang, hal itu terjadi karena ia
sendiri mengenal maksud gejala-gejala itu dan bahwa timbulnya gejala itu tidak
logis.2
4. Penjaminan kembali atau reassurance dilakukan melalui komentar yang halus
atau sambil lalu dan pertanyaan yang hati-hati, bahwa pasien mampu berfungsi
21
secara adekuat (cukup, memadai). Dapat juga diberi secara tegas berdasarkan
kenyataan atau dengan menekankan pada apa yang telah dicapai oleh pasien. 2
5. Bimbingan ialah memberi nasehat-nasehat yang praktis dan khusus (spesifik)
yang berhubungan dengan masalah kesehatan (jiwa) pasien agar ia lebih sanggup
mengatasinya, umpamanya tentang cara mengadakan hubungan antar manusia,
cara berkomunikasi, bekerja dan belajar, dan sebagainya.2
6. Penyuluhan atau konseling (counseling) ialah suatu bentuk wawancara untuk
membantu pasien mengerti dirinya sendiri lebih baik, agar ia dapat mengatasi
suatu masalah lingkungan atau dapat menyesuaikan diri. Konseling biasanya
dilakukan sekitar masalah pendidikan, pekerjaan, pernikahan dan pribadi. 2
7. Kerja kasus sosial (social casework) secara tradisional didefinisikan sebagai suatu
proses bantuan oleh seorang yang terlatih (pekerja sosial atau social worker)
kepada seorang pasien yang memerlukan satu atau lebih pelayanan sosial khusus.
Fokusnya ialah pada masalah luar atau keadaan sosial dan tidak (seperti pada
psikoterapi) pada gangguan dalam individu itu sendiri. Tidak diadakan usaha
untuk mengubah pola dasar kepribadian, tujuannya ialah hanya hendak menangani
masalah situasi pada tingkat realistik (nyata).
8. Terapi kerja dapat berupa sekedar memberi kesibukan kepada pasien, ataupun
berupa latihan kerja tertentu agar ia terapil dalam hal itu dan berguna baginya
untuk mencari nafkah kelak.
c. Beberapa contoh penerapan
- Gangguan psikotik
Sikap terapis : berusaha menjadi orang yang dapat dipercaya pasien, misalnya
dengan bicara penuh keakraban, ingat akan hari ulang tahunnya, makanan
kesukaannya dan kesenangannya yang lain, serta penuh pengertian lainnya.
Pelaksanaan terapi :
o Terapi ventilasi bila pasien mengalami banyak keluhan yang realistik, seperti
makanan yang tidak enak, tidak diberi uang jajan, dilarang keluar rumah dan
tidak boleh sering mandi.
o Memberikan terapi reassurance bila pasien meragukan masa depannya setelah
sembuh nanti
o Memberikan bimbingan dan penyuluhan sehingga pasien lebih dapat
menyesuaikan diri dengan lingkungan setelah sembuh nanti
- Gangguan somatisasi
22
Sikap terapis : dapat menerima keluhan fisik pasien dan tidak langsung
menentangnya, tetapi terapis tidak melakukan eksplorasi keluhan fisik terlalu
jauh.
Pelaksanaan terapi :
o Memberikan bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejala-gejalanya.
o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua perasaannya yang
menjadi latar belakang gejala fisik tersebut.
o Terapi penyuluhan agar pasien dapat menemukan strategi alternative dalam
mengekspresikan perasaannya.
- Gangguan penyesuaian
Sikap terapis : terapis memberikan perhatian, empati, dan memahami pasien secara
berhati-hati agar tidak timbul keuntungan sekunder dalam proses psikoterapi tersebut.
Pelaksanaan terapi :
o Terapi ventilasi agar pasien dapat mengemukakan semua keluhan cemas dan
depresinya.
o Bimbingan agar pasien dapat menghadapi gejalanya.
o Memberikan penyuluhan agar pasien dapat mengatasi permasalahan yang
mungin akan dihadapinya lagi.
23
metafora sendiri yang terbatas
Respon reflektif ketika dicoba untuk dilakukan Disfungsi kognitif dengan dasar kelainan
interpretasi organik
Kemampuan yang lemah untuk membentuk
ikatan terapeutik
Sumber : Sadock, BJ dan Virginia Alcott Sadock. 2007. Kaplan & Sadocks Synopsis of
Psychiatry 10th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
24
Populasi Neurosis; karakter psikopatologi Neurosis; karakter psikopatologi Gangguan karakter berat;
pasien ringan ringan sedang, terutama psikosis laten atau
gangguan kepribadian narsistik manifes; krisis akut;
dan ambang penyakit fisik
Persyaratan Motivasi tinggi; kesadaran psikologis; Motivasi tinggi sedang dan Suatu tingkat motivasi dan
pasien hubungan objek sebelumnya yang kesadaran psikologis; kemampuan untuk
baik; kemampuan mempertahankan kemampuan membentuk ikatan membentuk ikatan
transferensi neurosis; toleransi terapeutik; toleransi frustasi terapeutik
frustasi yang baik rendah
Tujuan dasar Reorganisasi struktural kepribadian; Reorganisasi parsial kepribadian Reintegrasi diri dan
resolusi konflik bawah sadar; dan pertahanan; resolusi konflik kemampuan untuk
tilikan ke dalam kejadian prasadar dan sadar; tilikan ke mengatasi masalah;
intrapsikis; peredaran gejala adalah dalam kejadian interpersonal stabilisasi atau restorasi
hasil tidak langsung sekarang; memperbaiki keseimbangan
hubungan objek; peredaan gejala sebelumnya; memperkuat
adalah tujuan atau mendahului pertahanan;
penggalian lebih jauh penyesuaian/penerimaan
yang lebih baik terhadap
patologi; peredaran gejala
dan restruktur lingkungan
sebagai tujuan utama
Teknik utama Metode asosiasi bebas menonjol; Asosiasi bebas yang terbatas; Metode asosiasi bebas
interpretasi dinamika lengkap konfrontasi, penjelasan, dan dikontraindikasikan;
(termasuk konfrontasi, penjelasan, interpretasi parsial yang sugesti (nasehat)
dan melakukan) dengan penekanan menonjol, dengan penekanan menonjol; abreaksi
pada rekonstruksi genetik interpretasi di sini dan sekarang berguna; konfrontasi,
dan interpretasi genetik terbatas penjelasan, dan
interpretasi di sini dan
sekarang adalah sekunder;
interpretasi genetik adalah
dikontraindikasikan
Terapi Terutama dihindari; jika digunakan, Mungkin diperlukan (misalnya, Sering diperlukan (misalnya,
pelengkap semua arti dan makna negatif dan obat psikotropik sebagai tindakan obat psikotropik, terapi
positif dianalisis lengkap sementara); jika diberikan, arti keluarga, terapi
negatif digali dan dihilangkan rehabilitatif, atau
hospitalisasi); jika
digunakan; arti positif
ditekankan
Sumber : Sadock, BJ dan Virginia Alcott Sadock. 2007. Kaplan & Sadocks Synopsis of
Psychiatry 10th ed. Philadelphia : Lippincott Williams & Wilkins
25
3. PSIKOTERAPI SINGKAT
Terapi jangka pendek ini menggunakan konsep dasar psikoanalisis dengan kriteria
pasien tertentu serta teknik yang dilakukan berdasarkan masalah yang ada.
Diperkenalkan oleh Franz Alexander dan Thomas French yang mendesign sebuah
terapi yang menempatkan pasien pada ketenangan, manipulasi transferensi dan
menggunakan uji coba interpretasi yang fleksibel. Faktor penentu keberhasilan
adalah motivasi pasien, diharapkan pasien dapat menghadapi konsep psikologis
sehingga dapat berespon terhadap interpretasi, kemudian memusatkan perhatian
pada pemecahan konflik di sekitarnya dan hal yang mendasari masalah tersebut.
3.1. Psikoterapi Fokal Singkat (Tavistock-Malan)
Tujuan yaitu menjelaskan sifat pertahanan, kecemasan dan impuls
pasien serta menghubungkan masa kini, masa lalu dan transferensi
segera kemudian menginterpretasikan dan menghubungkan dengan
relasi pasien dengan orang disekitarnya. Sesi dilakukan 20-40 kali,
dalam waktu + 1tahun. Pemilihan kriteria pasien diutamakan dalam
teknik ini. Pasien dengan motivasi tinggi cenderung lebih berhasil
dalam terapi. Kontraindikasi terapi ini adalah usaha bunuh diri serius,
penyalahgunaan alcohol kronis, ketergantungan zat, tindakan destruktif
pada diri sendiri dan sekitar, gejala obsesif kronis yang menimbulkan
hendaya.
3.2.Psikoterapi Terbatas Waktu (Mann)
Tujuan terapi mengurangi/menghilangkan nyeri baik akut maupun
kronis dan citra diri negative pada pasien. Terapi ini memusatkan
perhatian pada masalah sentral yang spesifik. Terapi ini tidak memiliki
kriteria pasien yang jelas, yang terpenting adalah menentukan konflik
sentral pasien dan khususnya krisis maturasial dengan keluhan
psikologis dan somatic pada remaja. Kontraindikasi terapi ini pasien
dengan gangguan depresi berat yang mengganggu persetujuan terapi,
pasien dalam kondisi psikosis akut, serta pasien dengan gangguan
kepribadian ambang
3.3. Psikoterapi Dinamik Jangka Pendek
Teknik ini dilakukan pada pasien dengan konflik psikologis lebih dari
satu, masalah neurotic kronis dan parah (obsesif kompulsif, fobia).
Kriteria mirip dengan teknik Malan, yang mengutamakan respon
26
pasisn terhadap interpretasi. Teknik fleksibel sesuai kebutuhan pasien.
Diusahakan jangan sampai terjadi regresi atau ketergantungan pasien
pada terapis. Penyulit pada terapi ini adalah jika pada pasien terjadi
proyeksi, distorsi dan denial. Sementara pendukung keberhasilan terapi
adalah motivasi tinggi. Terapis bertugas untuk menegakkan fokus
psikoteraputik dan merumuskan psikodinamika masalah pasien. Lama
terapi berkisar antara 5-40 sesi dan tidak ada waktu pengakhiran
tertentu.
4. PSIKOTERAPI INTERPERSONAL
Terapi ini merupakan terapi jangka pendek spesifik yang biasa digunakan
pada gangguan depresi. Jangka waktu terapi yaitu selama 3-4 bulan yang terdiri
dari sesi selama 45-50 menit setiap minggu. Dikatakan bahwa penyebab depresi
sekaligus metode penyembuhannya adalah perilaku interpersonal, sehingga pasien
diajak untuk melihat secara realistis bagaimana interaksi mereka dengan orang
lain. Hal ini dilakukan agar mereka dapat menyadari bahwa tindakan diri sendiri
dengan mengisolasi diri adalah hal yang menyebabkan dan memperberat kondisi
depresi. Dengan nasihat yang diberikan selama terapi maka terapis dapat
membantu pasien untuk memperjelas area konflik serta membantu dalam
mengambil keputusan. Di sini sangat diperlukan sikap yang penuh empati,
fleksibel dan suportif dari terapis.
5. PSIKOTERAPI KELOMPOK
Psikoterapi kelompok adalah terapi di mana orang yang memiliki penyakit
emosional yang telah dipilih secara cermat ditempatkan ke dalam kelompok yang
dibimbing oleh ahli terapi yang terlatih untuk membantu satu sama lainnya dalarn
menjalani perubahan kepribadian. Dengan menggunakan berbagai manuver teknik
dan gagasan teoritis, pembimbing menggunakan interaksi anggota kelompok
untuk membuat perubahan tersebut.
27
Psikoterapi kelompok meliputi spektrum terapi teoritik dalam psikiatri
suportif, terstruktur, terbatas waktu (sebagai contohnya, kelornpok dengan orang
psikotik yang kronis), kognitif perilaku, interpersonal, keluarga, dan kelompok
berorientasi analitik. Dua kekuatan utama terapi kelompok, jika dibandingkan
dengan terapi individual, adalah
(1) kesempatan untuk mendapatkan umpan balik segera dan teman sebaya pasien
(2) kesempatan bagi pasien dan ahli terapi untuk mengobservasi respon
psikologis, emosional, dan perilaku pasien terhadap berbagai orang, mendapatkan
berbagai transferensi.4
Untuk menentukan kesesuaian pasien untuk psikoterapi kelompok, seorang terapis
membutuhkan sejumlah besar informasi, yang dikumpulkan didalam wawancara
penapisan. Psikiater harus membuat riwayat psikiatrik dan melakukan
pemeriksaan status mental untuk mendapatkan informasi dinamik, perilaku dan
diagostik tertentu.
a. Berbagai bentuk terapi kelompok
1. Gaya Kepemimpinan
Pemimpin berperan sebagai konsultan yang diangkat oleh anggota
kelompok, dimana pemimpinnya sangat aktif, mengarahkan dan terlibat
pada sebagian besar interaksi dalam kelompok. Pemimpin dapat mengurus
anggota yang berbeda dan berinteraksi dengan mereka sebagaimana ia
melakukan terapi perorangan. Pemimpin juga dapat berperan sebagai
konsultan yang di angkat oleh anggota kelompok dimana sebagian
interaksi dan inisiatif terletak pada anggota kelompok.
28
Kelompok dapat berbeda dalam parameter organisasinya, dari
mulai frekuensi pertemuan, pembahasan masalah, keanggotaan kelompok
yang terbuka atau tertutup dan ukuran atau jumlah anggota kelompok.
Orientasi Teoritis
Kelompok dapat bervariasi dari segi orientasi teoritis. Terdapat
teori orientasi eksistensial dari terapi gestal, penekanan interaksi antar
pribadi, orientasi psikoanalitik dari kelompok yang dijalankan melalui
psikoanalisis, dan lain lain2.
b. Klasifikasi
Banyak klinisi bekerja di dalam kerangka referensi psikoanalitik,
Teknik terapi lain adalah terapi kelompok transaksional, terapi kelompok
perilaku, terapi kelompok Gestalt yang diciptakan dan teori Frederic Pens dan
memungkinkan pasien untuk mengabreaksikan dan mengekspresikan dirinya
sendiri secara penuh, psikoterapi kelompok berpusat klien (client-centered
group psychotherapy), yang dikernbangkan oleh Carl Roger dan didasarkan
pada ekspresi perasaan yang tidak mengadili dari anggota kelompok.4
c. Pemilihan Pasien
Untuk menentukan kecocokan pasien untuk psikoterapi kelompok, ahli
terapi memerlukan sejumlah besar informasi, yang digali dan wawancara
skrining. Dokter psikiatrik harus menggali riwayat psikiatrik dan melakukan
pemeriksaan.
Pasien dengan kecemasan kekuasaan mungkin dapat bekerja atau tidak
dalam terapi kelompok. Tetapi mereka seringkali mereka menjadi baik di
dalam lingkungan kelompok di banding lingkungan individu. Pasien dengan
cemas kekuasaan yang cukup besar mungkin terhambat, cemas, menentang,
dan tidak mau mengatakan pikiran dan perasaannya di dalam lingkungan
individual, biasanya karena meraa takut akan kecaman atau penolakan dan ahli
terapi.
Pasien dengan kecemasan teman sebaya dengan gangguan kepribadian
ambang dan skizoid, yang memiliki hubungan destruktif dengan teman
sebayanya atau yang terisolasi secara ekstrim dan kontak teman sebaya
biasanya beraksi secara negatif atau cemas jika ditempatkan di lain lingkungan
29
kelompok. Tetapi, jika pasien tersebut dapat menghilangkan kecemasannya,
terapi kelompok dapat membantu.
Diagnosis gangguan pasien juga sangat penting dalam menentukan
pendekatan terapi yang terbaik dan dalam menilai motivasi pasien untuk
terapi, kapasitas untuk berubah, dan kekuatan dan kelemahan struktur
kepnibadian.
Terdapat beberapa kontraindikasi untuk terapi kelompok. Pasien
antisosial biasanya tidak bekerja di dalam lingkungan kelompok heterogen
karena mereka tidak dapat mengikuti standar kelompok. Tetapi, jika kelompok
terdiri dari pasien antisosial lainnya mereka dapat berespon dengan lebih baik
kepada teman sebayanya dibandingkan kepada tokoh yang dirasakan berkuasa.
Pasien terdepresi menjadi baik setelah mereka mempercayai ahli terapinya.
Pasien yang secara aktif mencoba bunuh diri atau pasien depresi tidak boleh
diobati hanya dalam lingkungan kelompok. Pasien manik adalah kacau, tetapi,
jika telah di bawah kendali psikofarmakologi, mereka bekerja baik di dalam
lingkungan kelompok. Pasien yang delusional dan yang mungkin
memasukkan sistem wahamnya ke dalam kelompok harus dikeluarkan,
demikian juga pasien yang memiliki ancaman fisik kepada anggota kelompok
lain karena ledakan agresif yang tidak dapat dikendalikan.4
Kelompok Homogen vs Heterogen
Sebagian besar terapis yakin bahwa kelompok haruslah seheterogen mungkin
untuk memastikan interaksi maksimum. Anggota dengan kategori diagnostic
yang berbeda serta pola perilaku yang beragam, dari semua ras, tingkat social
dan latar belakang pendidikan, serta dengan berbagai usia dan jenis kelamin
sebaiknya dikumpulkan bersama. Pasien antara usia 20-65 tahun dapat dengan
efektif dimasukkan ke dalam kelompok yang sama. Perbedaan usia membantu
di dalam membangun model orang tua-anak dan model saudara laki-laki
perempuan serta pasien memiliki kesempatan untuk memperbaiki kesulitan
hubungan interpersonal yang mungkin tampak tidak dapat dihadapi. Anak dan
remaja paling baik diterapi di dalam kelompok yang tersusun oleh sebagian
besar orang-orang dengan kelompok usia mereka. Beberapa pasien remaja
mampu memahami bahan-bahan dari kelompok dewaasa, tanpa memandang
isi, tetapi mereka sebaiknya tidak kekurangan pengalaman sebaya yang
konstruktif yang bisa tidak mereka dapatkan.
30
Kelompok Terbuka vs Tertutup
Kelompok tertutup memiliki angka dan komposisi pasien yang telah disusun.
Jika anggota meninggalkan kelompok tidak ada anggota baru yang diterima.
Di dala kelompok terbuka, keanggotaan lebih fleksibel dan anggota baru
diambil kapanpun anggota lama meninggalkan kelompok.
Ukuran
Terapi kelompok telah berhasil dengan anggota minimal 3 orang dan
maksimal 15 orang, namun sebagian besar ahli terapi merasa bahwa 8-10
anggota adalah ukuran yang optimal. Pada anggota yang lebih sedikit mungkin
tidak cukup interaksi kecuali anggota-anggotanya adalah cukup verbal. Tetapi
pada lebih dan 10 anggota interaksi mungkin terlalu besar untuk diikutii oleh
anggota atau ahli terapi.
Frekuensi Sesi
Sebagian besar ahli psikoterapi kelompok melakukan sesi kelompok sekali
seminggu. Mempertahankan kontinuitas dalam sesion adalah penting. Jika
digunakan sesion berselang kelompok bertemu dua kali seminggu, sekali
dengan ahli terapi, sekali tanpa ahli terapi. Pada umumnya, sesi kelompok
berlangsung kapan saja dan satu sampai dua jam, tetapi pembatasan waktu
harus tetap dilakukan.
Peranan Ahli Terapi
Walaupun terjadi perbedaan pendapat tentang seberapa aktifnya atau pasifnya
ahli terapi, konsensusnya adalah bahwa peranan ahli terapi terutama adalah
sebaga fasilitator. ldealnya, anggota kelompok sendiri adalah sumber primer
penyembuhan dan perubahan. Iklim yang ditimbulkan oleh kepribadian ahli
terapi adalah agen perubahan yang kuat. Ahli terapi lebih dan sekedar ahli
yang menerapkan teknik; ahli terapi memberikan pengaruh pribadi yang
menarik vaniabel tertentu seperti empati, kehangatan, dan rasa hormat.4
No Faktor Definisi
1 Abreaksi Suatu proses di mana materi direpresi, terutama pengalaman/konflik yang menyakitkan,
dibawa kembali ke kesadaran. Dalam proses ini, tidak hanya mengingat namun
menghidupkan kembali materi dan disertai respon emosional yang sesuai; Terjadinya
31
hal ini akan meningkatkan tilikan.
2 Penerimaan Perasaan diterima oleh anggota kelompok lainnya; perbedaan pendapat ditoleransi, dan
tidak ada kritikan yang kasar atau dijauhkan dari kelompok.
3 Alturisme Tindakan anggota kelompok untuk menolong anggota lainnya, menempatkan kebutuhan
orang lain di atas kebutuhan sendiri dan belajar bahwa terdapat nilai dalam memberi
kepada orang lain. Istilah ini diciptakan oleh Auguste Comte (1798-1857) dan Sigmund
Freud yakin bahwa ini adalah faktor besar dalam membentuk keterikatan dan perasaan
sebagai satu komunitas dalam kelompok.
4 Katarsis Ekspresi ide, pikiran, dan material yang tersupresi yang disertai oleh respon emosional
yang menimbulkan kelegaan pada pasien.
5 Kohesi Perasaan bahwa kelompok bekerja sama untuk mencapai tujuan bersama, juga disebut
dengan perasaan ke-kita-an; dianggap sebagai faktor yang paling berhubungan
dengan efek terapeutik positif
6 Pengesahan Penegakkan realitas dengan membandingkan konseptualisasi diri sendiri dengan anggota
konsensual kelompok lain; distorsi interpersonal dengan demikian dikoreksi.
7 Penularan Proses di mana ekspresi emosi salah satu anggota kelompok menstimulasi kesadaran
emosi yang sama pada anggota kelompok lain
8 Pengalaman Kelompok menciptakan kembali keluarga asal untuk beberapa anggota yang tidak dapat
keluarga mengatasi konflik dengan keluarga asal secara psikologis melalui interaksi kelompok
korektif (misalnya persaingan saudara kandung, kemarahan kepada orang tua)
9 Empati Kemampuan anggota kelompok untuk menempatkan dirinya ke dalam pikiran atau posisi
anggota kelompok lain dan mengerti pikiran, perasaan, atau perilakunya
10 Identifikasi Suatu mekanisme pertahanan bawah sadar di mana orang menggabungkan karakteristik
dan kualitas orang/objek lain ke dalam sistem egonya sendiri
11 Imitasi Menyamai/meniru secara sadar perilaku diri sendiri mengikuti orang lain (juga disebut
teladan [role modeling]); juga dikenal sebagai terapi penonton (spectator therapy)
karena seorang pasien dapat belajar dari pasien lain
12 Tilikan Kesadaran dan pengertian psikodinamika diri sendiri dan gejala perilaku maladaptif.
Sebagian ahli terapi membedakan 2 jenis : (1) tilikan intelektual---pengetahuan dan
kesadaran tanpa adanya perubahan perilaku maladaptif; (2) tilikan emosional---
kesadaran dan pengertian yang menyebabkan perubahan positif dalam kepribadian dan
perilaku
13 Inspirasi Proses menanamkan rasa optimisme ke dalam anggota kelompok; kemampuan untuk
mengetahui bahwa seseorang memiliki kemampuan untuk mengatasi masalah; juga
dikenal sebagai penanaman harapan
14 Interaksi Pertukaran ide dan gagasan secara bebas dan terbuka antaranggota kelompok
15 Interpretasi Proses dimana pimpinan kelompok merumuskan arti resistensi, pertahanan, dan simbol
dari pasien; hasilnya adalah pasien memiliki kerangka kerja kognitif untuk mengerti
perilakunya sendiri
32
16 Belajar Pasien mendapatkan pengetahuan tentang bidang baru, seperti keterampilan sosial dan
perilaku seksual; mereka mendapatkan nasihat, bimbingan, dan berusaha
mempengaruhi dan dipengaruhi anggota lain
17 Tes realitas Kemampuan orang untuk menilai secara objektif dunia di luar dirinya melalui pendapat
orang lain
18 Transferensi Proyeksi perasaan, pikiran, dan harapan kepada ahli terapi yang telah mewakili suatu
objek dari masa lalu pasien. Reaksi tsb bisa saja sesuai untuk kondisi sebelumnya,
namun menjadi tidak sesuai ketika diaplikasi kepada kondisi terapis di masa sekarang.
Pasien dapat juga mengarahkan perasaan tsb satu sama lain, proses ini disebut
transferensi multipel
19 Universalisasi Kesadaran pasien bahwa ia tidak sendirian memiliki masalah; orang lain memiliki keluhan
yang sama/kesulitan dalam belajar;
20 Pengungkapan Ekspresi perasaan, ide, atau kejadian yang tersupresi kepada anggota kelompok lain;
membagi rahasia pribadi yang menghilangkan perasaan dosa/bersalah (juga dinamakan
pengungkapan diri sendiri)
33
membantu dalam menghadapi masalah terapi pasien dibandingkan yang diberikan
oleh terapi berorientasi tilikan, yang memiliki bidangnya dalam pertemuan terapi
kelompok kecil.4
Komposisi kelompok. Dua kunci utama dari kelompok rawat inap, yang umum untuk
semua terapi jangka pendek, adalah heterogenitas anggotanya dan cepatnya
pertukaran pasien. Di luar rumah sakit, ahli terapi merniliki banyak pilihan darimana
pasien dipilih untuk terapi kelompok. Di bangsal, ahli terapi memiliki jumlah pasien
yang terbatas darimana pasien dipilih dan lebih dibatasi lagi oleh pasien yang mau
berperan serta dan layak untuk pengalaman kelompok kecil. Dalam situasi tertentu,
peran serta kelompok mungkin diharuskan (sebagai contohnya, dalam
penyalahgunaan alkohol dan unit ketergantungan zat). Tetapi hal tersebut tidak selalu
berlaku untuk unit psikiatri umum.Pada kenyataannya, sebagian besar kelompok
merasakan lebih baik jika pasien sendiri yang memilih untuk memasuki terapi
kelompok.4
3. Kelompok rawat Jalan lawan rawat inap. Walaupun faktor terapetik yang berperan
untuk perubahan pada kelompok kecil rawat inap adalah serupa dengan yang berperan
dalam lingkungan rawat jalan, terdapat perbedaan kualitatif. Sebagai contohnya,
relatif tingginya pertukaran pasien di dalam kelempok rawat inap mempersulit proses
perpaduan. Tetapi kenyataan bahwa semua anggota kelompok bersama-sama di dalam
rumah sakit membantu perpaduan, seperti juga usaha ahli terapi untuk mempercepat
proses, menekankan kemiripan lain. Berbagi informasi, universalisasi, dan katarsis
adaiah faktor terapetik utama dalam bekerja pada kelompok rawat inap. Walaupun
tilikan lebih mungkin terjadi pada kelompok rawat jalan karena sifat mereka yang
jangka panjang, dalam keterbatasan sesion kelompok tunggal, beberapa pasien dapat
memperoleh pengertian baru tentang susunan psikologis mereka. Kualitas unik dari
kelompok rawat inap adalah kontak pasien di luar kelompok, yang luas, saat mereka
tinggal bersama di bangsal yang sama.4
34
fungsi kepribadian secara bermakna. Tetapi kelompok menolong diri sendiri telah
meningkatkan kesehatan dan kesejahteraan emosional banyak orang.
Suatu karakteristik yang membedakan kelompok menolong diri sendiri adalah
homogenitasnya. Anggota ,staf menderita gangguan yang sama, dan mereka berbagi
pengalaman mereka baik dan buruk, berhasil dan tidak berhasil satu sama lainnya.
Dengan melakukan hal tersebut, mereka saling mendidik satu sama lainnya,
memberikan dukungan yang saling menguntungkan, dan menghilangkan perasaan
terasing yang biasanya dirasakan oleh orang yang ditarik ke tipe kelompok tersebut.
Kelompok menolong diri sendiri dan kelompok terapi telah mulai untuk bergabung.
Kelompok menolong diri sendiri telah memungkinkan anggotanya menghentikan pola
perilaku yang tidak diinginkan kelompok terapi membantu anggotanya mengerti
mengapa dan bagaimana mereka seharusnya.4 Contoh kelompok ini adalah Alcohol
Anonymous (AA), Gamblers Anonymous (GA).
b. Psikoterapi rekonstruktif
35
Untuk mencapai pengertian tentang konflik-konflik yang letaknya di
alam tak sadar, dengan usaha untuk mendapatkan perubahan yang luas
daripada struktur kepribadian dan perluasan daripada pertumbuhan
kepribadian dengan pengembangan potensi penyesuaian diri yang baru.
Cara-cara psikoterapi rekonstruktif antara lain ialah sebagai berikut :
1. Psikoanalisa Freud
2. Psikoanalisa non Freudian
3. Psikoterapi yang berorientasi kepada psikoanalysa.
Cara : Asosiasi bebas, analisa mimpi, hipnoanalisa/sintesa, narkoterapi, terapi
main, terapi seni, terapi kelompok analitik.
8. PSIKODRAMA
Psikodrama adalah metoda psikoterapi kelompok yang diciptakan oleh
dokter psikiatrik kelahiran Vienna, Jacob Moreno dimana susunan kepribadian,
hubungan interpersonal, konflik, dan masalah emosional digali dengan
36
menggunakan metoda dramatik spesifik. Dramatisasi terapetik masalah emosional
adalah termasuk
1. Pelaku utama atau pasien, orang yang memerankan masalah dengan bantuan
2. Peran pembantu (auxiliary egos), orang yang memerankan berbagai aspek
pasien
3. Sutradara, psikodramatis, atau ahli terapi, orang yang membimbing drama
tersebut dalam mencapai tilikan.
Teknik
Psikodarma dapat memusatkan perhatian pada bidang fungsi tertentu (
suatu mimpi, keluarga atau situasi kominitas ), suatu peranan simbolik, suatu
sikap bawah sadar atau bayangan situasi di masa depan. Gejala tertentu seperti
waham dan halusinasi juga dapat diperankan di dalam kelompok. Teknik untuk
menunjukan proses terapeutik ini adalah percakapan seorang diri (suatu cerita
tentang pikiran dan perasaan yang terlihat dan tersembunyi ), pembalikan peran
dan ganda multiple (beberapa orang berperan seperti pasien pada keadaan yang
bervariasi) dan teknik cermin. Teknik lain adalah menggunakan hypnosis dan obat
psikoaktif untuk memodifikasi memerankan perilaku dalam berbagai cara.
9. TERAPI KELUARGA
Terapi keluarga adalah cukup terkenal sehingga keluarga dengan banyak
konflik mungkin memintanya secara khusus. Tetapi, jika keluhan awal adalah
tentang anggota keluarga individual, pemeriksaan praterapi mungkin diperlukan.
Diperlukan penilaian kelurga awal dan evaluasi keluarga yang menyeluruh.
Terapis harus mendapatkan informasi dasar mengenai struktur keluarga dan sifat
dari masalah yang di hadapi. Terapi keluarga berfokus untuk mengubah interaksi
diantara anggota keluarga dan berupaya memperbaiki fungsi keluarga sebagai
suatu unit yang terdiri dari individu-individu. Klinisi yang melakukan terapi
keluarga berupaya menghentikan pola antergenerasi yang kaku dan menimbulkan
penderitaan didalam atau antar individu. Terapi keluarga dapat menyelesaikan
kekhawatiran anggota keluarga tetapi paling besar kemungkinan mempengaruhi
anak yang realitas hariannya secara langsung dipengaruhi oleh konteks keluarga.
Terapis harus memperkenalkan diri, menyambut dan mengenal anggota keluarga.
37
Terapis harus meningkatkan kontak dengan setiap anggota keluarga, menyadari
alam perasaan anggota keluarga dan bagaimana anggota keluarga berhubungan
dengan terapis serta mengamati hubungan verbal dan nonverbal antar anggota
keluarga dan subkelompok keluarga.
Terapis harus mengeksplorasi setiap pandangan anggota keluarga terhadap
masalah, penyelesaian apa yang telah di coba dan hasil apa yang diharapkan dari
usaha terakhir untuk perubahan.
Nilai perfungsian mutakhir keluarga
1. Amati interaksi di antara anggota keluarga
2. Tanyakan pertanyaan yang berkaitan dengan hubungan antar anggota
keluarga dan teliti respon lisan dan non lisan anggota keluarga.
3. Mengembangkan beberapa hipotesis mengenai sistem keluarga
4. Cari adanya segitiga yaitu, dua orang dalam konflik cenderung untuk
melibatkan orang ketiga dalam konflik.
5. Pertahankan posisi empatik dan netral
6. Kenali kekuatan dalam anggota keluarga dan perseorangan
7. Fokuskan pada pola hubungan dan cara berinteraksi habitual.
a. Tujuan
Tujuan terapi adalah
1. untuk memecahkan atau menurunkan konflik dan kecemasan patogenik di dalam
matniks hubungan interpersonal
2. untuk meningkatkan persepsi dan pemenuhan kebutuhan anggota keluarga lain
oleh anggota keluarga
3. untuk meningkatkan hubungan peran yang sesuai antara jenis kelamin dan antara
generasi
4. untuk memperkuat kemampuan anggota individual dan keluarga sebagai
keseluruhan untuk mengatasi tenaga destruktif di dalam dan di luar lingkungan
sekitamya
5. untuk mempengaruhi identitas dan nilai-nilai keluarga sehingga anggota
terorientasi kepada kesehatan dan pertumbuhan.
Tujuan akhir adalah untuk mengintegrasikan keluarga ke dalam sistem yang besar di
dalam masyarakat, yang termasuk bukan saja keluarga besar (extended family) tetapi
38
juga masyarakat seperti yang diwakili oleh sistem tersebut sebagai sekolah, fasilitas
medis, dan badan sosial, rekreasional, dan kesejahteraan sehingga keluarga tidak
terisolasi.
b. Teknik Wawancara
Kualitas khusus wawancara keluarga berasal dan dua kenyataan penting:
(1) Keluarga datang ke terapi dengan riwayat dan dinamikanya yang terlekat kuat.
Bagi ahli terapi keluarga, hal tersebut adalah sifat kelompok yang te!ah melekat,
lebih dan sekedar gejala, yang berperan dalam masalah klinis.
(2) Anggota keluarga biasanya tinggal bersama-sama dan, dengan suatu tingkat,
tergantung satu sama lainnya untuk kesehatan fisik dan emosionalnya.
c. Teknik Terapi
1. Terapi kelompok keluarga
Terapi kelompok keluarga mengkombinasikan beberapa keluarga ke dalam satu
kelompok tunggal. Masalah bersama adalah saling dibagikan, dan keluarga-
keluarga tersebut membandingkan interaksi mereka dengan keluarga lain di dalam
kelompok. Kelompok keluarga yang multipel telah digunakan secara efektif dalam
terapi skizofrenia. Orang tua dan anak yang terganggu dapat juga disatukan
bersama-sama untuk berbagi situasi mereka.
2. Terapi jaringan kerja sosial (social network therapy)
Di dalam terapi jaringan social, komunitas atau jaringan social pasien yang
memiliki gangguan bertemu di dalam sesi kelompok dengan pasien. Jaringan ini
mencakup mereka yang berkontak dengan pasien di dalam kehidupan sehari-hari,
tidak hanya keluarga terdekat tetapi juga kerabat, teman, guru dan teman kerja.
3. Terapi paradoksikal
Pendekatan ini, yang dikembangkan dari penelitian Gregory Bateson, terdiri atas
anjuran di mana pasien dilibatkan secara sengaja dalam perilaku yang tidak
diharapkan (dinamakan keputusan paradoksikal ), seperti menghindari objek fobik
atau melakukan ritual kompulsif. Walaupun terapi paradoksikal dan pemakaian
keputusan paradokikal adalah relatif baru, terapi dapat inenciptakan tilikan baru
bagi beberapa pasien. Bahaya dan pendekatan ini adalah bahwa dapat digunakan
dalam cara yang sewenang wenangnya atau rutin.
4. Konotasi positif
Konotasi positif atau pembingkaian kembali (reframing) adalah pelabelan ulang
semua perasaan atau perilaku yang diekspresikan secara negatif menjadi positif.
39
Ahli terapi berusaha untuk menjadikan anggota keluarga memandang perilaku dan
bingkai referensi baru sebagai contohnya, Anak ini bandel menjadi Anak ini
mati matian mencoba mengalihkan dan melindungi anda dari apa yang
dirasakannya sebagai perkawinan yang tidak bahagia.
d. Frekuensi dan Lama Terapi
Sesi biasanya dilakukan tidak lebih dan satu kali dalam seminggu tetapi,
masing-masing sesi mungkin memerlukan paling lama dua jam. Suatu jadwal yang
fleksibel diperlukan jika keadaan geografis dan personal menimbulkan kesulitan fisik
bagi keluarga untuk hadir bersama sama. Lama terapi tergantung tidak hanya pada
sifat masalah tetapi juga pada model terapetik. Ahli terapi yang menggunakan model
memecahkan masalah saja mungkin mencapai tujuannya dalam beberapa sesion, ahli
terapi yang menggunakan model berorientasi pertumbuhan mungkin bekerja selama
bertahun tahun dalam sesi yang panjang.
1. Persepsi diri yang negatif yang melihat seseorang sebagai tidak mampu, tidak
adekuat, kekurangan, tidak berguna, dan tidak diharapkan
2. Memiliki kecenderungan untuk merasakan dunia sebagai tempat yang negatif,
menuntut, mengalahkan diri sendiri serta mengharapkan kegagalan dan hukuman
3. Memiliki dugaan bahwa kesulitan, penderitaan, kekurangan, dan kegagalan akan terus
menerus terjadi.
Tujuan terapi adalah untuk menghilangkan depresi dan mencegah rekurensinya dengan
membantu pasien
42
dengan dirinya sendiri dan dengan pasiennya. Ahli terapi harus mampu berhubungan
secara terampil dan interaktif dengan pasiennya. Ahli terapi kognitif membuat agenda
pada awal masing-masing sesion, memberi tugas rumah yang harus dikerjakan di antara
sesi, dan mengajarkan keterampilan baru. Ahli terapi dan pasien secara aktif bekerja
sama. Terapi kognitif memiliki tiga komponen: aspek didaktik, teknik kognitif dan teknik
perilaku.4
Aspek Didaktik
Aspek didaktik termasuk penjelasan kepada pasien tentang trias kognitif,
skema, dan gangguan logika. Ahli terapi harus mengatakan kepada pasien
bahwa mereka akan menyusun hipotesis bersama-sama dan mengujinya
selama perjalanan terapi. Terapi kognitif mengharuskan penjelasan lengkap
tentang hubungan antara depresi dan pikiran, afek, dan perilaku dan juga
alasan semua aspek terapi. Penjelasan bertentangan dengan ahli terapi
berorientasi psikoanalitik, yang hanya memerlukan sedikit penjelasan.4
Teknik Kognitif
Pendekatan kognitif terdiri dan empat proses:
1. Mencetuskan pikiran otomatis (distorsi kognitif)
Pikiran otomatis adalah kognisi yang timbul antara peristiwa eksternal dan
reaksi emosional seseorang terhadap peristiwa. Suatu contoh dari pikiran
otomatis adalah keyakinan bahwa setiap orang akan menertawakan saya jika
mereka mengetahui betapa buruknya permainan bowling saya .
2. Menguji pikiran otomatis
Dengan berperan sebagai guru, ahli terapis membantu pasien menguji
keabsahan pikiran otomatis. Tujuannya adalah untuk mendorong pasien
menolak pikiran otomatis yang tidak akurat atau berlebih lebihan setelah
pemeriksaan yang cermat.
3. Mengidentifikasi anggapan dasar yang maladaptif
Saat pasien dan ahli terapis terus berusaha mengidentifiksi pikiran otomatis,
pola biasanya menjadi tampak. Pola mewakili aturan atau anggapan umum
yang maladaptif yang menuntun kehidupan pasien. Contoh Supaya gembira
saya harus sempurna. Aturan tersebut akan menyebabkan kekecewaan dan
kegagalan dan akhirnya depresi.
4. menguji keabsahan anggapan maladaptif.
43
Prosesnya serupa dengan menguji validitas pikiran otomatis. Satu tes yang
cukup efektif adalah bagi ahli terapi untuk meminta pasien mempertahankan
keabsahan suatu asumsi. Sebagai contohnya, jika pasien menyatakan bahwa ia
harus selalu membangun kemampuannya. Ahli terapi dapat bertarya,
Mengapa hal tersebut sangat penting bagi anda?
Teknik Perilaku
Teknik perilaku bekerja sama dengan teknik kognitif: Teknik perilaku
digunakan untuk menguji dan mengubah kognisi maladaptif dan tidak akurat.
Tujuan keseluruhan teknik adalah untuk membantu pasien mengerti
ketidakakuratan asumsi kognitifnya dan mempelajari strategi dan cara baru
tnenghadapi masalah tersebut.
Di antara teknik perilaku yang digunakan dalam terapi adalah menjadwalkan
aktivitas, pengusaan dan kesenangan, menyusun tugas bertahap, latihan
kognitif, latihan kepercayaan din, permainan peran (role playing), dan teknik
pengalihan.2,4
Manfaat
Terapi kognitif dapat digunakan sendiri dalam terapi gangguan depresif ringan sampai sedang
atau bersarna-sama dengan medikasi antidepresan untuk gangguan depresif berat. Pilihan
terapi ini merupakan salah satu intervensi psikoterapik yang paling berguna untuk gangguan
depresif. Terapi kognitif juga telah dipelajari dalam hubungannya meningkatkan kepatuhan
dengan lithium pada pasien gangguan bipolar I dan sebagai pengobatan putus heroin.4
12. HIPNOTERAPI
Pasien yang dalam trance hipnotik dapat mengingat ingatan yang tidak ada dalam
kesadaran dalam keadaan nonhipnotik. Ingatan tersebut dapat digunakan dalam terapi
untuk memperkuat hipotesis psikoanalitik terlepas dan dinamika pasien atau
memungkinkan pasien menggunakan menggunakan ingatan tersebut sebagai katalis untuk
asosiasi baru.6
a. Indikasi dan Pemakaian
Hipnosis telah digunakan, dengan berbagai tingkat keberhasilan, untuk
mengendalikan obesitas dan gangguan berhubungan zat, seperti penyalahgunaan
alkohol dan ketergantungan nikotin. Cara ini telah digunakan untuk menginduksi
44
anestesia, dan pembedahan besar telah dilakukan tanpa anestetik kecuali hipnosis.
Hipnosis juga ielah digunakan untuk menangani gangguan nyeri kronis, asma, kutil,
pruritis, aforia, dan gangguan konversi.6
Relaksasi dapat dicapai dengan mudah dengan hipnosis, sehingga pasien dapat
mengatasi fobia dengan mengendalikan kecemasan mereka. Hipnosis juga telah
digunakan untuk menginduksi relaksasi dalam desensitisasi sistematik.
b. Kontraindikasi
Pasien yang dihipnosis berbeda. dalam keadaan ketergantungan atipikal
dengan ahli terapi, sehingga suatu transferensi yang kuat dapat berkernbang, ditandai
oleh perlekatan positif yang harus dihormati dan diinterpretasikan. Dalam keadaan
lain dapat terjadi transferensi negatif pada pasien yang rapuh atau yang memiliki
kesulitan dalam tes realitas. Pasien yang memiliki kesulitan dengan kepercayaan
dasar, seperti pasien paranoid atau yang memiliki masalah pengendalian, seperti
pasien obsesif kompu1sif, adalah bukan calon yang baik untuk hipnosis. Sistem nilai
etik yang kuat adalah penting untuk semua terapi dan khususnya untuk hipnoterapi, di
mana pasien (khususnya mereka yang berada dalam trance) adalah sangat mudah
disugesti dan ditundukkan. Terdapat pertentangan tentang apakah pasien akan
melakukan tindakan selama keadaan trance yang mereka rasakan menjijikan pada
keadaan lain atau yang bertentangan dengan kode moral rnereka. 6
Hipnosa dapat membantu psikoterapi, akan tetapi apa yang dapat dicapai
dengan hipnosa dalam psikoterapi, dapat juga dicapai dengan cara yang lain tanpa
hipnosa. Hipnosa hanya dapat mempercepat pengaruh psikoterapi.
Hal yang penting dalam hipnosa ialah sugesti (bukan kekuatan kemampuan
terapis hipnotisir). Kesadaran pasien menyempit dan menurun, akhirnya ia hanya
menerima rangsangan dari hipnotisir, ia masuk ke dalam keadaan trance mulai dari
ringan sampai ke trance yang dalam dengan kekakuan otot di seluruh badan.
Dalam hipnosa dapat dilakukan analisa konflik-konflik dan sintesa, atau
sintesa dilanjutkan sesudah pasien sadar kembali. Dalam hal ini sugesti dalam waktu
hipnosa dan sugesti sesudah hipnosa dapat dipakai.2,3,4
13. NARKOTERAPI
Secara intravena disuntikkan suatu hipnotikum dengan efek yang pendek
(umpamanya penthothal atau amital natrium). Dalam keadaan setengah tidur pasien
45
diwawancara, konflik dianalisa, lalu disintesa. Bahan yang timbul sewaktu
narkoterapi dapat juga dipakai dalam sintesa sesudah pasien sadar kembali.
Narkoterapi dengan narkoanalisa dan narkosintesa itu membantu psikoterapi.
Pemakaian narkoanalisa di luar bidang pengobatan (umpamanya untuk pengusutan
perkara bagi penelitian) tidak dapat dibenarkan, baik atas dasar etik dan moral,
maupun teknis-medis (apa yang dikatakan oleh individu dalam keadaan itu tidak
selalu benar, tetapi mungkin karena sugesti pemeriksa; jadi obat yang dipakai untuk
narkoanalisa bukan merupakan serum kebenaran yang sungguh-sungguh, seperti
apa yang pernah dihebohkan oleh surat kabar dan oleh majalah).2
46
psikoterapi belum ditemukan. Meskipun demikian, terdapat banyak pengalaman yang
sangat menarik perhatian, tetapi tidak akurat menyatakan bahwa banyak jenis
psikoterapi dapat membantu pasien; hampir semua terapis melakukan edukasi,
mengajak pasien-pasien untuk menyatakan hal yang menjadi perhatian mereka,
mendorong mereka untuk mencoba perilaku yang baru, dsb. Namun indikasi spesifik
untuk psikoterapi spesifik umumnya belum tersedia. Beberapa ahli membantah bahwa
banyak metode psikoterapi dalam praktik sebetulnya sama. Para ahli lain
mengemukakan bahwa terapi yang terlatih untuk menggunakan teknik tertentu
mungkin kurang penting untuk perbaikan kondisi pasien dibandingkan dengan sifat-
sifat pribadi terapis yang memiiki empati yang akurat, kehangatan yang tidak posesif
serta tulus.
Perbaikan terapeutik yang dicapai, ditentukan oleh faktor-faktor:
47
BAB III
KESIMPULAN
Dasar-dasar psikoterapi telah diuraikan secara singkat dan terbatas, yaitu merupakan
suatu cara pengobatan terhadap masalah emosional seorang pasien yang dilakukan oleh
seorang yang terlatih dalam hubungan professional secara sukarela, dengan maksud
menghilangkan, mengubah atau menghambat gejala gejala yang ada, mengoreksi prilaku
yang terganggu dan mengembangkan pertumbuhan kepribadian secara positif.
Psikoterapi merupakan ilmu dan ketrampilan tersendiri yang bermanfaat untuk
pasien-pasien dengan problem kejiwaan khususnya dan problem kesehatan pada umumnya.
Ilmu dan ketrampilan ini dapat diajarkan dan dipelajari namun memerlukan waktu yang tidak
sedikit, ketekunan serta kepribadian terapis juga merupakan faktor terpenting dalam
keberhasilan terapi.
Dalam melakukan wawancara dengan pasien dalam praktek sehari-hari, beberapa hal
yang perlu diingat antara lain bahwa wawancara mengandung makna terapeutik selain untuk
pengambilan data dalam upaya penegakan diagnosis. Komunikasi antara dokter-pasien
sangatlah penting. Ketika berhadapan dengan pasien, kita harus senantiasa membina
hubungan interpersonal dengan optimal, mengerti dan sadar apa yang kita bicarakan,
bagaimana cara penyampaiannya, bilamana, serta dalam konteks apa kita menyampaikan
pernyataan atau pertanyaan-pertanyaan kita yang tentunya harus bersifat profesional dan
tidak terkait dari respon emosional yang subyektif.
Di sini hubungan perasaan dokter - pasien bersifat empati (simpati netral), tanpa
perasaan sentimental atau simpati berlebihan. Maka penting seorang dokter memiliki
kemampuan dalam memberikan empati, yaitu dengan merasakan dengan penuh pengertian
emosi dan pengertian perilaku orang lain. Hal ini harus terlihat dari segala gerak gerak,
ucapan ucapan dan ajuk (mimik) dari seorang dokter.
Ketrampilan yang perlu dilatih terus-menerus ialah dalam mendengarkan dengan
cermat (empathic listening), disertai observasi yang cermat, serta didasari oleh pengetahuan
yang memadai tentang psikologi, psikopatologi dan proses-proses kejiwaan, kita akan
mendapat gambaran yang tepat dan menyeluruh tentang pasien.
Setelah wawancara, hendaknya kita dapat membuat konklusi tentang keadaan mental
pasien {seberapa cemas, apakah ia dalam keadaan depresi, bingung (confuse), marah, atau
bahkan tidak mengerti harus berbuat apa}; setelah itu tentunya kita harus mengetahui langkah
apa yang harus kita perbuat untuk menolongnya.
48
DAFTAR PUSTAKA
49